Anda di halaman 1dari 18

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DALAM PENCAPAIAN TUJUAN

PEMBELAJARAN

a. Prinsip-prinsip Belajar

Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, pembelajaran adalah serangkaian kegiatan
yang dirancang untuk mendukung proses belajar. Oleh karena itu, dalam merancang
dan melaksanakan pembelajaran, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar.

Banyak ahli yang mengemukakan berbagai prinsip belajar yang harus


dipertimbangkan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu ahli di
antaranya adalah Bothwell (1968), yang mengemukakan sepuluh prinsip belajar.

1. Prinsip Kesiapan (Readiness)

Proses belajar dipengaruhi oleh kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan
atau readiness adalah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Seorang
siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan

mengalami kesulitan untuk menguasai kemampuan yang diharapkan. Yang


termasuk kesiapan adalah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi, latar
belakang, pengalaman, hasil belajar yang lalu, dan faktor-faktor lain yang
memungkinkan seseorang dapat belajar.
Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan, yang perlu diperhatikan oleh
guru dalam melaksanakan pembelajaran.

a. Seorang individu akan dapat belajar dengan baik apabila tugas-tugas yang
diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat, dan latar
belakangnya.

b. Kesiapan belajar harus dikaji bukan diduga. Hal ini mengandung arti bahwa
apabila seorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan siswanya untuk mempelajari
sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.

c. Jika seorang individu kurang memiliki kesiapan untuk suatu tugas, tugas itu
akan ditunda sampai individu tersebut memiliki kesiapan untuk melaksanakan
tugas.

d. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan. Hal ini berarti
1/1
bahwa siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin memiliki pola
kemampuan mental yang berbeda.

2/1
e. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas, seharusnya divariasikan sesuai dengan
faktor kesiapan individu.

2. Prinsip Motivasi (Motivation)

Motivasi adalah suatu kondisi pada diri individu yang memprakarsai kegiatan
mengatur arah kegiatan , dan memelihara kesungguhan.individu bukan hanya
didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologis

Yang perlu di perhatikan dalam pengembangan proses belajar :

a. kesungguhan.individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk


memenuhi kebutuhan biologis,sosial dan emosional.

b. Pengetauan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan


mendorong terjadinya peningkatan usaha.

c. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung


meningkatkan motivasi belajar.

3. Prinsip Persepsi

Presepsi adalah interpretasi tentang situasi hidup. Setiap individu melihat dunia
dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi
perilaku individu.

Siswa yang mempunyai presepsi positif terhadap kegiatan belajar dan


dirinya,mereka akan senang dan sungguh-sungguh belajar.

Berkenaan dengan prinsip prepsi ini, berikut ini beberapa hal penting yang harus
diperhatikan:

a. Resepsi siswa terhadap Sesutu di pengaruhi oleh factor lingkungan dimana


siswa berada.

b. Penafsiran individu terhadap sesuatu tergantung pada tujuan, sikap,


pengalama, kesehatan, perasaan, dan kemampuannya

c. Cara seorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam suatu


situasi seorang siswa cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya
sendiri.
d. Untuk membentuk presepsi yang tepat, siswa dapat dibantu dengan cara memberi
kesempatan kepada mereka untuk menilai dirinya sendiri. Perilaku yang baik
tergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi.

e. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan


sarana untuk mengklarifikasi persepsi mereka.

f. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa akan


mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya.

Dalam menumbuhkan persepsi yang positif baik terhadap dirinya maupun terhadap
kegiatan belajar, guru hendaknya :

a. Menciptakan iklim kelas yang menyenangkan dan aman sehingga siswa


merasa senang dalam belajar.

b. Mengorganisasi materi pelajaran dengan memperhatikan tingkat kesulitan


untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai keberhasilan dalam
belajar.

c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menarik sehingga siswa merasa


senang dalam melaksanakan tugas belajar yang diberikan.

d. Memberikan tugas atau kegiatan yang menekankan pada kekuatan atau


kelebihan siswa.

4. Prinsip Tujuan

Tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang. Tujuan harus
tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh siswa pada saat proses belajar terjadi.
Mengenai tujuan ini ada beberapa individu yang perlu diperhatikan:

a. Tujuan seharusnya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.

b. Penetapan tujuan seharusnya mempertimbangkan kebutuhan individu


dan masyrakat.

c. Siswa akan dapat menerima tujuan yang dirasakan memenuhi kebutuhannya.

d. Tujuan guru dan siswa seharusnya sama atau sesuai.

e. Aturan-aturan yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya


akan mempengaruhi perilaku.

f. Tingkat keterlibatan siswa mempengaruhi tujuan yang direncanakan dan yang


hasil yang dapat dicapai.
5

5. Prinsip Perbedaan Individual

Menurut prinsip ini, proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu
sama lain. Perbedaan ini disebabkan oleh fisik maupun psikhis. Berkaitan dengan
perbedaan individual dalam proses belajar, ada beberapa hal yang perlu diingat:

a. Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan
dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
yang berbeda-beda.

b. Para siswa perlu mengenal potensinya dan seharusnya dibantu


untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri.

c. Para siswa membutuhkan variasi tugas, bahan, dan metode yang sesuai
dengan tujuan, minat, dan latar belakangnya.

d. Siswa cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan


pengalaman masa lalunya yang ia rasakan berarti.

e. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat apabila


individu tidak merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk
turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar.

f. Siswa yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar


lebih giat dan sungguh-sungguh.

Dengan adanya prinsip individual dalam proses belajar, kegiatan pembelajaran


seharusnya disesuaikan dengan kesanggupan individual siswa. Kegiatan pembelajaran
yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam rangka upaya memenuhi kebutuhan individu
siswa adalah:

a. Melaksanakan kegiatan kelompok, pengelompokan didasarkan atas


kesanggupan siswa.

b. Memberikan tugas yang dapat diselesaikan sesuai dengan kecepatan masing-


masing individu.

c. Memberikan tugas tambahan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam


menguasai materi pelajaran, dan memberikan tugas pengayaan bagi siswa yang
telah mampu menguasai materi.
d. Melaksanakan pembelajaran proyek atau unit.

6. Prinsip Transfer dan Retensi

Dalam proses belajar, seseorang dituntutuntuk menyerap dan menyimpan hasil belajar
(retensi) serta menggunakannya dalam situasi baru (transfer). Berhubungan dengan
proses transfer dan retensi, ada beberapa prinsip yang haru diperhatikan :

a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi.

b. Materi yang bermakna bagi siswa dapat diserap lebih baik.

c. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikhis.

d. Latihan yang terbagi dalam unit-unit akan memungkinkan retensi yang baik.

e. Penelaahan bahan-bahan yang factual, keterampilan dan konsep


dapat meningkatkan retensi dan nilai transfer.

f. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan


dapat memberikan hasil yang memuaskan.

g. Sikap pribadi, perasaan, atau suasana emosi siswa dapat menyebabkan


proses pelupaan pada hal-hal tertentu.

h. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila materi baru yang
sama dipelajari mengikuti materi sebelumnya.

i. Pengetahuan tentang konsep, prinsip, dan generalisasi dapat diserap dengan


baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubungkan penerapan
prinsip yang dipelajari dan dengan memberikan ilustrasi terhadap unsur-unsur yang
sejenis.

j. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mudah bila hubungan
yang bermanfaat dalam situasi khusus dan dalam situasi yang dibuat agak sama.

k. Pembelajaran diakhiri dengan pembuatan generalisasi atau kesimpulan.

Berkaitan dengan prinsip ini, guru seharusnya mengembangkan kegiatan


pembelajaran yang :

a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan kemampuannya


dalam memecahkan permasalahan sehari-hari.

b. Menunjukkan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep lain.


c. Menggunakan berbagai media pembelajaran sehingga siswa dapat lebih mudah
memahami materi yang dibahas.

7. Prinsip Belajar Kognitif

Belajar kognitif melibatakan proses pengenalan dan atau penemuan. Belajar kognitif
mencakup asosiasi antar-unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan
keterampilan memecahkan masalah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif adalah :

a. Perhatian harus di pusatakan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan


sebelum proses belajar kognitif terjadi.

b. Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis
perbedaan individu yang ada.

c. Bentuk-bentuk kesepian, perbendaharaan kata, kemampuan membaca,


kecakapan, dan pengalaman, berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.

d. Pengalaman belajar harus diorganosasikan ke dalam setuan-satuan atau unit-


unit yang sesuai.

e. Bila menyajikan konsep, kebermaknakan dari konsep amatlah penting. Kegiatan


mencari, menerapkan, mendefinisikan, dan menilai sangatlah di perlukan
untukmenguji bahwa suatu konsep benar-benar bermakna.

f. Dalam pemecahan masalah para siswa harus di bantu untuk mendifinisikan,


dan membatasi linkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menasirkan
dan menganalisis masalah serta memungkinkan berfikir menyebar.

g. Perhatian yang lebih terhadap proses mental daripada terhadap hasil belajar,
akan lebih memungkinkan terjadinya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis,
dan penalaran.

8. Prinsip Belajar Afektif

Proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya


dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai, emosi, dorongan, minat, dan
sikap.

a. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar afektif : Hampir
semua situasi kehidupan mengandung aspek afektif.

9
b. Cara siswa menyesuaikan diri dan memberikan reaksi terhadap situasiasi
akan member dampak dan pengeruh terhadap proses belajar afektif.

c. Nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat
sepanjang hayat. Nilai, sikap, dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat
pada keseluruhan proses perkembangan.

d. Sikap dan nilaisering dibentuk melalui proses identifikasi dari orang lain dan
bukan sebagai hasil belajar langsung.

e. Sikap lebih mudah dibentuk melalui pengalaman yang menyenangkan.

f. Nilai-nilai yang ada pada diri individu di pengaruhi oleh standar prilaku kelompok.

g. Proses belajar disekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat,
iswa yang memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat belajar dengan
mudahdaripada yang memiliki masalah.

h. Belajar afektif dapat dikembangkan atau di ubah melalui interaksi dengan


guru dalam kelas.

9. Prinsip Belajar Psikomotor

Proses belajar psikomotor menentukan bagaimana individu mampu mengendalikan


aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor menuntut keaktifan aspek mental dan fisik.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam belajar psikomotor, adalah :

a. Pelaksanaan tugas dalam suatu kelompok akan menunjukan variasai


dalam kemampuan dasar psikomotor.

10

b. Struktur ragami dan sistem syarat individu membantu menentukan


taraf penampilan psikomotor.

c. Melalui bermain dan aktifitas informal, siswa akan memperoleh


kemampuan mengontrrol gerakannya lebih baik.

d. Dengan kematangan fisik dan mental, kemampuan siswa untuk memadukan


dan memperluas gerakannya akan lebih dapat diperkuat.

e. Faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan


cakupan penampilan psikomotor individu.

10. Prinsip Evaluasi


Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan. Oleh
karena itu, jenis, cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar
saat ini dan selanjutnya. Pelaksanaan kegiatan evaluasi memungkinkan siswa untuk
mengetahui kemajuan dalam pencapaian tujuan. Berikut ini beberapa hal yang
berkaitan dengan evaluasi yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran:

a. Evaluasi member arti pada proses belajar dan member arah baru pada siswa.

b. Bila evaluasi dikaitkan dengan tujuan maka peran evaluasi menjadi sangat
penting bagi siswa.

c. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru dapat mempengaruhi keterlibatan


siswa dalam evaluasi dan belajar.

d. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap jika guru
dan siswa saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan, dan pengamatan.

11

B. KLASIFIKASI TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman
dan latihan. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan.

Menurut jhon Locke manusia itu meruakan organisme yang pasif ia menganggap
manusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada
orang yang menulisnya. Sedangkan menurut Liebnitz menggap bahwa manusia adalah
oraganisme yang aktif. Manusia merupakan sumber dari pada semua kegiatan. Pada
yakikatnya manusia bebas untuk berbuat, membuat suatu pilihan dalam setiap situasi.
Titik pusat kebebasan ini adalah kesadarannya sendiri. Menurut aliran ini tingkah laku
manusia hanyalah eksresi yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yang
pada hakikatnya bersifat pribadi. Pandangan hakikat manusia menurut pandangan
Leibnitz ini kemudian melahirkan aliran belajar kognitif holistik

Berdasarkan dari konsep manusia yang berbeda, dalam menjelaskan terjadinya perilaku,
kedua aliran teori belajar, yaitu aliran behavioristik-elemen teristik dan aliran kognitif
holistik, memiliki perbedaan pula perbedaan keduanya seperti daat dilihat sebagai
berikut:

1. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK: mementingkan pengaruh lingkungan,


mementingkan bagian-bagian, mengutamakan peranan reaksi, hasil belajar
terbentuk secara mekanis, dipengaruhi oleh engalaman masa lalu, mementingkan
pembentukan kebiasaan, memecahkan masalah dilakukan dengan cara trial and
error.

2. TEORI BELAJAR KOGNITIF: memntingkan apa yang ada dalam diri,


mementingkan keseluruhan, mengutamakan fungsi kognitif, terjadi keseimbangan
dalam diri,
tergantung pada kondisi saat ini, memntingkan terjadinya struktur kognitif memecahkan
masalah didasarkan kepada insight.

12

Menurut aliran Behavioristik, belajar ada hakikatnya adalah embentukan asosiasi antara
kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk benrindak atau
hubungan antara stimulus dan respon. Belajar adalah upaya untuk membentuk
hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.

1. Teoti-teori yang termasuk ke dalam kelomok Behavioristik diantaranya:

a. Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike

b. Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop

c. Oerant conditioning yang dikembangkan oleh Kinner

d. Sistematik Behavior, yang dikembangkan oleh Hull

2. Sedangkan, teori-ori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif holistik diantaranya


:

a. Teori Gestalt , dengan tokohnya kofka,kohler,dan wertheimer.

b. Teori medan (field theory), dengan tokohnya lewin

c. Teori organismik yang dikembangkan oleh wheeler

d. Teori humanistik, dengan tokohnya maslow dan rogers

e. Teori konstruktivistik, dengan tokohnya jean iaget.

Beberapa Teori Belajar Behavioristik

a. Teori belajar koneksionisme

Teri ini di kembangkan oleh thorndike sekitar tahun 1913. Menurut teori belajar ini,
belajar pada hewan dan pada manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-
prinsip yang sama. Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan
yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan
antara stimulus dan respo . oleh karena itulah teori ini dinamakan teori stimulus dan
respons.

13

a) Hukuman kesiapan (law of readiness)


Menurut hukum ini, hubungan anatara stimulus dan respons akan mudah terbentuk
manakala ada kesiapan dalam diri individu.

b) Hukum latihan (law of exercise)

Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulis dan
resons.hubungan atau koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang ) dengan
tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan dan koneksi –koneksi itu akan menjadi
lemah karena latihan tidak dilanjutkn atau dihentikan.

c) Hukum akibat (law of effect)

Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan respons
tergantung kepada akbat yang ditimbulkannya. Apabila yang diberikan seseorang
mendatangkan kesenanganp,maka res,ons tersebut akan di,ertahankan natau
diulangi;sebaliknya,apabila respons yang diberikan mendatangkan atau di ikuti oleh
akibat yang tidak mengenakan, maka respons tersebut akan di hentikan dan tidak akan
di ulangi lagi. Implikasi dari hokum ini adalah apabila mengharapkan agar seseorang
dapat mengulangi respons yang sama, maka harus di upayakan agar menyenangkan
dirinya.

b. Teori Belajar Classical Conditioning

Seperti halnya Tharndike Pavlov Watson yang menjadi tokoh teori ini juga percaya
bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip ang sama dengan manusia. Belajar atau
pembentukan perilaku perlu di bantu dengan kondisi tertentu.

Pavlov melakukan percobaan dengan seekor anjing. Dalam pecobaanya, Pavlov ingin
membentuk tingkah laku tertentu pada anjing.

14

Pada perilaku manusia respondent response bersifat sangat terbatas, oleh karena itu
sangat kecil untuk dapat di modefikasi. Sebaliknya, operant response atau instrumental
response sifatnya tidak terbats, oleh karena itu kemungkinan untuk dapat di
modefikasi sangat besar. Dengan instrumental response.

Skinner berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah laku tertenu perlu diurutkan
atau dipecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen tingkah lauku ang spesifik.
Selanjutnya, agar terbentuk pada tingkah laku yang diharapkan pada setiap tingkah
laku yang spesifik yang telah di respons, perlu di berikan hadiah agar tingkah laku it
uterus menerus diulang, serta untuk memotivasi agar berlanjut kepada komponen
tingkah laku selanjutnya sampai akhirnya pada pembentukan tingkah laku puncak yang
di harapkan.

Sebagi ilustrasi penerapan teori ini, mislkan kita ingin membentuk kebiasaan anak dalam
10/1
membaca buku. Untuk sampai pada kebiasaan itu, perilaku membaca dapat dipecah

11/1
menjadi beberapa komponen tingkah laku, contohna :

1) Anak melihat-lihat buku yang di sediakan

2) Membuka- buka buku

3) Memerhatikan gambar-gambar yang ada dalam buku

4) Membaca isi buku

Teori operant conditioning dari skinner ini sangat besar pengaruhnya terutama
dalam bidang teknologi pengajaran, khususnya di AS. Munculnya berbagai pendekatan
baru pengajaran seperti pengajaran berprogram,pengajaran dengan bantuan
computer
,mengajar dengan menggunakan mesin,semuanya berangkat dari konsep skinner.

15

1. Teori-teori Belajar Kognitif

a. Teori gestalt

Seperti yang telah di kemukakan , teori gestalt termasuk dalam kelompok aliran aliran
kongnitif holistik teori gestalt di kembangkan oleh koffka, kohler, dan wairtehmer. Teori
ini berbeda dengan teori – teori yanag telah di jelaskan dahulu. Menurut teori gestalt
belajar adalah proses pengembangan insight. Insight adalah pemahaman terhadap
hubungan antara bagian di dalam situasi permasalahan.Insight yang merupakan inti dari
belajar menurut teori gestalt memiliki cirri – cirri sebagai berikut :

a) Kemampuan insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang


tersebut , sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi
yang bersangkutan dalam kelompok (spesies)nya

b) Insight di pengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang


relevan

c) Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya

d) Pengertian merupakan inti dari insight. Melalui pengertian individu akan


dapat memecahkan persoalan.

e) Apabila insight telah di peroleh, maka dapat di gunakan untuk


menghadapi persoalan dalam situasi lain

b. Teori Medan
Teori medan di kembangkan oleh kurt Lewin. Sama seperi teori
gestalt, teori medan menganggap bahwa, belajar adalah peroses pemecahan
masalah,beberapa hal yang berkaitan proses pemecahan masalah menurut lewin dalam
belejar adalah :

16

a) Belajar adalah perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan dapat


memecahkan masalah jika ia bias mengubah struktur kongnitif

b) Pentingnya motivasib motifasi adalah factor yang dapat mendorong setiap


individu untuk berprilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu

c) Teori kontruktifitis

Teori kontruktifitis di kembangkan oleh piaget pada pertengahan abad 20 Piaget


berpendapat bahwa pada darasarnya setiap sejak kecil sudah memiliki kemampuan
untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pegetahuan yang di konstruksi oleh
anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan
pengetahuan yang hanya di peroleh melalu proses pemberitahuan tidak akan menjadi
pengetahuan yang bermakna.

C. PARADIGMA PEMBELAJARAN

1. Pengertian Paradigma

Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2005),
paradigma merupakan suatu kerangka pikir. Menurut Ratna (2010), paradigma
merupakan seperangkat keyakinan mendasar, semacam pandangan dunia yang
berfungsi untuk menuntun tindakan-tindakan manusia, baik dalam kehidupan sehari-
hari maupun karya ilmiah. Menurut Bogdan dan Bliken sebagaimana dikutip oleh
Moleong (1989), paradigma merupakan kumpulan yang longgar dari sejumlah asumsi
yang dipegang bersama, dimana konsep atau proposisi mengarahkan pada cara
berfikir dan penelitian.

17

Jadi paradigma merupakan suatu keyakinan mendasar yang membentuk pola pikir
sebagai titik tolak pandangan seseorang dari sejumlah asumsi yang mengarah pada cara
berfikir dan penelitian untuk menentukan tidakan-tindakan manusia itu sendiri.

2. Pengertian Paradigma Pembelajaran

Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa paradigma
pembelajaran merupakan perubahan dari gerakan, kekuatan, perkembangan, maupun
penyesuaian diri terhadap suatu keadaan yang mengarah pada cara berfikir dan
penelitian untuk menuntun tidakan manusia dalam proses pembelajaran.
3. Perkembangan Paradigma Pembelajaran

Menurut Nasar (2006), paradigma pembelajaran berkembang menjadi pendekatan


belajar yang mutakhir dan menggeser kebiasaan sekolah tradisional dimana guru
cenderung lebih aktif dibandingkan siswanya. Guru sebagai subjek yang dominan,
sementara siswa bersifat pasif. Padahal dalam kegiatan pembelajaran siswa sebagai
pusat belajar harus lebih aktif untuk membangun pemahaman, ketrampilan, dan sikap.
Maka dari itu sebagai fasilitator seorang guru mampu memberikan apa yang
diinginkan siswanya dengan strategi pembelajaran yang bervariasi, sehingga peserta
didik mampu berkreasi sesuai dengan kemampuan masing-masing yang diyakini
cenderung menghasilkan pengetahuan yang tersimpan kuat dalam ingatan siswa.

18

Menurut Aunurrahman (2009), perubahan paradigma dan sistem pemb-elajaran


merupakan suatu upaya dalam membangun masyarakat terdidik dan cerdas. Sistem
pendidikan telah ditata dengan menggunakan paradigma yang baru, dimana
formalitas dan legalitas merupakan suatu yang penting sedangkan substansi juga
merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan untuk proses pembelajaran. Adanya
tuntutan terhadap proses pemberdayaan diri dan pengem-bangan potensi peserta
didik secara holistik melalui proses pembelajaran yang dilakukan seorang guru
mengalami perubahan paradigma dan pandangan terhadap pendidikan.

Holistik yaitu ciri pandangan yang menganggap bahwa keseluruhan sebagai suatu
kesatuan yang lebih penting pada sebagian organisme. Pergeseran paradigma yang
sebelumnya lebih menitikberatkan pada peran guru, fasilitator, dan instruktur,
sekarang semakin bergeser pada pemberdayaan peserta didik dalam mengambil
inisiatif dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dinamika paradigma


pembelajaran bermulai dari kebiasaan tradisional, dimana guru lebih dominan atau
berperan aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa. Selanjutnya,
seiring dengan perkembangan waktu munculah strategi pembela-jaran yang bevariasi
guna melibatkan siswa untuk mengambil inisiatif dan berperan aktif dalam proses pe-
mbelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu berkreasi sesuai dengan
kemampuan masing-masing dan diyakini cenderung menghasilkan pengetahuan yang
tersimpan kuat dalam ingatan peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai