Anda di halaman 1dari 13

POLA PEMBINAAN

BAHASA INDONESIA
DALAM MASYARAKAT
MULTIBAHASA
KELOMPOK

PEMBINAAN DAN
PENGEMBANGAN
BAHASA INDONESIA

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


NAMA KELOMPOK

1.Putri Purnamasari
2.Arriza Avi Rosiana
3. Emilia Febriwanti
S44.Wahyudi Juni
Konsep Pengembangan Bahasa
 Pembinaan yang diturunkan dari kata membina yang memiliki
makna “proses membina “ atau Tindakan membina “
 Pembinaan bahasa Indonesia adalah usaha yang dilakukan de
ngan sadar,terencana dan sistematis mengenai peningkatan mu
tu bahasa Indonesia dengan baik dan benar sehingga masyarak
at pemakai bahasa Indonesia memiliki kebangaan dan kegaira
han untuk menggunakannya.
MENGAPA HARUS DILAKUKAN PEMBINAAN ?

 Karena Kemampuan berbahasa Indonesia masyarakat bangsa ini sangat t


idak memuaskan
 Banyak orang Indonesia yang memiliki sikap negatif terhadap bahasa In
donesia
Pemilihan Model Pembinaan

Pemilihan model pembinaan dilakukan dengan mempertimbangkan

faktor-faktor yang mendukung pada pencapaian tujuan serta menghindari


risiko yang tidak dipertimbangkan. Pembinaan pada intinya merupakan suatu

model interaksi peserta dengan narasumber dan sumber informasi dalam


lingkungan belajar.

Berdasarkan dua perbedaan model pembinaan bahasa Indonesia


tersebut, untuk tuturan operasionalnya perlu ditentukan. Wiranataputra (1997:
141) mengajukan model-model sebagai berikut.
1. Model Latihan Penelitian
2. Model Investigasi Kelompok
3. Model Sinektiks
4. Model Simulasi
5. Model Ekspositori
6. Model Curah Pendapat
7. Model Diskusi Panel
8. Model Proyek
Model Latihan Penelitian

Model ini digunakan untuk membahas suatu mas


alah atau pencapaian suatu konsep melalui serang
kaian kegiatan penelitian data, kemudian dirumus
kan kesimpulan. Adapun langkah-langkah pelaks
anaannya: (1) menemukan masalah, (2) mencari
atau mengumpulkan dan mengkaji data, (3) mela
kukan suatu tindakan atau ujicoba solusi dan men
catat datanya, (4) mengolah (menganalisis) data,
dan (5) merumuskan kesimpulan
Model Investigasi Kelompok

Model investigasi kelompok memiliki kemiripan dengan model


pertama. Model investigasi kelompok dilaksanakan melalui formasi kelom
pok
(komisi). Menurut pandangan model ini, keputusan atau kesimpulan yang
dibuat oleh kelompok lebih bermakna dibanding dibuat secara perorangan.
Dalam model ini, dibutuhkan perilaku, sikap maupun cara pandang yang
bersifat demokratis, tenggang rasa, saling menghormati perbedaan dan
keterikatan pada tugas bersama.
Model Sinektiks

Model sinektiks didasari oleh pandangan filsafat konstruktivisme, sesuatu yang


baru dihasilkan dari proses kreativitas menghubungkan dengan sesuatu yang la
ma atau sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas dapat diartikan sebaga
i potensi individu menciptakan sesuatu yang baru dengan cara memberdayakan
pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Adapun langkah-langkahnya a
dalah: (1) memaparkan atau mendeskripsikan kondisi yang ada sebagai suatu fe
nomena, (2) melakukan proses analogi langsung, (3) melakukan proses analogi
personal, (4) melakukan kajian analogi alternatif, (5) melakukan proses perumu
san analogi baru, dan (6) melaksanakan tugas
sesuai dengan analogi baru dan melakukan kajian hasilnya. Langkah-langkah
tersebut dapat disederhanakan menjadi: (1) pemaparan fenomena, (2) analogi,
dan (3) melakukan analisis tugas. Dengan langkah tersebut, sesuatu yang baru
dapat dihasilkan melalui proses analogi. Proses analogi dapat diartikan sebagai
cara berpikir ke masa datang dengan melakukan penyempurnaan sesuatu
keadaan nyata dengan sesuatu yang lain yang belum nyata.
Model Simulasi

Model simulasi beranjak dari asumsi bahwa manusia dipandang atau dianalo
gikan sebagai sebuah mesin. Apabila sebuah mesin diamati secara lebih mend
alam, mesin memiliki sistem umpan balik untuk mengontrol dan mengatur di
rinya sendiri. Manusia juga memiliki sistem untuk mengontrol dan mengatur
dirinya sendiri. Setiap manusia memiliki pola perilaku seperti berpikir, berper
ilaku simbolik, dan berkinerja menurut kontrol dan aturan pada dirinya sendir
i. Simulasi digunakan untuk mengembangkan fungsi kontrol dan atur pada di
ri individu dengan menghadirkan pembanding. Dalam simulasi, media pemba
nding perlu dipilih sesuai dengan keperluan, tujuan dan prosedur operasional
harus disediakan. Adapun langkah-langkahnya adalah: (1) melakukan orienta
si perihal topik, tujuan, peranan dan prosedur, (2) melakukan pelatihan peran
(aktor), (3) melaksanakan proses simulasi (peragaan), dan (4) melaksanakan
umpan balik dan tindak lanjut dari hasil simulasi.
Model Ekspositori

Model ekspositori merupakan model interaksi peserta dalam suatu l


ingkungan. Model ini memiliki fokus pandangan bahwa penguasaa
n isi (konsep) lebih penting daripada prosesnya, penyampaian (eksp
oser) pertamalah sebagai penguasa isi (konsep) atau sebagai narasu
mber. Bertolak dari pertimbangan tersebut, narasumber merupakan
faktor utama yang menentukan interaksi dan pencapaian tujuan. Da
lam model ini, peserta yang dilibatkan dalam interaksi diperankan s
ebagai penerima isi (konsep) melalui penyajian dari narasumber. Bi
asanya melalui ceramah atau selingan tanya
jawab, isi (konsep) disampaikan oleh narasumber kepada peserta.
Model Curah Pendapat

Model curah pendapat (Brain-Storming) merupakan model interaks


i peserta dengan sumber informasi (konsep) dalam suatu lingkunga
n tertentu. Dalam model ini setiap peserta dapat menjadi narasumbe
r dan menyampaikannya kepada peserta yang lain. Informasi ataup
un konsep yang disampaikan dari setiap narasumber digunakan unt
uk membahas dan membuat kesimpulan terhadap masalah yang sed
ang dibahas. Model ini merupakan kontras dari model ekspositori.
Model Diskusi Panel

Model diskusi panel merupakan salah satu model interaksi untuk membahas suatu ma
salah melalui curah pendapat dari para narasumber. Dalam diskusi panel, suatu masal
ah dibahas dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Setiap pandangan diwakili ole
h narasumber dan mendiskusikan masalahnya. Agar perdebatan dalam diskusi tidak k
eluar dari permasalahan yang dibahas, maka dibutuhkan moderator. Adapun tugas uta
ma moderator antara lain mengatur pelaksanaan diskusi, khususnya menjadi mediator
dalam perdebatan sehingga perbedaan pendapat tidak keluar dari masalah yang didisk
usikan. Selain itu, mediator berperan dalam menghidupkan kegiatan diskusi, antara la
in mengajukan pertanyaan yang bersifat divergent (menuntut jawaban yang menyeba
r) bukan pertanyaan yang bersifat convergent (menuntut satu jawaban tunggal). Mode
l ini dapat digunakan untuk membahas masalah (isu) yang menjadi kontroversi di ma
syarakat saat ini. Biasanya selain perwakilan narasumber berperan utama dalam disku
si panel, peserta juga diberikan kesempatan untuk menanggapi atau mengajukan perta
nyaan kepada narasumber. Dalam akhir kegiatan diskusi, kesimpulan diserahkan kepa
da masing-masing peserta maupun narasumber. Jadi, kesimpulan untuk masalah yang
dibahas tidak dibuatkan.
Model Proyek
Model proyek merupakan model interaksi antara peserta dengan
narasumber melalui keterlibatan secara langsung dalam proses mencapai hasil
atau tujuan. Model ini merupakan salah satu bentuk penerapan dari teori
belajar John Dewey “learning by doing,” penerapan pendekatan terpadu
(integratif) yang bersifat interdisipliner dengan sasaran hasil yang ingin
dicapai adalah kompetensi holistik. Untuk itu, karakteristik dari model proyek
adalah keterlibatan secara langsung dalam proses pencapaian tujuan,
dipadukannya perbedaan kompetensi (integratif interdisipliner) dan dicapainya
hasil secara utuh menyeluruh (holistik). Model ini dapat menjelaskan sesuatu
berdasarkan “kemengapaan.” Alasannya, peserta mengalami langsung dalam
berunjuk kinerja proses dan menggunakan pandangannya masing-masing
dalam menghadapi masalah.

Anda mungkin juga menyukai