Anda di halaman 1dari 16

WACANA DALAM BAHASA INDONESIA

RINA WULANDARI
NPM 176510797/1B PENDIDIKAN BIOLOGI
mahasiswabaiksekali@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Menurut Alber & Febria (2018:17) wacana merupakan kesatuan bahasa
terlengkap dan tertinggi yang berkesimbuan, yang mampu mempunyai awal dan
akhir yang nyata, disampaikan secara lisan dan tertulis. Wacana dalam suatu
kebahasaan yang utuh yang biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang
mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain. Wacana
dapat berupa rangkaian ujar secara lisan ataupun tulisan atau rangkaian tindak
tutur. Menurut Darma (1992:27) “Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang
terlibat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara dan pendengar, sebagai
sebuah aktivitas formal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya”.
Wacana dapat mengungkapkan suatu subjek yang penyajiannya teratur dan
lengkap dengan semua situasi pendukungnya.
Dalam sosiologi wacana sering merujuk pada hubungan antara konteks
sosial dari pemakaian bahasa. Dalam linguistik wacana adalah unit bahasa yang
lebih besar dari kalimat. Analisis wacana dalam studi linguistik yaitu unit
bahassa yang lebih besar dari kalimat analisi wacana dalam bahasa merupakan
reaksi dari bentuk bahasa formal yang lebih memperhatikan pada unit kata,
frase, atau kalimat semata tanpa keterkaitan diantara unsur tersebut. Wacana
menurut konteks penggunaannya merupakan sekumpulan pernyataan yang
dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu. Brown dan Yule
dalam Darma (1996:34) menjelaskan sebagai berikut,
Wacana adalah rangkaian ujar secara lisan dan tulisan atau rangkaian
tindak tutur wacana mengungkapkan suatu subjek dengan penyajian teratur,
sistematis, koheran, dan lengkap dengan semua situasi pendukungnya yang
memiliki saut kesatuan misi dalam rangkaiannya dan dibentuuk oleh unsur
segmental dan nonsegmental. Oleh sebab itu wacana disebut dengan
percakapan, keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan bahasa
terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh,
seperti novel, buku, artikel, pidato dan lainnya.

Maka dari itu, jelaslah terlihat bahwa wacana merupakan suatu pernyatan atau
rangkaian pernyataan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan dan memiliki
hubungan makna antarsatuan bahasanya serta terikat konteks.
Selanjutnya, wacana disebut juga sebagai rentetan kalimat yang berkaitan
yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan
membentuk satu kesatuan. Untuk membicarakan sebuah wacana dibutuhkan
pengetahuan tentang kalimat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
kalimat. Dengan kata lain kita harus lebih menguasai kalimat untuk bisa
mengetahui wacana dalam suatu kalimat tersebut. Dengan demikian wacana
dalam suatu kalimat akan sangat berguna sebagai penanda dan pengarah untuk
mengetahui permasalahan keseluruhan dalam wacana tersebut (Alwi dalam
Darma, 2003:419).
Dalam suatu wacana juga memiliki rangkaian ujar atau rangkaian tindak
tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur,
sistematis, dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental,
maupun nonsegmental bahasa. Maka dapat disimpulkan bahwa penyajian wacana
disajikan secara teratur dengan menggunakan serangkaian pernyataan atau uraian
dalam suatu kalimat (Syamsudin dalam Darma, 1992:12).
Alasan penulis untuk membahas tentang materi wacana karena pada
umumnya masih banyak pelajar, mahasiswa dan akademisi, dalam membuat
kalimat-kalimat dalam suatu wacana tidak mengetahui bagaimana cara
mengembangkan kalimat-kalimat tersebut menjadi sebuah wacana dan tidak
terlalu menguasai banyak kalimat untuk membentuk sebuah wacana yang
baik. Sehingga terlihat jelas bahwa cara masyarakat membuat karya tulis
sperti uraian dan pernyataan tidak memperhatikan syarat-syarat dalam
bembentukan sebuah wacana tersebut. Dengan demikian konsep wacana
tidak terlihat dalam bentuk karangan yang utuh dan hal ini akan
mengakibatkan kalimat ke kalimat tidak saling berkaitan sehingga tertata
dengan teratur dan juga sistemati sesuai dengan ketentuan dalam
pembuatan wacana.
Berdasarkan dari pernyataan yang telah dikemukakan dalam lbm tentang
wacana, perlu dikemukakan beberapa masalah yang harus dibahas dalam
pembahasan ini. Pembahasan yang dimaksud dengan konsep dasar tentang
wacana. Secara umum masalah yang akan dibahas dalam pembahasan ini terkait
tentang pengertian wacana, syarat-syarat wacana, dan jenis-jenis wacana. Dengan
demikian perlu kiranya kita kemukakan dalam perumusan masalah yang akan
dibahas. Ada pun rumusan masalah dikemukakan sebagai berikut. Pertama
apakah yang di maksud dengan pengertian wacana? Kedua apa sajakah syarat-
syarat dari wacana? Ketiga apa saja jenis-jenis wacana?
Selanjutnya, pada bagian ini penulis juga perlu mengemukakan tentang
tujuan penulisan dalam makalah ini. Adanya tujuan penulisan ini untuk
memberikan gambaran umum terkait tentang apa yang akan dibahas di dalam
bagian pembahasan tentang wacana. Secara konsep tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut. Pertama mendeskripsikan tentang pengertian wacana.
Kedua mendeskripsikan dan menjelaskan syarat-syarat pembentukan wacana
dalam bahasa Indonesia. Ketiga menjelaskan jenis-jenis wacana dalam bahasa
Indonesia.

Dengan demikian berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penulisan


yang telah dikemukakan, dapat dibuat manfaat penulisan dalam pembahasan
makalah ini. Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini terkait
tentang pengertian wacana dalam bahasa Indonesia. Secara rinci, manfaat
penulisan dalam makalah ini dibedakan baik secara teoretis maupun secara
praktis. Secara teoretis hasil pembahasan ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan pembaca terkait tentang pengertian wacana, syarat-
syarat wacana, dan jenis-jenis wacana. Selain itu, secara praktis hasil pembahasan
ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi pembaca bagaimana
pembuatan dan penyusunan wacana secara teratur dan sistematis untuk
menciptakan penulisan yang baik dan benar dalam membuat suatu karangan yang
utuh.

B. PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dikemukakan terkait tentang wacana dalam bahasa
Indonesia. Secara rinci bagian-bagian yang akan dibahas di dalam pembahasan ini
yakni: pengertian wacana, syarat-syarat wacana, dan jenis-jenis wacana. Tujuan
mendeskripsikan bagian-bagian ini adalah untuk memberikan gambaran umum
tentang beberapa konsep yang dimaksud. Untuk lebih jelas mengenai konsep-
konsep yang dimaksud berikut akan dijelaskan secara rinci.

1. Konsep Wacana

Wacana merupakan kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar


di atas kalimat atau klausa. Wacana juga memiliki kohereni dan kohesi yang
tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang
nyata, disampaikan secara lisan dan tertulis. sebagai rentetan kalimat yang
berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang
lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serai
diantara kalimat-kalimat itu. Menurut Michael (dalam Darma 1983:10)
dinyatakan sebagai berikut.

Wacana adalah suatu organisasi bahasa di atas kalimat atau klausa atau
bisa disebut juga dengan unit-unit linguistik yang lebih besar dari pada
kalimat atau klausa, seperti pertukaran-pertukaran percakapan atau teks-
teks tertulis. Suatu rangkaian sinambung bahasa yang lebih luas dari pada
kalimat.

Wacana juga sebagai bagian dalam suatu karangan yang mengandung satu
gagasan pokok atau pikiran utama dan beberapa gagasan penjelas. wacana dapat
pula diartikan sebagai suatu tuturan, percakapan, dan serangkaian pernyatan atau
uraian. Wacana merupakan himpunan dari kalimat kalimat yang bertalian dalam
suatu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan. Tanpa kemampuanpengetahuan
tentang wacana, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah wacana.
Menurut Hawthorm (dalam darma 1992) “Wacana adalah komunikasi kebahasaan
yang terlibat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar,
sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan
sosialnya”. Maka dapat dikatakan bahwa wacana adalah sebagai suatu kebahasaan
dalam suatu kalimat.

Wacana adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat


kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan
menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca. Supaya pikiran tersebut
dapat diterima oleh pembaca, wacana harus tersusun secara logis-sistematis yaitu
suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide. Wacana merupakan himpunan
dari kalimat yang berkaitan dalam suatu rangkaian untuk membentuk suatu
gagasan. Menurut Eriyanto (dalam darma 2005) “Wacana adalah satuan bahasa
tulis yang terdiri beberapa kalimat yang tersusun secara terpadu, runtut, logis, dan
merupakan kesatuan ide yang tersusun secara lengkap dan utuh.” Jadi, dapat di
simpulkan bahwa wacana merupakan uraian tentang sebuah ide pokok. Dalam
upaya menghimpun beberapa kalimat kalimat menjadi paragraf, yang perlu
diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan.

Wacana lebih menfokuskan kepada tiap struktur nya yang secara alamiah
terdapat dalam beberapabahasa lisan, yang banyak terdapat didalam wacana
seperti suatu percakapan, komunikasi, wawancara dan ucapan-ucapan lainnya.
Dalam wacana juga ada gagasan utama yang diwujudkan sebagai kalimat topik
yang memiliki tujuan dari karya tulis ilmiah. Karena merupaka rangkuman dari
wacana dari suatu isi paragraf tersebut. Menurut Foucault (dalam Phillips
1972:117) dinyatakan sebagai berikut.
Wacana merujuk kepada sekelompok pernyataan yang sejauh ini
merupakan milik formasi kewacanaan yang sama yang terdiri dari
sejumlah kecil pernyataan tempat bisa ditetapkannya sekelompok kondisi
eksistensi. Dalam pengertian ini wacana bukanlah bentuk tanpa waktu
yang ideal dari awal sampai akhir, wacana bersifat hostoris-penggalan
sejarah yang memiliki batas, pembagian, transformasi, mode khusus
temporalitasnya sendiri.

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dari rekaman kebahasaan yang


utuh biasanya tentang peristiwa ataupun penggalan sejarah komunikasi dan
Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam wacana menjelaskan lingkup wacana yang
dapat berupa lisan ataupun tulisan.

Wacana dapat dilihat dari level koneptual teoretis, konteks penggunaan,


dan metode penjelasan. Berdasarkan level konseptual teoretis, wacana diartikan
sebagai domain dari semua pernyataan, yaitu semua ujaran atau teks yang
mempunyai makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata. Wacana menurut
konteks penggunannya merupakan sekumpulan pernyataan yang dapat
dikelempokkan ke dalam kategori konseptual tertentu. Metode penjelasannya,
wacana merupakan suatu praktik yang diatur untuk menjelaskan sejumlah
pernyataan (Mills dalam Darma, 1994: 5).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan wacana adalah

2. Syarat-syarat Wacana

Seorang yang akan menulis wacana harus memahami syarat-syarat


penulisan karya ilmiah tersebut. Syarat yang sangat penting dalam pembuatan
wacana adalah harus lah memahami syarat-syarat dalam pembentukan sebuah
kalimat wacana. Berkaitan dengan syarat-syarat wacana, dapat kita tarik
kesimpulan dari beberapa pengertian. Namun terbentuknya wacana tidak cukup
hanya dengan penguasaan lebuh banyak kalimat. Akan tetapi itu saja tidak cukup
untuk memenuhi syarat dari terbentuknya wacana. Suparno dan Yunus (dalam
Darma 1994: 260-270) Menyebutkan jika wacana akan terbentuk bila memenuhi
tiga syarat pokok, yakni topik, tuturan pengungkap topik, serta koherensi dan
kohesi. Sedangkan menurut Widowson (dalam Darma 1979:96) wacana
mempunyai dua hal penting, yaitu proposisi (sejajar dengan topik) dan tindak
tutur (tuturan pengungkap topik). Berikut ini penjabaran beberapa hal yang
menjadi persyaratan wacana.

Wacana memiliki 4 unsur yang harus dipenuhi, yaitu : (1) Topik, sebuah
topik wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan. Gagasan
tersebut akan diurai, membentuk serangkaianpenjelasan tetapi tetap
merujuk pada satu topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang
dimaksud memberikan suatu tujuan. (2) Kohesi dan Koherensi, sebuah
wacana biasanya ditata secara serasi dan ada kepaduan antara unsur yang
satu dengan yang lain dalam wacana (kohesi), sehungga tercipta
pengertian yang baik (keherensi). (3) Proporsional, yang di maksud
proposional disini ialah keseimbangan dalan makna yang ingin dijabarkan
dalam wacana , atau makna yang terdapat dalam wacana, ialah seimbang.
(4) Tuturan, yaitu pengungkapan suatu topik yang ada dalam wacana. Baik
tutur tulis atau tutur lisan. Tuturan kaitanya menjelaskan suatu topik yang
terdapat dalam wacana dengan tetap adanya kohesi dan koherensi yang
proporsional di dalamnya.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dinyatakan bahwa penulisan wacana


memiliki 4 syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan paragraf. Empat hal
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Topik
Sebuah wacana yang mengungkapkan satu jenis proposisi, yakni topik
atau persoalan yang ditutur oleh peserta tutur. Pada saat mengekspresikan
proposisi, peserta tutur itu melakukan tindak tutur tertentu (tutursn pengungkap
topik). Topiklsh penyebab lahirnya wacana dan berfungsinya wacana dalam
proses komunikasi

2. Kohesi dan Koherensi


Sebuah wacana biasanya ditata secara serasi dan ada kepaduan antara
unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana (kohesi), sehingga tercipta
pengertian yang bai (koherensi). Unsur kohesi tersebut misalnya dicapai dengan
hubungan sebab-akibat, baik antarklausa maupun antarkalimat Djajasudarma di
dalam Darma berpendapat bahwa “koherensi adalah cara bagaimana komponen-
komponen wacana yang berupa konfigurasi konsep dan hubungan menjadi
relevan dan saling mengaitkan dan berkaitan dengan perpautan makna”. Jadi
wacana yang utuh adalah wacana kang kohesif dan koheren. Keutuhan wacana
merupakan faktor yang menentukan kemampuan bahasa.
3. Proposional
Proposi yang dinayatakan oleh seseorang selalu berkaitan dengan proposi
oleh lawannya, perkaitan itu dinyatakan dengan frasa yang sangat berhubungan
satu sama lain. Proposional juga dapat diartikan sebagai keseimbangan dalam
makna yang ingin dijabarkan dalam wacana, atau makna yang terdapat dalam
wacana, ialah seimbang.

4. Tuturan Pegungkap Topik


Topik perlu dijabarkan sehingga makna yang disusun dari beberapa
kalimat menjadi utuh karna wujud konkret tuturan itu adalah kalimat atau untaian
kalimat yang membentuk teks. Teks yang dimaksudkan didalam wacana tidak
selalu berupa tuturan tulis, tetapi juga berupa tuturan lisan. Oleh karna itu didalam
kajin wacana terdapat teks tulis dan teks lisan.
Berdasarkan pendapat

3. Jenis-jenis Wacana

Dalam wacana terdapat jenis-jenis wacana yang dapat memudahkan si


penulis untuk memilih jenis paragraf apa yang akan disampaikan kepada pebaca
melalui tulisan, agar tulisan yang di sampaikan dapat di mengerti dan di pahami.
Menurut Suparno dan Yunus (dalam darma 2008: 10-13) menurut jenisnya
paragraf dibedakan menjadi lima macam yaitu narasi, deskripsi, persuasi,
eksposisi, dan argumentasi. Untuk lebih jelas mengenai konsep-konsep yang
dimaksud berikut akan dipaparkan secara rinci.

a. Wacana Narasi

Paragraf narasi adalah sebuah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa


tertentu yang disusun secara urut. Paragraf ini berfungsi untuk menghibur para
pembacanya. Paragraf narasi yakni paragraf isinya menceritakan peristiwa dengan
berdasarkan waktu. Urutan waktu inilah yang menjadi ciri dari paragraf narasi.
Dalam paragraf narasi terdapat pelaku, cerita, konflik, peristiwa, dan lain-lain.
Oleh karena itu, dalam paragraf narasi biasanya runtut sesuai dengan kronologis
waktu.

Wacana Narasi

Myrna masuk ke dalam mobil. Dan Bu Purwo yang berdiri di depan rumah,
melihat dengan panah hati. Setelah mobil itu hilang di ujung jalan sana, Bu
Purwo berbalik arah pintu yang sedang ditutup pelan-pelan oleh Satria. Bu
Purwo berbalik aeah pintu yang sedang ditutup pelan-pelan oleh Satria. Bu
Purwo maju, mendorong pintu itu sehingga terbuka kembali. Dia menuding-
nuding Satria dan Kartika yang sedang berdiri di situ.
“Hei, ibu macam apa, mama kalian itu?” katanya keras. “Gaunnya serba
mengkilat, parfumnya semerbak kayak jin malam kliwon, tapi kewajiban bayar
sewa rumah telatmelulu. Bilang sama mama kalian itu, besok hari terakhir. ...”

Remy Syaldo, Kerudung Merah Kirmizi, (dalam darma 28-052011)

b.Wacana Deskripsi

Paragraf deskripsi berisi mengenai pengalaman yang di gambarkan


secara jelas. Pengalaman tersebut bisa dalam bentuk suatu objek. konsep dari
paragraf deskripsi yakni ketika membaca dan mendengar, seolah-olah pembaca
atau pendengar merasakan sendiri seperti melihat, mendengar, atau menyentuh.
Ciri dari paragraf deskripsi antara lain, isinya menggambarkan sesuatu tertentu.
Penggambaran yang dilakukan dengan menggunakan panca indera. Tujuan dari
paragraf deskrips, yaitu seolah-olah orang pembaca atau diceritakan dan melihat
sendiri objek yang dimaksud. Menurut Alkhadiah (dalam Darma 1997) “paragraf
deskripsi disebut juga paragraf melukiskan (lukisan)”. Jadi dapat dikatakan
bahwa paragraf deskripsi adalah sebuah paragraf yang berisi tentang gambaran
suatu benda atau objek. Paragarf ini bertujuan untuk memberkan gambaran secara
jelas tentang suatu benda atau objek lainnya seolah-olah pembacanya merasakan,
atau melihat sendiri objek tersebut.

Wacana Deskripsi
Ku amati penampilanku sendiri pada cermin besar itu. Tampak di
seberangkaca, seorang pemuda berwajah kasar, sepasang mata menyala-nyala,
bergairang, tapi dalam lingkunganroman muka yang... ya, siapa pun tidak perlu
berkhayal terlalu jauh untuk mampu menentukan persamaanya dengan moncong
seekor anjing buldog. Tidak itu saja, tubuh yang kukuh kekar, pendek berotot,
lengan dengan bisep bak paha pemain sepak bola, dada bidang, menambah-
nambah imajinasi orang yang melihatnya, bahwa aku ini tak ubahnya seekor
anjing buldog saja.

Pandir Kelana, Suro Buldog Orang Buangan Tanah Merah (dalam darma 1986:
2)

c. Wacana Eksposisi

Wacana eksposisi adalah wacana yang memaparkan atau menjelaskan


secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan
memperluas pengetahuan kepada pembaca, wacana eksposisi biasanya digunakan
pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar,
simposium, atau penataran.tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan
objek pengamatan, menetukan tujuan dan pola atau bahan, menyusun kerangka
karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan. Tujuan dari paragraf
eksposisi yakni untuk member informasi kepada pembaca mengenai sesuatu yang
pembaca belum mengetahuinya. Pengembangan kerangka karangan berbentuk
eksposisi dapat berupa pola penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks
dan antiklimaks.

Wacana Eksposisi
Kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, mulai awal Juni 2001, dijadikan objek
wisata malam. Lokasinya terletak sepanjang Jalan Jaksa dan jalan Wahid Hasyim
hingga persimpangan di depan Hotel Cemara. Wisata malam ini dijadwalkan
setiap Sabtu malam, mulai pukul 18.00 hingga 02.00. kegiatan yang akan digelar
berupa pertunjukan kesenian, penjajanan makanan, dan cindera mata. Para
pengusaha hotel dan restoran setempat akan terlibat dalam kegiatan wisata
malam tersebut.
( Dalam darma )

d. Wacana Argumentasi

Wacana argumentasi ialah wacana yang berisi pendapat,sikap,atau


penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan
pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan wacana argumentasi adalah berusaha
meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengaran. Tahapan menulis
wacna rgumentasi, yaitu menenrukan tema atau topik permasalahan, merumuskan
tujuan permasalahan, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau
bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernytaan yang mendukung, menyusun
kerangka wacana, dan mengembangkan kerangka wacana menjadi wacana.
“paragraf argumentasi hakikatnya adalah pendapat. Apa yang dipendapatkan
adalah masalah”. Maka dapat di sampaikan Paragraf argumentasi adalah sebuah
paragraf isinya berupa pendapat -pendapat yang diungkapkan oleh penulisnya.
Pengembangan kerangka wacana argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-
sebab, atau pola pemecahan masalah.

Wacana Argumentasi
Kebijakan komunikasi yang dibangun pemerintah selama 30 tahun lebih
melalui komunikasi top-down, telah membuat masyarakat tidak memiliki
kesempatan untuk mengembangkan hasratnya dengan baik. Lembaga
komunikasi yang ada tidak sepenuhnya mampu menyalurkan aspirasi
masyarakat, terutama masyarakat pedesaan. Selama ini pemerintah hanya
mengeluarkan izin bagi radio pemerintah atau swasta, yang program-programnya
kerap berbeda dengan aspirasi yang akan berkembang di masyarakat luas.
Masyarakat perlu mendapat kesempatan untuk memiliki sarana penyampaian
aspirasinya. Dan radio komunitas akan dapat meyalurkan keinginan itu.

Dimodifikasi dari Republika, (dalam darma 28-05-2001)

e. Wacana Persuasi

Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap


dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya.
Berbeda dengan argumentasi yang pendekatanya bersifat rasional dan diarahkan
untuk mencapai suatu kebenaran, persuasi lenih menggunakan pendekatan
emosional. Seperti argumentasi, persuasi juga menggunakan bukti atau fakta.
Menurut Suparno (dalam darma 2008:4-20) “Persuasi adalah tulisan yang
menjelaskan karakteristik masing-masing ragam wacana. Tulisan dalam persuasi
berisi sesuatu yang menggugah dan mengubah pemikiran seseorang”. Jadi dapat
di sampaikan bahwa paragraf persuasi adalah sebuah paragraf yang berisi ajakan
atau himbauan yang ditujuakan kepada para pembacanya. Contoh wacana ini
seperti propoganda. Iklan, selebaran, atau kampanye.

Wacana Persuasif
Ada bintang baru yang bakal hadir meramaikan bursa artis sinetron
indonesia. Dia adalah Cindy Claudia Harahap, 22 tahun, putri pencipta lagu dan
dedengkot grup The Mercys, Rinto Harahap. Sekali bermain Cindy yang sudah
menghasilak 4 album lagunlangusng mendapat peran menantang. Dalam serial
bidadari yang terluka, yang bakal ditayangkan 16 juni di RCTI.cindy berperan
sebagai miranda, wanita deasa yang mengganggu suatu keluarga karna kepala
keluarganya adalah bekas pacarnya.
Bagaimana pengalamannya bermain cinetron? Menurut cindy, sangat
menyenangkan. Hanya kesulitanya, menghayati peran sebagai anita dewasa.
“Soalnya, Cindy kan masih bergaya ABG (Anak Baru Gede)”, katanya kepada
A. Latief Siregar dari Gatra. Karna aktif didunia keartisan sebagai penyanyi dan
bintang sinetron, sekolah Cindy sementara terhenti. Cindy, yang pernah
bersekolah di Australia, punya rencana kembali ke Australia untuk
melanjutkankembalistudi musik. Atau, kangen dengan teman dekatnya yang
masih di Australia? Cindy, yang belum lama menjadi muslimah, Cuma
tersenyum.
Kegiatan lain Cindy adalah mempersiapkan albumnya yang kelima.
Tapinuntuk sementaratertunda karena pemilik tinggi badan 170 sentimeter itu
sibuk mengikuti mbak Tutut untuk berkampanye Golkar. Bahkan ia
memanggilnya dengan sebutan “bude”. “sejak dulu, kami sudah akrab karena
mama kan kerbat bude dari Mangkunegaran”, ujar Cindy serius.

Gatra No. 28 Th. (dalam Darma III:570)

Berdasarakan penadapat mmmmmm


C. PENUTUP
1. Simpulan

Berdasarkan konsep-konsep yang telah dipaparkan dalam pembahasan,


perlu dikemukkan simpulan dari hasil pembahasan tersebut. Simpulan merupakan
bagian terpenting dalam setiap bagian yang telah dipaparkan. Secara umum
konsep yang akan disimpulkan dalam bagian ini terkait tentang pengertian
wacana, syarat-syarat wacana dan jenis-jenis wacana. Dengan demikin simpulan
pembahasan ini dikemukakan sebagai berikut.
a. Wacana merupakan unit bahasa yang paling lengkap unsurnya, wacana
adalah kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun
bahasa. Oleh karna itu wacana sebagai suatu satuan makna yang dilihat
sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian dari wacana itu
berhubungan secara padu, wacana juga terikat dengan konteks.
b. Syarat-syarat pembentukkan suatu wacana dalam bahasa indonesia
meliputi: (1) topik, (2) koherensi dan koheresi, (3) proposional (4)
tuturan.
c. Jenis-jenis wacana dalam bahasa indonesia: a) wacana narasi, b)
wacana deskripsi, c) wacana eksposisi, d) wacana argumentasi,
e)wacana persuasi (Zainul & Nasution, 2001:19)

2. Saran

Dari hasil pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan, perlu dibuat
saran dalam makalah ini. Saran dinyatakan sebagai rekomendasi penelaahan
sejenis yang perlu dilakukan sejenis dengan penelaahan yang telah penulis
lakukan.Oleh sebab itu, saran yang akan di kemukakan oleh penulis kepada
pembaca lainnya: 1) hendaknya penulis berikutnya yang yang akan membuat
suatu wacana haruslah mengetahui syarat pembentukannya.2) hendaklah penulis
berikutnya melakukan penelaahan tentang kesalahan penulisan wacana
padawacana lainnya. Selanjutnya, 3) hendaknya penulis berikutnya sebaiknya
dalam penyusunan wacana haruslah memperhatiakan jenis wacana apa yang
digunakan sebelum pembuatan sebuah wacana agar apa yang akan di sampaikan
oleh sipenulis tidak melenceng dari apa yang telah ditentukan. 4) hendaknya
penulis berikutnya menyusun sebuah wacana harus seefektif mungkin dan dapat
menyampaikan ide pokok secara jelas sehingga mudah dipahami oleh
pembacanya. (Creswell, 2015:12).
D. DAFTAR RUJUKAN
Alber, A., & Febria, R. (2018). Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis
dalam Kumpulan Makalah Mahasiswa Universitas Islam Riau. GERAM,
6(2). https://doi.org/https://doi.org/10.25299/geram.2018.vol6(2).2143

Creswell, J. (2015). Riset Prndidikan Perencanaan, Pelaksanaan, dan evaluasi


Riset Kualitatif & Kuantitatif (Priyati (ed.); Kelima). Pustaka Pelajar.

Zainul, & Nasution, N. (2001). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.

Darma. 2014. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Rafika Aditama.

Jorgensen dan Phillips. 2007. Analisis Wacana Teori dan Materi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Celeban Timur.

Pal-----upi. 2017. Mengenal Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta Timur:


Sahala Adidayatama jalan Batu Ampar II No 29.(htttp.;..../........, diunduh,
20 Dese 2018)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai