Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS MAKNA KATA BERAFIKSASI PADA TEKS CERITA

DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA

Rika Kustina dan Mulia Rahmawati


STKIP Bina Bangsa Getsempena
Email: rika@stkipgetsempena.ac.id

Abstrak
Kajian penelitian ini mengenai bentuk kata berawalan (afiksasi) dan analisis makna.
Penelitian ini dilakukan melihat banyaknya siswa yang sulit memahami atau mengartikan
makna yang baik dan benar dan juga karena kurangnya penguasaan kosa kata yang dimiliki.
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beragam bentuk kata berafiks dan maknanya.
Sumber data penelitian ini adalah teks cerita dalam buka ajar Bahasa Indonesia Wahana
Pengetahuan Kelas IX Kemendikbud Semester 1 Tahun Terbit 2015. Metode penelitian yang
digunakan berupa metode deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data berupa kajian
dokumen dan teknik analisis data dilakukan dengan 3 tahap yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil pengumpulan data, ditemui beberapa
bentuk kata berafiksasi yaitu, prefiks yang memiliki morf {meN-, peN-, Ter-, Ke-, Di-, Se-,
Per-, dan Ber-}, bentuk sufiks terbentuk dari morf {-kan, -an, dan –i}, bentuk gabungan
terbentuk dari morf {meN-i, meN-kan, peN-an, Per-an, Ke-an, Ke-i, Di-kan, Di-i, Ber-an,
Ber-kan, Ter-kan, Ter-i, Memper-kan, Memper-i, Memper-, Diper-, Diper-kan, Keter-an,
Sese-, Berke-an}. Selain itu, ada pula berupa bentuk kata berafiksasi tidak baku seperti
(ngerokok, ngopi, mikir, nyuruh, nyogok, ngaji, nyuap, nurut, omongin, teriakin, mainin,
bukain, diciriin, dibilangin). Makna yang ditimbulkan dalam pembentukan kata berafiksasi
yaitu verba aktif, verba pasif, nomina, adverbia, dan adjektiva. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah semua bentuk kata berafiksasi yang paling banyak ditemukan yaitu bentuk kata
prefiks, baik dalam bentuk baku atau yang tidak baku, sedangkan makna kata yang banyak
ditemukan pada kata berafiksasi tersebut adalah makna kata verba, baik verba aktif maupun
verba pasif. Oleh karena itu, bagi para pembaca skripsi ini diharapkan agar dapat
mengembangkan penelitian ini dari segi kajian semantik secara mendalam, bagi pembaca teks
cerita dan pengajar hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memahami buku Bahasa
Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas IX, dan bagi peneliti lain agar bisa menjadikan
penelitian ini sebagai rujukan untuk melanjutkan penelitian serumpun.

Kata Kunci: Bentuk Kata, Makna Kata Berafiksasi, Teks Cerita

Abstract
The knowledge of this research is about the form of words beginning with (affixation) and
analysis of meaning. This research was conducted to see the number of students who find it
difficult to understand or interpret the meaning of good and true and also because of the lack
of mastery of vocabulary owned. This research aims to find out various forms of words that
are affixed and their meanings. The source of this research data is story text in opening
Indonesian textbooks Ministry of Education and Culture Class IX Knowledge Forum 1st year
of the year of publish 2015. The research method used is descriptive qualitative method, data
collection techniques in the form of document studies and data analysis techniques are done
in 3 stages, namely data reduction, presenting data, and drawing conclusions. Based on the
results of data collection, it was found that some formations were affixed, that is, prefixes
that have morph {meN-, peN-, Ter-, Ke-, Per-, and Ber-}, the shape of the suffix is formed
Jurnal Metamorfosa, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 |125
from morph {- kan, -an, and -i}, the combined form is formed from morph {meN-i, meN-kan,
peN-an, Per-an, Ke-an, Ke-i, Di-kan, Di-i, Ber-an, Ber-kan, Ter-kan, Ter-i, Memper-kan,
Memper-i, Memper-, Diper-, Diper-kan, Keter-an, Sese-, Berke-an} In addition, there are
also forms of non-standardized words such as (ngerokok, ngopi, mikir, nyuruh, nyogok,
ngaji, nyuap, nurut, omongin, teriakin, mainin, bukain, diciriin, dibilangin). The meanings
that arise in the formation of an affixed word are active verbs, passive verbs, nouns, adverbs,
and adjectives. The conclusions of this study are that all forms of affixed words are most
commonly found, namely the form of prefix words, either in the raw or non-standard form,
while the word meanings found in many affixed words are verb word meanings, both active
verbs and passive verbs. Therefore, for the readers of this thesis, it is hoped that in
developing this research in terms of in-depth semantic studies, the story text readers and
instructors of this research can be used to understand Indonesian Language of Class IX
book, and for other researchers to make this research is a reference for continuing cognate
research.

Keywords: Word Form, Affixed Word Meanings, Story Text

PENDAHULUAN (2006:96) mengemukakan mengenai bahan


Sebagai bahasa yang hidup, bahasa ajar yang merupakan salah satu bagian dari
Indonesia perlu dilakukan pengkajian dan sumber ajar yang dapat diartikan sesuatu
pengembangan lebih lanjut agar bahasa yang mengandung pesan pembelajaran,
Indonesia terus berkembang, pengkajian baik yang bersifat khusus maupun umum
dan pengembangan tersebut dapat yang dapat dimanfaatkan untuk
dilakukan dalam berbagai bidang kepentingan pembelajaran. seperti halnya
kebahasaan yang dianggap bisa menunjang penelitian ini dilakukan pada teks cerita
kesempurnaan bahasa, salah satunya yaitu dalam buku ajar Bahasa Indonesia Wahana
bidang morfologi, kajian morfologi Pengetahuan Kelas IX Kemendikbud
merupakan salah satu subsistem yang Semester 1 Tahun Terbit 2015. dipilih teks
menjadi pondasi dalam berbahasa. Secara cerita dalam buku ajar sebagai objek
garis besar morfologi membahas tentang penelitian karena buku ajar merupakan
bentuk sederhana dan bentuk kompleks, bahan ajar yang menjadi panutan bagi
kata dasar dan bentuk dasar, bentuk bebas pelajar, sangat penting bagi peserta didik
dan bentuk terikat, morfem dasar, bentuk memahami setiap pembahasan dalam buku
dasar, pangkal, akar, morf dan alomorf pegangannya. Oleh karena itu, buku ajar
(Azwardi, 2015:1). Dalam morfologi juga perlu perhatian penuh dalam penulisannya
dikenal dengan istilah proses morfologis, maupun implementasinya, karena
Azwardi dalam bukunya (2015) ketidaktepatan penulisan buku ajar akan
membagikan proses morfologis menjadi berdampak buruk bagi peserta didik. Salah
tiga bagian, (1) afiksasi, (2) reduplikasi dan satu yang mempengaruhi penulisan teks
komposisi, (3) konversi, modifikasi cerita adalah proses pembentukan kata atau
internal, suplesi, abreviasi, dan metatesis. disebut juga proses morfologis, menurut
Ada banyak wadah penelitian yang dapat Crystal dalam buku Ba‟dulu dan Herman
dijadikan sebagai objek penelitian, salah (2005:1) menyatakan bahwa morfologi
satunya adalah buku ajar, Mulyasa adalah cabang tata bahasa yang menelaah
Jurnal Metamorfosa, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 |126
struktur atau bentuk kata, utamanya melalui mengenai analisis dokumen, Analisis
penggunaan morfem. Sedangkan menurut dokumen atau sering juga disebut analisis
Bauer dalam buku yang sama (2005:2) isi merupakan bagian dari studi deskriptif.
mengemukakan bahwa morfologi Kegiatan ini diawali dengan
membahas struktur internal bentuk kata. mengumpulkan teks cerita yang ada dalam
Proses morfologis yang dibahas dalam buku ajar pada bagian semester ganjil,
penelitian ini yaitu afiksasi. Afiksasi adalah selanjutnya disediakan pensil warna untuk
“peristiwa pembentukan kata dengan jalan menggaris kata berafiksasi jenisnya agar
membubuhkan afiks pada bentuk dasar dan mudah dibedakan, kemudian kata
pada bentuk dasar yang bermorfem lebih berafiksasi yang sudah ditandai diketik
dari satu (polimorfemis)” Muslich melalui aplikasi microsoft exel untuk dapat
(2014:38). Ada bebera bentuk afiksasi menghindari kesamaan bentuk, kata yang
yaitu, prefiks, sufiks, infiks, simulfiks dan diambil untuk dianalisi hanya bentuk kata
konfiks. Penelitian ini dikaji mengenai yang memiliki makna berbeda-beda, artinya
makna kata berafiksasi yang terdapat dalam data yang disajikan dalam penelitian tidak
teks cerita buku ajar Bahasa Indonesia sama atau berulang-ulang, baik dari segi
Wahana Pengetahuan Kelas IX bentuk maupun deskripsi makna, mengenai
Kemendikbud Semester 1 Tahun Terbit pemaknaannya peneliti menggunakan
2015. Adapun judul dari penelitian ini kamus untuk memperoleh makna leksikal
adalah “Analisis Makna Kata Berafiksasi selanjutnya dipadukan dengan makna
pada Teks Cerita dalam Buku Ajar Bahasa masing-masing morf dan alomorf agar
Indonesia Wahana Pengetahuan Kelas IX terbentuk makna gramatikal.
Kemendikbud Semester 1 Tahun Terbit Ada beberapa teks cerita yang
2015”. dijadikan sebagai sumber data yaitu: Putri
Tangguk, Tinggal di Rumah Susun,
METODE PENELITIAN Pengembala Domba dan Serigala,
Berdasarkan tujuan yang ingin Cinderella Gadis Penyabar, Pak Adil
dicapai dalam penelitian ini maka metode Mencari Keadilan, Desa Sukasari, Kisah
penelitian yang akan digunakan adalah Saudagar Kaya, Pesawat Kepresidenan,
metode penelitian deskriptif kualitatif. Remaja dan Game Online, Sekolah
Metode deskriptif adalah penyajian data Menengah Atas atau Sekolah Menengah
berdasarkan kenyataan-kenyataan sesuai Kejuruan, Sekolah Rumah.
dengan yang terdapat dalam teks cerita
buku ajar Bahasa Indonesia Wahana HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengetahuan Kelas IX. Dikatakan kualitatif Hasil penelitian ini disaji dalam dua
karena di dalamnya tidak menggunakan bentuk, yaitu pembentukan dan pemaknaan
prinsip-prinsip statistik, tetapi berpedoman kata berafiksasi.
pada teori-teori kebahasaan yang
mendukung penelitian ini. Penelitian ini Bentuk Kata Berafiksasi
menggunakan pendekatan analisis isi atau Prefiks
analisis dokumen, dikatakan oleh Van Pembentukan kata prefiks dapat
Dalen dalam buku Arikunto (2010:153) dibentuk dari berbagai jenis morf dan
Jurnal Metamorfosa, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 |127
alomorf. Pertama, morfem {peN-} } biasanya jika diimbuhkan pada bentuk
membentuk alomorf {pen-, pe-, pem-, dasar yang berfonem awal /b/, /f/, /p/ dan
peny-, peng-, dan penge-}. Prefiks {peN-} beralomorf {penge-} jika diimbuhkan pada
beralomorf {pen-} biasanya jika bentuk dasar yang bersuku satu.
diimbuhkan pada bentuk dasar yang Kedua, morfem {meN-}
berfonem awal /t/, /d/, /c/, dan /j/ namun, membentuk alomorf {me-, men-, mem-,
tidak menutup kemungkinan fonem meng-, meny-, dan menge-}. Prefiks {meN-
tersebut melekat pada morfem lainnya. } beralomorf {me-} biasanya karena
Sebagai salah satu contoh kata yang diimbuhkan pada bentuk dasar yang
beralomorf {pen-} yaitu “penangkap” berfonem awal /m/, /n/, /l/, /r/, /ng/, /ny/,
terbentuk dari kata dasar “tangkap” fonem /w/, dan /y/ contohnya “memuat” terbentuk
/t/ melesap sehingga terbentuk kata dari kata dasar “muat” sehingga terbentuk
“penangkap” pada teks cerita (Putri kata “memuat” terdapat dalam teks cerita
Tangguk). Prefiks {peN-} beralomorf {pe-} (Pesawat Kepresidenan). Prefiks {meN}
jika diimbuhkan pada bentuk dasar yang juga beralomorf {men-} jika diimbuhkan
berfonem awal /m/, /d/, /l/, /k/, /t/, /n/, /r/, pada bentuk dasar yang berfonem awal /t/,
/ng/, /ny/, /w/, dan /y/), dalam /d/, /c/, dan /j/ contoh “menuai” terbentuk
pembentukan {pe-} juga ada kata dari bentuk dasar “tuai” fonem /t/ melesap
berafiksasi yang terbentuk dari kata dasar sehingga terbentuk kata “menuai” dalam
berfonem awal /t/ dan /d/ namun, fonem /t/ teks cerita (Putri Tangguk). Kebanyakan
di sini tidak melesap contohnya “petugas” didapati prefiks {meN-} juga beralomorf
terbentuk dari kata dasar “tugas” menjadi {mem-} jika diimbuhkan pada bentuk dasar
kata “petugas” dalam teks cerita (Pak Adil yang berfonem awal /b/, /f/, /p/ contoh kata
Mencari Keadilan). Prefiks {peN-} yang ada dalam teks yaitu kata “memilih”
beralomorf {peng-} biasanya diimbuhkan terbentuk dari bentuk dasar “pilih” fonem
pada bentuk dasar yang berfonem awal /a/, (p) melesap sehingga terbentuk kata
/e/, /i/, /o/, /u/, /g/, /h/, dan /k/ contohnya “memilih” terdapat dalam teks cerita
“penggembala” yang terbentuk dari kata (Sekolah Rumah). Prefiks {meN-} juga
dasar “gembala” sehingga menjadi kata beralomorf {meng-} biasanya diimbuhkan
“penggembala” dalam teks cerita pada bentuk dasar yang berfonem awal /a/,
(Penggembala Domba dan Serigala). /e/, /i/, /o/, /u/, /g/, /h/, dan /k/ contohnya
Prefiks {peN-} bisa beralomorf {peny-} kata “mengira” yang terbentuk dari kata
biasanya ketika diimbuhkan pada bentuk dasar “kira” fonem /k/ melesap sehingga
dasar yang berfonem awal /s/ contohnya terbentuk kata “mengira” dalam teks cerita
“penyabar” yang terbentuk dari kata dasar (Tinggal Di Rumah Susun). Prefiks {meN-}
“sabar” fonem /s/ melesap sehingga beralomorf {meny-} jika diimbuhkan pada
terbentuk kata “penyabar” kata tersebut bentuk dasar yang berfonem awal /s/
terdapat dalam teks cerita (Cinderella contohnya “menyimpang” terbentuk dari
Gadis Penyabar). Ada dua bentuk alomorf bentuk dasar “simpang” fonem (s) melesap
{peN-} yang contohnya tidak ditemukan sehingga terbentuk kata “menyimpang”
dalam teks cerita yaitu alomorf {pem- dan kata ini terdapat dalam teks cerita (Sekolah
penge-}. Prefiks {peN-} beralomorf {pem- Rumah). Prefiks {meN} juga beralomorf
Jurnal Metamorfosa, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 |128
{menge-} jika diimbuhkan pada bentuk “seorang” dalam teks cerita (Putri
dasar yang bersuku satu, contoh kata yang Tangguk). Morfem {ke} yang melekat pada
dihasilkan dari alomorf {menge-} tidak bentuk dasar “tujuh” sehingga membentuk
ditemukan dalam teks cerita. kata “ketujuh” dalam teks cerita (Putri
Ketiga, morfem {Ber-} membentuk Tangguk).
alomorf {be- dan bel-}. Prefiks {Ber-} Fonem /k/, /t/, /s/, /p/ pada bentuk
beralomorf {be-} jika diimbuhkan pada kata berafiksasi pada umumnya lesap,
bentuk kata yang suku pertamanya (er) namun pada kata-kata tertentu tetap utuh,
contohnya “bekerja” terbentuk dari pada hal itu dikarenakan jika ada satu kata dasar
bentuk dasar “kerja” sehingga terbentuk diimbuhkan dapat menghasilkan dua makna
kata “bekerja” terdapat dalam teks cerita yang berbeda, maka salah satu kata tersebut
(Putri Tangguk). {Ber-} beralomorf {bel-} fonem awalnya luluh dan yang satunya
jika diimbuhkan pada bentuk dasar “ajar” tetap utuh, contohnya kata “tugas” ketika
sehingga terbentuk kata “belajar” dalam diimbuhkan dapat menjadi kata “penugas”
teks cerita (Sekolah Rumah). Selain dari maknanya „orang yang memberi tugas‟ dan
pembentukan suku pertama (er) berfonem dapat diimbuhkan menjadi kata “petugas”
awal (r) dan bentuk dasar (ajar), maka maknanya „orang yang bertugas‟.
setiap pembentukan kata berprefiks {Ber-} Selain morfem yang telah dijelaskan
tetap akan menjadi alomorf {ber-} di atas, ada pula morfem zero yaitu morfem
contohnya “berdandan” dalam teks cerita yang salah satu alomorfnya tidak berwujud
(Putri Tangguk). bunyi, dalam teks cerita ditemukan kata
Keempat, morfem {Ter} memiliki tidak baku seperti kata ngerokok bentuk
alomorf {te} jika diimbuhkan pada bentuk baku kata berafiksasinya (meN+rokok),
dasar yang berfonem awal /r/ contohnya ngopi bentuk baku kata berafiksasinya
“terasa” terbentuk dari bentuk dasar “rasa” (meN+kopi), mikir bentuk baku kata
sehingga terbentuk kata “terasa” dalam teks berafiksasinya (Ber+pikir), nyuruh bentuk
cerita (Pak Adil Mencari Keadilan). baku kata berafiksasinya (meN+suruh),
Sedangkan pada pembentukan kata lain Nyogok bentuk baku kata berafiksasinya
morfem {Ter} tetap akan menjadi morfem (meN+sogok), ngaji bentuk baku kata
{ter} seperti yang terbentuk dari beberapa berafiksasinya (meN+kaji), nyuap bentuk
kata dalam teks cerita. baku kata berafiksasinya (meN+suap),
Selanjutnya, prefiks {Di, Se, dan nurut bentuk baku kata berafiksasinya
Ke} morfem ini tidak memiliki alomorf (meN+turut). Semua bentuk kata
seperti prefiks lainnya, ada beberapa bentuk berafiksasi tidak baku yang ditemukan
kata yang terbentuk dari masing-masing dalam penelitian ini terbentuk dari prefiks
morfem tersebut, salah satunya adalah {Di} {meN} termasuk dalam kelas kata verba
pada kata “didorong”, morfem {di} melekat aktif.
pada bentuk dasar “dorong” sehingga
membentuk kata “didorong” dalam teks Sufiks
cerita (Tinggal Di Rumah Susun). Morfem Sufiks adalah salah satu bagian
{Se} yang melekat pada bentuk dasar afiksasi merupakan bentuk terikat yang
“orang” sehingga membentuk kata diimbuhkan pada akhir kata dasar, ditahap
Jurnal Metamorfosa, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 |129
ini peneliti juga akan membahas bentuk baku kata berafiksasinya (teriak+i),
pembentukan sufiks pada kata-kata dalam mainin bentuk baku kata berafiksasinya
teks cerita buku ajar Bahasa Indonesia yang (main+i) bukain bentuk baku kata
digunakan sebagai sumber data. Ada tiga berafiksasinya (buka+i). Bentuk sufiks
jenis morfem sufiks yaitu {kan, an, dan i}. yang tidak baku ini dapat berupa kata
Sufiks {kan} tidak mengalami perubahan perintah seperti teriaki, maini, dan
pada bentuk kata dasar, namun bentuk bukakan, dan yang berbentuk nomina
sufiks {kan} akan menjadi bentuk kata seperti omongi.
perintah atau anjuran, seperti pada contoh
taburkan, kata dasar “tabur” dan dibubuhi Konfiks dan Simulfiks (Gabungan)
akhiran {kan} sehingga terbentuk kata Konfiks dan simulfiks merupakan
“taburkan” dalam teks cerita (Putri gabungan afiksasi, jika gabungan itu tidak
Tangguk) bentuk sufiks {kan} ada yang dapat dipisahkan disebut konfiks contohnya
diimbuhkan pada bentuk dasar nomina, kelucuan kata “kelucuan” tidak dapat
verba dan adjektiva. dipisahkan seperti “kelucu” dan “lucuan”,
Sufiks {an} jika diimbuhkan pada dan jika gabungan itu masih bisa
bentuk dasar apapun tidak akan merubah dipisahkan maka disebut simulfiks
bentuk kata dasar, hanya saja setiap kata contohnya meninggalkan kata ini masih
dasar yang sudah dibubuhi sufiks {an} akan bisa dipisahkan seperti “meninggal” dan
berubah menjadi bentuk nomina, contohnya “tinggalkan”. Pembahasan sebelumnya
bimbingan, kata dasar “bimbing” sudah dibahas mengenai bentuk awalan
merupakan bentuk dasar verba, namun (prefiks) dan bentuk akhiran (sufiks),
ketika diimbuhkan dengan sufiks {an} akan pembentukan gabungan sama seperti
berubah menjadi bentuk nomina menggabungkan prefiks dan sufiks. Oleh
“bimbingan” dalam teks cerita (Remaja dan karena itu, dalam pembahasan ini akan
Game Online). dibahas mengenai bentuk morfem turunan
Sufiks {i} juga tidak memberi dalam teks cerita, bentuk turunannya antara
perubahan pada bentuk dasar, namun sufiks lain, (1) memper-kan, contohnya
{i} akan merubah kata menjadi bentuk memperlakukan, terbentuk dari bentuk
pasif jika diimbuhi pada kata dasar, turunan {memper} dan bentuk dasar “laku”
contohnya jalani, kata dasar “jalan” yang dan akhiran {kan}, {mem} merupakan
merupakan bentuk dasar verba aktif, akan alomorf dari {meN} yang dilekatkan pada
berubah menjadi verba pasif ketika bentuk turunan “perlakukan” sehingga
diimbuhkan dengan sufiks {i}. Catatan terbentuk kata “memperlakukan” dalam
penting dalam pembentukan sufiks {i} teks cerita (Cinderella Gadis Penyabar).
adalah jika kata dasar berfonem akhir (i) (2) memper-i, contohnya memperbaiki
maka tidak berterima jika diimbuhkan dalam teks cerita (Sekolah Rumah) pada
dengan sufiks {i}. pembentukan ini sama seperti pembentukan
Bentuk sufiks dalam teks cerita bentuk gabungan {merper-kan}. (3)
buku ajar juga terdapat kata sufiks yang memper, contohnya mempersunting dalam
tidak baku, yaitu kata omongin bentuk baku teks cerita (Cinderella Gadis Penyabar),
kata berafiksasinya (Omong+i), teriakin terbentuk dari awalan {meN-} dan {per-}
Jurnal Metamorfosa, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 |130
namun tidak disertai bentuk akhiran, pembentukan ini merupakan bentuk kelas
meskipun begitu {memper} tetap disebut nomina.
gabungan. (4) diper-kan, contohnya
diperkirakan dalam teks cerita (Pak Adil Makna Kata Berafiksasi
Mencari Keadilan) pembentukan ini Makna Kata Prefiks
terbentuk dari morfem {Di-} dan {per-} Pemaknaan kata prefiks yang ada
yang melakat pada bentuk dasar “kira” dan dalam teks cerita dapat kita temui beragam
diakhiri sufiks {-kan}. (5). diper, contoh bentuk kata berafiksasi yang pertama
diperbanyak dalam teks cerita (Sekolah prefiks {peN-} merupakan imbuhan yang
Menengah Atas atau Sekolah Menengah membentuk nomina, prefiks {peN}
Kejuruan) kata yang dibentuk dari morfem memiliki alomorf {pe, pem, pen, peny,
{di} dan alomorf {per} dilekatkan pada peng, dan penge} dari prefiks {peN-}
bentuk dasar “banyak” namun tidak dalam teks ceritatelah ditemukan beberapa
memiliki bentuk akriran. (6) Keter-an, bentuk kata berimbuhan {peN-} seperti
ketergesa-gesaan dalam teks cerita yang telah tercantum di atas, diantaranya
(Cinderella Gadis Penyabar), kata yang kata “penangkap” dalam teks cerita “Putri
terbentuk dari alomorf {ke} dan {ter} Tangguk” yang secara umum bermakna
dilekatkan pada bentuk dasar “gesa-gesa” (alat untuk menangkap) atau bisa juga
dan diakhiri sufiks {an}. (7) sese, diartikan (orang yang menangkap) namun,
contohnya seseorang dalam teks cerita dalam teks cerita ini kata tersebut
(Tinggal Di Rumah Susun), terbentuk dari menyatakan makna (alat untuk menangkap)
awalan {se} dan {se} namun tidak disertai kata ini terbentuk dari kata dasar verba dan
bentuk akhiran, meskipun begitu {sese} menjadi nomina ketika diimbuhkan.
tetap disebut gabungan. Selanjutnya kata “penggembala” dalam
Bentuk gabungan ditemukan bentuk teks cerita “Penggembala Domba dan
gabungan yang tidak baku yaitu kata Serigala” kata ini bermakna (orang yang
dibilangin bentuk baku kata berafiksasinya berprofesi sebagai si gembala) kata ini
(Di+bilang+i), diciriin bentuk baku kata terbentuk dari kata dasar kelas nomina.
berafiksasinya (Di+ciri+kan) bentuk Selanjutnya ada pula kata yang dinyatakan
gabungan ini hanya akhiran saja yang oleh bentuk dasar kelas adjektiva
berubah seperti pada perubahan bentuk contohnya “penyabar” maknanya (orang
sufiks. yang bersifat sabar) dalam teks cerita
“Cinderella Gadis Penyabar”. Kata
Infiks selanjutnya “petugas” dalam teks cerita
Infiks merupakan bentuk kata yang “Pak Adil Mencari Keadilan” kata ini
disisipkan imbuhan, pada penelitian ini bermakna (orang yang bertugas atau orang
imbuhan yang terdapat hanya satu yaitu yang melakukan suatu tugas) kata
kata gemetar, bentuk kata dasar “getar” “petugas” merupakan bentuk kata kelas
disisipkan infiks {em} sehingga terbentuk nomina yang terbentuk dari kata dasar
kata “gemetar” pada teks cerita dalam teks nomina pula.
cerita (Pak Adil Mencari Keadilan) Prefiks {meN-} merupakan
imbuhan pembentukan verba yang
Jurnal Metamorfosa, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 |131
memiliki alomorf {me-, mem-, men-, Yang terakhir ada kata “berdandan”
meng-, meny-, menge-} prefiks {meN-} terdapat dalam teks cerita “Putri Tangguk”
juga mengandung banyak makna yang yang bermakna (melakukan suatu kegiatan
terbentuk dalam bentuk katanya pertama berhias) kata ini terbentuk dari kata dasar
dalam penelitian ini kata “memuat” kelas verba.
terdapat dalam teks cerita “Pesawat {Ter} merupakan pembentukan
Kepresidenan” bermakna (dapat verba pasif yang hanya memiliki satu
menampung) kata ini terbentuk dari kata alomorf yaitu {te}, dalam penelitian ini ada
dasar kelas verba. Selanjutnya ada kata ditemukan kata “terasa” dalam teks cerita
“menuai” dalam teks cerita “Putri “Pak Adil Mencari Keadilan” kata in
Tangguk” kata ini bermakna (melakukan bermakna (dapat dirasa atau terasa secara
suatu pekerjaan menuai atau memanen) tiba-tiba) kata ini terbentuk dari kata dasar
kata ini terbentuk dari bentuk dasar kelas kelas nomina. Ada juga kata “terjatuh”
verba. Kemudian ada kata “memilih” dalam teks cerita “Putri Tangguk”
terdapat dalam teks cerita “Sekolah Rumah bermakna (sesuatu yang dijatuhkan tanpa
(Home Schooling)” bermakna (menentukan sengaja) kara ini terbentuk dari kata dasar
sesuatu yang dianggap sesuai dengan kelas verba.
kesukaan atau kebutuhan) kata ini Hasil penelitian di atas juga
dinyatakan oleh bentuk dasar kelas verba. ditemukan kata berprefiks {di}, prefiks ini
Selanjutnya ada kata “menyimpang” tidak memiliki alomorf seperti bentuk-
terdapat dalam teks cerita “Sekolah Rumah bentuk lain, prefiks {di} merupakan
(Home Schooling)” yang bermakna pembentukan verba pasif, contohnya kata
(menyalahi dari yang seharusnya) kata ini “didorong” adalam teks “Tinggal Di
terbentuk dari kata dasar berkelas nomina. Rumah Susun” bermakna (dikenai suatu
Terakhir ada kata “mengira” dalam teks tindakan yang berupa tolakan dari
cerita “Tinggal Di Rumah Susun” kata ini belakang agar bergeser), pembentukan
bermakna (menduga-duga atau prefiks ini sama seperti pembentukan
menyangka) kata ini dinyatakan oleh {meN} hanya saja prefiks {di} adalah
bentuk dasar kelas nomina. bentuk pasif.
Prefik {Ber} berfungsi sebagai Prefiks {ke} juga tidak memiliki
pembentukan verba, prefiks {ber} memiliki alomorf, prefiks {ke} merupakan
alomorf {be dan bel} kata yang terbentuk pembentukan nomina dan numeralia
dari alomorf ini yang pertama ada bermakna jumlah, tingkatan atau urutan,
“bekerja” dalam teks cerita “Putri salah satu contohnya yaitu “ketujuh” dalam
Tangguk” kata ini bermakna (melakukan teks cerita “Putri Tangguk” kata ini
suatu pekerjaan atau suatu kewajiban) kata bermakna (sesuatu yang berjumlah tujuh
ini terbentuk dari kata dasar kelas nomina. atau yang mempunyai urutan tujuh).
Selanjutnya ada kata “belajar” dalam teks Prefiks {se} prefiks ini juga tidak
cerita “Sekolah Rumah (Home Schooling)” memiliki alomorf, kata yang terbentuk dari
kata ini bermakna (kegiatan atau usaha prefiks {se} adalah “seorang” dalam teks
untuk memperoleh ilmu) kata ini juga cerita “Putri Tangguk” yang bermakna
terbentuk dari kata dasar kelas nomina. (satu orang).
Jurnal Metamorfosa, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 |132
Pembentukan prefiks juga ada yang yang dialami) dalam teks cerita “Kisah
terbentuk dari kata tidak baku yaitu Saudagar Kaya”. Jika pada bentuk prefiks
ngerokok, ngopi, mikir, nyuruh, nyogok, lebih banyak ditemukan pembentukan kelas
ngaji, nyuap,dan nurut, kata yang tidak kata verba, maka lain halnya dengan sufiks
baku ini merupakan kata berafiksasi yang yang lebih banyak ditemukan pembentukan
bermorfem zero, kata afiksasi bermorfem kelas kata nomina.
zero pada dasarnya merupakan bentuk Selain prefiks, sufiks juga
morfem menasal yaitu meN+rokok ditemukan beberapa kata sufiks yang tidak
(merokok), meN+kopi (mengopi), baku yaitu omongin, teriakin, mainin, dan
ber+pikir (berpikir), meN+suruh bukain, bentuk bakunya (omongi*, teriaki,
(menyuruh), meN+sogok (menyogok), maini, dan bukai), kata-kata tersebut ada
meN+kaji (mengaji), meN+suap yang berupa kelas nomina yaitu omongi
(menyuap), dan meN+turut (menurut). bermakna hal yang diomongkan atau
Bentuk-bentuk kata ini membentuk kelas dibicarakan, dan ada pula yang berupa kata
verba, sehingga makna yang dihasilkan perintah seperti teriaki, maini dan bukai,
berupa tindakan atau kegiatan melakukan kata-kata tersebut dapat bermana suruhan
sesuatu, sama seperti makna pada bentuk untuk melakukan sesuatu.
kata berafiksasi verba lainnya.
Konfiks dan Simulfiks (Gabungan)
Makna Kata Sufiks Gabungan merupakan perpaduan
Seperti yang kita ketahui bahwa awalan dan akhiran yang terbentuk dalam
sufiks dasar dalam bahasa Indonesia hanya satu kata. Berikut ini merupakan jenis-jenis
ada tiga, yaitu {-an, -kan, dan -i} bentuk morfem gabungan { meN-i, meN-kan, peN-
sufiks ini tidak memiliki alomorf. Pertama, an, per-an, , ke-an, ke-i, di-kan, di-i, ber-
sufiks {-an} yang berupa pembentukan an, ber-kan, ter-kan, ter-i, per-i, diper-,
nomina contohnya kata “bimbingan” yang diper-kan, diper-i, memper-, memper-kan,
terdapat dalam teks cerita “Remaja dan memper-i, berke-an, sese-, keter-an}.
Game Online” bermakna (hasil penjelasan Dalam teks cerita yang dijadikan sebagi
atau arahan sesuatu), kata ini terbentuk sumber data bisa kita lihat bebera bentuk
dari kata dasar verba. Kedua, sufiks {-kan} kata gabungan seperti kata “mempunyai”
berupa pembentukan verba, contohnya kata terdapat dalam teks cerita “Putri Tangguk”
“taburkan” terdapat dalam teks cerita “Putri bermakna (memperoleh sesuatu) kata ini
Tangguk” kata ini bermakna (menyuruh merupakan kelas kata verba yang terbentuk
seseorang untuk mencurahkan atau dari kata dasar verba pula. Selanjutnya ada
mengeluarkan sesuatu dari tempatnya) kata kata “memiliki” terdapat dalam teks cerita
ini terbentuk dari kata dasar verba. Ketiga, “Putri Tangguk” bermakna (suatu hal yang
sufiks {i} berupa pembentukan verba yang dimiliki atau suatu hal yang dipunyai) kata
bermakna sama dengan pemaknaan sufiks ini merupakan kelas kata verba yang
{kan} hanya saja sufiks {i} tidak bisa terbentuk dari kata dasar nomina. Kata
diimbuhkan pada bentuk kata dasar selanjut “mendatangi” yang terdapat dalam
berfonem akhir /i/, contoh kata sufiks {i} teks cerita “Tinggal Di Rumah Susun”
“jalani” bermakna (suatu yang dilalui atau bermakna (suatu kegiatan menghampiri)
Jurnal Metamorfosa, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 |133
kata ini merupakan kelas kata verba yang terbentuk dari kata dasar nomina pula. Kata
terbentuk dari kata dasar verba pula. Ada “penghasilan” dalam teks cerita “Pak Adil
juga kata “menyadari” yang terdapat dalam Mencari Keadilan” kata ini bermakna
teks cerita “mengetahui sesuatu hal melalui (sesuatu hasil yang diperoleh dari suatu
perasaan atau insting” kata ini merupakan usaha atau kerja; pendapatan) kata ini
kelas kata verba yang terbentuk dari kata merupakan kelas kata nomina yang
dasar adjektiva. Kata “mengenai” terdapat terbentuk dari kata dasar nomina pula. Kata
dalam teks cerita “Sekolah Rumah (Home “penanaman” dalam teks cerita “Desa
Schooling)” kata ini bermakna (berkenaan Sukasari” bermakna (proses menanam;
sesuatu yang dituju) kata ini merupakan menanamkan) kata ini merupakan kelas
kelas kata nomina yang terbentuk dari kata kata nomina yang terbentuk dari kata dasar
dasar verba. Kata “menyampaikan” verba. Kata “pemenuhan” terdapat dalam
terdapat dalam teks cerita “Putri Tangguk” teks cerita “Remaja dan Game Online”
bermakna (mengantarkan sesuatu baik bermakna (proses atau cara perbuatan
barupa pesan, benda, maupun kewajiban) memenuhi) kata ini merupakan kelas kata
kata ini merupakan kelas kata verba yang nomina yang terbentuk dari kata dasar
terbentuk dari kata dasar verba pula. Kata adjektiva. Kata “penyaluran” dalam teks
“merupakan” terdapat dalam teks cerita cerita “Remaja dan Game Online”
“Putri Tangguk” kata ini bermakna bermakna (proses menyalurkan) kata ini
(memberi rupa atau menjadikan suatu hal merupakan kelas kata nomina yang
menjadi suatu hal yang lain) kata ini terbentuk dari kata dasar verba. Kata
merupakan kelas kata verba yang terbentuk “kebijakan” dalam teks cerita “Pesawat
dari kata dasar nomina. Kata Kepresidenan” bermakna (rangkaian
“memindahkan” terdapat dalam teks cerita konsep dan asas yang menjadi dasar
“Tinggal Di Rumah Susun” bermakna rencana dalam suatu pekerjaan) kata ini
(menempatkan ketempat lain) kata ini merupakan kelas kata nomina yang
merupakan kelas kata verba yang terbentuk terbentuk dari kata dasar adjektiva. Kata
dari kata dasar verba. Kata “meninggalkan” “ketahui” dalam teks cerita “Kisah
terdapat dalam teks cerita “Penggembala Saudagar Kaya” kata ini bermakna (hal
Domba dan Serigala” bermakna yang perlu dimengerti) kata ini merupakan
(membiarkan tinggal) kata ini merupakan kelas kata nomina yang terbentuk dari kata
kelas kata verba yang terbentuk dari kata dasar verba. Kata “ditetapkan” terdapat
dasar verba pula. Kata “mengantarkan” dalam teks cerita “Sekolah Rumah (Home
terdapat dalam teks “Sekolah Rumah Schooling)” bermakna (suatu hal yang
(Home Schooling)” bermakna (suatu hal diputuskan atau disahkan sebagai mana
yang dilakukan seseorang untuk hasilnya) kata ini merupakan kelas kata
mengantar) kata ini merupakan kelas kata verba pasif yang terbentuk dari kata dasar
verba yang terbentuk dari kata dasar verba verba. Kata “dimiliki” terdapat dalam teks
pula. Kata “pekerjaan” dalam teks cerita cerita “Putri Tangguk” bermakna (suatu
“Putri Tangguk” bermakna (suatu hal yang diperoleh) kata ini merupakan
kewajiban yang dilakukan) kata ini kelas kata verba pasif yang terbentuk dari
merupakan kelas kata nomina yang kata dasar nomina. Kata “berlarian” dalam
Jurnal Metamorfosa, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 |134
teks cerita “Cinderella Gadis Penyabar” “Cinderella Gadis Penyabar” bermakna
bermakna (berlari kemana-mana) kata ini (meminang dengan tujuan memperistri)
merupakan kelas kata verba yang terbentuk kata ini merupakan kelas kata verba yang
dari kata dasar verba pula. Kata terbentuk dari kata dasar nomina. Kata
“berdasarkan” terdapat dalam teks cerita “diperkirakan” terdapat dalam teks cerita
“Rameja dan Game Online” bermakna “Pak Adil Mencari Keadilan” bermakna
(menurut; memakai sebagai alasan) kata (diduga; dibuat perkiraan) kata ini
ini merupakan kelas kata verba yang merupakan kelas kata verba pasif yang
terbentuk dari kata dasar nomina. Kata terbentuk dari kata dasar nomina. Kata
“terentaskan” dalam teks cerita “Pesawat “diperbanyak” terdapat dalam teks cerita
Keprisidenan” bermakna (dapat “Sekolah Menengah Atas atau Sekolah
dientaskan; dapat diperbaiki kekacauan) menengah Kejuruan” kata ini bermakna
kata ini merupakan kelas kata verba pasif (dijadikan lebih banyak; ditambah) kata ini
yang terbentuk dari kata dasar verba. Kata merupakan kelas kata verba pasif yang
“terlindungi” dalam teks cerita “Sekolah terbentuk dari kata dasar adjektiva. Kata
Rumah (Home Schooling)” kata ini “seseorang” terdapat dalam teks cerita
bermakna (suatu yang dapat dilindung) “Tinggal Di Rumah Susun” bermakna
kata ini merupakan kelas kata verba pasif (seorang yang tidak dikenal) kata ini
yang terbentuk dari kata dasar verba. merupakan kelas kata nomina yang
Kata gabungan juga ada yang terbentuk dari kata dasar nomina.
terbentuk dari bentuk turunan, yang Bentuk gabungan juga ditemukan
pertama kata “berkehidupan” dalam teks dua kata berafiksasi yang tidak baku yaitu
cerita “Pak Adil Mencari Keadilan” kata ini diciriin dan dibilangin, bentuk dasarnya
merupakan kelas kata verba yang terbentuk yaitu di+ciri+kan (dicirikan) dan
dari kata dasar verba. Kata “memperbaiki” di+bilang+i (dibilangi), kedua kata ini
dalam teks cerita “Sekolah Rumah (Home membentuk kelas kata verba pasif yang
Schooling)” bermakna (usaha yang bermakna “diberi ciri-ciri atau diduga”
dilakukan untuk menjadi baik atau benar) pada kata diciriin, dan “diberikan aba-aba
kata ini merupakan kelas kata verba yang atau diperingati” pada kata dibilangi.
terbentuk dari kata dasar adjektiva. Bentuk gabungan (konfiks dan
Selanjutnya ada kata “memperlakukan” simulfiks) termasuk pembentukan afiksasi
dalam teks cerita “Cinderella Gadis yang produktif sehingga banyak
Penyabar” kata ini bermkna (menjadikan menghasilkan makna-makna baru dari
berlaku; mengesahkan; disahkan oleh makna bentuk dasar.
seseorang) kata ini merupakan kelas kata
verba yang terbentuk dari kata dasar Infiks
nomina. Kata “ketergesa-gesaan” dalam Infiks merupakan bentuk terikat
teks cerita “Cinderella Gadis Penyabar” yang disisipkan ditengah-tengah bentuk
kata ini bermakna (keadaan tergesa-gesa) kata dasar, bentuk infiks dalam bahasa
kata ini merupakan kelas kata verba yang Indonesia adalah {-el-, -er-, -em-, dan –in).
terbentuk dari kata dasar verba. Kata Dalam penelitian ini peneliti menemukan
“mempersunting” terdapat dalam teks cerita satu bentuk sisipan dalam teks cerita yaitu
Jurnal Metamorfosa, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 |135
gemetar dalam teks cerita “Pak Adil terbentuk dari morf {meN-, peN-, Ter-, Ke,
Mencari Keadilan” yang bermakna sebuah Di-, Se-, Per-, dan Ber-}, bentuk sufiks
getaran yang dihasilkan, infiks merupakan terbentuk dari morf {-kan, -an, dan –i},
jenis afiksasi yang paling jarang dijumpa. bentuk gabungan terbentuk dari morf
{meN-i, meN-kan, peN-an, Per-an, Ke-an,
SIMPULAN Ke-i, Di-kan, Di-i, Ber-an, Ber-kan, Ter-
Ada beragam kata berafiksasi yang kan, Ter-i, Memper-kan, Memper-i,
diperoleh dari teks cerita dalam buku ajar Memper-, Diper-, Diper-kan, Keter-an,
Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan Sese-, Berke-an}.
Kelas IX Kemendikbud Semester 1 Tahun 2) Makna Kata Berafiksasi
Terbit 2015 baik dari segi bentuk maupun Ada beberapa makna kata
pemaknaannya. berafiksasi yang dihasilkan dari proses
1) Bentuk Kata Berafiksasi pembentukannya yaitu verba, verba pasif,
Macam-macam bentuk kata nomina, adjektiva, dan adverbia. Makna-
berafiksasi yang terdapat dalam teks cerita makna yang dihasilkan sesuai dengan
ada berupa prefiks, sufiks, gabungan bentuk kata masing-masing. Dari berbagai
(konfiks dan simulfiks) dan infiks. Selain bentuk kata, makna yang paling banyak
itu, kata berafiksasi dalam salah satu teks muncul dari bentuk kata berafiksasi adalah
ceritanya ada juga yang membentuk kata makna verba, sejauh ini makna yang
berafiksasi dengan bentuk yang tidak baku. berkelas kata verba merupakan kata yang
Kata-kata berafiksasi dalam bentuk prefiks paling produktif.

Jurnal Metamorfosa, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 |136


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azawardi. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia. Banda Aceh: Bina Karya Akademika.

Ba‟dulu, A. M dan Herman. 2005. Morfosintaksis. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kemendikbud. 2015. Buku Ajar Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta:


Kemendikbud.

Muslich, M. 2014. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan: Pengembangan Standar Kompetensi dan


Kompetensi Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jurnal Metamorfosa, Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 |137

Anda mungkin juga menyukai