Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

FAKTOR PSIKOLOGIS DALAM BELAJAR

Makalah ini Ditujukan untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Psikolinguistik

Kelompok 3
Kelas : 3C
Eduardus Betu (20187170045)
Julia (20187170085)
Margareta (20187170100)
Noor Tsalis Yuni Kusumawati (20187170093)

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2019
A. Pendahuluan
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai
akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. Ringkasnya ia mengatakan bahwa belajar
adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman.Siswa mengalami suatu proses belajar.
Dalam proses belajar tesebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk
mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik
yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya
informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan
keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar, akan kemampuan dirinya.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai latihan
dan pengalaman. Bisa juga dikatakan belajar adalah proses adaptasi yang berlangsung
secara progresif. Setiap proses belajar tentu berharap bisa mencapai hasil yang maksimal,
namun perlu diketahui bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
belajar, antara lain faktor fisiologis, psikologi, lingkungan maupun faktor instrumental.
Semua faktor tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai hasil
belajar, namun dalam hal ini penulis hanya akan fokus pada salah satu faktor saja yaitu
faktor psikologi dalam belajar.
B. Pembahasan
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan.
Perubahan tidak hanya mengenai sejumlah pengetahuan, melainkan juga dalam
bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian
diri dan mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.
Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa belajar dapat merubah tingkah laku
seseorang, perubahan itu terjadi disebabkan oleh pengalaman dan latihan-latihan
yang dilakukan oleh belajar tersebut. Selanjutnya Winkel menjelaskan tentang
pengertian belajar sebagai berikut “Belajar adalah suatu proses mental yang
mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan/skill, kebiasaan atau sikap
yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkat
laku yang progressif dan adaptif”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bukan hanya
mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan, melainkan lebih dari itu, karena
berhubungan dengan pembentukan sikap, nilai, keterampilan dan pengetahuan,
2
sehingga siswa yang belajar dapat mengadakan reaksi dengan lingkungannya secara
intelektual, menyesuaikan diri untuk menuju kearah kemajuan dalam melakukan
perbaikan tingkah laku sebagai hasil belajar.
Definisi lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Hudoyo mengemukakan :
“Belajar merupakan suatu usaha yang berupa kegiatan hingga terjadi perubahan
tingkah laku yang relatif lama/menetap”. Perubahan tingkah laku tersebut
merupakan suatu tujuan akhir dari suatu proses belajar, oleh karenanya proses belajar
harus dilakukan secara berkesinambungan. Perubahan tingkah laku yang berlaku
dalam waktu yang relatif lama itu dan disertai oleh usaha orang tersebut, sehingga
dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Tanpa
usaha, walaupun terjadi perubahan tingkah laku bukanlah belajar. Kegiatan dan usaha
untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar. Sedangkan
perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Dengan demikian
dapatlah dikatakan bahwa belajar itu menyangkut proses belajar dan hasil belajar.
2. Faktor-Faktor Psikologi Dalam Belajar
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi
proses belajar. Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental
yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan
stabil. Beberapa faktor psikologis yang memengaruhi proses belajar adalah
kecerdasan, motivasi, minat, sikap, dan bakat,berpikir dan ingatan
a.  Kecerdasan (Intelegensi)
Tingkat kecerdasan diakui sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik.
Karena anak didik yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi umumnya mudah
belajar dan hasilnya pun cenderung baik, begitu sebaliknya.
Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan hubungan erat antara IQ dengan
hasil belajar anak didik. Dijelaskan dari IQ, sekitas 25% hasil belajar disekolah
dapat dijelaskan dari IQ, yaitu kecerdasan sebagimana diukur oleh tes intelegensi.
Oleh karena itu, anak yang mempunyai tingkat kecerdasan dari 90-100,
cenderung akan menyelesaikan sekolah dasar tanpa kesukaran.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah
penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh
Terman dan Merill sebagai berikut:
1) Kelompok kecerdasan amat superior yaitu antara IQ 140–169
3
2) Kelompok kecerdasan superior yaitu antara IQ 120 – 139
3) Kelompok rata-rata tinggi (high average) yaitu antara IQ 110 – 119
4) Kelompok rata-rata (average) yaitu antara IQ 90 – 109
5) Kelompok rata-rata rendah (low average) yaitu antara IQ 80 – 89
6) Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70 – 79
7) Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20 -
69
Hal lain yang harus diperhatikan oleh setiap calon guru dan guru
profesional adalah menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa , baik yang
positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline, lazimnya
menimbulkan kesuksesan belajar siswa yang bersangkutan. Namun disatu sisi siswa
yang sangat cerdas akan merasa tidak mendapat perhatian yang memadai dari
sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatny dia
enjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keinginanya merasa dibendung
secara tidak adil. Disisi lain, siswa yang bodoh akan merasa payah mengikuti sajian
pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan
akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa
positif.
b. Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Jadi, motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk belajar.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan
kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di
dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku
setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari segi sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang
siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca,
karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga
telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
4
pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi
intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
a) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
b) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
maju.
c) Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari
orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan
lain sebaginya.
d) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi
dirinya.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
c. Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber Syah, minat
bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
moativasi, dan kebutuhan. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya
dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar,
ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam
konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan
minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau
dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain:
a) Dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak
membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang
membebaskan siswa mengeksplore apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain

5
belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif,
maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.
b) Pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan
atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
d. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap
obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif .
Sikap juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang
membawa diri sesuia dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa
memperoleh kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima,
menolak, atau mengabaikan kesempatan belajar tersebut.
e. Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara
umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu
khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu.
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka
bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan
berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai
prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu
yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang
berhubungan dengan bakat yang mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain
bahasanya sendiri. Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap
individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan
memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain
dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih
jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

6
f. Berpikir
Definisi yang paling umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep
di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses
penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri
seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa
berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1)
pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan
kesimpulan.
Kemampuan berpikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam
keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat
yang relatif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses
pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya
melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecenderungan untuk memberikan
penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cenderung
melemahkan kemampuan subjek didik untuk berpikir. Sebaliknya, para pendidik yang
lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau
konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya
mengembangkan kemampuan berpikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan
menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-
kesimpulannya secara mandiri.
g. Ingatan
Secara teoretis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni
(1) menerima  kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin
karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan
untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.[15] Kecakapan merima kesan
sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik
mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran
yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih
dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang
mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama
untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang

7
tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g
(gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.

C. Penutup
Belajar adalah suatu proses mental yang mengarah kepada penguasaan
pengetahuan, kecakapan/skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan
dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkat laku yang progressif dan adaptif.
Perubahan tingkah laku merupakan suatu tujuan akhir dari suatu proses belajar. Kegiatan
dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar.
Sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi
proses belajar. Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi
segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat
menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Beberapa
faktor psikologis yang memengaruhi proses belajar antara lain kecerdasan, motivasi,
minat, sikap, dan bakat,berpikir dan ingatan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri,2002, Psikologi Belajar, Jakarta:Rineka Cipta.


Hudoyo,  Herman,2001, Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: Depdikbud
Sardiman, 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sholeh, Abdil Rahman,2008, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta:Recana.
Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, Muhibbin,2003, Psikologi belajar. Jakarta: PT. Raja Grafinda Persada.
Syah,Muhibbin, 2008, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.
Syaodih, Nana.S., 2005,Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Winkel, W.S. 2000 Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasido.
http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar/, di
akses 17 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai