Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PRINSIP BELAJAR DAN ASAS PEMBELAJARAN


2.1 Pengertian Prinsip Belajar
Prinsip menurut beberapa pendapat para ahli yaitu:
1. Sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama ( Badudu&Zein, 2001:1089)
2. Sesuatu kebenaran yang kebenarannyasudah terbukti dengan sendirinya ( Dardiri, 1996)
3. Prinsip merupakan sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, bberpijak, dsb (Syah
Djanilus 1993)
Menurut Gestalt prinsip belajar adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik
sehingga menglami perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara
terus menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan
sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya.
Prinsip belajar menurut Robert H Davies adalah suatu komunikasi terbuka antara pendidik
dengan peserta didik sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya melalui
contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan pendidik lewat metode yang menyenangkan
siswa.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Prinsip Belajar adalah landasan
berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat
berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang
lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa
prinsip yang relative berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya
pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru
dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh
Rothwal A.B (1961) adalah:
1.) Prinsip Kesiapan ( Readinees )
Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Maksudnya kesiapan siswa ialah kondisi yang
memungkinkan ia dapat belajar. Pada prinsip ini, dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
a. Tugas-tugas yang diberikan Kepada individu erat hubunganyya dengan kemampuan,
minat dan latar belakangnya.
b. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga atau seorang guru melakukan
pengetesan kesiapan Kepada muridnya.
c. Jika individu kurang memiliki kesiapan untuk suatu tugas. Kemudian tugas itu
sebaiknya ditunda sampai dapat di kembangkannya kesiapan atau guru sengaja
menata tugas itu sesuia dengan kesiapan siswa.
d. Kesiapan unttuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang
siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola
kemampuan mentalnya.
e. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas sebaiknya divariasikan sesuai dengan factor
kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.
2.) Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu
kondisi dari pelajar untuk memprakasai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan
memelihara kesungguhan, prinsip-prinsipnya sebagai berikut:
a. Indivudi bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi,
sosial dam emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai
sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.
b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong
terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak
citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam
belajar.
c. Dorongan yang mengatur perilaku selalu jelas bagi para siswa.
d. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendaah diri, atau
keyakinan diri.
e. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan
motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi
tergantung pada berbagai factor. Tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yang sama
untuk melakukan sesuatu.
f. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alas an untuk percaya bahwa Sebagian
besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
g. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap
motivasi dan perilaku.
h. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada
bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin
belajar.
i. Kompetisi dan intensif bisa efektif dalam memberi motivasi.
j. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana
belajar yang memuaskan.
k. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.
3.) Prinsip Persepsi
Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi.
Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hisup. Setiap individu melihat dunia
dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruuhi perilaku
individu. Prinsip-prinsip persepsi antara lain:
a. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena memiliki
lingkungan yang berbeda.
b. Seseorang menfsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman,
Kesehatan, perasaan dan kemampuan.
c. Cara seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap berprilakunya.
d. Memberi kesempatan menilai dirinya sendiri, guru menjadi contoh hidup.
e. Memberi pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat.
f. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana
untuk mengklasifikasi persepsi mereka.
g. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi
pandangannya terhadap dirinya.
4.) Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat
proses terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh sesorang. Hal yang
harus diperhatikan pada prinsip ini yaitu:
a. Mewadai kemampuan yang harus dicapai.
b. Mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat.
c. Menerima tujuan yang dirasakan akan memenuhi kebutuhannya
d. Tujuan guru dan murid sesuai.
e. Aturan-aturan atau ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah
biasanyaa akan mempengaruhi prilaku.
f. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif.
g. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi
perilaku.
h. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang tampak untuk para
pelajar
5.) Prinsip Perbedaan Individual
Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalam kelas dapat
memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya. Pengajaran yang anya
memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Hal-
hal yang perlu diperhatikan pada prinsip ini yaitu:
a. Para pelajar harus dapat dibantu untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya
dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas belajar dan
memenuhi yang berbeda-beda.
b. Mengenal potensi diri dan dibantu untuk merencanakan dan melaksanakan
kegiatannya sendiri.
c. Membutuhkan variasi tugas bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan minat dan
latar belakangnya.
d. Cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalamannya masa
lampau yang dirasa bermakna untuknya.
e. Kesempatan-kesempatan belajar dapat lebih diperkuat bila individu tidak merasa
terancam lingkungannya sehingga ia merasa bebas dan bahagia untuk turut ambil
bagian secara aktif dalam kegiatan belajar.
f. Mendorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan
sungguh-sungguh.
6.) Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpandan menerapkan hasil
belajar dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam sutu situasi pada akhirnya akan
digunakan salam situasi yang lain. Proses tersebut dikenal sebagai proses transfer.
Kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Beberapa
prinsip proses Transfer dan Retensi:
A. Tujuan belajar dan daya inggat dapat memperkuat retensi.
B. Bahan yang nermakna dapat di serap lebih baik.
C. Retensi dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik di mana proses belajar itu terjadi.
D. Latihan yang terbagi-bagi, suasanan belajar yang di bagi kedalam unit-unit kecil,
waktu belajar dapat ditentukan oleh struktur-strukturlogis dari materi dan kebutuhan
para pelajar.
E. Pencelahan bahan-bahan factual keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi
dan nilai transfer.
F. Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
G. Sikap pribadi, perasaan, atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses
pelupaan hal-hal tertentu
H. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadii bila bahan baru yang sama di
pelajari mengikuti bahan yang lalu.
I. Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan
dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara memberikan ilustrasi unsur-unsur yang
serupa
J. Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila
hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang
agak sama dibuat.
K. Tahap akhir proses belajat sebaiknya memasukan usaha untuk menarik generalisas,
yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
7.) Prinsip Belajat Kognitif
Belajar kognitif melibatkan pengenalan dan penemuan. Belajar kognitif mencakup
asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah dan keterampilan
memecahkan masalah yang selanjutnyamembentuk perilaku baru, berpikir, bernalar,
menilai dan berimajinasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Prinsip Belajar
Kognitif:
A. Perhatian yang memusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebeum
prses-proses belajar kognitif terjadi.
B. Variasi hasil belajar kognitif sesuai dengan tarak dan jenis perbedaan individual yang
ada.
C. Bentuk-bentuk kesiapan merangkai kata, kemampuan membaCa, kecakapan dan
pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.
D. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satuan atau unit-unit yang
sesuai.
E. Konsep yang bermakna amat sangat penting dan perilaku mencari, penerapan
pendefinisian resmi, dan penilaian sangat diperluukan untuk menguji satu konsep itu
benar-benar bermakna.
F. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan dan
membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan
menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir menyebar.
G. Proses pemecahan masalah, analisis, sintetis dan penalaran terjadi akibat perhatian
terhadap proses mental yang lebih terhadap hasil kognitif dan afektif.
8.) Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menemukan bagaimana ia menghubungkan
dirinyadengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat,
dansikap. Hal-hal yang harus diperhatikan pada prinsip ini yaitu:
a. Situasi lingkungan mengandung aspek afektif.
b. Menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi.
c. Nilai-nilai penting pada masa kanak-kanak sikap dan perasaan yang tidak
berubahakan tetap melekat pada keseluruhan proses perkembangan.
d. Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain.
e. Pengalaman yang menyenangkan dapat membentuk sikap dengan mudah.
f. Nilai-niai dari individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.
g. Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yangerat. Belajar
Afektif dapat dikembangkan atau di ubah melalui interaksi gurudengan murid.
h. Dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami sikap peranan dan emosi
untuk memperoleh pengertian diri dan kematangannya diperlukan penghargaan
terhadap sikap,perasaan dan frustasi.
9.) Prinsip Belajar Evaluasi
Jenis cakupan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan
selanjutnya pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji
kemajuan dalam pencapaian tujuan. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai
penampilan motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar. Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar.
b. Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi
pelajar.
c. Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalamevaluasi
dan belajar.
d. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru danmurid
saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.
e. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru
dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapatmemperkuat
kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.
f. Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola
ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.
g. Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.
10.) Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor idividu menentuksn bagaimana ia mampu mengendalikan
aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspekmental dan fisik. Hal-hal
yang harus diperhatikan pada prinsip ini yaitu:
a. Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuandasar
psikomotor.
b. Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.
c. Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan
psikomotor.
d. Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh kemampuan
mengontrol gerakannya lebih baik.
e. Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan
danmemperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
f. Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan penampilan
psikomotor individu.
g. Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat
menambahefisiensi belajar psikomotor.
h. Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses
belajar psikomotor. Latihan yang bermakna sebagaimana mencakup semua urutan
lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa hanya didasarkan pada faktor
waktu semata-mata.
i. Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkanfrustasi
(keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.
Prinsip-prinsip Belajar Menurut Rochman Nata Wijaya dkk yaitu :
1.) Prinsip efek kepuasan (law of effect)
Jika sebuah respon menghasilkan efek jembatan yang memuaskan, maka
hubunganStimulus-Respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan
efekyang dicapai respon, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi
antaraStimulus-Respon.
2.) Prinsip pengulangan (law of exercise)
Bahwa hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin bertambah erat, jika
sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak pernah dilatih.
3.) Prinsip kesiapan (law of readiness)
Bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pendayagunaan suatu pengantar (conduction unit) dimana unit-unit ini menimbulkan
kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atu tidak berbuat sesuatu.
4.) Prinsip kesan pertama (law of primacy)
Prinsip yang harus dipunyai pendidik untuk menarik perhatian peserta didik.
5.) Prinsip makna yang dalam (law of intensity)
Bahwa makna yang dalam akan menunjang dalam proses pembelajaran. Makin
jelasmakna hubungan suatu pembelajaran maka akan semakin efektif sesuatu
yangdipelajari.
6.) Prinsip bahan baru (law of recentcy)
Bahwa dalam suatu pembelajaran diperlukan bahan baru untuk menambah wawasanatau
pengalaman suatu peserta didik.
7.) Prinsip gabungan (perluasan dari prinsip efek kepuasan dan prinsip pengulangan)
Bahwa hubungan antara Stimulus-Respon akan semakin kuat dan bertambah erat
jikasering dilatih dan akan semakin lemah dan berkurang jika jarang atau tidak pernah
dilatih.
2.2 Pengertian Asas Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Asas adalah hukum dasar; suatu kebenaran
yangmenjadi pokok dasar. Sedangkan prinsip adalah asas atau dasar yang dijadikan pokok
berpikir, bertindak, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa asas dan prinsipsebenarnya
adalah sama, karena menjadi pokok dasar baik bertindak maupun berpikir.Pembelajaran
(instruction) adalah suat usaha untuk membuat peserta didik belajar atausuat kegiatan untuk
membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan paya menciptakan
kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Dengan demikian inti dari pembelajaran adalah segala
upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada peserta didik. Kegiatan
pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkankegiatan belajar pada para peserta
didiknya.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20, pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
1. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yangmelibatkan
proses mental dan fisik melalui kontraksi para peserta didik, pesertadidik dengan guru,
lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapaikompetisi dasar.
2. Kegiatan belajar hanya bisa berhasil jika peserta didik belajar secara aktifmengalami
sendiri proses belajar. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi peserta
didik jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman danmemberikan rasa aman bagi
peserta didik.
Jadi, asas-asas pembelajaran adalah prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh gurudalam
melakukan kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain asas-asas pembelajaranadalah suatu
yang dijadikan dasar berpikir dan bertindak untuk menciptakan proses belajar.
2.3 Macam-macam Asas Pembelajaran
1. Peragaan
Peragaan ialah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan kejelasan
secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh
para siswa. Dengan peragaan diharapkan proses pengajaran terhindar dari verbalisme, yaitu
siswa hanya tahu kata-kata yang diucapkan oleh guru tetapi tidak mengerti maksudnya. Untuk itu
sangat diperlukan peragaan dalam pengajaran terutama terhadap siswa pada tingkat dasar.
Peragaan meliputi semua pekerjaan indera yang bertujuan untuk mencapai pengertian tentang
sesuatu hal secara tepat. Agar peragaan berkesan secara nyata, anak tidak hanya mengamati
benda atau model yang diperagakan terbatas pada luarnya saja, tetapi harus mencapai berbagai
segi,dianalisis, disusun, dan dibanding-bandingkan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan
lengkap.Penerapan asas-asas peragaan dalam kegiatan belajar mengajar, menyangkut beberapa
aspek:
a. Penggunaan bermacam-macam alat peraga.
b. Meragakan pelajaran dengan perbuatan, percobaan-percobaan.
c. Membuat poster-poster, ruang eksposisi dan lain sebagainya.
d. Menyelenggarakan karya wisata.
Dasar psikologi penerapan asas peragaan tersebut yakni, suatu hal akan lebih berkesan dalam
ingatan siswa bila melalui pengalaman dan pengamatan langsung anak itu sendiri. Ada dua
macam peragaan: Peragaan langsung, dengan menggunakan benda aslinya atau mengadakan
percobaan-percobaan yang bisa diamati oleh siswa. Peragaan tidak langsung,dengan
menunjukkan benda tiruan atau suat model. Contoh: gambar, boneka, film, foto dan sebagainya.
2. Minat dan Perhatian
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar, tanpa adanya perhatian tidak
mungkin akan terjadi belajar, perhatian akan timbul dari siswa apabila bahan pelajaran sesuai
dengan kebutuhanya. Minat dan perhatian merupakan gejala jiwa yang selalu berkaitan, seorang
siswa yang berminat dalam belajar akan timbul perhatiannya terhadap pelajaran tersebut. Akan
tetapi terkadang perhatian siswa akan hilang jika tidak ada minat dalam pelajaran yang diajarkan,
oleh karena itu diperlukan kecakapan seorang guru untuk membangkitkan minat dan perhatian
peserta didik. Untuk membangkitkan perhatian dan minat yang disengaja guru harus:
a. Dapat menunjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa.
b. Berusaha menghubungkan apa yang diketahui siswa dengan bahan yang disajikan.
c. Merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat, berusahamenghindarkan
hukuman.
d. Mengajar dengan persiapan yang baik, menggunakan meia,menghindari hal-halyang
tidak perlu, mengadakan selingan sehat
3. Motivasi
Motivasi bersal dari bahasa latin “movere”, yang berarti menggerakkan. Berdasarkan
pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi
sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi
arah serta ketahanan pada tingkah laku tersebut. Sedangkan Imron (1996)menjelaskan, bahwa
motivasi berasal dari bahasa inggris motivation, yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi.
Motivasi adalah dorongan bagi seseorang untuk kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh
semangat, yang berasal dari diri sendiri disebut motivasi instrinsik, kemudian dorongan dari luar
disebut motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik, misalkan saja siswa belajar bersungguh-sungguh
untuk menguasai pelajaran yang diajarkan. Kemudian motivasi ekstrinsik dapat dilakukan oleh
guru,sehubungan dengan itu.
Nasution membedakan macam-macam motivasi sebagai berikut:
a. Memberi angka, angka yang baik bagi mereka merupakan motivasi dalamkegiatan
belajar.
b. Hadiah, dapat membangkitkan motivasi dalam hal pekerjaan atau belajar, namunhadiah
dapat merusak jiwa manakala membelokkan pikiran dan jiwa dari tujuanyang
sebenarnya.
c. Persaingan, dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi, dapatmempertinggi hasil
belajar anak bilamana dilakukan dengan cara positif.
d. Tugas yang menantang, memberi tugas yang menantang mendorong siswa untuk belajar
secara serius.
e. Pujian, merupakan motivasi yang baik bila diberikan dengan benar dan beralasan.
f. Teguran dan kecaman, digunakan untuk memperbaiki kesalahan anak,
hendaknyadiberikakn secara bijaksana dan dapat menjadikan anak menyadari kesalahnya.
g. Celaan, secara psikologis dapat merusak jiwa anak, anntara lain menjadi frustrasi dalam
belajarnya dan menimbulkan dendam terhadap guru.
h. Hukuman, sama halnya dengan celaan, juga dapat menimbulkan kekecewaan dalam diri
anak dan perasaan dendam.
4. Apersepsi
Apersepsi berasal dari kata apperception (Inggris), yang berarti menafsirkan buah
pikiran,menyatukan dan mengasimilasikan suat pengamatan dengan pengalaman yang telah
dimiliki dan dengan demikian memahami dan menafsirkanya. Ahli psikologi mendenifisikan
apersepsi adalah bersatunya memori yang lama dengan yang baru pada saat tertentu. Untuk
menetapkan asas-asas apersepsi dapat diikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Sebelum pelajaran dimulai guru mencari titik tolak untuk menghubungkan pengetahuan
yang telah dimiliki oleh siswa dengan cara mengajukan pertanyaan.
b. Dalam menjelaskan pelajaran dapat digunakan teknik induktif, yaitu dari contohmenuju
hukum, dari yang khusus menuju yang bersifat umum, dari konkret keabstrak.
5. Kolerasi dan Konsentrasi
Korelasi adalah hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya yang
berfungsi untuk menguatkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, juga dapat menimbulkan
minat dan perhatian siswa. Hendaknya guru juga menghubungkan pelajaran dengan realit
asehari-hari. Ada tiga tahapan dalam pelaksanaanya, yakni:
a. Tahap inisiasi, guru dapat menarik perhatian siswa dengan alat peraga, supayakelas dapat
memiliki topik, siswa dibentuk kelompok dan tiap kelompok diberi permasalahanya
masing-masing.
b. Tahap pengembangan, pada tahap hal ini kelompok-kelompok diterjunkanlangsung
kelapangan untuk mencari sumber data untuk materi diskusi, laporanditulis lengkap, para
siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dan guru bertindak sebagai
pendamping.
c. Tahap kulminasi, sebagai tahap akhir, setelah semua kelompok dapatmenyelesaikan
laporan yang mereka buat maka diadakan diskusi kelas ataudiskusi panel, dan diharapkan
para siswa dapat berperan aktif.
6. Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Kooperatif menggambarkan makna yang lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses
sosial dalam belajar dan mencangkup pula pengertian kolaborasi. Adapun pengelompokan
kelompok itu biasanya didasarkan pada adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya,
kemampuan belajar siswa, memperbesar partisipasi siswa, pembagian tugas dan kerja sama. yang
dimaksud dengan kooperatif disini adalah belajar atau bekerja sama (kelompok). Hal ini
dianggap penting untuk menjalin hubungan sosial antara siswa yang satu dengan yang lainnya,
juga hubungan guru dengan siswa. Adapun keuntungan-keuntungan kooperatif antara lain:
a. Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan dengan belajar individual.
b. Pendapat yang dituangkan dalam kelompok lebih meyakinkan dibandingkan pendapat
individual.
c. Dengan kerja sama yang dilakukan oleh siswa dapat mengikat tali persatuan,tanggung
jawab bersama, rasa memiliki, dan menghilangkan egoism.
2.4 Penerapan Asas dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran
1. Pembelajaran untuk belajar isyarat
Belajar isyarat merujuk pada proses yang di mulai dengan mengenal adanya isyarat tandaatau
petunjuk yang pengimplikasikan pada proses perubahan prilaku.
2. Pembelajaran untuk stimulasi respon
Belajar stimulasi respon merujuk pada proses perubahan prilaku yang dihasilkan
olehterciptanya relasi antara stimulus atau rangsangan dan respon atau jawaban atas stimulus.
Hal-hal yang diperlukan:
a. Penampilan objek peristiwa atau suasana harus memiliki daya tarik atau daya rangsang
yang baik.
b. Kesiapan individu untuk memberikan reaksi terhadap pemberi rangsangantergantung
antara lain pada kesiapan,pengalaman dan kemampuan.Proses pembelajaran yang baik
ialah yang memungkinkan terjadinya relasi antara stimulusdan respon dengan baik.
3. Pembelajaran untuk belajar rangkaian
Belajar rangkaian merujuk pada proses belajar yang tercipta dari adanya berbagai
prosesstimulus respon artinya seseorang yang menerima berbagai stimulus dan selanjutnya
memberirespon di dalam suatu konteks, akan dapat melakukan proses belajar rangkaian.
4. Pembelajaran untuk belajar asosiasi verbal
Belajar Asosiasi Verbal merujuk kepada proses memahami perbuatan (konsep, prinsip, benda,
situasi) melalui proses penyerupaan hal itu dengan sesuatu benda, situasi yang nyata pernah
dialami oleh orang lain itu. Ciri-ciri sebagai berikut:
a. Adanya pilihan benda, situasi, suasana, orang dan lain-lain yang dapat di jadikan
penggandaian atau penyerupaan konsep atau prinsip yang harus di pahami.
b. Terjadinya proses asosiasi verbal sebagai jembatan untuk memahami suatukonsep,
prinsip, atau sifat.
c. Adanya kesesuaian antara tujuan antruksional dengan proses belajar asosiasiverbal.
5. Pembelajaran untuk belajar diskriminasi
Belajar diskriminasi memahami sesuatu hal dengan cara melihat perbedaan karakteristik yang di
miliki oleh objek pelajaran. Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Menghadapkan kepada dua hal yang masing-masing memiliki karakteristik yangkhas.
b. Memahami dua hal yang berbeda.
c. Menyajikan suasana yang berisikan hal dimana seseorang dapat menerapkkan tentang
dua hal itu melalui proses klasifikasi.
d. Memberi jalan bagi individu untuk memantapkan proses klasifikasi.
6. Pembelajaran untuk belajar konsep
Pembelajaran untuk belajar konsepBelajar konsep merujuk kepada aktivitas individu dalam
memahami sesuatu benda, proses, gejala, aturan, pengalaman melalui proses mengenal ciri-ciri
nya, contoh dan sifat dari ciri-ciri itu.
7. Pembelajaran untuk Belajar AturanBelajar aturan merujuk kepada proses belajar membangun
prinsip atau aturan denganmenggunakan serangkaian fakta, data, peristiwa dan pengalaman yang
telah di ketahui atau dialami atau di alami sebelum nya.
8. Pembelajaran Untuk Belajar Memecahkan MasalahBelajar memecahkan masalah berarti
proses mental individu dalam menghadapi suatumasalah untuk selanjutnya menemukan cara
mengatasi masalah itu melalui proses berpikiryang sistematis dan cermat. Langkah-langkah yang
harus di tempuh ;
a. Merasakan adanya masalah.
b. Merumuskan masalah secara khusus dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.
c. Memberikan jawaban sementara atau hipotesis atas yang diajukan.
d. Mengumpulkan dan mengolah data dan informasi.
e. Merumuskan kesempatan mengenei pemecahan masalah tersebut dan mencoba melihat
kemungkinan penerapan dari kesimpulan itu.
KESIMPULAN
Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar
Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta
didik. asas-asas pembelajaran adalah prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh guru
dalam melakukan kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain asas-asas pembelajaran
adalah suatu yang dijadikan dasar berpikir dan bertindak untuk menciptakan proses belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. 2002. Rineka Cipta & Departemen
Pendidikan & Kebudayaan.
Syaifuddin Iskandar. Materi Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran. 2008. Universitas
Samawa.
Sari Ratna Annisa. Modul Teori Prinsip Media (Online),

Anda mungkin juga menyukai