Anda di halaman 1dari 16

UJIAN TENGAH SEMESTER

TEORI PEMBELAJARAN

Jum’at,26 November 2021

Nama: Fakhrunnisa Afina

NIM: 21861014

1. Jelaskan azas dan prinsip belajar dan pembelajaran

Jawab :

Asas dan Prinsip-Prinsip Dalam Pembelajaran

Salah satu tugas seorang pendidik adalah mengajar dan mendidik. Dalam kegiatan
mengajar tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunkan asas-asas dan
prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Oleh karena itu, kita sebagai
calon pendidik perlu mempelajari asas dan prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing
aktivitas kita dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkapkan batas-


batas kemungkinan dalam pembelajaran dan membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat
serta dapat mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar peserta
didik.

A.  Pengertian Belajar dan Pembelajaran


Menurut Moh. Surya (1997) belajar diartikan sebagai “suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu  itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Selain itu, menurut
Witherington (1952) “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang di manifestasikan
sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan
kecakapan”. Sedangkan pembelajaran menurut Gagne dan Briggs (1979:3) “Pembelajaran adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal”.
B. Asas Pembelajaran
1.    Asas apersepsi
Guru menghubungkan antara materi yang akan di pelajari dengan materi yang sudah di
pelajari pengalaman materi sebelumnya. Fungsinya adalah mempersiapkan kondisi fisik maupun
mental siswa.

2.    Asas motivasi
Daya pendorong siswa untuk melakukan kegiatan atau aktifitas. Fungsinya adalah untuk
mendorong siswa untuk tetap semangat.

3.    Asas aktifitas
Prinsip dasar pembelajaran dimana guru memberikan kesempatan seluas luasnya kepada
siswa untuk belajar. Fungsinya untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
4.    Asas individualitas
Dimana guru harus bisa membedakan individu baik fisik, mental, maupun status sosialnya.
Fungsinya agar terjadi proses KBM yang efektif dan lancar.

5.    Asas peragaan
Dimana guru harus memperagakan tugas-tugas gerak yang akan di ajarkan. Fungsinya agar
terjadi kelancaran komunikasi antara guru dan siswa.

6.    Asas modifikasi
Dimana guru melakukan perubahan baik terhadap alat, peraturan. Fungsinya supaya
pembelajaran yang dianggap susah menjadi mudah.

7.    Asas pengulangan
Memerlukan pengulangan karena semakin sulit materi maka harus sering melakukan
pengulangan agar cepat paham dan mudah. Fungsinya agar proses belajar gerak jadi lebih mudah
dan cepat bisa.

8.    Asas evaluasi
Proses untuk melihat seberapa besar tingkat kemajuan belajar siswa setelah proses bejar
mengajar dilakukan.

C. Prinsip Pembelajaran

Prinsip menurut beberapa pendapat yaitu Sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama
(Badudu&Zein, 2001:1089); Sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak dsb (Syah
Djanilus, 1993); Sesuatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya
(Dardiri, 1996).
Menurut Gestalt prinsip belajar adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta
didik sehingga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan
secara terus menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan
dengan sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya.
Berdasarkan disimpulkan bahwa Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak,
dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara
pendidik dengan peserta didik.
1) Prinsip Kesiapan (Readinees)
Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Maksudnya kesiapan siswa ialah kondisi yang
memungkinkan ia dapat belajar. Pada prinsip ini, dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
a. Tugas-tugas yang diberikan kepada individu erat hubungannya dengan kemampuan,
minat dan latar belakangnya.
b. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga atau seorang guru melakukan
pengetesan kesiapan kepada muridnya.
c. Jika individu kurang memiliki kesiapan untuk suatu tugas. Kemudian tugas itu
seyogianya ditunda sampai dapat di kebangkannya kesiapan itu atau guru sengaja
menata tugas itu sesuai dengan kesiapan siswa.
d. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang
siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola
kemampuan mentalnya.
e. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai dengan faktor
kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu.
2) Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu
kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara
kesungguhan. Prinsip-prinsipnya sebagai berikut :
a. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi,
soaial dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai
sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.
b. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong
terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak
citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam
belajar.
c. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa.
d. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau
keyakinan diri.
e. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan
motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi
tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yang sama
untuk melakukan sesuatu.
f. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian
besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
g. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap
motivasi dan perilaku.
h. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada
bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin
belajar.
i. Kompetisi dan intensif bisa efekif dalam memberi motivasi
j. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana
belajar yang memuaskan.
k. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat
mempertinggi motivasi.
3) Prinsip Persepsi
Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaiman ia memahami situasi. Persepsi
adalah interpertasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya
sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Prinsip-
prinsip persepsi :
a. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lain nya karena memiliki
linkungan yang berbeda.
b. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman,
kesehatan, perasaan dan kemampuan .
c. Cara seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap berprilakunya.
d. Memberi kesempatan menilai dirinya sendiri ,guru menjadi contoh hidup.
e. Memberi pandangan bagai mana hal itu dapat di lihat.
f. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana
untuk mengklasifikasi persepsi mereka.
g. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi
pandangannya terhadap dirinya.
4) Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses
terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang. Hal yang harus di
perhatikan:
a. Mewadahi kemampuan yang harus dicapai.
b. Mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat.
c. Menerima tujuan yang dirasakan akan memenuhi kebutuhan nya.
d. Tujuan guru dan murid sesuai.
e. Aturan-aturan atau ukuran ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah
biasanya akan mempengaruhi prilaku.
f. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif.
g. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi prilaku.
h. Tujuan harus ditetapkan  dalam rangka memenuhi tujuan yang tampak untuk para
pelajar. 
5) Prinsip Perbedaan Individual
Proses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalam kelas dapat
memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya
memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Hal-hal
yang perlu diperhatikan:
a. Para pelajar harus dapat dibantu untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya 
dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan,tugas belajar dan
memenuhi yang berbeda-beda.
b. Mengenal potensi diri dan dibantu untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan
nya sendiri.
c. Membutuhkan vareasi tugas bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan minat dan
latar belakangnya.
d. Cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalaman nya masa
lampau yang dirasa bermakna untuk nya.
e. Kesempatan- kesempatan belajar dapat lebih diperkuat bila individu tidak merasa
terancam lingkungan nya sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian
secara aktif dalam kegiatan belajar.
f. Mendorong untuk mengembangkan kekuatan nya akan mau belajar lebih giat dan
sungguh-sungguh.
6) Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar
dalam situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan
dalam situasi yang lain.Proses tersebut dikenal sebagai proses transfer. Kemampuan sesesorang
untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Beberapa prinsif proses Transfer dan
Retensi :

a. Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat Retensi.


b. Bahan yang bermakna dapat di serap lebih baik.
c. Retensi dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik di mana proses belajar itu terjadi.
d. Latihan yang terbagi-bagi,suasana belajar yang di bagi kedalam Unit-unit kecil,waktu
belajar dapat di tentukan oleh setruktur-setruktur logis dari materi dan kebutuhan para
pelajar.
e. Penelaahan bahab-bahan faktual keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi
dan nilai transfer.
f. Proses belajar cenderung terjadi bila kegietan-kegiatan yang dilakukan dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
g. Sikap pribadi,perasaan,atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses
pelupaan hal-hal tertentu.
h. Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama di
pelajari mengikuti bahan yang lalu.
i. Pengetahuan tentang konsep,prinsip dan generalisasi dapat di serap dengan baik dan
dapat di terapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan
prinsip yang di pelajari dan engan memberikan ilustrasi unsur-unsur yang serupa.
j. Transfer hasil belajardalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila
hubungan-hubungan yang bermangfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi
yang agak sama dibuat.
k. Tahap akhir proses belajar seyogianya memasukan usaha untuk menarik
generalisas,yang pada giliran nya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
7) Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan penemuan. Belajar kognitif mencakup
asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah dan keterampilan memecahkan
masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, bernalar, menilai dan berimajinasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif:
a. Pehatian yang memusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum
proses-proses belajar kognitif terjadi.
b. Variasi hasil belajar kognitif sesuai dengan tarak dan jenis perbedaan individual yang
ada.
c. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca,kecakapan dan
pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.
d. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satuan atau unit-unit yang
sesuai.
e. Konsep yang bermakna amatlah penting dan perilaku mencari,penerapan
pendefinisian resmi,dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji satu konsep itu
bener-benar bermakna.
f. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan dan
membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan
menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir menyebar.
g. Proses pemecahan masalah,analisis,sintetis dan penalaran terjadi akibat perhatian
terhadap proses mental yang lebih terhadap hasil kognitif dan afektif.
8) Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menemukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan
pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat, dan sikap. Hal-hal
yang harus diperhatikan:
a. Situasi lingkungan mengandung aspek afektif.
b. Menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi.
c. Nilai-nilai penting pada masa kanak-kanak sikap dan perasaan yang tidak berubah
akan tetap melekat pada keseluruhan proses perkembangan.
d. Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain.
e. Pengalaman yang menyenangkan dapat membentuk sikap dengan mudah.
f. Nilai-niai dari individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.
g. Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat.Belajar
Afektif dapat dikembangkan atau di ubah melalui interaksi guru dengan murid.
h. Dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami sikap peranan dan emosi
untuk memperoleh pengertian diri dan kematangannya diperlukan penghargaan
terhadap sikap,perasaan dan frustasi.
9) Prinsip Belajar Evaluasi
Jenis cakupan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya
pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam
pencapaian tujuan. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan motivasi
belajar dan kesiapan untuk belajar. Hal-hal yang harus diperhatikan:

a. Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar.
b. Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi
pelajar.
c. Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam
evaluasi dan belajar.
d. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan
murid saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.
e. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru
dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat
kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.
f. Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola
ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.
g. Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.
10) Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan
aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspekmental dan fisik. Hal-hal yang harus
diperhatikan:

a. Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar
psikomotor.
b. Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.
c. Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan
psikomotor.
d. Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh kemampuan
mengontrol gerakannya lebih baik.
e. Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan dan
memperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
f. Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan penampilan
psikomotor individu.
g. Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah
efisiensi belajar psikomotor.
h. Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses
belajar psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya mencakup semua urutan
lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa hanya didasarkan pada faktor
waktu semata-mata.
i. Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan frustasi
(keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.

2. Apa yang dimaksud dengan teori belajar da pembelajaran yang berpijak pada teori
BEHAVIORISTIK, KOGNITIF, KONTRUKTIVISTIK
Jawab:

a.Pandangan Teori Belajar Behavioristik


Teori belajar behavioristik dikenal juga dengan teori belajar perilaku, karena analisis
yang dilakukan pada perilaku yang tampak, dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Belajar
merupakan perubahan perilaku manusia yang disebabkan karena pengaruh lingkungannya.
Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilaku individu yang belajar dikendalikan
oleh faktorfaktor lingkungan, artinya lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Teori ini
memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungannya
(Schunk, 1986). Pengalaman dan pemeliharaan akan pengalaman tersebut akan membentuk
perilaku individu yang belajar. Dari hal ini, munculah konsep “manusia mesin” atau Homo
mechanicus (Ertmer & Newby, 1993).
Behavioristik memandang bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antar stimulus dan respon (Robert, 2014). Sehingga, dapat kita
pahami bahwa belajar merupakan bentuk dari suatu perubahan yang dialami peserta didik dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. Peserta didik dianggap telah melakukan belajar jika dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya. Contohnya, peserta didik dapat dikatakan bisa membaca jika ia
mampu menunjukkan kemampuan membacanya dengan baik. Menurut teori behavioristik, apa
yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons.
Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru merupakan stimulus, dan apa saja yang dihasilkan
peserta didik merupakan respon, semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Behavioristik
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat
terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-
unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme
hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan.

b. Pandangan Teori Belajar Kognitif


Teori belajar kognitif tentu berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar
kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran
kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon. Jika teori belajar behavioristik mempelajari proses belajar sebagai hubungan stimulus-
respon, teori belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai
model perseptual. Teori belajar kognitif memandang bahwa tingkah laku seseorang ditentukan
oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampak. Menurut teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak,
terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung dan menyeluruh ( Siregar &
Hartini, 2010).
Menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai usaha untuk mangerti sesuatu.
Usaha itu dilakukan secara aktif oleh peserta didik. Keaktifan itu dapat berupa mencari
pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempratekkan
sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Para psikolog kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi/ pengetahuan
yang baru. Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling
berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi
situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecilkecil dan mempelajarinya
secara terpisah- pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan
suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-
aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.

c. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Konstruktivistik


Teori belajar konstruktivistik memahami belajar sebagai proses pembentukan (kontruksi)
pengetahuan oleh peserta didik itu sendiri. Pengetahuan ada di dalam diri seseorang yang sedang
mengetahui (Schunk, 1986). Dengan kata lain, karena pembentukan pengetahuan adalah peserta
didik itu sendiri, peserta didik harus aktif selama kegiatan pembelajaran, aktif berpikir,
menyusun kosep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, tetapi yang paling
menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar peserta didik itu sendiri. Sementara
peranan guru dalam belajar konstruktivistik adalah membantu agar proses pengkonstruksian
pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang telah
dimilikinya, melainkan membantu peserta didik untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan
dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang peserta didik dalam belajar.
Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang.
Manusia mengkonstruksi dan menginterpretasikannya berdasarkan pengalamannya.
Konstruktivistik mengarahkan perhatiannya pada bagaimana seseorang mengkonstruksi
pengetahuan dari pengalamannya, struktur mental, dan keyakinan yang digunakan untuk
menginterpretasikan obyek dan peristiwa. Pandangan konstruktivistik mengakui bahwa pikiran
adalah instrumen penting dalam menginterpretasikan kejadian, obyek, dan pandangan terhadap
dunia nyata, di mana interpretasi tersebut terdiri dari pengetahuan dasar manusia secara
individual.
Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa peserta didik akan dapat menginterpretasi-
kan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka
sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya. Guru dapat membantu peserta didik
mengkonstruksi pemahaman representasi fungsi konseptual dunia eksternal. Jika hasil belajar
dikonstruksi secara individual, bagaimana mengevaluasinya? Evaluasi belajar pandangan
konstruktivistik menggunakan goal-free evaluation, yaitu suatu konstruksi untuk mengatasi
kelemahan evaluasi pada tujuan spesifik. Evaluasi akan lebih obyektif jika evaluator tidak diberi
informasi tentang tujuan selanjutnya. Jika tujuan belajar diketahui sebelum proses belajar
dimulai, proses belajar dan evaluasinya akan berat sebelah. Pemberian kriteria pada evaluasi
mengakibatkan pengaturan pada pembelajaran. Tujuan belajar mengarahkan pembelajaran yang
juga akan mengontrol aktifitas belajar peserta didik.

3.Jelaskan Stimulus Respond merupakan teori belajar behaviourisme, mengenai :


a. Law of Effect
b. Law of Readiness
c. Law of Exercise
d. Law of Respondent Conditioning

Jawab:
Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif
behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia dan terjadi
melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif
(respons) hukum-hukum mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini
adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa
ditentukan (Rahyubi, 2012). Menurut teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu
karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu,
menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah (reward). Stimulans tidak lain adalah
lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.
Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans
(Muhibbinsyah, 2013).

a.Hukum Akibat (Law of Effect)


Hukum akibat Thorndike mengemukakan (Dahar, 2011: 18) jika suatu tindakan diikuti
oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan tindakan itu diulangi
dalam situasi yang mirip akan meningkat. Akan tetapi, bila suatu perilaku diikuti oleh suatu
perubahan yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan perilaku itu diulangi akan
menurun. Jadi konsekuensi perilaku seseorang pada suatu waktu memegang peranan penting
dalam menentukan perilaku orang itu selanjutnya.
Thorndike mengungkapkan bahwa organisme itu sebagai mekanismus yang hanya
bertindak jika ada perangsang dan situasi yang mempengaruhinya. Dalam dunia pendidikan Law
of Effect ini terjadi pada tindakan seseorang dalam memberikan punishment atau reward. Akan
tetapi dalam dunia pendidikan menurut Thorndike yang lebih memegang peranan adalah
pemberian reward dan inilah yang lebih dianjurkan. Teori Thorndike ini biasanya juga disebut 
teori koneksionisme  karena dalam hukum belajarnya ada “Law of Effect” yang mana di sini
terjadi hubungan antara tingkah laku atau respon yang dipengaruhi oleh stimulus dan situasi dan
tingkah laku tersebut mendatangkan hasilnya (effect). 
  b.Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Dalam belajar seseorang harus dalam keadaan siap dalam artian seseorang yang belajar
harus dalam keadaan yang baik dan siap, jadi seseorang yang hendak belajar agar dalam
belajarnya menuai keberhasilan maka seseorang dituntut untuk memiliki kesiapan, baik fisik
maupun psikis. Siap fisik seperti seseorang tidak dalam keadaan sakit, yang mana  bisa
mengganggu kualitas konsentrasi. Adapun contoh dari siap psikis adalah seperti seseorang yang
jiwanya tidak lagi terganggu, seperti sakit jiwa dan lain-lain. Disamping seseorang harus siap
fisik dan psikis seseorang juga harus siap dalam kematangan dalam penguasaan pengetahuan
serta kecalapan-kecakapan yang mendasarinya.
Menurut Thorndike (Ayuni, 2011: 9) ada tiga keadaan yang menunjukkan berlakunya
hukum ini, yaitu :
a.       Bila pada organisme adanya kesiapan untuk bertindak atau berprilaku, dan bila organisme itu
dapat melakukan kesiapan tersebut, maka organisme akan mengalami kepuasan.
b.      Bila pada organisme ada kesiapan organisme untuk bertindak atau berperilaku, dan organisme
tersebut tidak dapat melaksanakan kesiapan tersebut, maka organisme akan mengalami
kekecewaan.
c.       Bila pada organisme tidak ada persiapan untuk bertindak dan organisme itu dipaksa untuk
melakukannya maka hal tersebut akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.
Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di atas, konsep
penting dari teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang dinamakan transfer of training.
Konsep ini menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari oleh anak sekarang harus dapat
digunakan untuk hal lain di masa yang akan datang. Dalam konteks pembelajaran
konsep transfer of training merupakan hal yang sangat penting, sebab seandainya konsep ini
tidak ada, maka apa yang akan dipelajari tidak akan bermakna.

c.Hukum Latihan (Law of Exercise)


Untuk menghasilkan tindakan yang cocok dan memuaskan untuk merespon suatu
stimulus maka seseorang harus mengadakan percobaan dan latihan yang berulang-ulang, adapun
latihan atau pengulangan perilaku yang cocok yang telah ditemukan dalam belajar, maka ini
merupakan bentuk peningkatan existensi dari perilaku yang cocok tersebut semakin kuat (Law of
Use). Dalam suatu teknik agar seseorang dapat mentransfer pesan yang telah ia dapat dari sort
time memory ke long time memory ini dibutuhkan pengulangan sebanyak-banyaknya dengan
harapan pesan yang telah didapat tidak mudah hilang dari benaknya.

d. Law of Respondent Conditioning


yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara
simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya
akan meningkat. (Teori Pavlov).

4. Berikan contoh pembelajaran yang berpijak pada teori belajar BEHAVIORISTIK,


KOGNITIF dan KONTRUKTIVISME
Jawab :
a. Contoh pembelajaran teori behavioristik
Teori yang dianut sejumlah ilmuwan, seperti Gage dan Berliner ini menyatakan bahwa
sebuah pengalaman mampu mengubah tingkah laku (kebiasaan atau proses berpikir) seseorang
sebagai hasil proses belajar dari pengalaman itu sendiri. 
Untuk mengaplikasikan teori ini, seorang guru perlu melakukan beberapa proses, seperti
memberikan dorongan supaya muridnya dapat merasakan rasa ingin tahu, melakukan
stimulus guna memperoleh respons siswa, dan melakukan penguatan (reinforcement)—
pengulangan stimulus dalam bentuk berbeda. Teori behavioristik dinilai terlalu fokus pada
pendidik. Jadi, tantangannya adalah guru harus lebih kreatif dalam menyampaikan suatu
materi agar siswa tidak bosan. 

b. Contoh pembelajaran teori kognitif


Teori kognitif mulai berkembang pada abad 20-an. Secara sederhana teori ini
menggambarkan bahwa belajar adalah aktivitas internal yang terdiri dari beberapa proses, seperti
pemahaman, mengingat, mengolah informasi, problem solving, analisis, prediksi, dan perasaan. 

Ada juga yang menggambarkan bahwa teori belajar kognitif itu ibarat komputer. Proses
awalnya dimulai dengan input data, kemudian mengolahnya hingga mendapatkan hasil akhir.
Beberapa tokoh yang berperan mengembangkan teori ini adalah Jean Piaget, Bruner, dan
Ausubel. 
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, contoh penerapan teori kognitif adalah guru
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik serta memberi ruang bagi mereka
untuk saling bicara serta diskusi dengan teman-temannya.

c. Contoh pembelajaran teori kontruktivisme


Teori konstruktif sejatinya sudah ada dari dulu, namun masih digunakan sampai
sekarang  karena bersifat efektif dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan zaman.
Lewat teori konstruktif, peserta didik diajak untuk mendalami pengetahuan secara bebas atau
juga bisa memaknainya sesuai pengalaman. 

Dalam praktiknya, siswa akan diberi ruang untuk membuat ide atau gagasan
menggunakan bahasanya sendiri. Dampaknya, lewat penjelasan yang familier, orang lain
diharapkan mampu menerima ide yang disampaikan dan merangsang imajinasinya. 

5. Apa yang dimaksud dengan teori belajar yang bersifat deskriptif dan perspektif

Jawab :

a. Pengertian teori deskriptif dan teori preskriptif :

1. Menurut Bruner (dalam Dageng,1989) mengemukakan bahwa teori pembelajaran


adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori
pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif
karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh
perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar. Teori belajar
menaruh perhatian pada ”bagaimana seseorang belajar”. Sebaliknya teori pembelajaran menaruh
pehatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain untuk belajar. Teori pembelajaran
berurusan dengan upaya mengontrol variabel-variabel.

2. Menurut Reigeluth (1983 dalam degeng ,1990) mengemukakan bahwa teori preskriptif
adalah goal oriented sedangkan teori deskriptif adalah goal free. Teori pembelajaran preskriptif
untuk mencapai tujuan, sedangkan teori belajar deskriptif untuk memberikan hasil. Teori belajar
preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran
deskriptif variable yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari interaksi antara metode
dan kondisi. Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan
pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar
mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses psikologi dalam diri siswa. Teori
pembelajaran harus memasukkan variable metode pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu
bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap
sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu
menyebutkan metode pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan
metode pembelajaran.

b. Perbedaan teori belajar deskriptif dan teori preskriptif :

1. Teori belajar adalah deskriptif bertujuan menjelaskan proses belajar. Teori


pembelajaran adalah preskriptif karena bertujuan menetapkan metode pembelajaran yang
optimal.

2. Teori pembelajaran adalah preskriptif untuk mencapai tujuan, sedangkat teori


pembelajaran deskriptif untuk memberikan hasil. Oleh karena itu, variabel yang diamati dalam
teori pembelajaran preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan.

3. Teori belajar dalam hal ini mempelajari hubungan antra variabel-variabel yang
menentukan hasil belajar atau bagaimana seorang belajar.

4. Teori pembelajaran menaruh perhatian bagaimana seseorang memengaruhi orang lain


agar terjadi hal belajar atau upaya mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasi dalam teori
belajar agar dapat memudahkan belajar.

5. Teori perskriptif adalah goal oriented (untuk mencapai tujuan), sedangkan teori
deskriptif goal free (untuk memberikan hasil).

Jadi, perbedaan di antara kedua teori tersebut dapat kita tuliskan :

Teori deskriptif : kondisi + metode = hasil

Teori preskriptif : hasil + kondisi = metode

c. Kelebihan dan kekurangan teori belajar deskriptif :

-> Kelebihan yaitu, lebih terstruktur atau terkonsep sehingga siswa lebih memahami
materi yang akan disampaikan oleh pembimbing dan juga mendorong siswa untuk mencari
pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam mengerjakan suatu tugas.

-> Kekurangan yaitu, kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami
suatu materi.
Contoh penerapan teori deskriptif, membantu meningkatkan hasil belajar dengan
menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan oleh siswa agar nilainya meningkat diantaranya adalah
siswa harus belajar giat, lebih memahami materi, guru bertanya kepada siswa mengenai materi
apa saja yang belum jelas dan menyarankan membentuk kelompok belajar.

d. Kelebihan dan kekurangan teori belajar preskriptif

-> Kelebihan yaitu, lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas, banyak
memberi motivasi agar terjadi banyak proses belajar, serta mengoptimalisasikan kerja otak
secara maksimal.

-> Kekuranngannya teori ini lebih membutuhkan waktu yang lama.

Contoh penerapan teori belajar preskriptif, seorang guru melihat siswanya dengan nilai
ulangan yang tidak memenuhi syarat, maka guru tersebut mencari solusi agar siswanya mendapat
nilai yang memuaskan, dengan memberi motivasi, mengajak siswanya untuk belajar kelompok,
menanamkan rasa percaya diri dan pantang menyerah pada diri siswa.

Keterkaitan teori belajar dan pembelajaran dengan teori belajar deskriptif dan preskriptif.
Teori pembelajaran bersifat preskriptif dikarenakan sesuatu yang terjadi sebelum adanya fakta.
Selain itu teori pembelajaran “hanya” membimbing apa yang harus dilakukan untuk mencapai
keberhasilan. Sedangkan teori belajar menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi.

Berikut ini terdapat empat hal yang terkait dengan teori pembelajaran, yaitu:

1. Harus memperhatikan kencenderungan cara belajar siswa. Biasanya kecenderungan


tersebut sudah dimiliki siswa sebelum sekolah.

2. Teori ini terkait denang struktur pengetahuan. Terdapat tiga hal yang berhubungan
dengan struktur pengetahuan :

a. Struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi yang luas.

b. Strutur tersebut harus mampu membawa siswa kepada hal-hal yang baru, melebihi
informasi yang dijelaskan pendidik.
c. Struktur pengetahuan harus mampu mengembangkan pola pikir siswa dan
mengobinasikan dengan ilmu-ilmu.

3. Seorang guru harus mampu mencari hubungan yang mudah tentang suatu yang
diajarkan agar murid lebih mudah meneangkap informasi

Anda mungkin juga menyukai