Anda di halaman 1dari 31

PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN MEDIA CETAK: MODUL,

HANDOUT, DAN LKS DALAM PEMBELAJARAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Bahan Ajar

Dosen Pengampu: Dr. Nita Agustina N. E. E, M.Pd.I.

Disusun Oleh:

KELOMPOK 5 PGMI 4E

1. Dimas Rafi Dwi Nurfa (126205212155)


2. Fadilah Khoirun Nisa (126205213245)
3. Shofi Maulida (126205211070)
4. Siti Khatba Uvi Batni (126205212185)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

MARET 2023
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas selesainya


makalah berjudul Pengembangan Dan Pemanfaatan Media Cetak: Modul,
Handout, Dan LKS Dalam Pembelajaran ini tepat waktu. Selawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, para
sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada beberapa pihak yang


mendukung proses penulisan makalah ini. Rasa terima kasih penulis sampaikan
kepada pihak-pihak berikut ini.

1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Dr. Nita Agustina N. E. E, M.Pd.I selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
4. Teman-teman sekalian, khususnya bagi pihak yang ikut serta dalam proses
penyusunan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk mendeskripsikan Pengembangan Dan


Pemanfaatan Media Cetak: Modul, Handout, Dan LKS Dalam Pembelajaran

Penulis juga menyadari bahwa isi dari makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
perbaikan penulisan makalah di masa yang akan datang.

Tulungagung, 1 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................

Kata Pengantar......................................................................................................

Daftar Isi................................................................................................................

BAB I Pendahuluan...............................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................

B. Rumusan Masalah........................................................................................

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................

BAB II Pembahasan...............................................................................................

A. Pengertian Bahan Pembelajaran Cetak........................................................

B. Karakteristik Bahan Pembelajaran Cetak ....................................................

C. Tahapan Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak .................................

D. Struktur Bahan Ajar Cetak ..........................................................................

E. Teknik Penyusunan Bahan Ajar Cetak........................................................

F. Jenis Bahan Ajar Cetak .............................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................

A. Simpulan....................................................................................................

B. Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN \

A. Latar Belakang

Bahan pembelajaran cetak merupakan bahan pembelajaran yang sangat


umum digunakan oleh para guru, namun masih sedikit sekali para guru yang
memiliki kemampuan untuk mengembangkannya. Hal ini karena para guru sudah
terbiasa menggunakan bahan pembelajaran cetak yang sudah jadi dan beredar luas
di pasaran. Hal tersebut tidaklah keliru, namun ketergantungan tersebut
menyebabkan para guru tidak kreatif untuk menulis dan mengembangkan materi
ajar sesuai dengan karakteristik siswa yang dihadapinya. Karena yang ada dari
materi ajar cetak yang selama ini digunakan adalah adanya suatu penyeragaman
untuk semua siswa di seluruh Indonesia, baik yang tinggal di kota-kota besar
maupun yang ditinggal di daerah pedesaan. Untuk itu sangatlah penting jika para
guru memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai tentang bahan
pembelajaran cetak yang baik untuk menunjang proses pembelajaran.1

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas. Bahan ajar
adalah sebuah persoalan pokok yang tidak bisa dikesampingkan dalam satu
kesatuan pembahasan yang utuh tentang cara pembuatan bahan ajar. Bahan
pembelajaran cetak merupakan bahan pembelajaran yang sangat umum digunakan
oleh para guru, namun masih sedikit sekali para guru yang memiliki kemampuan
untuk mengembangkannya. Hal ini karena para guru sudah terbiasa menggunakan
bahan pembelajaran yang sudah jadi dan beredar dipasaran. Hal tersebut tidaklah
keliru, namun ketergantungan tersebut menyebabkan para guru menjadi tidak
kretif untuk menulis dan mengembangkan materi ajar sesuai dengan karakteristik
siswa yang dihadapinya. Karena materi ajar cetak yang selama ini digunakan
adalah suatu penyeragam untuk semua siswa yang ada diseluruh Indonesia, baik
yang tinggal dikota-kota besar maupun yang didaerah perdesaan. Untuk itu
sangatlah penting

1
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 3.

1
2

bagi guru memiliki pengtahuan dan kemampuan yang memadai tentang bahan
pembelajaran cetak yang baik untuk menunjang proses pembelajaran. Materi
pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku
penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut
enam elemen yang perlu diperhatikan pada saat merancang yaitu konsistensi,
format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.2

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian bahan pembelajaran cetak?

2. Bagaimana karakteristik bahan pembelajaran cetak?

3. Bagaimana tahapan pengembangan bahan pembelajaran cetak?

4. Bagaimana struktur bahan ajar cetak?

5. Apa teknik penyusunan bahan ajar cetak?

6. Apa saja jenis bahan ajar cetak?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian bahan pembelajaran cetak.

2. Untuk mengetahui karakteristik bahan pembelajaran cetak.

3. Untuk tahapan pengembangan bahan pembelajaran cetak.

4. Untuk menjelaskan struktur bahan ajar cetak.

5. Untuk menjelaskan teknik penyusunan bahan ajar cetak.

6. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis bahan ajar.

BAB II

2
Kardiman, Penngembangan Bahan Ajar Cetak, (Jakarta: PT Garfindo Persada, 2003),
hal.73.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahan Ajar Cetak

Bahan pembelajaran cetak dapat diartikan sebagai perangkat bahan


yang memuat materi atau isi pelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dituangkan dengan menggunakan teknologi cetak.
Suatu bahan pembelajaran cetak memuat materi yang berupa ide, fakta,
konsep, prinsip, kaidah atau teori yang tercakup dalam mata pelajaran
sesuai dengan disiplin ilmunya serta informasi lainnya dalam
pembelajaran. Bahan ajar perlu dikembangkan dan diorganisasikan agar
pembelajaran tidak jauh dari tujuan/kompetensi yang akan dicapai dan
diharapkan akan efektif dan efisien. Efektif artinya pembelajaran akan
berhasil baik dan efisien berarti tidak memerlukan waktu yang lama.3

Dalam proses pembelajaran bahan ajar cetak memiliki posisi yang


sangat strategis untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan.
Keberadaannya sebagai pedoman belajar bagi siswa saat tidak bertemu
gurunya secara langsung, misalnya saat para siswa belajar di rumah. Maka
bahan ajar harus memiliki kemampuan berinteraksi untuk membelajarkan
siswa. Mengingat peran yang disandangnya, maka bahan ajar tidaklah
sama dengan buku teks. Jika buku teks bersifat umum dan hanya memuat
materi pelajaran saja maka bahan ajar cetak tidaklah demikian. Bahan ajar
cetak lebih bersifat khusus dan lengkap. Artinya khusus bagi siapa bahan
ajar tersebut ditujukan sehingga sangat sesuai dengan calon penggunanya
dan lengkap berarti hal-hal yang dipandang perlu dalam proses
pembelajaran juga dicantumkan pada bagian karakteristik bahan ajar cetak
tersebut.4

Selain itu penyusunannya harus sesuai dengan kurikulum sekolah


yang digunakan. Jika melihat fenomena kurikulum yang kini tengah
berlaku di negara kita yaitu kurikulum tungkat satuan pendidikan, maka

3
Reviandari, Bahan Ajar Cetak, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 1.
4
Ibid., hal 2.

3
4

seorang guru tidak bisa lagi dengan begitu saja memilih bahan ajar cetak
yang dapat digunakan untuk pembelajaran siswa. Pertimbangan yang
paling mendasar adalah apakah bahan ajar cetak tersebut sangat sesuai
dengan kurikulum yang berlaku di sekolah. Pemberlakuan kurikulum
tersebut memberi ruang sekaligus sebuah tuntutan bagi para guru untuk
mengembangkan bahan ajar cetak yang sesuai dengan kurikulum di
sekolahnya dan tentunya sesuai dengan karakteristik siswa yang
dihadapinya.5

B. Karakteristik Bahan Pembelajaran Cetak


Selain menggunkan teknologi cetak, bahan ajar memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Mampu membelajarkan sendiri para siswa (self-instruction), artinya
bahan ajar cetak harus memiliki kemampuan menjelaskan secara jelas
untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, baik dengan
bimbingan guru atau mandiri.
2. Bersifat lengkap (self-contained), artinya bahan ajar memuat hal-hal
yang diperlukan dalam proses pembalajaran. Hal-hal tersebut adalah
tujuan pembelajaran/kompetensi, prasyarat yaitu materi-materi
pelajaran yang mendukung atau perlu dipelajari terlebih dahulu
sebelumnya, prosedur pembelajaran, materi pembelajaran yang
tersusun sistematis, latihan/tugas-tugas, soal-soal evaluasi beserta
kunci jawaban dan tindak lanjut yang harus dikerjakan oleh siswa.
3. Mampu membelajarkan peserta didik (self-instruction material),
artinya dalam pembelajaran cetak harus mampu memicu siswa aktif
dalam proses belajarnya bahkan membelajarkan siswa untuk dapat
menilai kemampuan belajarnya sendiri.6
C. Tahapan Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak
Pengembangan pembelajaran cetak dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya kompilasi terhadap bahan yang tersedia
dilengkapi dengan panduan belajar, menggunakan buku teks, menyadur
5
Ibid., hal 2.
6
Suhartono dkk, Pengembangan Bahan Ajar, (Malang: Universitas Negeri Malang,
2000), hal. 98.
5

buku teks, serta menulis bahan ajar cetak yang diperlukan yang dirancang
sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan.
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengembangkan bahan ajar cetak
adalah sebagai berikut.
1. Menyusun garis-garis besar besar program pembelajaran (GBPP).
GBPP adalah bahan pembelajaran cetak yang dirumuskan dengan
tujuan pembelajaran/kompetensi dan pokok-pokok materi yang
akan dikembangkan kedalam ke dalam bahan ajar cetak. GBPP
tersebut harus memuat standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, topik, sub pokok bahasan, estimasi waktu serta daftar
pustaka yang diperlukan.
2. Menulis bahan ajar dengan mengikuti strategi tertentu.
Menulis bahan ajar berarti mengajar mengajarkan mata pelajaran
melalui tulisan. Oleh karena itu, prinsipprinsip yang digunakan
dalam menulis bahan ajar sama halnya dengan prinsipprinsip
pengajaran biasa. Perbedaannya adalah bahasa yang digunakan
bersifat setengah formal dan setengah lisan.
3. Mereview atau melakukan uji coba lapangan dan merevisi bahan
ajar sebelum digunakan di lapangan.
4. Bahan ajar siap digunakan.7
D. Struktur Bahan Ajar Cetak

Bahan ajar terdiri dari beberapa jenis, salah satu yang sangat sering
dijumpai dan digunakan dalam pembelajaran adalah jenis bahan ajar yang
berbentuk cetak. Bahan ajar cetak banyak digunakan karena mudah digunakan dan
dipahami. Bahan ajar cetak juga mampu menyajikan apa yang harus disampaikan
kepada peserta didik secara keseluruhan. Terlebih lagi guru juga mampu membuat
sendiri bahan ajar cetak yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran
dengan mudah.

Dalam pembuatan bahan ajar cetak ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan dan

7
Ibid., hal 99.
6

penyusunan bahan ajar adalah struktur bahan ajar cetak tersebut. Struktur bahan
ajar cetak merupakan hal-hal atau komponen atau susunan yang harus ada dalam
bahan ajar cetak yang digunakan. Struktur bahan ajar cetak ini yang menjadikan
bahan ajar lengkap dan layak digunakan dalam pembelajaran, lebih lanjut lagi
juga memudahkan guru menyampaikan materi serta memudahkan siswa dalam
menangkap dan mengikuti pembelajaran.

Secara umum, terdapat tujuh komponen dalam setiap bahan ajar, yaitu
judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi
pendukung, latihan, tugas atau langkah kerja dan penilaian. Masing-masing
bentuk bahan ajar memiliki struktur yang berbeda.8

Ada banyak sekali macam dari bahan ajar cetak beberapa diantaranya
adalah handout, buku, modul, LKS, leaflet, brosur, wallchart, dan foto atau
gambar. Masing-masing bahan ajar cetak tersebut memiliki struktur yang berbeda-
beda. Struktur penyusun masing-masing bahan ajar cetak tersebut adalah sebagai
berikut:

a. Handout
Struktur bahan aja handout sangat sederhana sekali yaitu utamanya hanya
terdapat 2 komponen, judul dan informasi pendukung.
b. Buku
Buku memiliki 4 komponen penyusun struktur bahan ajarnya. Komponen
tersebut adalah judul, kompetensi dasar atau materi pokok, latihan, dan
penilaian.
c. Modul
Struktur bahan ajar modul lebih kompleks lagi yang terdiri dari 7
komponen penyusun yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau
materi pokok, informasi pendukung, latihan, tugas atau langkah kerja, dan
penilaian.
d. LKS

8
Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik
Terpadu: Implementasi Kurikulum 2018 Untuk SD/MI, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri,
2017), hal. 228.
7

Struktur bahan ajar LKS atau Lembar Kerja Siswa atau Lembar Kegiatan
Siswa terdiri atas 6 komponen yang meliputi judul, petunjuk belajar,
kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau
langkah kerja, dan penilaian.
e. Leaflet
Leaflet memiliki 4 komponen struktur penyusun bahan ajarnya yaitu judul,
kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, dan penilaian.
f. Brosur
Komponen struktur bahan ajar brosur pada dasarnya sama dengan leaflet
yaitu judul, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung,
dan penilaian.
g. Wallchart
Wallchart memiliki 4 komponen struktur bahan ajar. Judul disertakan
bersamaan dengan bahan ajar wallchart tersebut, sedangkan komponen
lain seperti kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung,
dan penilaian disertakan pada lembaran kertas lainnya.
h. Foto dan Gambar
Bahan ajar foto dan gambar memiliki struktur yang sama dengan bahan
ajar wallchart. Judul disertakan bersamaan dengan bahan ajar foto atau
gambar tersebut, sedangkan komponen lain seperti kompetensi dasar atau
materi pokok, informasi pendukung, dan penilaian disertakan pada
lembaran kertas lainnya.

Kelengkapan struktur penyusun bahan ajar cetak diatas


menentukan bagaimana penggunaan bahan ajar cetak tersebut. Jika tidak
lengkap maka peserta didik utamanya akan banyak mengalami
kebingungan terhadap apa yang dipelajari. Misalnya pada buku tidak
disertakan kompetensi dasar maka peserta didik akan bingung kompetensi-
kompetensi apa yang hendak dicapai dengan mempelajari buku tersebut,
atau foto yang tanpa disertai materi atau informasi pendukung maka
peserta didik akan timbul tanda tanya besar apa maksud dari penyajian
foto tersebut.
Untuk itu struktur bahan ajar cetak ini sangat perlu diperhatikan.
Penyusunan bahan ajar cetak untuk pembelajaran harus menyertakan
struktur

8
8

yang selengkap mungkin agar bahan ajar yang dibuat mampu mendukung proses
pembelajaran dengan baik. Bahan ajar cetak dengan struktur penyusun yang
lengkap akan jauh lebih mudah digunakan dan dipahami oleh guru dan peserta
didik pada khususnya.

E. Teknik Penyusunan Bahan Ajar Cetak

Dalam teknik penyusunan bahan ajar cetak, ada beberapa ketentuan yang
sebaiknya dijadikan acuan atau pedoman. Beberapa ketentuan dalam teknik
penyusunan bahan ajar cetak adalah sebagai berikut:

a. Judul atau materi yang disajikan dalam bahan ajar harus memuat
kompetensi dasar atau materi pokok yang dicapai oleh peserta didik
selama mengikuti proses pembelajaran.
b. Untuk menyusun bahan ajar cetak, setidaknya ada enam hal yang perlu
kita pahami dan mengerti, yaitu :
1) Susunan tampilan bahan ajar jelas dan menarik.
Pada aspek susunannya, bahan ajar cetak sebaiknya disusun
dengan urutan yang mudah, judul yang singkat dan padat, terdapat
daftar isi, struktur kognitifnya jelas, serta terdapat rangkuman dan
tugas pembaca.
2) Bahasa yang mudah
Maksud dari bahasa yang mudah adalah mengalirnya kosakata,
kalimatnya jelas, dan kelasnya hubungan antar kalimat, serta
kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang.
3) Mampu menguji pemahaman
Hal ini berkaitan dengan menilai orangnya melalui cek lis untuk
pemahaman
4) Adanya stimulan
Hal ini menyangkut enak atau tidaknya bahan ajar cetak untuk
dilihat, serta tulisan yang ada pada bahan ajar cetak mendorong
pembaca untuk berpikir, dan menguji stimulan.
9

5) Kemudahan dibaca
Hal ini menyangkut keramahan bahan ajar cetak terhadap mata.
Dalam hal ini, huruf yang digunakan hendaknya tidak terlalu kecil
dan enak dibaca. Selain itu, urutan teksnya juga harus terstruktur
dan mudah dibaca.
6) Materi instruksional
Hal ini menyangkut pemilihan teks, bahan kajian, dan lembar kerja
(worksheet)9

Bahan ajar cetak yaitu sejumlah bahan yang disiapkan dalam bentuk
kertas, yang dapat berfungsi untuk pembelajaran dan penyampaian
informasi. Penyusunan bahan ajar dapat dilakukan melalui beragam cara,
dari yang termurah sampai yang termahal, dari yang paling sederhana
sampai yang tercanggih. Secara umum ada tiga cara yang dapat ditempuh
dalam menyusun bahan ajar cetak yaitu

1) Menulis sendiri
Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan
siswa. Selain ditulis sendiri guru dapat berkolaborasi dengan guru lain
untuk menulis bahan ajar secara kelompok dengan guru-guru bidang studi
sejenis, baik dalam satu sekolah atau tidak. Penulisan juga dapat dilakukan
bersama pakar, yang memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu.
Di samping penguasaan bidang ilmu, untuk dapat menulis sendiri
bahan ajar, diperlukan kemampuan menulis sesuai dengan prinsip-prinsip
instruksional. Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan pada kebutuhan
siswa, meliputi kebutuhan pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan,
dan umpan balik. Untuk itu dalam menulis bahan ajar didasarkan: (a)
analisis materi pada kurikulum, (b) rencana atau program pengajaran, dan
(c) silabus yang telah disusun.10
2) Pengemasan kembali informasi (information repacking)

9
Sugiarni, Bahan Ajar, Media Dan Teknologi Pembelajaran, (Tangerang: Pascal Books,
2022), hal. 30.
10
Nurul Huda, Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains, (Semarang: Yayasan
Kita Menulis, 2020), hal. 22.
10

Dalam pengemasan kembali informasi, penulis tidak menulis


bahan ajar sendiri dari awal, tetapi penulis memanfaatkan buku-buku teks
dan informasi yang sudah ada untuk dikemas kembali sehingga berbentuk
bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik dan dapat
dipergunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses instruksional.
Bahan atau informasi yang sudah ada di pasaran dikumpulkan
berdasarkan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Kemudian ditulis
kembali atau ulang dengan gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi bahan
ajar, juga diberi tambahan kompetensi atau keterampilan yang akan
dicapai, bimbingan belajar, latihan, tes, serta umpan balik agar mereka
dapat mengukur sendiri kompetensinya yang telah dicapai. Cara ini lebih
cepat diselesaikan dibanding menulis sendiri , namun sebaiknya
memperoleh izin dari pengarang buku aslinya.
3) Penataan informasi
selain menulis sendiri, bahan ajar juga dapat dilakukan melalui
kompilasi seluruh materi yang diambil dari buku teks, jurnal, majalah,
artikel, koran, dan lain-lain. Proses ini disebut pengembangan bahan ajar
melalui penataan informasi kompilasi. Proses penataan informasi hampir
mirip dengan proses pengemasan kembali namun, dalam proses penataan
informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap buku teks, materi
audio visual, dan informasi lain yang sudah ada di pasaran. Jadi buku teks,
materi audio visual dan informasi lain tersebut digunakan secara langsung
hanya ditambahkan dengan pedoman belajar untuk peserta didik tentang
cara menggunakan materi tersebut latihan-latihan dan tugas yang perlu
dilakukan umpan balik untuk peserta didik dan dari peserta didik.

F. JENIS-JENIS BAHAN AJAR CETAK

Berbagai macam bahan ajar yang dapat dikembangkan untuk kepentingan


pembelajaran siswa saat ini, yaitu bahan pembelajaran yang dikemabngkan
11

cenderung pada bahan pembelajaran yang berbentuk tercetak sebagai


berikut:11

1. Handout

Sebagai dasar untuk memahami apa itu handout, maka pandangan dari
beberapa ahli berikut dapat kita jadikan rujukan12. Handout merupakan sesuatu
yang diberikan secara gratis. Memaknai handout sebagai selembar (atau
beberapa lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan pendidik
kepada peserta didik. Dengan kata lain apabila pendidik membuat ringkasan
suatu topik, makalah suatu topic, lembar kerja siswa, petunjuk praktikum,
tugas, atau tes, dan diberikan kepada peserta didik secara terpisah-pisah (tidak
menjadi suatu kumpulan lembar kerja siswa, misalnya), maka pengemasan
materi pembelajaran tersebut termasuk dalam kategori handout.

Berdasarkan kamus, handout adalah sesuatu yang diberikan secara gratis.


Didalam dunia pendidikan, handout merujuk pada selembar (atau beberapa
lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan guru kepada siswa.
Jadi, menurut pengertian ini bila guru membuat suatu ringkasan topik,
makalah suatu topik, LKS, petunjuk praktikum, tuga, atau tes dan diberikan
kepada siswa secara terpisah-pisah (tidak menjadi suatu kumpulan LKS,
misalnya), maka pengemasan materi pembelajaran tersebut termasuk dalam
kategori handout.

Dalam pandangan lainnya, handout bahkan diartikan sebagai “segala


sesuatu” yang diberikan kepada peserta didik ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran. Jadi, handout dibuat dengan tujuan untuk memperlancar dan
memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan
peserta didik. Kemudian ada yang mengartikan handout sebagai bahan tertulis
yang disiapkan oleh seorang pendidik untuk memperkaya pengetahuan peserta

11
Mohammad, Pengembangan Bahan Ajar Cetak, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2010),
hal. 55.
12
Echols dan Shadily, Jenis-Jenis Bahan Ajar Cetak, (Debdiknas, 1996), hal. 288.
12

didik. Handout dimaknai sebagai is prepared statement given atau pernyataan


yang telah disiapkan oleh pembicara.13

Berdasarkan beberapa pandangan yang telah kita kemukakan tersebut,


dapat kita pahami bahwa handout adalah bahan pembelajaran yang sangat
ringkas. Bahan ajar ini bersumber dari beberapa literature relevan terhadap
kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik.
Baban ajar ini diberikan kepada peserta didik guna memudahkan mereka saat
mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, bahan ajar ini tentunya
bukanlah suatu bahan ajar yang mahal, melainkan ekonomis dan praktis.14

a. Fungsi handout

Menurut Steffen dan Peter Ballstaedt, fungsi handout antara lain:

 Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat


 Sebagai pendamping penjelasan pendidik
 Sebagai bahan rujukan peserta didik
 Memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar
 Pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan
 Memberi umpan balik, dan
 Menilai hasil belajar
b. Tujuan pembuatan handout
Dalam fungsi pembelajaran, handout memiliki beberapa tujuan, yaitu:
 Untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau
materi pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik;
 Untuk memperkaya pengetahuan peserta didik; dan
 Untuk mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari pendidik
c. Unsur-unsur handout

Sebagai bahan ajar, handout tersusun atas unsure-unsur


penyusunnya. Unsur-unsur penysusun dari handout ini disebut juga
sebagai struktur handout. Unsur-unsur ini harus kita pahami untuk bisa

13
Oxford, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Kemendikbud, 2000), hal. 389.
14
Ibid., hal 56.
13

membuat handout yang benar sebab, meskipun sebagai pelengkap,


tidak berarti handout bisa dikembangkan begitu saja. Ada rambu-
rambu yang harus kita ikuti jika ingin mendapatkan handout yang
baik.

Handout sebagai salah satu bentuk bahan ajar memiliki sturuktur


yang terdiri atas dua unsur (kompenen), yaitu judul dan informasi
pendukung. Jika dibandingkan dengan struktur bentuk bahan cetak
lainnya, handout tergolong yang paling sederhana, karena hanya terdiri
atas dua unsur. Adapun kedua unsur tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, identitas handout. Unsur ini terdiri atas nama madrasah,
kelas, nama mata pelajaran, jumlah halaman, dan mulai berlakunya
handout. Kedua, materi pokok atau materi pendukung pembelajaran
yang akan disampaikan. Yang perlu kita perhatikan dalam hal ini
adalah kepedulian, kemauan, dan keterampilan pendidik dalam
menyajikan materi. Ketiga hal inilah yang sangat menentukan kualitas
handout.

d. Jenis-jenis handout

Berdasarkan keterpaduan dengan buku utama, handout


dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu handout yang terlepas sama
sekali dari buku utamanya dan handout yang menjadi bagian tak
terpisahkan dari buku atau modul yang digunakan untuk materi
tertentu. Sementara itu, berdasarkan karakterisitik mata pelajaran,
handout dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Handout mata pelajaran praktik

Pada jenis mata pelajaran praktik, susunan handout-nya memiliki


ketentuan sebagai berikut:

a. Dalam meteripokok kegiatan praktik, terdiri atas langkah-langkah


kegiatan atau proses yang harus dilakukan peserta didik, yakni
langkah demi langkah memilih, merangkai dan menggunakan alat
instrument yang akan di gunakan dalam kegiatan praktik.
14

b. Pembelajaran dengan melakukan praktik ini berbeda dengan


pembelajaran teori. Pengalaman dan keterampilan peserta didik
sangat diharapkan dalam penggunaan alat atau instrument praktik.
Salah dalam merangkai atau menggunakan akan beerakibat fatal,
kerusakan atau bahkan kecelakaan.15

c. Sering kali dilakukan pre-test terlebih dahulu sebelum peserta


didik memasuki ruangan laboratorium, untuk mengetahui sejauh
mana peserta didik telah siap dengan segala apa yang akan
dilakukan dalam praktik tersebut.
d. Penggunaan alat evaluasi (reported sbeet) sangat diperlukan untuk
umpan balik dan melihat tingkat ketercapaian tujuan serta
kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
e. Keselamatan kerja dilaboratorium, bengkel perlu dibudayakan
dalam kegiatan praktik di laboratorium atau di bengkel.
f. Format identitasnya sama dengan penjelasan sebelumnya,
sedangkan isi handoutnya disesuaikan dengan kekhususan
materinya.
2) Handout mata pelajaran nonpraktik
Untuk jenis matapelajaran nonpraktik, susunan handoutnya
memiliki ketentuan sebagai berikut:
1) Sebagai acuan handout adalah SAP (Susunan Acara
Pembelajaran).
2) Format handout: pertama bebas (slide, transparasi, peaper based)
dan dapat berbentuk narasi kalimat tetapi singkat. Kedua tidak
perlu memakai beader maupun footer untuk setiap slide, cukup
halaman pertama saja.
3) Konten (isi) terdiri atas overview materi dan rincian materi
Karakteristik dua jenis mata pelajaran ini ternyata berimplikasi
terhadap susunan dari handout yang tidak sama.16
e. Langkah-langkah penyusuna handout
15
Ibid., hal 57.
16
Ibid., hal 58.
15

1) Lakukan analisis kurikulum


2) Tentukan judul handout dan sesuaikan dengan kompetensi dasar
serta materi pokok yang akan dicapai. Pada tahap ini, lakukan
dengan berdasarkan hasil penyusunan peta bahan ajar yang telah
dibuat.
3) Kumpulkan refrensi sebagai bahan penulisan. Usahakan referensi
yang digunakan terkini dan relevan dengan materi pokoknya.
4) Menulis handout dengan kalimat yang singkat padat namun jelas.
5) Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang untuk
menentukan kemungkinan kekurangan-kekurangan.
6) Evaluasi tulisan dengan cara dibaca ulang. Bila perlu, mintalah
orang lain membaca terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan.
7) Perbaiki hasil handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang
ditemukan.
8) Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi
handout, misalnya buku, majalah, internet, atau jurnal hasil
penelitian.
2. Modul
Modul dimaknai sebagai seperangkat bahan ajar yang disajikan secara
sistematis, sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang
fasilitator atau guru. Sebuah modul harus dapat dijadikan bahan ajar sebagai
pengganti fungsi pendidik. Jika pendidik mempunyai fungsi menjelaskan
sesuatu, maka modul harus mampu menjelaskan Sesuatu dengan bahasa yang
mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga ditemukan pengertian yang
hampir serupa bahwa modul adalah kegiatan program belajar mengajar yang
dapat dipelajari oleh peserta didik dengan bantuan yang minimal dari guru
atau dosen pembimbing, meliputi perencanaan tujuan yang akan dicapai
secara jelas, penyediaan materi pelajaran, alat yang dibutuhkan dan alat untuk
penilai, serta pengukuran keberhasilan peserta didik dalam penyelesaian
pelajaran.17
17
Surahman, Pengembangan Bahan Ajar Cetak, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2010),
hal. 2.
16

Sementara itu, modul adalah satuan program pembelajaran terkecil yang


dapat dipelajari oleh peserta didik secara perseorangan (self instructional);
setelah peserta menyelesaikan satu satuan dalam modul, selanjutnya peserta
dapat melangkah maju dan mempelajari satuan modul berikutnya. Sedangkan
modul pembelajaran, sebagaimana yang dikembangkan di Indonesia,
merupakan suatu paket bahan pembelajaran (learning materials) yang
membuat deskripsi tentang tujuan pembelajaran, lembaran petunjuk pengajar
atau instruktur yang menjelaskan cara mengajar yang efisien, bahan bacaan
bagi peserta, lembaran kunci jawaban pada lembar kertas kerja peserta, dan
alat-alat evaluasi pembelajaran.18
Dari beberapa pandangan diatas dapat kita pahami bahwa modul pada
dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan
dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan
atau bimbingan yang minimal dari pendidik.
a. Fungsi Modul
Sebagai salah sattu bentuk bahan ajar modul memiliki fungsi sebagai
berikut:
1) Bahan ajar mandiri. Maksudnya, penggunaan modul dalam proses
pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik
untuk belajar sendiri tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik.
2) Pengganti fungsi pendidik. Maksudnya, modul sebagai bahan ajar
yang harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik
dan mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan
dan usia mereka. Sementara fungsi penjelas sesuatu tersebut juga
melekat pada pendidik. Maka dari itu, penggunaan modul bisa
berfungsi sebagai pengganti fungsi atau peran fasilitator/pendidik.
3) Sebagai alat evaluasi. Maksudnya, dengan modul, peserta didik
dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat
penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari. Dengan
demikian, modul juga sebagai alat evakuasi.

18
Ibid., hal 59.
17

4) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Maksudnya, karena


modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh
peserta didik, maka modul juga memilih fungsi sebagai bahan
rujukan bagi peserta didik.
b. Tujuan Pembuatan Modul
Adapun tujuan dari pembuatan modul sebagai berikut:
1) Agar peserta didk dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan pendidik (yang minimal)
2) Agar peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam
kegiatan pembelajaran.
3) Melatih kejujuran peserta didik.
4) Mengakomodasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta
didik.
5) Agar peserta didik mampu mengukur sendiri tingkat penguasan
materi yang dipelajari.
c. Unsur-unsur Modul
Untuk membuat sebuah modul yang baik, maka satu hal penting
yang harus kita lakukan adalah mengenali unsur-unsurnya. Modul
paling tidak harus berisikan tujuh unsure, yakni judul, petunjuk belajar
(petunjuk peserta didik atau pendidik), kompetensi yang akan dicapai,
informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja
(LK), dan evaluasi. Melalui ketujuh komponen itulah, kita bisa
menyusun sebuah bahan ajar yang disebut modul. Komponen modul:
1) Modul untuk siswa, berisi kegiatan belajar yang dilakukan siswa. 2)
Modul untuk Guru, berisi petunjuk guru, tes akhir modul, dan kunci
jawaban akhir modul.19
d. Struktur Pembuatan Modul
1) Pendahuluan
Pendahuluan setidaknya memuat lima elemen, yaitu:
a) Tujuan.
b) Pengenalan terhadap topik yang akan dipelajari.

19
Ibid., 6
18

c) Informasi tentang pembelajaran.


d) Hasil belajar.
e) Orientasi.

2) Kegiatan belajar
Struktur kegiatan belajar meliputi:
Kegiatan belajar
a) Judul
b) Tujuan.
c) Materi pokok.
d) Uraian materi, berisi penjelasan, contoh, ilustrasi, aktivitas,
tugas/latihan, rangkuman.
e) Tes mandiri 1
Kegiatan belajar 2: Judul, struktur seperti kegiatan belajar 1.
3) Penutup
a) Salam, rangkuman, aplikasi, tindak lanjut, kaitan dengan
modul berikutnya.
b) Daftar kata penting.
c) Daftar pustaka
d) Kunci tes mandiri.
e. Karakteristik Modul
1) Dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri.
2) Program pembelajaran yang utuh dan sistematis.
3) Mengandung tujuan, bahan/kegiatan da evaluasi.
4) Disajikan komunitatif, dua arah.
5) Diupayakan untuk mengganti beberapa peran peran pengajar.
6) Cakupan Bahasa terfokus da teratur.
7) Mementingkan aktivits belajar pemakai.20
f. Jenis-jenis Modul
1) Menurut penggunaanya

20
Ibid., hal 61.
19

Dilihat dari penggunaanya, modul terbagi menjadi dua macam,


yaitu modul untuk peserta didik dan modul untuk pendidik. Modul
untuk peserta didik berisi kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta
didik, sdangkan modul unk pedidik berisi petunjuk pendidik, tes akhir
modul, da kunci jawaban tes akhir modul.
2) Menurut Tujuan Penyusunanya
Jenis modul lainnya dikemukakan oleh Vembriarto. Ia mengatakan
bahwa menurut tujuan pdenyusunanya, modul apat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu modul inti (modul dasar) dan modul pengayaan.
g. Langkah-langkah penyusunan modul
1) Analisis Kurikulum
2) Menentukan judul modul
3) Pemberian kode modul
4) Penulisan modul

3. Work Book / Lembar Kerja Siswa (LKS)


Menurut pedoman umum pengembangan bahan ajar (Diknas, 2004),
lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya
berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
Tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai.

Sementara menurut pandangan lain, LKS bukan merpakan singkatan dari


lembar kegiatan siswa, yaitu materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa,
sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut
secara mandiri.

Dari penjelasan ini dapat kita pahami bahwa LKS merupakan suatu bahan
ajar cetak berupa lemmbar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan
petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh
peserta didik yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.21

a. Fungsi LKS
21
Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2017),
hal.3
20

1) Sebagai bahan ajar yang meminimalkan peran pendidik, namun lebih


mengaktifkan peserta didik.
2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami
materi yang diberikan.
3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.
4) Memudahkan perlaksanaan pengajar kepada peserta didik.
b. Tujuan LKS
1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk
berinteraksi dengan materi yang diberikan.
2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik
terhadap materi yang diberikan.
3) Melatih kemandirian dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
c. Unsur-unsur LKS

Dilihat dari strukturnya, bahan ajar LKS lebih sederhana daripada


modul, namun lebih kompleks daripada buku. Bahan ajar LKS terdiri atas
enam unsur utama, meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau
materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan
penilaian. Sedangkan jika ddilihat dari formatnya, LKS memuat paling
tidak memuat delapan unsur, yaitu judul, kompetensi dasar yang akan
dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus
dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.22

d. Mengenal macam-macam LKS


1. LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep.

LKS jenis seperti ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi
melakukan, mengamati, da menganalisis. Rumuskan langkah-langkah
yang harus dilakukan siswa kemudian mintalah mengamati fenomena hasil
kegiatanya, dan berilah pertanyaan-pertanyaan analisis yang membantu

22
Ibid., hal 4.
21

siswa mengaitkan fenomena yang diamati dengan konsep yang akan


dibangun siswa dalam benaknya.

2. LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintergrasikan


berbagai konsep yang telah ditemukan.

Dalam sebuah pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan


konsep, siswa selanjutnya dilatih untuk menerapkan konsep yang telah
dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

3. LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar

LKS ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada didalam
buku. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika ia membaca buku,
sehingga fungsi utama LKS ini adalah membatu siswa menghafal dan
memahami materi pembelajaran yang terdapat didalam buku.

4. LKS yang berfungsi sebagai penguatan

LKS ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu.


Materi pembelajaran yang dikemas didalam buku pelajaran LKS ini juga
cocok untuk pengayaan.

5. LKS yag berfungsi sebagai pertunjukan praktikum

Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri,


anda dapat mengambunggkan petunjuk ke dalam kumpulan LKS. Tentang
pembuatan petunjuk pratikum.

a. Langkah-langkah aplikatif membuat LKS


b. Melakukan analisis kurikulum
c. Menyusun peta kebutuhan LKS
d. Menentukan judul-judul LKS
e. Penulisan LKS

Selain kategori di atas, Rowntree membuat kategorikan sebagai bahan


ajar cetak, sebagai berikut.
22

1) Buku, pamphlet, dan lain-lain bahan cetak yang dipublikasikan atau


khusus ditulis dan dikembagkan untuk keperluan tertentu.
2) Panduan belajar siswa yag sengaja dikembangkan untuk melengkapi
buku baku atau buku utama.23
3) Bahan belajar mandiri, yang sengaja dikembangkan untuk program
pendidikan jarak jauh.
4) Buku kerja guru maupun siswa yang sengaja dikembangkan untuk
melengkapi program-program audio, video, komputer, dan lain-lain.
5) Panduan praktikum dan lain-lain.

23
Rowntree, Pengembangan SUmber Belajar, (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2017}.
hal.5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahan pembelajaran cetak dapat diartikan sebagai perangkat bahan


yang memuat materi atau isi pelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dituangkan dengan menggunakan teknologi cetak.
Suatu bahan pembelajaran cetak memuat materi yang berupa ide, fakta,
konsep, prinsip, kaidah atau teori yang tercakup dalam mata pelajaran
sesuai dengan disiplin ilmunya serta informasi lainnya dalam
pembelajaran. Bahan ajar perlu dikembangkan dan diorganisasikan agar
pembelajaran tidak jauh dari tujuan/kompetensi yang akan dicapai dan
diharapkan akan efektif dan efisien. Efektif artinya pembelajaran akan
berhasil baik dan efisien berarti tidak memerlukan waktu yang lama.

Mampu membelajarkan sendiri para siswa (self-instruction),


artinya bahan ajar cetak harus memiliki kemampuan menjelaskan secara
jelas untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, bersifat lengkap
(self-contained), artinya bahan ajar memuat hal-hal yang diperlukan dalam
proses pembalajaran. Mampu membelajarkan peserta didik (self-
instruction material), artinya dalam pembelajaran cetak harus mampu
memicu siswa aktif dalam proses belajarnya bahkan membelajarkan siswa
untuk dapat menilai kemampuan belajarnya sendiri.

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengembangkan bahan


ajar cetak yaitu:

1. Menyusun garis-garis besar besar program pembelajaran (GBPP).

2. Menulis bahan ajar dengan mengikuti strategi tertentu.

3. Mereview atau melakukan uji coba lapangan dan merevisi bahan ajar
sebelum digunakan di lapangan.

4. Bahan ajar siap digunakan.

23
24

Dalam pembuatan bahan ajar cetak ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
dan penyusunan bahan ajar adalah struktur bahan ajar cetak tersebut.
Kelengkapan struktur penyusun bahan ajar cetak diatas menentukan
bagaimana penggunaan bahan ajar cetak tersebut. Jika tidak lengkap
maka peserta didik utamanya akan banyak mengalami kebingungan
terhadap apa yang dipelajari. Misalnya pada buku tidak disertakan
kompetensi dasar maka peserta didik akan bingung kompetensi-
kompetensi apa yang hendak dicapai dengan mempelajari buku tersebut,
atau foto yang tanpa disertai materi atau informasi pendukung maka
peserta didik akan timbul tanda tanya besar apa maksud dari penyajian
foto tersebut.

Penyusunan bahan ajar dapat dilakukan melalui beragam cara, dari


yang termurah sampai yang termahal, dari yang paling sederhana sampai
yang tercanggih. Secara umum ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam
menyusun bahan ajar cetak yaitu bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh
guru sesuai dengan kebutuhan siswa, dan bahan atau informasi yang
sudah ada dikumpulkan berdasarkan kebutuhan dan tujuan pembelajaran.
Kemudian ditulis kembali atau ulang dengan gaya bahasa yang sesuai
untuk menjadi bahan ajar, juga diberi tambahan kompetensi atau
keterampilan yang akan dicapai, bimbingan belajar, latihan, tes, serta
umpan balik agar mereka dapat mengukur sendiri. Selain itu, bahan ajar
juga dapat dilakukan melalui kompilasi seluruh materi yang diambil dari
buku teks, jurnal, majalah, artikel, koran, dan lain-lain. Proses ini disebut
pengembangan bahan ajar melalui penataan informasi kompilasi.

B. Saran

Berkaitan dengan materi pengembangan bahan ajar, pembaca


dihapkan mampu memahami, menerapkan, dan mempelajari materi yang
berkaitan dengan isi dari materi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Nurul, Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains, Semarang:


Yayasan Kita Menulis.

Kardiman. 2003. Pengembangan Bahan Ajar Cetak, (Jakarta: PT Garfindo


Persada)

Prastowo, A. 2016. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta:


DIVA Press.

Prastowo, A. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jogjakarta: DIVA Press.

Prastowo, Andi, (2017), Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Tematik Terpadu: Implementasi Kurikulum 2018 Untuk SD/MI, Jakarta:
PT Fajar Interpratama Mandiri.

Sitepu, B.P. 2017. Pengembangan Sumber Belajar. Depok: PT RajaGrafindo


Persada.

Sugiarni, (2022), BAHAN AJAR, MEDIA DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN,


Tangerang: Pascal Books.

Suhartono dkk. 2000. Pengembangan Bahan Ajar. Malang: Universitas Negeri


Malang.

Sugiarni, (2022), BAHAN AJAR, MEDIA DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN,


Tangerang: Pascal Books.

25
26

Anda mungkin juga menyukai