Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KESALAHAN BAHASA MORFOLOGI PADA TEKS DRAMA YANG BERJUDUL

SALAH PAHAM PADA BUKU SISWA KELAS TINGGI

Heny Puspita Dia Nofa


Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
henypuspita@students.unnes.ac.id

Abstrak
Teks drama adalah teks cerita yang dipentaskan diatas panggung yang menceritakan kehidupan melalui
adegan tokoh. Teks drama tidak luput dari kesalahan berbahasa dalam menulis. Tujuan penelitian kali ini
yaitu untuk menganalisis kesalahan morfologi yang terdapat pada teks drama yang berjudul salah paham
pada buku siswa kelas tinggi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian yang
digunakan adalah metode analisis isi. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder,
dengan mengambil data tidak secara langsung diperoleh. sumber data yang diperoleh dengan cara membaca,
mempelajari, memahami melalui media lain yang bersumber dari literature, buku-buku serta dokumen. Hasil
analisis pertama yaitu Kesalahan Prefiks “rasa → me-rasa”, “ganti → me-ganti”, “lakukan → melakukan”,
dan “tunggu → menunggu” mendominasi kesalahan penggunaan prefiks me-. Hasil analisis kedua yaitu
Kesalahan Konfiks atau Simulfiks “tahu → mengetahui” Kesalahan pada proses konfiks atau simulfiks yaitu
penghilangan kata me-i. Hasil analisis ketiga yaitu Kesalahan penulisan kata reduplikasi “apa-apa → apa “
mendominasi kesalahan reduplikasi berjumlah satu. Hasil analisis keempat Kesalahan singkatan “PSIS →
PSIS ( Persatuan Sepak Bola Indonesia Semarang )” kesalahan ini tidak diikuti arti dari singkatan tersebut.
Kata Kunci: Kesalahan Bahasa morfologi, Teks drama salah paham, buku siswa kelas tinggi.

Abstract
Drama text is a story text that is staged on a stage that tells life through character scenes. Drama texts are not
free from language errors in writing. The purpose of this study is to analyze the morphological errors found
in the drama text entitled misunderstanding in the high grade student's book. This study uses a qualitative
approach and the research method used is content analysis method. The data used in this study are secondary
data, by taking data not directly obtained. sources of data obtained by reading, studying, understanding
through other media sourced from literature, books and documents. The result of the first analysis is that the
prefix errors “flavor → feel”, “change → replace”, “do → do”, and “wait → wait” dominate the errors in
using the prefix me-. The result of the second analysis is the Error Confix or Simulfix “know → know” An
error in the confix or simulfix process is the omission of the word me-i. The result of the third analysis is the
error in writing the word reduplication "whatever → what" dominates the reduplication error, amounting to
one. The results of the fourth analysis. The abbreviation error "PSIS → PSIS (Indonesian Football
Association Semarang)" is not followed by the meaning of the abbreviation.
Keywords: morphological language errors, misunderstood drama texts, high grade students books.

dalam paragraph tersebut tidak akan berkembang dengan


PENDAHULUAN baik.
Bahasa merupakan salah satu bagian yang tidak terlepas Chaer (2008:3) menjelaskan “morfologi berasal dari
dari masyarakat. Dengan adanya Bahasa setiap orang bisa kata morf yang berarti membentuk dan logis memiliki arti
berkomunikasi satu sama lain. Bahasa bukan hanya ilmu, sedangkan arti morfologi secara harfiah merupakan
digunakan pada Bahasa lisan, tetapi digunakan secara ilmu mengenai bentuk kata dan pembentukan kata”.
tulisan. Penyusunan karya tulis perlu memerhatikan aturan Sedangkan menurut Ramlan (2001:16) mengungkapkan
dan kaidah kebahasaan. Kaidah kebahasaan itu mengenaik “morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk atau
aturan tata penulisan dari segi ejaan, kosa kata, seluk beluk kata dan perubahan kata serta dampak dari
penyususnan kalimat yang efektif, dan paragraph yang perubahan tersebut yang dapat memengaruhi makna yang
tersusun secara sistematis. Apabila suatu karya tulis tidak dibuat dari kelas kata yang telah ditentukan”. Selain itu,
tersusun secara sistematis, maka setiap topik yang dibahas Rohmadi (2012:9) juga menjelaskan “morfologi adalah
keluasan dalam proses pembentukan suatu morfem dan

1
kata seperti penggunaan morfem bebas maupun morfem isinya tentang suatu kehidupan yang disajikan atau
terikat”. Maka dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah dipertunjukkan dalam bentuk gerak.
suatu ilmu yang mempelajari tentang pembentukan kata Kata tidak baku merupakan kebalikan dari kata baku,
serta perubahan makna yang dapat mengakibatkan yang penggunaanya tidak sesuai aturan dan kaidah
perubahan makna dari kata . Berkaitan dengan morfologi berbahasa Indonesia yang sudah ditentukan sebelumnya.
terdapat hal yang dipelajari yaitu proses pembentukan Ketidak bakuan sebuah bahasa tidak hanya ditentukan
morfologi. Proses pembentukan morfologi tersebut dengan penulisan yang tidak sesuai pedoman, namun juga
merupakan pembentukan suatu kata berdasarkan bentuk bisa terjadi karena salah penulisan, pengucapan yang
dasarnya. Proses morfologi terbagi menjadi tiga macam salah, dan susunan kalimat yang tidak sesuai. Kalimat
yaitu, afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan kata. Romli tidak baku lebih sering digunakan dalam percakapan
dan Wildan (2015:3) mengungkapkan “afiksasi adalah sehari-hari karena terkesan lebih santai dan tidak kaku.
salah satu proses morfologi yang merupakan proses yang Kata tidak baku juga dapat digunakan saat berdiskusi
umum terjadi dalam bahasa-bahasa di dunia. Bukan hanya membahas suatu hal bersama teman atau keluarga.
itu, afiksasi juga merupakan unsur yang ditempelkan dalam Ciri-ciri Kata Tidak Baku; a) Umumnya digunakan
pembentukan kata dan dalam linguistik afiksasi bukan dalam bahasa sehari-hari. b) Dipengaruhi bahasa daerah
merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata dan bahasa asing tertentu. c) Dipengaruhi dengan
yang baru”. Chaer (2008:23) mengatakan bahwa afiksasi perkembangan zaman. d) Bentuknya dapat berubah-ubah.
dibagi menjadi empat terdiri dari awalan (prefiks), sisipan e) Memiliki arti yang sama, meski terlihat beda dengan
(infiks), akhiran (sufiks), dan gabungan (konfiks). Awalan bahasa baku
(prefiks) adalah imbuhan yang terdapat pada awal kata Agar suatu karya tulis memerhatikan penulisan yang
seperti meN-, ber-, di-, peN-, per-, se-, dan ke-. Sisipan baik dan benar agar tidak timbul kesalahan dalam
(infiks) adalah imbuhan yang terdapat di kata seperti –el-, berbahasa maka kesalahan berbahasa dapat dikatakan tidak
-em-, -er-, -e-, dan –in-. akhiran (sufiks) adalah imbuhan sesuai kaidah Bahasa Indonesia yang tidak mengikuti
yang terdapat di akahir kata seperti –kan, -an, -I, dan – nya. aturan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Maka dari
Selain itu, gabungan (konfiks) diartikan sebagai imbuhan itu, ketika melihat banyaknya kesalahan morfologi pada
yang berupa awalan dan akhiran dipakai secara sekaligus bahasa tulisan penelitian ini berupaya menganalisis
seperti ke-an, per-an, peN-an, ber-an, dan se- nya. Proses kesalahan proses pembentukan morfologi karena masih
morfologi berupa reduplikasi merupakan kata yang banyak penulisan yang belum tepat.
mengalami pengulangan pada kata yang dipakai sehingga
mengalami proses morfonemis dengan mengulangi bentuk METODE
dasar dari suatu kata dasar. Reduplikasi terbagi menjadi Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
lima bagian yaitu kata ulang sebagain yang terdapat
untuk mengolah data yang akan dianalisis berdasarkan teori
pengulangan pada suku awal kata contohnya seperti
tetangga, kedua kata ulang utuh atau penuh terdapat yang menjadi rujukan. Menurut Sujarweni (2018:19)
pengulangan seluruh bentuk kata dasar seperti mobil- pendekatan kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian
mobil, ketiga kata ulang berubah bunyi terdapat yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau
pengulangan seluruh bentuk dasar pada salah satu katanya tulisan yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan
seperti sayur-mayur, keempat kata ulang berimbuhan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.
terdapat pengulangan bisa dilakukan pada awal kata Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang
maupun pada akhir kata seperti bermain-main dan tarik
dilakukansecara utuh kepada subjek penelitian dimana
menarik, kelima kata ulang semu terdapat pengulangan
yang bukan kata ulang, tetapi menyerupai kata ulang yaitu terdapat sebuah peristiwa dimana peneliti menjadi
laba-laba. Proses morfologi ketiga yaitu pemajemukan kata instrument kunci dalam penelitian, kemudian hasil
yang diartikan sebagai penggabungan dua kata atau lebih pendekatan tersebut diuraikan dalam bentuk kata-kata yang
sehingga menjadi kesatuan dalam kata tersebut contohnya tertulis data empiris yang telah diperoleh dan dalam
duta besar, mata pelajaran, kambing hitan dan lain-lain. pendekatan inipun lebih menekankan makna dari pada
Proses morfologi penting untuk dipahami dan dipelajari generalisasi.
secara mendalam sehingga jika dimplementasikan dalam
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
suatu kata tidak terdapat kesalahan yang menyebabkan kata
tidak sesuai dengan makna yang akan disampaikan dan menggunakan metode analisis isi. Penelitian kualitatif
terkesan tidak baku secara tulisan. dipengaruhi oleh paradigma naturalistik-interpretatif.9
Teks drama adalah teks yang bermuatan kisah yang Dimana peneliti berusaha mengkonstruksi realitas dan
dikemas melalui dialog untuk dibawakan melalui seni memahami maknanya sehingga penelitian ini sangat
peran atau akting untuk menggambarkan cerita dan memperhatikan proses, peristiwa, dan otensitas.
berbagai peristiwa yang disajikan dalam suatu pentas
Menggunakan metode analisis isi harus mengamati
drama. Secara umum, pengertian teks drama adalah suatu
teks cerita yang dipentaskan di atas panggung atau biasa fenomena komunikasi, dengan merumuskan dengan tepat
disebut teater ataupun tidak dipentaskan di atas panggung apa yang diteliti dan semua tindakan harus didasarkan pada
seperti drama radio, televisi, dan film. Drama secara luas tujuan tersebut. Krippendorf menyebutkan beberapa
dapat diartikan sebagai salah satu bentuk sastra yang bentuk klasifikasi dalam analisis isi, yaitu: 1. Analisis Isi
Pragmatis; Di mana klasifikasi dilakukan terhadap tanda 3. Anwar : (Sambil Lakukan, tahu,
menurut sebab akibatnya yang mungkin. Misalnya, berapa tertawa) Aduh, itu
kali suatu kata tertentu diucapkan yang dapat bukan hukuman, Yan!
mengakibatkan munculnya sikap suka tehadap suatu Yang pertama, saya
produk. 2. Analisis Isi Semantik; Dilakukan untuk lakukan karena kamu
mengklasifikasikan tanda menurut maknanya. 3. Analisis membohongi Bapak.
Sarana Tanda; Dilakukan untuk mengklasifikasikan isi Terus yang tadi, saya
pesan melalui sifat psikofisik dari tanda, misalnya berapa suruh kamu push up
kali kata cantik muncul, kata seks muncul. dan squat jump,
Sulaeman dan Goziyah (2019:226) menyatakan bahwa karena saya tahu
analisis isi merupakan pesan atau informasi yang diperoleh kemampuanmu
dicatat secara sistematis, kemudian diinterpretasikan oleh melebihi teman-
peneliti, adapun dalam penelitian analisis isi objektivitas temanmu, jadi, kamu
peneliti sangat diperlukan agar pemahaman mengenai yang saya suruh!
sebuah isi dapat benar- benar terwujud. Data yang Sudah jelas kan?
digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder Semua itu saya
dengan mengambil data tidak secara langsung diperoleh. lakukan bukan karena
Data sekunder sumber data yang diperoleh dengan cara Bapak tidak suka
membaca, mempelajari, memahami melalui media lain sama kamu. Tetapi
yang bersumber dari literature, buku-buku serta dokumen. sebaliknya, Bapak
Data sekunder pada penelitian ini menggunakan buku-buku sayang sama kamu.
referensi dan objek penelitian. Husein (2005:303)
mengungkapkan objek penelitian berkaitan dengan apa 4. Pak Anwar : Ya tunggu
atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga di mana dan sudah, jam 3 saya
kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal tunggu di rumah, ya!
lain jika perlu. Objek penelitian yang menjadi rujukan Dan sekarang
analisis yaitu pada teks drama dengan judul salah paham waktunya ganti
pada buku siswa kelas tinggi. pakaian.

HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Pak Anwar : Iya.. Apa-apa, PSIS


Penelitian ini menganalisis kesalahan berbahasa pada tidak apa-apa! Bapak
bidang morfologi yaitu teks drama dengan judul salah juga minta maaf jika
paham pada buku siswa kelas tinggi. Kessalahan berbahasa ada kesalahan! Eh,
tataran morfologi dapat digambarkan sebagai berikut: gimana kalau nanti
sore kita melihat
Tabel 1. Deskripsi Analisis Data Kesalahan Morfologi pertandingan sepak
dalam Teks Drama bola bersama, di
NO Hasil Analisis Gelora Bung Karno?
Kalimat Kesalahan Bagus, lho!
1. Tian : Sep, aku rasa Rasa Kebetulan yang
Pak Anwar memang bertanding PSIS
tidak suka padaku! dengan Arema.
Bagaimana mau,
2. Pak Anwar : Lho, ganti tidak? Anggap saja
kalian kok nggak untuk menghilangkan
ganti baju seragam. salah paham antara
Pelajaran sudah kita!
selesai, lho! Sana
ganti pakaian,
langsung istirahat
sebentar!

3
Tabel 2. Klasifikasi Data Kesalahan Morfologi Teks “tunggu → menunggu”
Drama “Pak Anwar : Ya sudah, jam 3 saya tunggu di rumah,
No Kesalahan Salah Benar ya! Dan sekarang waktunya ganti pakaian.”
Penggunaan
Morfologi Dalam Prefiks me- memiliki kecenderungan membentuk kelas
Drama verba (Setiawan, 2016). Prefiksasi adalah proses
1. Harus diberi Prefiks Rasa Merasa pembentukan kata dengan cara menambahkan afiks pada
Me- bentuk kata dasar dan melekatkannya pada bentuk kata
2. Harus diberi Prefiks ganti Mengganti dasar. Kesalahan pada proses prefiksasi yaitu penghilangan
Meng- kata me-. Penggunaan kata rasa, ganti, lakukan, dan tunggu
3. Harus diberi Prefiks lakukan Melakukan pada kalimat teks drama tersebut kurang tepat karena kata
Me- rasa, ganti, lakukan, dan tunggu kurang menunjukkan kata
4. Harus diberi tahu Mengetahui kerja tindakan. Kata rasa, ganti, lakukan dan tunggu lebih
Konfiks atau tepat digunakan apabila ada penambahan prefix me-
Simulfiks Menge-i sehingga menjadi kata merasa, mengganti, melakukan, dan
5. Harus diberi Prefiks tunggu Menunggu menunggu. Kata merasa, mengganti, melakukan, dan
Me- menunggu itu sendiri lebih menegaskan bahwasanya ada
6. Reduplikasi Apa-apa Apa aktivitas merasa, mengganti, melakukan, dan menunggu di
dalam teks drama tersebut. Maka dari itu, pembenaran kata
7. Singkatan PSIS PSIS
menjadi:
(Persatuan
“Tian : Sep, aku merasa Pak Anwar memang tidak
Sepakbola
suka padaku!”
Indonesia
“Pak Anwar : Lho, kalian kok tidak mengganti baju
Semarang)
seragam. Pelajaran sudah selesai, lho! Sana ganti
pakaian, langsung istirahat sebentar!”
Berdasarkan analisis data deskripsi dan klasifikasi
“Anwar : (Sambil tertawa) Aduh, itu bukan hukuman,
diatas telah disebutkan ada beberapa kesalahan berbahasa
Yan! Yang pertama, saya melakukan karena kamu
khususnya pada bidang morfologi. Pada tataran morfologi
membohongi Bapak. Terus yang tadi, saya suruh
kesalahan teks drama yang berjudul salah paham dapat
kamu push up dan squat jump, karena saya tahu
dikategorikan berdasarkan kategori: 1) Prefiks, 2) Konfiks
kemampuanmu melebihi teman-temanmu, jadi, kamu
atau Simulfiks, 3) Reduplikasi, 4) Singkatan.
yang saya suruh! Sudah jelas kan? Semua itu saya
Berikut ini merupakan uraian hasil analisis data kesalahan
lakukan bukan karena Bapak tidak suka sama kamu.
bidang morfologi pada teks drama yang berjudul salah
Tetapi sebaliknya, Bapak sayang sama kamu”
paham pada siswa sekolah tinggi:
“Pak Anwar : Ya sudah, jam 3 saya menunggu di
rumah, ya! Dan sekarang waktunya ganti pakaian.”
Pertama, Kesalahan Prefiks ditemukan dalam teks
drama diantaranya:
Kedua, Kesalahan Konfiks atau Simulfiks ditemukan
“rasa → me-rasa”
dalam teks drama diantaranya:
“Tian : Sep, aku rasa Pak Anwar memang tidak suka
“tahu → mengetahui”
padaku!”
“Anwar : (Sambil tertawa) Aduh, itu bukan hukuman,
“ganti → me-ganti”
Yan! Yang pertama, saya melakukan karena kamu
“ Pak Anwar : Lho, kalian kok nggak ganti baju
membohongi Bapak. Terus yang tadi, saya suruh
seragam. Pelajaran sudah selesai, lho! Sana ganti
kamu push up dan squat jump, karena saya tahu
pakaian, langsung istirahat sebentar!”.
kemampuanmu melebihi teman-temanmu, jadi, kamu
“lakukan → melakukan”
yang saya suruh! Sudah jelas kan? Semua itu saya
“Anwar : (Sambil tertawa) Aduh, itu bukan hukuman,
lakukan bukan karena Bapak tidak suka sama kamu.
Yan! Yang pertama, saya lakukan karena kamu
Tetapi sebaliknya, Bapak sayang sama kamu”
membohongi Bapak. Terus yang tadi, saya suruh
kamu push up dan squat jump, karena saya tahu
Menurut Baryadi (2011:42) konfiks adalah imbuhan
kemampuanmu melebihi teman-temanmu, jadi, kamu
yang secara Bersama-sama melekat pada awal dan akhir
yang saya suruh! Sudah jelas kan? Semua itu saya
bentuk dasar. Dengan arti lain konfiks merupakan morfem
lakukan bukan karena Bapak tidak suka sama kamu.
terbelah, tetapi mengandung kesatuan arti. Kesalahan pada
Tetapi sebaliknya, Bapak sayang sama kamu.”
proses konfiks atau simulfiks yaitu penghilangan kata me-
i. Penggunaan kata tahu pada kalimat teks drama tersebut PSIS ( Persatuan Sepak Bola Indonesia Semarang )
kurang tepat karena kata tahu bisa saja berbeda arti seperti dengan Arema. Bagaimana mau, tidak? Anggap saja
tahu yang sering dimakan masyarakat Indonesia. Kata tahu untuk menghilangkan salah paham antara kita!
lebih tepat digunakan apabila ada penambahan konfiks atau
simulfiks me-i sehingga menjadi kata mengetahui. Maka PENUTUP
dari itu, pembenaran kata menjadi: Simpulan
“Anwar : (Sambil tertawa) Aduh, itu bukan hukuman, Berdasarkan hasil penelitian terhadap adanya kesalahan
Yan! Yang pertama, saya melakukan karena kamu berbahasa bidang morfologi pada buku siswa kelas tinggi
membohongi Bapak. Terus yang tadi, saya suruh yaitu teks drama yang berjudul salah paham Maka dapat
kamu push up dan squat jump, karena saya disimpulkan bahwa peneliti sudah menemukan beberapa
mengetahui kemampuanmu melebihi teman- kesalahan berbahasa dalam proses morfologi. Kesalahan
temanmu, jadi, kamu yang saya suruh! Sudah jelas berbahasa tersebut mengenaik penggunaan Prefik, Konfiks
kan? Semua itu saya lakukan bukan karena Bapak atau Simulfiks, Reduplikasi dan Singkatan. Hasil analisis
tidak suka sama kamu. Tetapi sebaliknya, Bapak tersebut yaitu:
sayang sama kamu” 1. Kesalahan Prefiks “rasa → me-rasa”, “ganti → me-
ganti”, “lakukan → melakukan”, dan “tunggu →
Ketiga, Kesalahan penulisan kata reduplikasi. menunggu” mendominasi kesalahan penggunaan prefiks
Reduplikasi atau bentuk ulang ialah proses morfologis me-.
dengan melalui peristiwa pegulangan bentuk yang 2. Kesalahan Konfiks atau Simulfiks “tahu → mengetahui”
menghasilakan bentuk ulang (Setyowati, 2012). Kata Kesalahan pada proses konfiks atau simulfiks yaitu
reduplikasi ditemukan dalam teks drama diantaranya: penghilangan kata me-i.
Pak Anwar : Iya.. tidak apa-apa! Bapak juga minta 3. Kesalahan penulisan kata reduplikasi “apa-apa → apa “
maaf jika ada kesalahan! Eh, gimana kalau nanti sore mendominasi kesalahan reduplikasi berjumlah satu.
kita melihat pertandingan sepak bola bersama, di 4. Kesalahan singkatan “PSIS → PSIS ( Persatuan Sepak
Gelora Bung Karno? Bagus, lho! Kebetulan yang Bola Indonesia Semarang )” kesalahan ini tidak diikuti arti
bertanding PSIS dengan Arema. Bagaimana mau, dari singkatan tersebut.
tidak? Anggap saja untuk menghilangkan salah
paham antara kita! Saran
Kalimat tersebut tidak efektif karena reduplikasi tidak tepat Maka dari itu seorang penulis sebelum mebuat teks drama
penggunaannya. Kalimat yang benar menjadi: pada buku siswa kelas tinggi alangkah baiknya disunting
Pak Anwar : Iya.. tidak apa! Bapak juga minta maaf terlebih dahulu tidak boleh sembarangan dalam menulis,
jika ada kesalahan! Eh, gimana kalau nanti sore kita agar teks drama dapat memiliki kualitas yang baik dan
melihat pertandingan sepak bola bersama, di Gelora dapat dipahami oleh pembaca maupun pendengar.
Bung Karno? Bagus, lho! Kebetulan yang bertanding
PSIS dengan Arema. Bagaimana mau, tidak? Anggap DAFTAR PUSTAKA
saja untuk menghilangkan salah paham antara kita!
Aulia, Nurlaely dan Anggraini, Nori. 2020. ANALISIS
Keempat, Kesalahan singkatan. Dalam penulisan KESALAHAN MORFOLOGI DALAM ARTIKEL
singkatan drama banyak pembaca maupun pendengar yang PENDIDIKAN SURAT KABAR ONLINE DI ERA
sulit mengerti arti singkatan tersebut seperti contoh berikut: NEW NORMAL 2020. Jurnal Sasindo Unpam,
Vol 8, No 2, Desember 2020.
Pak Anwar : Iya.. tidak apa! Bapak juga minta maaf
jika ada kesalahan! Eh, gimana kalau nanti sore kita Aulia Muhammad, Angki. 2013. Metodologi Penelitian,
melihat pertandingan sepak bola bersama, di Gelora Penddekatan dana Metode Penelitian.
Bung Karno? Bagus, lho! Kebetulan yang bertanding Repository Universitas Pendidikan Indonesia.
PSIS dengan Arema. Bagaimana mau, tidak? Anggap Ahmad, Jumal. Desain Penelitian Analisis Isi (Content
saja untuk menghilangkan salah paham antara kita! Analysis). Krippendorff, Klaus,Content Analysis:
Pada kalimat PSIS dapat diberi tanda kurung arti dari an introduction ot its Methodology, SAGE
Publucations, 1991:34-37.
singkatan tersebut, yakni Persatuan Sepak Bola Indonesia
Semarang. Sehingga kalimat yang benar menjadi: Cahya w.r, Bhian. Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran
Pak Anwar : Iya.. tidak apa! Bapak juga minta maaf Morfologi pada Berita Daring Timlo.net.
jika ada kesalahan! Eh, gimana kalau nanti sore kita Universitas Sebelas Maret, Surakatra.
melihat pertandingan sepak bola bersama, di Gelora MAD, I Gusti Komang. 2021. Konfiks Dalam Majalah
Bung Karno? Bagus, lho! Kebetulan yang bertanding Tempo Rubrik Tokoh 2019 Edisi 30 Desember

5
2019 – 5 Januari 2020. Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Kuryati, Siti. Hawa, Masnuatul. Dkk. Analisis kesalahan
berbahasa bidang morfologi pada teks persuasi
siswa kelas VIII mts. IKIP PGRI Bojonegoro.
Wulan Sari, Septi. Nuur Qoryah, Afifah. Yahya Aprilian,
Oky. 2020. Analisis Kesalahan Berbahasa
Bidang Morfologi pada Portal Radar Solo Tema
Covid-19. Imareji: Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Vol 03, No. 1, pp. 82-92:
September 2020 ISSN 2654-4199.
Margasari Fortuna, Harsanti. 2014. Analisis Kesalahan
Berbahasa Dalam Bidang Morfologi Pada
Karangan Siswa Kelas VII G SMP NEGERI 1
GODONG. Naskah Publikasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Yasa. 2021. Contoh Teks Drama Beserta Struktur dan


Kaidah Kebahasaannya.

Nur,aini, Umri. Indriyani. 2008. Bahasa Indonesia Untuk


Sekolah Dasar Kelas V. Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional : Hal 118-119.

Anda mungkin juga menyukai