Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terwujudnya kondisi pembelajaran siswa aktif merupakan harapan
semua komponen pendidikan termasuk guru. Oleh sebab itu dalam kegiatan
pembelajaran dituntut suatu strategi pembelajaran yang direncanakan oleh guru
dengan mengedepankan keaktifan siswa. Melalui kegiatan belajar yang
menekankan pada aktivitas siswa diharapkan mampu meningkatkan motivasi
dan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah.
Proses siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar merupakan suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini
dapat dilakukan apabila interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengambil judul
"Mewujudkan Prestasi dalam Pembelajaran Berbasis Aktivitas Siswa"
.
B. Perumusan Masalah
Perumusan permasalahan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah aktivitas lebih efektif dalam menumbuhkan motivasi belajar
siswa?
2. Bagaimanakah dampak kegiatan belajar mengajar yang menggunakan
pendekatan berbasis aktivitas siswa?

C. Tujuan
Berdasar pada rumusan masalah tersebut, maka penulisan makalah ini
bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Pendekatan berbasis aktivitas lebih efektif dalam menumbuhkan
motivasi belajar siswa.
2. Mengetahui dampak kegiatan belajar rnengajar yang menggunakan
pendekatan berbasis aktivitas siswa.
.
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas.
2. Sebagai masukan dalam menemukan hambatan dan kelemahan
penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya memperbaiki dan
mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga
dapat menemukan cara yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa dengan harapan akan diperoleh hasil belajar yang optimal demi
kemajuan lembaga sekolah.
3. . Sebagai bahan referensi dan acuan bagi guru dalam mewujudkan
peningkatan prestasi belajar siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu fungsi pengajar adalah memberikan motivasi kepada pihak yang
diajarnya untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif dan produktif. Beberapa
konsep dan teori yang telah dikemukakan dapat dijadikan sebagai kerangka acuan
dalam mewujudkan berbagai upaya memberikan motivasi.

A. PRINSIP-PRINSIP MOTIVASI
Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan dalam kegiatan
pembelajaran antara lain:
l. Prinsip kompetisi
Yang dimaksud dengan prinsip kompetisi adalah persaingan secara sehat,
baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter pribadi atau self competition
adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dan tindakan atau unjuk
kerja dalam dimensi tempat dan waktu. Kompetisi antar pribadi adalah
persaingan antara individu yang satu dengan yang lain. Dengan persaingan
secara sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak secara lebih baik .
Salah satu bentuk misalnya perlombaan karya tulis, siswa teladan dan
sebagainya. Kompetisi juga dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong
siswa melakukan berbagai upaya unjuk kerja belajar yang baik .

2. Prinsip pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada
pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat / amanat,
penguatan, percontohan, dan sebagainya. Dalam hal ini motif teratur untuk
mendorong selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk kerja sebaik
mungkin. Hal ini dapat dilakukan melalui konsultasi pribadi, nasehat atau
arnanat dalam upacara, ceramah keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan
sebagainya.
3. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima oleh seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk
melakukan tindakan yang menimbulkan ganjaran itu. Setiap unjuk kerja
yang baik apabila diberikan ganjaran yang memadai, cenderung akan
meningkatkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada siswa yang
berprestasi. Demikian pula hukuman yang diberikan dapat menimbulkan
motivasi untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyababkan hukuman
itu. Hal yang harus diterapkan secara proposional dan benar-benar dapat
memberikan motivasi.

4. Pemahaman hasil
Dalam uraian di atas, telah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai
seseorang akan merupakan balikan dari upaya yang telah dilakukannya, dan
itu semua dapat memberikan motivasi untuk melakukan tindakan
selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang akan
mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan unjuk kerjanya
lebih lanjut. Pengetahuan tentang balikan, mempunyai kaitan erat dengan
tingkat kepuasan yang dicapai. Dalam kaitan ini, para pengajar seyogyanya
selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan
oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah dibuat
siswa dengan nilai dan komentar-komentarnya. Umpan balik ini akan
bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan
untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Para siswa
hendaknya selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari
berkembangnya rasa gagal.

5. Pengembangan minat
Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam
menghadapi suatu obyek. Prinsip dasarnya ialah bahwa motivasi seseorang
cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan memiliki minat yang
besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat
dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat siswa
dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan
memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik . Pada gilirannya dapat
menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
6. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun
psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja
dengan baik dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan fisik
yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata-letak, fasilitas,
dan sebagainya , demikian pula lingkungan sosial psikologis seperti
hubungan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepemimpinan, promosi,
bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.

7. Keteladanan
Perilaku pengajar (guru) secara langsung atau tidak langsung mempunyai
pengaruh terhadap perilaku siswa baik yang sifatnya positif maupun
negatif. Perilaku, guru dapat meningkatkan motivasi belajar. Sehubungan
dengan itu, maka sangat diharapkan agar perilaku, guru dapat menjadi
sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat
diteladani para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas belajar
mereka.

B. MOTIVASI BELAJAR
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-
perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di
dalam sistem neuropisiologis dalam organisme manusia, misalnya karena
terjadi perubahan dalam sistem perencanaan maka timbul motif lapar. Tapi
ada juga perubahan energi yang tidak diketahui.
Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal.
Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana
emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif.
Perubahan ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat
melihatnya dalam perbuatan. Seorang terlibat dalam suatu diskusi, karena
dia merasa tertanik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya
akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar.
Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
1. Prinsip-prinsip Motivasi
Prinsip-prinsip ini disusun dalam rangka mendorong motivasi belajar
siswa-siswi di sekolah yang mengandung pandangan demokratis dan dalam
rangka menciptakan self motivation dan self dicipline di kalangan murid-
murid. Kenneth H. Hover, mengemukakan prinsi-prinsip motivasi sebagai
berikut:
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan
sesuatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah
dilakukan. Karena itu pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar
murid.
b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat
dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan. Kebutuhan kebutuhan itu
menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Murid-murid yang
dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan
belajar hanya memerlukan sedikit bantuan di dalam motivasi dan disiplin.
c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi
yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena kepuasan yang
diperoleh oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri
murid sendiri.
d. Terhadap jawaban (perbuatan) yung serasi (sesuai dengan keinginan)
perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforcentent). Apabila sesuatu
perbuatan belajar mencapai tujuan maka terhadap perbuatan itu perlu
segera diulang kembali setelah beberapa menit kemudian, sehingga
hasilnya tetap mantap. Pemantapan itu perlu dilakukan dalam setiap
tingkatan pengalaman belajar.
e. Motivasi ifu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. Guru
yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan siswa-siswi yang
juga berminat tinggi dan antusias pula.
f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang
motivasi. Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak
dicapainya maka perbuatannya ke arah itu akan lebih besar daya
dorongannya.
g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat
yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas tugas itu
dipaksakan oleh guru. Apabila murid diberi kesempatan menemukan
masalah sendiri dan memecahkannya sendiri maka akan mengembangkan
motivasi dan disiplin lebih baik .
h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reruard) kadang kadang
diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.
Berkat dorongan orang lain, misalnya untuk memperoleh angka yang
tinggi maka siswa akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi
lebih besar.
i. Motivasi yang besar, erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Dengan
teknik mengajar yang tertentu motivasi murid-murid dapat ditujukan
kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh murid
apabila diberi semacam penghalang seperti adanya ujian yang mendadak,
peraturan-peraturan sekolah, dan lain lain maka kegiatan kreatifnya akan
timbul sehingga ia lolos dari penghalang tadi.

Karena itu, prinsip-prinsip penggerakan motivasi belajar sangat erat


hubungannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri. Ada beberapa
prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik (2002), agar
mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran khususnya dalam
merencanakan kegiatan belajar mengajar. Prinsip tersebut dapat digunakan
oleh pendidik dalam mengupayakan peningkatan motivasi peserta didik
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi
belajar yang optimal.

2. Cara Mengaktifkan Motivasi Siswa


Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau
membangkitkan motivasi belajar siswanya, ialah sebagai berikut: (a)
Memberi angka. Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil
pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Murid yang
mendapat angkanya baik, akan mendorong motivasi belajarnya. Sebaliknya
murid yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau
dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik, (b) Pujian. Pujian
kepada murid atas keberhasilannya, besar manfaatnya sebagai pendorong
belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang, (c) Hadiah. Cara ini
dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya
pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau
menunjukkan hasil belajar yang baik, memberikan hadiah bagi para
pemenang sayembara atau pertandingan olahraga, (d) Kerja kelompok.
Dalam kerja kelompok, kerja sama dalam belajar menimbulkan perasaan
untuk mempertahankan nama baik kelompok yang bisa menjadi pendorong
yang kuat dalam perbuatan belajar, (e) Persaingan. Baik kerja kelompok
maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada murid. Hanya
saja. persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik,
seperti : rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan,
persaingan antar kelompok (f) Tujuan dan level of aspiration. Keluarga
mendukung kegiatan siswa (g) Sarkasme. Dalam batas-batas tertentu
sarkasme dapat mendorong kegiatan belajar demi nama baiknya, tetapi di
pihak lain dapat menimbulkan sebaliknya, karena siswa merasa dirinya
dihina, sehingga memungkinkan timbulnya konflik antara murid dan guru.
(h) Penilaian. Penilaian secara berkesinambungan akan mendorong murid-
murid belajar, oleh karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk
memperoleh hasil yang baik . Di samping itu, para siswa selalu
mendapatkan tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan,
sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan saksama. (i)
Karyawisata dan Ekskursi. Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar
oleh karena dalam kegiatan ini akan mendapat pengalaman langsung dan
bermakna baginya, selain dari itu, karena obyek yang akan dikunjungi
adalah obyek yang menarik minatnya. suasana bebas, lepas dari keterikatan
ruang kelas besar manfaatnya untuk menghilangkan ketegangan-
ketegangan, sehingga kegiatan belajar lebih menyenangkan, (j) Film
Pendidikan. Setiap siswa senang menonton film. Cerita film lebih menarik
perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat pengalaman
baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna, dan. (k) Belajar
melalui radio. Mendengarkan radio lebih menghasilkan daripada
mendengarkan ceramah guru. Radio adalah alat yang penting untuk
mendorong motivasi belajar murid. Kendati pun demikian, radio tidak
mungkin dapat menggantikan kedudukan guru dalam mengajar. Masih
banyak cara yang dapat digunakan oleh guru untuk membangkitkan dan
memelihara motivasi belajar murid. Namun yang lebih penting ialah
motivasi yang timbul dari dalam diri murid sendiri seperti dorongan
kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan jaga pribadi guru sendiri merupakan
contoh yang dapat merangsang motivasi mereka.

C. PENGAJARAN BERBASIS AKTIVITAS


Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa
dapat melakukan pengamatan yang efektif agar memperoleh hasil pembelajaran
yang sebaik-baiknya. Dalam mengajar, hendaknya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan pengamatan yang sebaik-baiknya. Beberapa hal
yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa melakukan pengamatan yang
baik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Pengamatan akan lebih efektif kepada rangsangan-rangsangan yang
mempunyai struktur dan bentuk yang jelas. Oleh karena itu, hal-hal yang
akan dipelajari hendaknya mempunyai struktur dan organisasi yang jelas.
2. Pengamatan kepada sesuatu yang dekat akan tebih berkesan. Oleh karena
itu, siswa diberi banyak kesempatan untuk lebih dekat dengan hal-hal yang
akan dipelajari.
3. Pengamatan di pengaruhi oleh pengalaman sebelumnya. oleh karena itu,
pada waktu guru mengajar, sebaiknya dimulai dengan pengalaman
pengalaman siswa.
4. Pengamatan dimulai dengan keseluruhan, baru kemudian kepada bagian-
bagian. oleh karena itu dalam memberikan bahan yang akan diajarkan,
sebaiknya dimulai dengan keseluruhan, baru kemudian kepada bagian-
bagian yang lebih khusus.
5. Pengamatan dipengaruhi oleh peringkat perkembangan individu. Oleh
karena itu, pengajaran hendaknya disesuaikan dengan peringkat
perkembangan individu, terutama peringkat perkembangan kognitif.
6. Terdapat perbedaan individual dalam pengamatan. Tiap individu
mempunyai macam gaya pengamatan (ada gaya visual, auditif, taktil, dan
kinestetik). Oleh karena itu pengajaran hendaknya disesuaikan dengan gaya
pengamatan masingmasing siswa.
Beberapa faktor dapat menimbulkan terjadinya kesalahan atau kelainan
pengamatan seperti, rangsangan yang kurang jelas, kurangnya perhatian siswa,
pengalaman di masa lampau, kurang baiknya alat indera, lingkungan yang
mengganggu, dan sebagainya.
Menurut Hamalik (2001) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif
adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih
ditonjolkan melalui suatu program unit nctiaity, sehingga kegiatan belajar siswa
menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.
Ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli,
diantaranya: (1) kegiatan-kegiatan visual, (2) kegiatan-kegiatan lisan (oral), (3)
mendengarkan, (4) menulis, (5) menggambar, (6) metrik, (7) mental, dan (8)
emosional. Berikut penjabaran macam-macam kegiatannya:
1. Kegintan-kegiatan Visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,
pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan lesan
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,
mengaj ukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi, dan interupsi.
3. Kegiatan- kegiatan Mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkan suatu permainan dan mendengarkan radio
4. Kegiatan- kegiatan Menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi,
membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
5. Kegiatan- kegiatan Menggambar.
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.
6. Kegiatan- kegiatan Metrik.
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat
model, menyelenggarakan pemainan, menari, dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan Mental. Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, faktor- faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat
keputusan.
8. Kegiatan- kegiatan Emosional, Minat, membedakan, berani, tenang, dan
lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua
jenis kegiatan dan over lap satu sama lain.

Dari beberapa macam aktivitas tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan


pengajaran, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan
pengajaran. sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus
disesuaikan dengan materi pengajaran yang disampaikan oleh guru atau masalah
yang sedang dibahas.
BAB III
PEMBAHASAN

Implementasi strategi pembelajaran berbasis aktivitas yang digunakan dalam


kegiatan belajar mengajar siswa, ternyata lebih efektif dalam meningkatkan dan
menumbuhkan aktivitas, motivasi, dan prestasi hasil belajar siswa. Beberapa alasan
penggunaan strategi pembelajaran berbasis aktivitas dalam kegiatan belajar agar
didapatkan hasil belajar yang efektif, dimaksudkan untuk:
1. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
Ada dua prinsip cara memandang motivasi, (1) motivasi dipandang
sebagai proses, dan (2) menentukan karakter dari proses ini dengan melihat
petunjuk petunjuk dari tingkah lakunya. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang datang dari dalam
pribadi seseorang (instrinsik) ataupun datang dari luar pribadi (ekstrinsik)
untuk mencapai tujuan sesuai dengan keinginan pribadinya. Motivasi belajar
siswa dalam pembelajaran berbasis aktivitas mulai nampak ditunjukkan siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar. Berdasarkan pengamatan peneliti, beberapa
siswa mulai antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang
disampaikan oleh guru. Pendekatan pembelajaran berbasis aktivitas diharapkan
hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang berarti, sebab dalam proses
belajar dengan pendekatan ini siswa lebih aktif dan selalu melakukan kegiatan
belajar sesuai dengan kemampuan. Sehingga hal tersebut lebih membuat siswa
menjadi termotivasi dalam belajar. Selama ini pendekatan yang digunakan
dalam belajar hanya konvensional saja.
Temuan tersebut, senada dengan apa yang dikemukakan oleh Hamalik
(2002), yang menyebutkan bahwa siswa lebih senang belajar jika mengambil
bagian yang aktif dalam latihan/praktek untuk mencapai tujuan pengajaran.
Praktek secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, beraktivitas. Pengajaran
hendaknya disesuaikan dengan prinsip sebagai berikut: (1) usahakan agar siswa
sebanyak mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan atau memberikan respon
terhadap pertanyaan guru, sedangkan siswa lainnya menulis jawaban dan
menanggapi secara lisan, (2) mintalah agar siswa menyusun dan menata
kembali informasi yang diperolehnya dari bacaan, dan (3) sediakan
laboratorium dan situasi praktek lapangan berdasarkan tujuan pengajaran yang
dirumuskan sebelumnya.
Dan pendapat tersebut di atas menunjukkan bahwa pendekatan
pembelajaran berbasis aktivitas merupakan strategi yang memungkinkan untuk
membuat siswa aktif dalam belajar, sehingga diharapkan meningkatkan prestasi
siswa dalam belajar dapat diperoleh secara optimal.
2. Meningkatkan Prestasi Siswa
Berkaitan dengan usaha meningkatkan prestasi belajar,belajar akan lebih
mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang
diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada
individu, maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil
dari pengamatan dan penilaian inilah umurnnya diwujudkan dalam bentuk
prestasi belajar. Dalam penelitian tindakan ini, yang dimaksudkan dengan
prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai dalam bentuk angka atau nilai
pada mata pelajaran sains kompetensi dasar energi dan kegunaannya. Semakin
tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin baik prestasi belajar yang
didapatkan.
3. Inovasi dalam Strategi Pengajaran
Melakukan inovasi dalam menggunakan strategi belajar merupakan
syarat mutlak yang harus dilakukan oleh guru. Strategi pembelajaran berbasis
aktivitas adalah sebagian dari strategi yang ditawarkan dalam proses belajar
mengajar, (a) Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Memecahkan Masalah.
Banyak ahli yang mendiskusikan kreativitas sebagai berpikir kreatif atau
pemecahan masalah, (b) berpikir kreatif sebagai proses penyadaran (sensing)
adanya gap, gangguan atau unsur-unsur yang keliru (perkeliruan),
pembentukan gagasan-gagasan atau hipotesis, pengujian hipotesis tersebut,
pengkomunikasian hasil-hasil, mungkin juga pengujian kembali atau perbaikan
hipotesis, dan (c) kreativitas merupakan bentuk pemecahan masalah yang
melibatkan intuitiuve leaps, atau suatu kombinasi gagasan-gagasan yang
bersumber dari berbagai bidang pengetahuan yang terpisah secara luas.
Pandangan tersebut pada dasarnya sependapat bahwa kreativitas
merupakan suatu bentuk dan proses pemecahan suatu masalah. Para siswa
dibimbing agar memiliki kemampuan kreativitas, mampu berpikir kritis, dan
mampu memecahkan masalah. Karena itu, melalui proses belajar tertentu,
diupayakan tercapainya tujuan-tujuan tersebut. Guru perlu menyediakan
kondisi-kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya penambahan aspek
keluwesan, keaslian, dan kuantitas dari abilite kreativitas yang dimiliki oleh
siswa. Strategi pembelajaran berbasis aktivitas merupakan salah satu usaha
dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
4. Dampak pendekatan berbasis aktivitas terhadap motivasi belajar siswa
Dampak positif yang didapatkan dari strategi pembelajaran berbasis
aktivitas adalah: (1) siswa lebih termotivasi dalam belajar, (2) siswa lebih
kreatif, (3) siswa lebih berani mengemukakan dan menjawab pertanyaan, (4)
siswa lebih bertanggung jawab, dan (5) prestasi belajar lebih meningkat. Disisi
lain dampak positif dari strategi pembelajaran berbasis aktivitas ini adalah guru
akan lebih meningkatkan kreativitas pembelajaran yang disampaikan kepada
siswa, sehingga kemampuan guru akan terampil dan berkembang lebih baik.
Dampak negatinya adalah siswa yang tidak memiliki kreativitas dan
kemampuan rendah akan selalu tertinggal dalam proses belajamya. Disisi lain
siswa yang lebih kreatif dan mempunyai kemampuan lebih akan merasa baik
dibandingkan dengan siswa di bawahnya.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan,
diantaranya:
1. Strategi pembelajaran dengan pendekatan pengajaran berbasis aktivitas
dapat meningkatkan prestasi hasil belajar, motivasi, kreativitas, dan
pemecahan masalah dalam belajar.
2. Strategi pembelajaran berbasis aktivitas merupakan salah satu komponen
Contextual Teaching and Learning (CTL). Strategi ini dapat dilakukan pada
semua mata pelajaran.
3. Strategi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis
aktivitas dimungkinkan dapat meningkatkan prestasi hasil belajar dan
motivasi belajar siswa.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang tersebut, maka dapat dirumuskan saran-saran
sebagai berikut:
(1) Kepada guru sekolah dasar agar mempertimbangkan pemberian materi
pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan
berbagai macam strategi. Salah satunya adalah strategi pembelajan berbasis
aktivitas,
(2) Kepada guru yang mengajarkan mata pelajaran sains , hendaknya selalu
mempunyai krativitas dalam menggunakan strategi belajar yang diberikan
kepada siswa,
(3) Strategi pembelajaran berbasis aktivitas bukan satu-satunya strategi yang
harus digunakan dalam proses belajar mengajar. Artinya guru perlu
mengembangkan strategi belajar dengan teknik lain agar proses belajar
siswa lebih variatif. Dengan peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan
belajar, maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, L 1994. Proses Perubahan di sekolah. Desertasi Tidak Dipublikasikan.


Program Pascasarjana IKIP Malang
Bogdan,R. C., & Biklen, S. K. 1982.Qunlitatiue Resenrch In Educaflon. Boston:
Allyn & Bacon
Guba, E. G., & Lincoln, Y. S 1981 Effectiue Eunluntion. San Fransisco:
Jossey-Bass Publishers
Hamalik, O. 2001. Proses Belarjar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hamalik, 0.2002. Perencanan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem
Jakarta: PT Bumi Aksara
Miles, M. B., & Hubermen, A.M. 1984. Analisis Data Quanlitatif.
Terlemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Universitas Indonesia, Jakarta
Moleong, L. J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nasutiory S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif Bandung: Penerbit
Tarsito Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang: Universitas
Negeri Malang
Nurhadi, & Senduk, G. A, 2003. Pembelajaran Kontekstual dalam
Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Supamo, P., Rohandi, R., Sukadi, G., Kartono, S. 2001. Reformasi Pendidikan
Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Usman, Uzer, M. 2002. Menjadi Guru Profesional Edisi Kedua. Cetakkan ke
empat belas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial Edisi
Pertama. Malang: Bayu Media Publishing
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ITA YUSANA, S.Pd..
NIP : 19811018 200501 2 005
Jabatan : Guru
Unit Kerja : SDN Plosorejo 1 Kec. Gampengrejo Kab. Kediri

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Makalah berjudul “Mewujudkan Prestasi


dalam Pembelajaran Berbasis Aktivitas Siswa” ini benar-benar merupakan hasil
karya sendiri, bukan pengambil alihan tulisan atau fikiran orang lain.
Apabila di kemudian hari terbukti bahwa makalah ini adalah karya pihak
lain atau hasil plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kediri, 4 Mei 2016


Mengetahui Yang Membuat Pernyataan
Kepala SDN Plosorejo 1

RETNO ASRI, S.Pd. ITA YUSANA, S.Pd.


NIP. 19610620 198112 2 006 NIP. 19811018 200501 2 005

Anda mungkin juga menyukai