Anda di halaman 1dari 10

Nama: Siska Nur A

NIM: 170210402007
Kelas: A

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM MAKALAH MAHASISWA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEMESTER 1

A. METODE
Penelitian ini memfokuskan pada data tentang bahasa tulis yang terdapat dalam Makalah
Mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu metode penelitian yang
menghasilkan data berupa kata-kata tertulis. Metode kualitatif dipilih karena pada penelitian ini
yang diteliti adalah bentuk-bentuk kesalahan yang terdapat dalam makalah yang dibuat
mahasiswa. Suatu penelitian tidak lepas dari penggunaan metode. Dalam hal ini metode
merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Di-samping itu
metode merupakan cara kerja yang dilakukan peneliti agar hasil penemuannya sesuai dengan
yang diharapkan dalam penelitiannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nanang Suharmanto
(dalam Yudiono, 1986: 14) bahwa penggunaan metode sangat menentukan keberhasilan sebuah
penelitian karena merupakan cara memahami suatu objek penelitian. Bedasarkan pamahaman di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif deskriftif. Metode kualitatif deskriptif merupakan metode yang mendeskripsikan fakta-
fakta dan ke- mudian disusul dengan analisis yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis.
Data tertulis tersebut diperoleh dari menganalisis kesalahan berbahasa dalam makalah
mahasiswa progam studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 1.

B. HASIL
Hasil penelitian dalam makalah salah satu mahasiswa progam studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Semester 1.
1. Penulisan Huruf
Kesalahan penulisan huruf diklasifikasikan menjadi kesalahan penulisan huruf sebagai
huruf pertama kata pada awal kalimat, penulisan huruf besar sebagai awal kata nama daerah atau
letak geografis, dan kesalahan penulisan huruf besar sebagai huruf pertama petikan langsung.
Bentuk kesalahan penulisan huruf yang terjadi beserta alternatif pembenarannya adalah sebagai
berikut:
1. Kalau kita masuk materi semiotik. (PH-1).
2. Kita semua dalam membahas teori semiotik. (PH-2).
3. Kalau ada bahan materi yang bagus. (PH-3).
4. Namun dalam memahami semantik diperlukan. (PH-4).
5. Yang paling bagus adalah referensi dari buku induk. (PH-5).
6. Buku terbaru semantik 2015. (PH-6).
7. Proses dalam penelitian adalah. (PH-7).
8. Hampir 50% penelitian semantik. (PH-8).
9. Tapi mulai aktif lagi dalam dunia penelitian.(PH-9).
10. Jadi para tokoh mengemukakan beberapa teori. (PH-10).

1. Penulisan Kata
Makalah mahasiswa Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kesalahan
penulisan kata yang terjadi dalam karangan deskripsi siswa yaitu kesalahan kata turunan, kata
ganti ku, dan penulisan kata depan.
a. Kata Turunan
Bentuk penulisan kata turunan yang sesuai dengan ejaan yang telah disempurnakan
adalah ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Berikut merupakan bentuk kesalahan penulisan
kata turunan beserta pembenarannya.
1. Pembahasan di dalamnya sudah dapat dipahami AC.(KT-1).
2. Semantik adalah ilmu yang membahas tentang makna selain itu di dalamnya terdapat.
(KT-2).
3. Makalah di revisi secepat-cepatnya.(KT-3).
4. Penelitian membahas beberapa kajian di antaranya.(KT-4).
5. Seorang penulis di beri kesempatan seluas-luasnya.(KT-5).
6. Judul penelitian ini seharusnya cepat di tindak lanjuti.(KT-6).
7. Mahasiswa di sini sangat membutuhkan tempat nyaman.(KT-7).
8. Sarana prasarana inilah yang juga harus di bangun. (KT-8).
b. Kata Ganti
Bentuk penulisan kata ganti ku yang sesuai dengan ejaan yang telah disem- purnakan
adalah ditulis serangkai dengan kata yang mendahului atau mengikuti-nya. Berikut merupakan
bentuk kesalahan penulisan kata ganti ku beserta pem- benarannya.
1. UNEJ Jember adalah tempat ku belajar.(KG-1).
2. Tugas akhir bisa dikerjakan di rumah ku..(KG-2).

3. Kata Depan
Bentuk penulisan kata depan yang sesuai dengan ejaan yang telah disempurnakan adalah
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Berikut merupakan bentuk kesalahan penulisan kata
depan beserta pembenarannya.
1. Penelitian wajib dilaksanakan 4 bulan kedepan. (KD-1)
2. Semantik bisa disebut juga dengan ilmu semiotik.(KD-2)
3. Makalah ini disusun secara mandiri . (KD-3)
4. Secara formalitas makalah dikerjakan berkelompok . (KD-4)
Berdasarkan data yang dianalisis, dapat dideskripsikan kesalahan penulisan kata yang tidak
sesuai dengan ejaan yang telah disempurnakan dalam Makalah Mahasiswa Progam Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia adalah (1) kesalahan dalam menuliskan kata turunan sebanyak 8
kesalahan, (2) kesalahan penulisan kata ganti ku se-banyak 2 kesalahan, (3) kesalahan penulisan
kata depan sebanyak 4 kesalahan.

Lampiran
I. PENDAHULUAN
Di dalam proses globalisasi, bahasa Indonesia amat potensial menjadi bahasa yang
diperhitungkan di dalam lingkup dunia global. Namun, hal itu didukung dengan pemakaian
bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam tulisan maupun lisan. Dalam dunia tulisan
pemakaian bahasa yang baik sebenarnya tidak boleh diremehkan. Dalam sebuah tulisan, makna
merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh penulis. Semantik bisa disebut juga dengan ilmu
semiotik yakni pilihan kata dalam tulisan akan mengeluarkan makna dan setiap kata mempunyai
makna tersendiri. Selain itu, pilihan kata dalam sebuah tulisan akan mempengaruhi isi
keseluruhan tulisan tersebut.
Dalam setiap kalimat seringkali ditemui adanya hubungan kemaknaan atau relasi
semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya. Hubungan yang dimaksud disini bisa
menyangkut hal kesamaan makna (sinonim), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna
(polisemi), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi). Namun dalam
memahami semantik diperlukan hal yang dapat dilihat pada proses penerapan pembelajaran
relasi makna pada siswa khususnya tingkat SMA tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan
dan masalah-masalah yang muncul selama kegiatan pembelajaran. Masalah yang umum terjadi
adalah salah satunya siswa masih banyak yang kurang aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
untuk mendapatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut adalah diperlukanya
kreativitas seorang guru dalam menerapkan berbagai strategi dan model pembelajaran agar siswa
dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru.
Dari uraian diatas ,dapat diketahui betapa pentingnya mempelajari teori semantik yang
sumber teorinya dapat ditemukan dimana saja, yang paling bagus adalah referensi dari buku
induk terutama yang menyangkut hal relasi makna dalam pembelajaran di sekolah khusunya di
SMA. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang pembelajaran semantik di
SMA yang meliputi relasi makna, aplikasi relasi makna dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
SMA, beserta metode pengajaranya dan makalah di revisi secepat-cepatnya.

II. PEMBAHASAN
1. Aspek relasi makna dalam pembelajaran SMA
Jadi para tokoh mengemukakan beberapa teori, menurut (Chaer, 2007:1) relasi makna
adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa
yang lainnya. Buku terbaru semantik 2015, satuan bahasa dalam hal ini dapat berupa kata, frase,
maupun kalimat dan relasi semantik itu juga dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan
makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna. Kalau kita masuk
materi semiotik dari keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa relasi makna adalah
hubungan atau pertalian antara bentuk bahasa dan barang (hal) yang telah disepakati bersama
oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti. Makalah ini disusun secara
mandiri namun secara formalitas makalah dikerjakan berkelompok.
Aspek relasi makna yang dipelajari di SMA adalah sinonim, antonim, homonim,
homofon, dan homograf, hiponim dan hipernim serta polisemi. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat kalau ada bahan materi yang bagus. Pembagian jenis-jenis relasi makna yang
diungkapkan Soedjito bahwa relasi makna terbagi atas lima jenis, yaitu (1) sinonim, (2) antonim,
(3) homonim, (4) polisemi, (5) hiponim.
1) Sinonim
Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan
makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Misalnya, antara kata betul dan
kata benar; dan antara kata hamil dengan kata duduk perut; serta antara kalimat Dika menendang
bola dengan Bola ditendang Dika. Relasi makna ini bersifat dua arah, yang artinya adalah jika
satu satuan ujaran A bersinonim dengan satuan ujaran B, maka satuan ujaran B itu bersinonim
dengan ujaran A. seperti pada contoh UNEJ Jember adalah tempat ku belajar kata tempat
bersinonim dengan kata kawasan, maka kata tempat itu pun bersinonim dengan kata kawasan.
Dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama. Penelitian
membahas beberapa kajian di antaranya ketidaksamaan ini terjadi karena beberapa faktor,
antara lain:
(1) faktor waktu, Misalnya pada kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan. Namun,
kata hulubalang memiliki pengertian klasik sedangkan kata komandan tidak memiliki pengertian
klasik. Dengan kata lain, kata hulubalang hanya cocok digunakan pada konteks yang bersifat
klasik, padahal kata komandan tidak cocok untuk konteks klasik itu.
(2) faktor tempat atau wilayah. Misalnya,pada kata saya dan beta adalah dua buah kata yang
bersinonim. Namun, kata saya dapat digunakan dimana saja, sedangkan kata beta hanya cocok
untuk wilayah Indonesia bagian timur, atau dalam konteks masyarakat yang berasal dari
Indonesia bagian timur.
(3) faktor keformalan. Misalnya pada kata uang dan duit adalah dua buah kata yang
bersinonim. Namun, kata uang dapat digunakan dalam ragam formal dan tak formal, sedangkan
kata duit hanya cocok untuk ragam tak formal.
(4) faktor sosial. Misalnya pada kata saya dan aku adalah dua buah kata yang bersinonim.
Tetapi kata saya dapat digunakan oleh siapa saja dan kepada siapa saja. Sedangkan kata aku
hanya dapat digunakan terhadap orang yang sebaya, yang dianggap akrab, atau kepada yang
lebih muda atau lebih rendah kedudukannya.
(5) bidang kegiatan. Misalnya pada kata matahari dan surya adalah dua buah kata yang
bersinonim. Namun, kata matahari bisa digunakan dalam kegiatan apa saja, atau dapat digunakan
secara umum; sedangkan kata surya hanya cocok digunakan pada ragam khusus. Terutama
ragam sastra. Contoh lain yakni, pada kalimat tugas akhir bisa dikerjakan di rumah ku, kata
tugas bersinomi dengan kata kewajiban.
(6) faktor nuansa makna. Misalnya pada kata-kata melihat, melirik, menonton, meninijau,
dan mengintip adalah sejumlah kata yang bersinonim. Tetapi antara yang satu dengan yang
lainnya tudak selalu dapat dipertukarkan, karena masing-masing memiliki nuansa makna yang
tidak sama. Kata melihat memiliki makna umum; kata melirik memiliki makna melihat dengan
sudut mata; kata menonton memiliki makna melihat untuk kesenangan; kata meninjau memiliki
makna melihat dari tempat jauh; dan kata mengintip memiliki makna melihat dari atau melalui
celah sempit. Dengan demikian, jelas kata menonton tidak dapat diganti dengan kata melirik
karena memiliki nuansa makna yang berbeda, meskipun kedua kata itu dianggap bersinonim.
Dari keenam faktor yang dibicarakan diatas, bisa disimpulkan,bahwa dua kata yang bersinonim
tidak akan selalu dapat dipertukarkan atau disubstitusikan.
2) Antonim
Istilah antonimi (Inggris: antonymy berasal dari bahasa Yunani Kuno anoma = nama, dan
anti = melawan). Makna harafiahnya, nama lain untuk benda yang lain. Secara mudah dapat
dikatakan, antonim adalah kata-kata yang maknanya berlawanan. Istilah antonim kadang-kadang
dipertentangkan dengan istilah sinonim, tetapi status kedua istilah ini berbeda. Antonim biasanya
teratur dan terdapat identifikasi secara tepat. Misalnya, kata buruk berantonim dengan kata baik,
kata gemuk berantonim dengan kata kurus, kata guru berantonim dengan kata murid, dan kata
tinggi berantonim dengan kata rendah. Hubungan antara dua satuan ujaran yang berantonim juga
bersifat dua arah. Jika kata tinggi berantonim dengan kata rendah, maka kata rendah juga
berantonim dengan kata tinggi. Dilihat dari sifat hubungannya, antonim memiliki beberapa jenis,
yaitu sebagai berikut:
(1) antonim yang bersifat mutlak. Misalnya, kata hidup berantonim secara mutlak dengan
kata mati, karena sesuatuyang masih hidup tentunya belum mati, dan sesuatu yang sudah mati
tentunya sudah tidak hidup lagi.
(2) antonimi yang bersifat relatif atau bergradasi. Misalnya, kata gelap dan terang, kata jauh
dan dekat, serta kata hitam dan putih. Karena batas antara satu dengan yang lainnya tidak dapat
ditentukan secara jelas. Batasan dari hal tersebut dapat bergerak menjadi lebih atau menjadi
kurang. Oleh karena itu, sesuatu yang tidak gelap belum tentu terang dan sesuatu yang tidak
dekat belum tentu jauh. Karena itulah kita dapat mengatakan, misalnya, lebih dekat, sangat
dekat, atau paling dekat.
(3) antonimi yang bersifat relasioanal. Misalnya antara kata suami dan istri, dan antara kata
guru dan murid. Antonimi ini disebut relasional karena munculnya yang satu harus disertai
dengan yang lain. Adanya suami karena adanya istri, adanya guru karena adanya murid. Jika
salah satu tidak ada, maka yang lain juga tidak ada. Contoh konkretnya yaitu seorang laki-laki
tidak bias disebut sebagai suami kalau tidak punya istri.
(4) antonimi yang bersifat hierarkial. Misalnya, kata tamtama dan bintara berantonim secara
hierarkial, juga antara meter dan centimeter. Antonimi jenis ini disebut hierarkial karena kedua
satuan ujaran yang berantonimi itu berada dalam satu garis jenjang atau hierarki. Seperti pada
contoh kata tamtama dan bintara berada dalam sat ugaris kepangkatan militer, juga kata meter
dan centimeter berada dalam sat ugaris jenjang ukuran panjang.
3) Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan
sama. Jika lafalnya sama disebut homograf, namun jika yang sama adalah ejaannya maka disebut
homofon. Misalnya pada kata mental yang memiliki arti kepribadian, dengan kata mental yang
memiliki arti terpelanting. Relasi antara dua satuan ujaran yang homonimi berlaku dua arah. Jadi,
jiak kata mental yang I bermakna kepribadian berhomonim dengan kata mental II yang
bermakna terpelanting.
Dalam homonimi ini ada dua istilah lain yang biasa dibicarakan, yaitu homofoni dan
homografi. Homofon merujuk pada relasi leksikal antara kata-kata yang memiliki pelafalan yang
sama, namun penulisan dan makna dari kata-kata tersebut berbeda. Secara umum, tidak ada kata
yang murni homofon dalam bahasa Indonesia, karena pelafalan kata cenderung sama dengan
penulisannya. Berikut ini beberapa contoh kata dalam bahasa Indonesia yang mendekati konsep
homofon.
4) Polisemi
Polisemi adalah kata yang mengandung makna lebih dari satu atau ganda. Karena
kegandaan makna seperti itulah maka pendengar atau pembaca ragu-ragu menafsirkan makna
kata yang didengar atau dibacanya. Menurut Chaer (2014:301) Polisemi merupakan sebuah kata
atau satuan ujaran yang memiliki makna lebih dari satu. Misalnya, kata kepala memiliki berbagai
macam makna atau arti.
5) Hiponim
Hiponim adalah suatu kata atau frasa khusus, atau memiliki arti khusus yang terkandung
dalam kelompok, jenis, atau satuan tertentu. Makna yang terkandung dalam hiponim tercakup
dalam arti yang lebih umum misalnya mahasiswa di sini sangat membutuhkan tempat nyaman
dan sarana prasarana inilah yang juga harus di bangun.
2. Analisis relasi makna dalam pembelajaran teks eksplanasi
Proses dalam penelitian adalah pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah
membelajarkan peserta didik tentang keterampilan berbahasa Indonesia namun dalam
memahami semantik diperlukan yang baik dan benar sesuai tujuan dan fungsinya. Mata
pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik hampir 50% penelitian semantik
memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis, menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya
dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, tapi mulai aktif lagi dalam dunia penelitian
menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan
emosional dan sosial, menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan menghargai dan
membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Kita semua dalam membahas teori semiotik untuk mengimplementasikan tujuan mata pelajaran
Bahasa Indonesia tersebut, maka pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013
disajikan dengan menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis
maupun teks lisan. Dalam analisis relasi makna pada pembelajaran ini, pemakalah menggunakan
salah satu pembelajaran teks di SMA yaitu teks ekplanasi yang berjudul “Proses Terjadinya
Salju” seorang penulis di beri kesempatan seluas-luasnya.
Dalam teks eksplanasi tersebut, terdapat relasi makna pada beberapa aspek yaitu :
1. Sinonim dan Antonim
Sinonim adalah hubungan semantik yang merujuk pada kesamaan makna antara satu satuan
ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Sedangkan antonim merupakan hubungan semantik antara
dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan atau pertentangan. Dalam teks
eksplanasi tersebut terdapat antonim yang bersifat mutlak yang terdapat pada data berikut.
a. Salju berawal dari uap air yang berkumpul di atmosfer bumi.
Kata berawal pada data tersebut mempunyai antonim mutlak yaitu berakhir, karena sesuatu yang
berawal pasti akan berakhir, begitupun sebaliknya sesuatu yang berakhir pasti pernah berawal.
Sedangkan sinonim dari kata berawal yaitu bermula yang memiliki arti ada mulanya (awal).
Penggunaan kata berawal pada kalimat tersebut sesuai dengan ciri teks eksplanasi yaitu
menggunakan konjungsi waktu.
2. Polisemi
Polisemi adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu. Dalam teks eksplanasi
tersebut polisemi terdapat pada data berikut.
a. Awan tersebut pecah dan partikel air pun jatuh ke bumi
Dalam data tersebut, kata jatuh mempunyai makna lebih dari satu, jatuh yang berarti turun atau
meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi (baik ketika masih dalam gerakan turun
maupun sesudah sampai ke tanah dan sebagainya). Dan makna jatuh yang lain misalnya “jatuh
cinta” yang berarti menaruh rasa cinta. Data polisemi yang terdapat pada teks eksplanasi tersebut
sesuai dengan kebahasaan teks eksplanasi yaitu menggunakan makna denotatif.
3. Homonim
Homonim adalah dua bentuk kata yang sama namun maknanya berbeda. Dalam teks eksplanasi
tersebut terdapat homonim yang bersifat homofon yaitu mempunyai bunyi yang sama tetapi
penulisannya sama. Terdapat pada data :
a. Pada saat awal pembentukan, massanya jauh lebih kecil daripada massa udara
Penggunaan kata massa pada data tersebut merupakan homonim karena terdapat makna
lain dari kata massa. Massa pada data tersebut yang berarti sejumlah besar benda (zat dan
sebagainya) yang dikumpulkan (disatukan) menjadi satu (atau kesatuan). Ada pula massa dalam
makna berbeda yang berarti waktu. Judul penelitian ini seharusnya cepat di tindak lanjuti
dalam hal penggunaan kata massa sesuai dengan ciri kebahasaan teks eksplanasi yaitu
menggunakan  kata teknis atau peristilahan, sesuai dengan topik yang dibahasnya dan
pembahasan di dalamnya sudah dapat dipahami AC.
3. Penerapan Pembelajaran Semantik dalam Pembelajaran Teks Eksplanasi
Semantik adalah ilmu yang membahas tentang makna selain itu di dalamnya terdapat
dalam pembelajaran ini, pemakalah menggunakan pembelajaran teks eksplanasi KD 4.3
Mengembangkan isi (permasalahan, argumen, pengetahuan, dan rekomendasi) teks eksplanasi
secara lisan dan/tulis. Indikator pada pembelajaran ini yaitu menyusun bagian-bagian pokok teks
eksplanasi dan menyajikan hasil teks eksplanasi. Berdasarkan indikator tersebut siswa
diharapkan mampu menyusun bagian-bagian pokok teks eksplanasi, dan menyajikan hasil teks
eksplanasi dengan rasa ingin tahu, kerja keras, tanggung jawab, bersikap bersahabat/ komunikatif
selama proses pembelajaran. Pembelajaran semantik yang akan diterapkan pada teks eksplanasi
yaitu pada penugasan menyusun teks eksplanasi. Penelitian wajib dilaksanakan 4 bulan
kedepan agar siswa diharapkan mampu membuat teks eksplanasi berdasarkan kajian semantik
relasi makna.

Anda mungkin juga menyukai