ANGGOTA
Sunaryo/ 2101422061
Laila Faza Naimah/ 2101422068
Rizky Aprilia/ 2101422083
Fitriani Nuraisah/ 2101422084
Rossa Farhana Ridho Susanti/ 2101422093
DOSEN PENGAMPU:
Septina Sulityaningrum, M.Pd.
A. Latar Belakang
Bahasa adalah sistem tanda arbitrer konvensional, yang digunakan sebagai alat
komunikasi sosial. Sebagai suatu sistem, bahasa bersifat sistematis dan sistematis.
Bahasa itu sistematik karena mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku, dan sistematik
karena merupakan sistem atau subsistem (Soeparno, 2002:1 dalam Joni Soleman
Nalenan 2019). Bahasa merupakan lambang yang sempurna dari pengalaman manusia,
bahasa tidak dapat dipisahkan dari tindakan, dan bahasa merupakan wahana ungkapan
yang nuansanya sangat halus (Bright, 1947: 66 dalam Prihadi 2015). Sebagai alat
komunikasi sosial, bahasa selalu terbagi atas fungsi sebagai media penyampaian
informasi kepada orang lain (fungsi transaksional) dan fungsi untuk mengungkapkan
interaksi sosial dengan orang lain (fungsi interaksional). Dapat dikatakan bahwa semua
masyarakat memiliki dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Kehidupan
manusia tidak terlepas dari kegiatan penyampaian informasi dan interaksi dengan orang
lain. Maka daripada itu pengkajian morfologi yang membahas satuan-satuan terkecil
kebahasaan perlu diterapkan dalam hubungannya dengan masyarakat. Morfologi
merupakan cabang ilmu linguistik yang menelaah seluk beluk pembentukan kata
(Darwis, 2012: 8 dalam Nasrullah La Madi 2022). Morfologi sebagai salah satu cabang
linguistik mempelajari aspek kebahasaan secara struktural. Aspek tersebut adalah kata
yang pembentukannya meliputi morfem, afiks, klitik, bentuk majemuk, dan reduplikasi.
Morfologi menganalisis kata sebagai satuan gramatikal. Unsur dalam struktur
kata adalah morfem (Darwis, 2012: 13 dalam Nasrullah La Madi 2022). Morfem adalah
satuan gramatikal terkecil (Kridalaksana, 1986: 36 dalam Rafli Marwan 2022). Disebut
terkecil karena morfem memiliki makna. Misalnya berlari dapat dianalisis menjadi dua
bentuk terkecil yaitu {ber-} dan {lari}. {ber-} merupakan morfem terikat yang bermakna
gramatikal. {lari} merupakan morfem bebas yang bermakna leksikal. Morfem dapat
berupa kata dasar, akar kata, prefiks, sufiks, infiks, konfiks, atau gabungan dari morfem-
morfem tersebut. Kata dasar atau akar kata adalah bentuk dasar sebuah kata yang tidak
dapat dibagi lagi menjadi morfem-morfem yang lebih kecil. Contohnya, kata "rumah"
merupakan kata dasar yang tidak dapat dibagi lagi menjadi morfem-morfem
yang lebih kecil. Prefiks adalah morfem yang diletakkan di awal kata untuk memberikan
makna atau fungsi tertentu. Contohnya, prefiks "ber-" pada kata "berlari" memberikan
makna "melakukan atau sedang melakukan". Sufiks adalah morfem yang diletakkan di
akhir kata untuk memberikan makna atau fungsi tertentu. Contohnya, sufiks "-kan" pada
kata "membaca" memberikan makna "melakukan atau melakukan terhadap". Infiks
adalah morfem yang diletakkan di tengah-tengah kata untuk memberikan makna atau
fungsi tertentu. Contohnya, infiks "-el-" pada kata "belajar" yang berasal dari kata dasar
"ajar" memberikan makna "melakukan atau sedang melakukan". Konfiks adalah
gabungan dari prefiks dan sufiks yang membentuk sebuah kata baru dengan makna atau
fungsi tertentu. Contohnya, konfiks "meng-an" pada kata "mengajar" yang berasal dari
kata dasar "ajar" memberikan makna "melakukan atau membuat orang lain melakukan".
Gabungan dari morfem-morfem tersebut membentuk sebuah kata baru dengan makna
dan fungsi yang berbeda-beda. Penting untuk memahami struktur morfologi dalam
sebuah kata agar dapat memahami makna dari kata tersebut.
Linguistik adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari bahasa dari segi
struktur, makna, dan penggunaannya. Salah satu aspek penting dalam linguistik adalah
pembentukan kata, yang melibatkan proses morfologis. Proses morfologis adalah proses
pembentukan kata yang terjadi melalui penggunaan morfem, yaitu satuan terkecil dalam
bahasa yang memiliki makna. Penggunaan proses morfologis sangat penting dalam
pembentukan kata baru dalam bahasa. Beberapa proses morfologis yang sering
digunakan dalam bahasa adalah afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan konversi. Afiksasi
adalah proses pembentukan kata baru dengan menambahkan afiks (prefiks, sufiks, atau
infiks) pada kata dasar atau akar kata. Reduplikasi adalah proses morfologis dalam
bahasa yang menggandakan satu atau beberapa morfem dalam sebuah kata untuk
memberikan makna yang berbeda atau intensitas tertentu. Komposisi adalah proses
morfologis dalam bahasa yang menggabungkan dua atau lebih kata dasar untuk
membentuk sebuah kata baru dengan makna yang berbeda. Konversi adalah proses
morfologis dalam bahasa yang mengubah kelas kata sebuah kata tanpa menambah atau
mengurangi morfem di dalamnya. Dalam konversi, sebuah kata dapat digunakan sebagai
kata dengan kelas yang berbeda tanpa harus ditambah atau dihilangkan bagian-
bagiannya.
Namun, penggunaan proses morfologis tunggal terkadang tidak cukup untuk
membentuk kata-kata baru dalam bahasa. Oleh karena itu, kombinasi prosede morfologis
menjadi sebuah konsep yang sangat penting dalam linguistik. Kombinasi prosede
morfologis adalah salah satu aspek penting dalam kajian morfologi bahasa. Dalam
bahasa, terdapat berbagai macam cara untuk menghasilkan kata-kata baru, salah satunya
adalah melalui kombinasi prosede morfologis. Kombinasi prosede morfologis terjadi
ketika dua atau lebih prosede morfologis digabungkan untuk membentuk kata yang baru.
Penggabungan prosede morfologis ini dapat membentuk kata baru dengan makna yang
lebih kaya dan variatif. Kombinasi prosede morfologis melibatkan penggunaan beberapa
proses morfologis secara bersama-sama dalam pembentukan kata-kata baru. Contoh dari
kombinasi prosede morfologis termasuk prefiks dan sufiks yang digunakan bersama-
sama dalam pembentukan kata-kata baru. Dalam bahasa Indonesia, contohnya adalah
pembentukan kata "pelarian" yang melibatkan prefiks "pe-", sufiks "-an", dan
kata dasar "lari".
Menurut tradisi, studi morfologi akan mengkaji struktur internal kata dalam
kaitannya dengan kata lain dalam suatu paradigma; sedangkan sintaksis berkaitan dengan
fungsi fungsi eksternal kata dan kaitannya dengan kata lain dalam kalimat
(Matthews,1974:154 dalam Dwi Purnanto 2006). Morfologi dan sintaksis merupakan
dua subsistem yang berkaitan terlihat pada kenyataannya bahwa kata merupakan
satuan terbesar dari morfologi dan satuan terkecil dalam sintaksis (Harimurti,
2007:8 dalam Dwi Purnanto 2006). Menurut Ba’dulu (1999: 2 dalam Yulsafli 2021),
morfologi dan sintaksis tidak dilihat sebagai dua tingkat yang terpisah, kaidah-
kaidah dari tata bahasa berlaku bagi struktur kata, seperti halnya terahdap frasa
dan kalimat, dan konsep-konsep morfologis hanya mencul sebagai titik output
komponen sintaksis harus diberikan representasi fonologis melalui kaidah-
kkaidah morfonologis. Dalam kombinasi prosede morfologis, penggabungan dua atau
lebih prosede morfologis dapat memengaruhi makna kata-kata dan frasa-frasa. Misalnya,
penggabungan afiksasi dan komposisi pada pembentukan kata benda "pengawas"
membawa makna bahwa kata tersebut merujuk pada seseorang yang memantau,
sedangkan jika hanya menggunakan afiksasi atau komposisi saja, makna yang dihasilkan
mungkin akan berbeda. Sedangkan dalam sintaksis, penggunaan kombinasi prosede
morfologis juga dapat memengaruhi struktur kalimat. Misalnya, penggunaan prefiks dan
sufiks pada sebuah kata dapat memengaruhi fungsi kata dalam sebuah kalimat. Oleh
karena itu, studi tentang kombinasi prosede morfologis sangat penting dalam memahami
struktur bahasa secara menyeluruh.
Pentingnya pembentukan kata dalam bahasa menjadi alasan utama mengapa
kombinasi prosede morfologis menjadi sebuah konsep penting dalam linguistik.
Pembentukan kata-kata baru sangatlah penting dalam perkembangan bahasa, terutama
dalam memenuhi kebutuhan baru yang muncul seiring waktu. Dengan menggunakan
kombinasi prosede morfologis, bahasa mampu membentuk kata-kata baru yang memiliki
makna yang berbeda dari kata dasarnya.
Selain itu, kombinasi prosede morfologis juga memiliki peran penting dalam
memudahkan komunikasi antarpenutur bahasa. Dalam komunikasi sehari-hari, seringkali
kita bertemu dengan kata-kata baru yang belum pernah kita dengar sebelumnya. Dengan
memahami konsep kombinasi prosede morfologis, kita dapat menganalisis kata-kata
tersebut dan memahami maknanya. Hal ini sangat membantu dalam memperluas kosa
kata dan meningkatkan kemampuan berbahasa.
Selain itu, penggunaan kombinasi prosede morfologis juga dapat membantu
dalam pengajaran bahasa, terutama dalam pembelajaran bahasa asing. Dalam
pembelajaran bahasa asing, pembentukan kata menjadi salah satu aspek penting yang
perlu dipelajari. Dengan memahami kombinasi prosede morfologis, pembelajar bahasa
dapat memahami cara pembentukan kata dalam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kombinasi prosede morfologis?
2. Apa saja jenis-jenis kombinasi prosede morfologis?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai
kombinasi prosede morfologis dalam bahasa dan bagaimana kombinasi tersebut dapat
menghasilkan kata-kata baru dengan makna yang berbeda. Diharapkan makalah ini dapat
menjadi referensi yang berguna bagi para pembaca yang tertarik dalam kajian bahasa,
khususnya dalam bidang morfologi bahasa.
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui dengan jelas definisi kombinasi prosede morfologis.
2. Dapat mengetahui dengan jelas jenis-jenis kombinasi prosede morfologis.
PEMBAHASAN
PENUTUP
Al Mustofa, N., & Atiqa Sabardilla. (2022). Afiksasi, Reduplikasi, dan Abrevasi Bahasa Gaul
pada Update Status Anggota Grub Facebook Komunitas Touring Indonesia (KTI).
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra, 8(1), 77–92.
https://doi.org/10.30605/onoma.v8i1.1600
Benu, N., Kristen, U., & Wacana, A. (2022). Naniana Nimrod Benu. 21(January 2014).
Cendana, U. N. (2019). Issn 2685 1625. Jurnal Lazuardi, 2(2), 257–275.
Hidayatullah, A., Noviadi, A., & Munir, S. (2021). Reduplikasi Pada Surat Kabar Kompas.
Jurnal Bindo Sastra, 5(1), 13–18.
http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index
Isa, A. A. (2006). Abreviasi dalam Bahasa Inggris. Wacana, Journal of the Humanities of
Indonesia, 8(1), 113. https://doi.org/10.17510/wjhi.v8i1.251
Mabsuthoh, H., & Nugraheni, A. S. (2020). Analisis Penerapan Reduplikasi Pada Novel Gia
the Diary of a Little Angle Karya Irma Irawati. Literasi : Jurnal Bahasa Dan Sastra
Indonesia Serta Pembelajarannya, 4(2), 70. https://doi.org/10.25157/literasi.v4i2.3569
Nurjaman, M. I., Mahajani, T., & Budiana, S. (2015). Analisis Proses Morfologis Afiksasi
pada Teks Deskriptif Peserta Didik Kelas VII. Pedagogia: Jurnal Ilmiah Pendidikan,
7(2), 274–283. https://doi.org/10.55215/pedagogia.v7i2.4896
Prihatiningrum Simatupang, S., & Wahyuni, U. (2020). REDUPLIKASI DALAM NOVEL
GARIS WAKTU KARYA FIERSA BESARI (KAJIAN MORFOLOGI). Jurnal Ilmiah
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 4(2), 232–238.
http://aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara
Retnosari, I. E. (2017). Penggunaan Reduplikasi Dan Komposisi Pada Makalah Mahasiswa
Malaysia Uin Sunan Ampel Surabaya. Wahana, 68(1), 39–48.
https://doi.org/10.36456/wahana.v68i1.628
Sudjalil. (2018). Tipologi Abreviasi dalam Surat Kabar Berbahasa Indonesia. KEMBARA:
(Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya), 4(1), 71–84.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ kembara/article/view/5846
Tiana, T., Sulissusiawan, A., & Syahrani, A. (2017). REDUPLIKASI DALAM KUMPULAN
CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 DI TUBUH TARRA, DALAM RAHIM POHON. 1–9.
[1] [………………………………………………………………………………………
[2] ……………………………………………………………………………………….
[3] ……………………………………dst. ]
[15] minimal