Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karuniaNya pada kami dan shalawat serta salam senantiasa kami
curahkan kepada nabi besar umat islam, Nabi Muhammad SAW. Pada akhirnya
kami dapat menyelesaikan makalah Struktur wacana dan Unsur-unsur wacana,
sehubungan dengan Tugas Mata Kuliah Kajian Wacana dari Dosen pengampu Mata
Kuliah Dr. Masrin

Harapan kami penyusunan makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan


menambah wawasan kita tentang Struktur Wacana dan Unrur-unsurnya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini belum
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan
makalah kami.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala upaya dan usaha yang telah kita lakukan. Aamiin Ya
Robbalallamin.

Jakarta, 2 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN

I.I . Latar Belakang …………................................................................................. 1

I.2 . Rumusan Masalah ............................................................................................. 3

I.3. Tujuan Penulisan................................................................................................. 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. STRUKTUR WACANA …………………………………………………….. 4

2.2. UNSUR-UNSUR WACANA …………………………………………….. 9

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan ........................................................................................................... 14

3.2 Daftar pustaka ................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang 

Wacana adalah teks yang terdiri dari kumpulan proposisi sebagai hasil
pengungkapan ide / inspirasi. Saat berkomunikasi dengan lisan (seperti percakapan)
wacana merupakan proses komunikasi dengan lisan yang merupakan rangkaian
ujaran. Pada Webster, artinya, (1) komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi
ide-ide atau integrasi, koversi atau percakapan;(2) komunikasi secara umum sebagai
subjek studi atau subjek telaah; (3) risalah tulisan, dissasi formal, kuliah, ceramah,
kutbah (Tarigan, wacana dalam Wijana: 66).

Sesuai dengan sifat penggunaan bahasa yang linear, wacana mempunyai


struktur. Struktur wacana sifatnya lebih terbuka disbanding dengan struktur kalimat.
Artinya, kemungkinan variasi susunan unsure-unsur kalimat sangat terbatas,
sedangkan kemungkinan variasi susunan unsur-unsur struktur wacana lebih besar.

Dari sudut pandang linguistik, wacana adalah suatu rangkaian bahasa


sinambung (khusus lisan) yang lebih luas dari kalimat. Sudut pandang
psikolinguistik memandang wacana sebagai suatu proses dinamis pengungkapan dan
memahami orang dalam interaksi kebahasaan (Crystal dalam Wijana, 2010: 67)
Sementara itu menurut Tarigan (dalam Wijana, 2010: 67), mengatakan bahwa
wacana adalah satuan bahasa terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi
dan kohesi tinggi yang berkelanjutan yang menghasilkan awal dan akhir yang baru,
disampaikan secara lisan atau tulisan.

Koherensi adalah keseharian hubungan antar tidak satu dan tidak ada yang
lain di wacana, sedangkan koherensi adalah kepaduan wacana
sehingga   komunikatif menggunakan suatu ide.(Djajasudarma dalam Wijana, 2010:
67) Lebih lanjut membahas wacana adalah rentetan kalimat yang membahas, yang
terkait proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan.

1
Hoed mengatakan bahwa wacana adalah abstrak yang maknanya dikaji
dalam perdebatan dengan percakapan dan komunikasi komunikasinya.Yang dibahas
konteks adalah bahasa tidak dirujuk oleh suatu ujaran, sedangkan diskusi adalah
nonbahasa yang dirujuk oleh suatu ujaran.Dengan demikian, wacana ada dalam
tataranlangue, sedangkan teks dilakukan wacana dan ada pada tataran pembebasan
bersyarat.Untuk memperjelas pengertian wacana tersebut, Hoed (1994: 128)
memberi contoh sebagai berikut.Jika ada ujuran (teks), misalnya "kanan 'maka
ujuran ini akan dapat dibahas maknanya jika dikaji dalam percakapannya dengan
komunikasi komunikasi yang mengiringi ujaran itu. Jika untuk ujaran itu diandaikan
ada komunikasi di ucapkan di mobil oleh orang lain yang mengemudikan mobil itu
dan yang duduk di sebelahnya, maka ujaran "kanan" ini berproposisi 'beloklah ke
kanan'. Dengan demikian, menurut Hoed, pengertian wacana di dalam contoh
tersebut adalah hasil pembahasan yang menggambarkan hubungan antara leksem
kanan dengan seluruh pembicaraan komunikasi yang mengiringinyaMenurut Wijaya
(2010: 68) wacana adalah (1) rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan
proposisi yang satu dengan proposisi yang lain, membentuk satu kesatuan, sehingga
membentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu .
wacana adalah kesatuan makna semantis antar bagian dalam satu bangunan
bahasa. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai satuan bahasa terutuh,
karena setiap bagian dalam wacana terhubung secara padu. Sebagai kesatuan yang
abstrak, wacana dibedakan dalam teks tulisan, bacaan, dan tuturan yang mengacu
pada makna yang sama yaitu wujud kongkrit yang bisa terlihat dan terasa.
Pemahaman terhdap wacana akan mampu memudahkan kita memahami bahasa
secara lebih luas, tidak hanya dari struktur formal saja, tapi dari aspek luar bahasa
(konteks).

Wacana dalam keseluruhannya memiliki dua unsur terpenting yang


membangunnya, yaitu unsur internal dan eksternal wacana. Unsur internal wacana
terdiri atas satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud dengan satuan kata dan kalimat
adalah tuturan yang berwujud satu kata. Untuk menjadi susunan wacana yang lebih
besar, susunan kata atau kalimat itu harus saling berkaitan dan bersatu. Sedangkan
unsur eksternal wacana adalah bagian wacana yang tidak bersifat eksplisit, atau bisa
dikatakan sebagai satuan diluar konteks wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai
pelengkap keutuhan wacana, sehingga akan memiliki makna penuh yang diterima
oleh pembaca atau lawan tutur
2
1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
tercangkup dalam rumusan masalah adalah

1. Bagaimanakah struktur wacana menurut para ahli ?


2. Bagaimanakah cara menerapkan struktur dan unsur-unsur wacana secara tepat?

I.3. Tujuan Penulisan

 1. Dapat Mendeskripsikan struktur wacana menurut para ahli.

 2. Dapat Mendeskripsikan unsur-unsur wacana menurut para ahli.


3.Dapat lebih memahami pentingnya mempelajari dan mengetahui serta
merealisasikan struktur wacana dan unsur-unsur wacana

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. STRUKTUR WACANA

A. PENGERTIAN STRUKTUR WACANA


Sesuai dengan sifat penggunaan bahasa yang linear, wacana mempunyai
struktur. Struktur wacana sifatnya lebih terbuka disbanding dengan struktur kalimat.
Artinya, kemungkinan variasi susunan unsure-unsur kalimat sangat terbatas,
sedangkan kemungkinan variasi susunan unsur-unsur struktur wacana lebih besar.
Ada barmacam-macam sudut pandang dalam menentukan struktur wacana sehingga
ada bermacam-macam perian struktur wacana.

B. Analisis wacana yang menentukan struktur wacana berdasarkan pada hasil


analisis terhadap wacana jual beli.
Tahap-tahap yang membentuk struktur itu :
1.salam
2.menemukan barang
3.pemeriksaan barang
4.kesepakatan
5.simpulan
kekurangan : dalam kenyataannya, jual beli tidak harus menggunakan ke-5 tahap
tersebut. Sehingga dinyatakan bahwa struktur transaksi di atas bukan merupakan
analisis bahasa, melainkan analisis jual beli.

C. Analisis wacana berdasarkan peringkat struktur (rank struktur).


Kekurangan : (1) diagram pohon tersebut bukan pengikat struktur untuk semua jenis
wacana, melainkan struktur wacana yang khusus, yaitu penerbitan berseri. (2) cara
di atas tidak dapat digunakan untuk mendeskripsikan struktur wacana dalam arti
urutan bagian-bagian yang membentuk suatu wacana.

D. Struktur wacana berdasarkan teori tata bahasa transformasi dengan menggunakan


analogi, kalimat tersusun atas beberapa kata sejalan dengan wacana tersusun atas
beberapa kalimat

4
Rambu-rambu :
1.struktur batin kalimat terdiri atas komponen penanda frase dan suku akhir penanda
frase jatuh pada kata.
2.komponen semantik diketahui melalui unsur langsung tiap-tiap cabang.
3.kaidah pembentukan wacana secara semantis dapat diketahui dengan menganalisis
hubungan kalimat-kalimat yang memnbentuk struktur dasar wacana.
4.struktur dasar wacana diketahui dengan interpretasi semantik.
5.struktur batin kalimat dapat diuraikan dengan transformasi kalimat yang
menghasilkan unsur langsung yang berupa kata
6.struktur dasar wacana dapat diuraikan dengan transformasi wacana yang
menghasilkan rangkaian struktur batin kalimat
7.struktur langsung itu dapat ditafsirkan melalui proses morfonemik dalam urutan
bunyi-bunyi segmental
kekurangan : (1) struktur wacana diatas hanya terbatas pada urutan kalimat dalam
membentuk wacana. (2) hanya memberikan informasi tentang kelompok-kelompok
kalimat dan urutannya

E.Analisis struktur wacana pada interaksi guru-siswa di kelas.


Struktur wacana dibagi menjadi beberapa peringkat sehingga dikenal sebagai
struktur peningkat.
1..interaksi
2. pelajaran
3. transaksi
4. pertukaran
5. gerak
6. tindak
struktur wacana ini khusus untuk mendeskripsikan struktur wacana interaktif,
khususnya interaksi antara guru dan murid di dalam kelas. Oleh karena itu, peringkat
strukturnya khas sesuai dengan situasi pengajaran. Hal tersebut tentunya berbeda
dengan wacana jenis lain.

F. MODEL STRUKTUR PERTUKARAN DALAM PERCAKAPAN


Struktur pertukaran diartikan sebagai suatu perangkat aturan yang igunakan oleh
peserta percakapan dalam melakukan tukar-menukar informasi atau lainnya. Aturan
ini ditekankan pada seperangkat pola atau urutan-urutan tingkah laku yang teratur
dalam melakukan hubungan timbal-balik. Ada beberapa ilmuan yang membicarakan
model struktur pertukaran, antara lain :
5
1.Belack & Mitchell
Belack, dkk. (dalam Coulthard, dkk.1981; Sinclai dan Coulthard, 1975 : 17-18)
mengususlkan 4 struktur wacana di kelas :

a.pertukaran (structuring)
penstrukturan merupakan perilaku untuk mengarahkan kelangsungan peristiwa
pedagogis dan mengajak siswa untuk memperhatikan sesuatu.

b.Permintaan (soliciting)
Permintaan merupakan suatu kategori unsur struktur yang dimaksudkan untuk
memancing munculnya tanggapan, baik tanggapan verbal maupun nonverbal dari
siswa.

c.Penanggapan (responding)
Tanggapan merupakan tindakan jawaban atas permintaan yang menyatakan
hubungan timbal-balik

d.Pereaksian (reacting)
Pereaksian merupakan kategori tindak yang beupa tindak lanjut dari kategori
sebelumnya yang mungkin berupa penjelasan, ringkasan, dan perluasan dari apa
yang telah dikatakan lebih dahulu.

Mitchell mengatakan dalam struktur wacana transaksi dalam jual beli ada salam,
menemukan barang, pemeriksaan barang, kesepakatan dan simpati. Keduanya
menggunakan penanda semantis untuk menetukan tiap-tiap unsur struktur dan lebih
banyak menggunakan intuisi.
Brown dan Yule (1983:69) menjelaskan bahwa para analsis wacana sangat
tergantung pada intuisi, terutama untuk menentukan suatu bagian dari percakapan
yang menunjukkan bagian permulaan dan bagian akhir.

2.Sinclair dan Coulthard


Sinclair dan Coulthard (1975:2-8) mengatakan pengategorian yang dikemukakan
oleh Mitchell bersifat abstrak karena tidak menggunakan penanda linguistik untuk
menetukan setiap tahap. Walaupun dia menghindari penggunaan intuisi tetapi
ternyata dia juga menggunakan intuisi dalam analisisnya.
Struktur pertukaran digolongkan sebagai lapisan struktur ke-3. dalam interaksi kelas
ada struktur pembatas pertukaran dan pertukaran pengajaran.

6
G. Struktur Wacana Hoed

Setiap kalimat yang memiliki struktur linear objek-predikat-objek, wacana juga


memiliki struktur. Sinclair dan Coulthard (1975) yang merintis kajian tentang
struktur wacana interaksi kelas (interaksi kelas) membahas struktur wacana ini
adalah tata cara interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar,
transaksi-prtukaran-gerak-tindak. Lanzimnya pelajaran dimulai dengan transaksi
(transaksi) yang terdiri dari guru untuk siswa, diikuti oleh transisi (pertukaran) yang
dapat terdiri dari diskusi, lalu dapat dilanjutkan dengan gerakan (move) atau tindak
(tindakan) yang dapat melibatkan kegiatan, kegiatan atau tindakan berbaring di
dalam kelas.

Dalam hal struktur berita wacana, Hoed (1976) mengambarkannya sebagai piramida
membalikkan seperti yang tampak pada gambar (3).

Bagian kesimpulan merupakan porsi terbesar dan terpenting berita yang mengawali
berita dan biasanya berisikan informasi tentang apa dan siapa dalam suatu
peristiwa. Bagian penjelas berisikan informasi lebih lanjut, seperti kapan dan di
mana peristiwa terjadi. Bagian analisis membahas berita, yang biasanya berisi
informasi tentang Mengapa dan bagaimana peristiwa terjadi.

H . Struktur Wacana Tarigan

Struktur wacana yang disetujui ada tiga, yaitu awal / abstrak, tengah / tujuan, dan
akhir / koda.

1 . Awal

Pada bagian awal / abstrak dalam struktur wacana merupakan bagian pembukaan
yang berisi tentang sapaan dan pemaparan. Dalam struktur wacana muncul
keberadaan sapaan dari pembawa acara kepada penonton yang ditandai dengan
dibukanya acara dan diadakan dengan pemaparan tema yang akan dibicarakan.

( a ) D: ”Hai… Assalamu'alaikum Wr. Wb. "

P: ”Wa'alaikumsalam Wr. Wb. "

7
D: .... "Kalau puasa bawaannya makanan aja Bu ... Apa kabar, Bu?"

P: "Baek-baek." (Serempak)

Dari data di atas dapat diketahui pada bagian awal


diawali   alih   presenter   yang   diikuti  dengan   penggunaan sapaan untuk dibuka
acara.

2 . Tengah

Pada bagian tengah wacana muncul adanya transaksi dan transaksi. Pertukaran


berupa prakarsa dalam bentuk pengantar yang mengarah ke pertanyaan, jawaban
dari pertanyaan, dan   umpan   balik sesuai  jawaban yang mengandung
pertanyaan.Transaksi dimulai dengan penutur membahas tentang hal pada mitra
tutur, penutur diarahkan  mitra tutur untuk fokus dalam percakapan,  dan penutur
mendorong   mitra tutur untuk memberikan   tanggapan tentang apa yang
dibicarakan.

( a ) D: “Teman saya yang satu ini, jika secara fisik kita memang tidak boleh
menghina orang. Dia tidak pernah tahu dan tidak pernah meminta. Dia mempunyai
Fisik Yang Kecil tapi Fisik Yang seperti itu dia Mampu membesarkan anak-anaknya
Dan  also juga   keluarganya.   Dia   berjuang   dari daerah menuju Jakarta dengan
perjuangan penuh dan akhirnya berhasil. "Dari   data Yang   di   differences   dapat
diketahui   bahwa   pada   Bagian   Tengah  Wacana diawali dengan Sebuah Prakarsa
sebagai pengantar Menuju ditunjukan kepada pembicaraan Sesuai tema Yang
dibawakan.

Data   no   ( a )   ditandai   dengan  mendeskripsikan   bintang   tamu   yang   akan
hadir sebagai sumber nara .

c. Akhir

Pada bagian akhir wacana merupakan bagian penutup wacana. Akhir wacana


ditandai dengan pembawa acara yang mulai ditutup acara. Pembawa acara ditutup
dengan memaparkan kesimpulan dari tema yang sudah dibicarakan.

8
Selanjutnya,   diakhiri  dengan   salam   penutup   dari   pembawa  acara kepada
bintang tamu dan penonton.

( a ) D : Nang, Nang prestasi terus dan jangan putus asa. Bunda tetap
mendoakan.Amin. "..."

"Penonton yang ada di studio dan yang ada di rumah, terima kasih atas
perhatiannya." Pada contoh data di bagian atas yang dapat diambil bagian akhir
merupakan bagian akhir  .   Pembawa acara membantah doa, harapan, ucapan terima
kasih dan sampai jumpa
2.2. UNSUR-UNSUR WACANA

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kita dapat mengambil kesimpulan


bahwa wacana adalah kesatuan makna semantis antar bagian dalam satu bangunan
bahasa. Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai satuan bahasa terutuh,
karena setiap bagian dalam wacana terhubung secara padu. Sebagai kesatuan yang
abstrak, wacana dibedakan dalam teks tulisan, bacaan, dan tuturan yang mengacu
pada makna yang sama yaitu wujud kongkrit yang bisa terlihat dan terasa.
Pemahaman terhdap wacana akan mampu memudahkan kita memahami bahasa
secara lebih luas, tidak hanya dari struktur formal saja, tapi dari aspek luar bahasa
(konteks).

Wacana dalam keseluruhannya memiliki dua unsur terpenting yang


membangunnya, yaitu unsur internal dan eksternal wacana. Unsur internal wacana
terdiri atas satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud dengan satuan kata dan kalimat
adalah tuturan yang berwujud satu kata. Untuk menjadi susunan wacana yang lebih
besar, susunan kata atau kalimat itu harus saling berkaitan dan bersatu. Sedangkan
unsur eksternal wacana adalah bagian wacana yang tidak bersifat eksplisit, atau bisa
dikatakan sebagai satuan diluar konteks wacana.

Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana, sehingga akan


memiliki makna penuh yang diterima oleh pembaca atau lawan tutur. Untuk lebih
jelasnya akan dijelaskan berikut ini.

1.      Unsur Internal Wacana

Unsur internal wacana terdiri dari satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud dengan
satuan kata adalah tuturan yang berwujud satu kata, untuk menjadi satuan yang
lebih besar, sehingga akan menjadi bagian kalimat yang utuh.

9
Ada beberapa unsur yang dikaji dalam unsur internal wacana yaitu.

a.       Kata dan Kalimat

Jika dilihat dalam struktur yang lebih besar, kata merupakan bagian dari kalimat,
karena katalah yang bersatu membentuk kesatuan sehingga menjadi sebuah kalimat
yang utuh. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan sebuah kalimat tidak terdiri dari
beberapa kata, kalimat satu kata ini harus merupakan pengungkapan atau tuturan
pendek yang memiliki esensi sebagai kalimat. Kalimat pendek seperti ini sering
terdapat pada dialog atau percakapan, karena pada situasi dan kondisi tertentu, orang
cenderung berkomunikasi dengan kalimat pendek. Contohnya sebagai berikut.

Ketika Suhaeba pulang dari kampus dan bertemu dengan Zulfikri.

Zulfikri : udah ke mana?

Suhaeba : kampus.

Zulfikri : emang dosen masuk?

Suhaeba : iya.

Kata atau kalimat yang mengisi unsur wacana harus memiliki makna yang luas,
informasi dan konteks yang jelas untuk mendukung sebuah tuturan yang utuh. Pada
dasarnya sebuah kata dijadikan sebagai kalimat kerana ada unsur lain yang
mendukungnya (informasi yang utuh dan pemahaman lawan tutur). Kalimat di atas
dapat dipahami pendengar atau pembaca karena ada unsur lain, perhatikan ketika
Zulfikri bertanya. Udah ke mana? Kemudian dijawab oleh lawan tuturnya (kampus).
Kata kampus ini sudah memiliki potensi sebagai sebuah kalimat, karena makana
yang terkandung di dalamnya sudah utuh, sehingga dengan sendirinya penutur
pertama (Zulfikri) melontarkan pertanyaan kedua. Ada dosen? Dijawab lagi oleh
lawan tutur (iya).

Hal tersebut memmbuktikan adanya pemahaman makna dan penerimaan informasi


secara utuh oleh pembaca atau pendengar. Sehingga tidak perlu lagi melakukan
obrolan yang panjang lebar, padahal hanya mengungkap sedikit informasi.

b.      Teks dan Konteks

Teks merupakan hasil dari sebuah proses wacana. Pada proses itu, terdapat nilai-
nilai, ideologi, emosi, serta kepentingan lain dari seorang penulis wacana.

10
Dengan demikian, memahami makna suatu teks tidak cukup hanya dengan
pemahaman tentang logika teks itu sendiri, namun juga harus memahami tentang
konteks (keaadaan) yang menyertai teks atau tuturan tersebut. Jika salah dalam
menafsirkan konteksnya, maka pemahaman pesan dan makna akan terhambat.
Perpaduan teks dan konteks disebut disebut sebagai wacana. Sumarlam (2005 : 47)
menyatakan bahwa konteks wacana adalah aspek internal  wacana dan segala
sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana. Konteks wacana terdiri
dari berbagai unsur seperti.

1)      Latar (Setting and Scene)

Setting lebih bersifat fisik yang mengacu pada tempat dan waktu terjadinya
percakapan. Sedangkan scene (suasana) merupakan latar psikis yang lebih mengacu
pada suasana psikologi yang menyertai peritiwa tuturan. Hal tersebut bisa dilihat
dari contoh berikut.

Waktu pukul tujuh malam, desa Sanggeng sudah tampak sunyi seperti kuburan.
Melihat hal itu, Zulfikri segera menutup jendela dan pintu. Keesokan harinya dia
terbangun pada pukul enam, tak disangka jalanan sudah sangat sidesaki oleh banyak
orang.

2)      Peserta (Participants)

Yaitu orang-orang yang terlibat dalam komunikasi baik secara langsung maupun
tidakm langsung. Dengan kata lain, peserta adalah orang yang melakukan tuturan
dengan orang lain, sedangkan keduanya mendapatkan informasi sesuai dengan
keinginannya.

3)      Hasil (Ends)

Yaitu meliputi tujuan akhir dan tanggapan dari suatu pembicaraan yang memang
diharapkan oleh penutur

4)      Amanat

Amanat adalah pesan berbentuk esai, iklan, pengumuman, pemberitahuan dan


sebagainya yang ditujukan kepada pendengar atau pembaca

5)      Cara (Key)

Mengacu pada konsep pelaksanaan percakapan. Misalnya dengan cara bersemangat,


santai, lemas dll.

11
6)      Norma (Norm)

Norma adalah aturan prilaku peserta komunikasi. Misalnya diskusi yang cenderung
bersifat satu arah, atau pidato yang bersifat dua arah dan lain sebagainya.

Intinya, istilah teks lebih dekat pemknaannya dengan bahasa tulis dan wacana
bahasa lisan. Sedangkan konteks adalah teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan
memiliki hubungan dengan teks lainnya. Sebagai tambahan saja, konteks terdiri dari
empat macam yaitu.

Konteks linguistik, yaitu meliputi kalimat-kalimat dalam percakapan.

Konteks epitemis, yaitu latar belakang pengetahuan sama yang dimiliki peserta
Konteks fisik, yaitu tempat kejadian percakapan dan objek yang disajikan dalam
percakapan Konteks sosial, yaitu hubungan sosial antara participants.

2.      Unsur Eksternal Wacana

Unsur eksternal adalah sesuatu yang menjadi bagian wacana, namun tidak nampak
secara eksplisit. Terdapat beberapa bagian unsur eksternal wacana, yaitu implikatur,
presuposisi, referensi, inferensi dan konteks.

1)      Implikatur

Imlikatur adalah ujaran yang menyiaratkan sesuatu yang berbeda dengan sebenarnya
yang diucapkan. Sesuatu yang berbeda tersebut adalah maksud pembicara yang
dikemukakan secara samar. Dengan kata lain implikatur adalah keinginan hati yang
tersembunyi. Contoh.

Boy : malam ini sungguh indah.

Usi : iyaa. Indah sekali.

Boy : akan tersa lebih indah jika kita sudah terikat.

Usi : maksudmu?

Boy : oh tidak ada.

2)      Presuposisi

Adalah perkiraan atau anggapan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa, yang
membuat bentuk bahasa menjadi bermakna untuk pendengar atau pembaca.

12
Contoh.

A : saya rasa kamu orang pintar.

B : ah tidak juga.

A : tapi itu kelihatan dari caramu belajar.

B : haha.. ada-ada saja.

3)      Referensi

Referensi adalah hubungan kata atau benda yang dirujuknya. Referensi merupakan
prilaku pembicara atau penulis. Contoh

Bangku itu terbuat dari kayu jati. Kayu jati merupakan salah satu bahan pembuatan
bangku yang sangat kuat dan tahan lama. Begitu juga harapan dan keinginan
seseorang. Harus layaknya sebuah kayu jati yang sukar dimakan waktu.

4)      Inferensi

Inferensi berarti kesimpulan. Dalam bidang wacana inferensi merupakan bagian


akhir yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan informasi. Tanpa adanya
inferensi, informasi yang diterima oleh pembaca dan pendengar akan menjadi sia-
sia.

5)      Konteks

Konteks berarti yang berkenaan dengan teks yang berarti benda-benda yang terlibat
dalam wacana tersebut. Menurut Brown dan Yule ,konteks adalah lingkungan
(envirenment) atau keadaan (circumstances) tempat bahasa digunakan.Contohnya
dilingkungan kelas.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari berbagai pendapat tentang struktur wacana di Atas dapat kami


simpulkan antara pendapat Hoed Adalah tiga b agian . K esimpulan merupakan porsi
terbesar dan terpenting berita yang mengawali berita dan biasanya berisikan
informasi tentang apa dan siapa dalam suatu peristiwa. P enjelas berisikan informasi
lebih lanjut, seperti kapan dan di mana peristiwa terjadi. Sebuah berita terbaru, yang
biasanya berisi informasi tentang Mengapa dan bagaimana melaporkan terjadi.
Tarigan membaginya menjadi tiga bagian.Sebuah wal / abstrak dalam
struktur wacana merupakan bagian dari pembukaan yang berisi tentang sapaan dan
pemaparan . T engah wacana muncul sebagai pendaftar dan transaksi.Pertukaran
berupa prakarsa dalam bentuk pengantar yang mengarah ke pertanyaan, jawaban
dari pertanyaan, dan   umpan   balik sesuai   jawaban yang mengandung
pertanyaan.Sebuah khir wacana merupakan bagian penutup wacana. Akhir wacana
ditandai dengan pembawa acara yang mulai ditutup acara.

Wacana adalah kesatuan makna semantis dalam bagian kebahasaan. Dengan


ketentuan makna, wacana dilihat sebgai bangunan bahasa yang utuh karena
hubungannya yang padu. Unsur yang membangun wacana ada dua yaitu, unsur
intrinsik meliputi (kata dan kalimat. Teks dan konteks) serta unsur ekstrinsik yang
meiliputi implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks.

14
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Rineka cipta. Jakarta

Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana : Pemahaman dan Hubungan Antar Unsur.


Eresko. Bandung (E-book)

Suhardi. 2012. Pengantar Linguistik Umum.Arruzmedia. yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai