Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

KOMBINASI PROSEDE MORFOLOGIS

ANGGOTA
Sunaryo/ 2101422061
Laila Faza Naimah/ 2101422068
Rizky Aprilia/ 2101422083
Fitriani Nuraisah/ 2101422084
Rossa Farhana Ridho Susanti/ 2101422093

DOSEN PENGAMPU:
Septina Sulityaningrum, M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


BULAN, 2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah sistem tanda arbitrer konvensional, yang digunakan sebagai alat
komunikasi sosial. Sebagai suatu sistem, bahasa bersifat sistematis dan sistematis.
Bahasa itu sistematik karena mengikuti kaidah dan aturan yang berlaku, dan sistematik
karena merupakan sistem atau subsistem (Soeparno, 2002:1 dalam Joni Soleman
Nalenan 2019). Bahasa merupakan lambang yang sempurna dari pengalaman manusia,
bahasa tidak dapat dipisahkan dari tindakan, dan bahasa merupakan wahana ungkapan
yang nuansanya sangat halus (Bright, 1947: 66 dalam Prihadi 2015). Sebagai alat
komunikasi sosial, bahasa selalu terbagi atas fungsi sebagai media penyampaian
informasi kepada orang lain (fungsi transaksional) dan fungsi untuk mengungkapkan
interaksi sosial dengan orang lain (fungsi interaksional). Dapat dikatakan bahwa semua
masyarakat memiliki dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Kehidupan
manusia tidak terlepas dari kegiatan penyampaian informasi dan interaksi dengan orang
lain. Maka daripada itu pengkajian morfologi yang membahas satuan-satuan terkecil
kebahasaan perlu diterapkan dalam hubungannya dengan masyarakat. Morfologi
merupakan cabang ilmu linguistik yang menelaah seluk beluk pembentukan kata
(Darwis, 2012: 8 dalam Nasrullah La Madi 2022). Morfologi sebagai salah satu cabang
linguistik mempelajari aspek kebahasaan secara struktural. Aspek tersebut adalah kata
yang pembentukannya meliputi morfem, afiks, klitik, bentuk majemuk, dan reduplikasi.
Morfologi menganalisis kata sebagai satuan gramatikal. Unsur dalam struktur
kata adalah morfem (Darwis, 2012: 13 dalam Nasrullah La Madi 2022). Morfem adalah
satuan gramatikal terkecil (Kridalaksana, 1986: 36 dalam Rafli Marwan 2022). Disebut
terkecil karena morfem memiliki makna. Misalnya berlari dapat dianalisis menjadi dua
bentuk terkecil yaitu {ber-} dan {lari}. {ber-} merupakan morfem terikat yang bermakna
gramatikal. {lari} merupakan morfem bebas yang bermakna leksikal. Morfem dapat
berupa kata dasar, akar kata, prefiks, sufiks, infiks, konfiks, atau gabungan dari morfem-
morfem tersebut. Kata dasar atau akar kata adalah bentuk dasar sebuah kata yang tidak
dapat dibagi lagi menjadi morfem-morfem yang lebih kecil. Contohnya, kata "rumah"
merupakan kata dasar yang tidak dapat dibagi lagi menjadi morfem-morfem
yang lebih kecil. Prefiks adalah morfem yang diletakkan di awal kata untuk memberikan
makna atau fungsi tertentu. Contohnya, prefiks "ber-" pada kata "berlari" memberikan
makna "melakukan atau sedang melakukan". Sufiks adalah morfem yang diletakkan di
akhir kata untuk memberikan makna atau fungsi tertentu. Contohnya, sufiks "-kan" pada
kata "membaca" memberikan makna "melakukan atau melakukan terhadap". Infiks
adalah morfem yang diletakkan di tengah-tengah kata untuk memberikan makna atau
fungsi tertentu. Contohnya, infiks "-el-" pada kata "belajar" yang berasal dari kata dasar
"ajar" memberikan makna "melakukan atau sedang melakukan". Konfiks adalah
gabungan dari prefiks dan sufiks yang membentuk sebuah kata baru dengan makna atau
fungsi tertentu. Contohnya, konfiks "meng-an" pada kata "mengajar" yang berasal dari
kata dasar "ajar" memberikan makna "melakukan atau membuat orang lain melakukan".
Gabungan dari morfem-morfem tersebut membentuk sebuah kata baru dengan makna
dan fungsi yang berbeda-beda. Penting untuk memahami struktur morfologi dalam
sebuah kata agar dapat memahami makna dari kata tersebut.
Linguistik adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari bahasa dari segi
struktur, makna, dan penggunaannya. Salah satu aspek penting dalam linguistik adalah
pembentukan kata, yang melibatkan proses morfologis. Proses morfologis adalah proses
pembentukan kata yang terjadi melalui penggunaan morfem, yaitu satuan terkecil dalam
bahasa yang memiliki makna. Penggunaan proses morfologis sangat penting dalam
pembentukan kata baru dalam bahasa. Beberapa proses morfologis yang sering
digunakan dalam bahasa adalah afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan konversi. Afiksasi
adalah proses pembentukan kata baru dengan menambahkan afiks (prefiks, sufiks, atau
infiks) pada kata dasar atau akar kata. Reduplikasi adalah proses morfologis dalam
bahasa yang menggandakan satu atau beberapa morfem dalam sebuah kata untuk
memberikan makna yang berbeda atau intensitas tertentu. Komposisi adalah proses
morfologis dalam bahasa yang menggabungkan dua atau lebih kata dasar untuk
membentuk sebuah kata baru dengan makna yang berbeda. Konversi adalah proses
morfologis dalam bahasa yang mengubah kelas kata sebuah kata tanpa menambah atau
mengurangi morfem di dalamnya. Dalam konversi, sebuah kata dapat digunakan sebagai
kata dengan kelas yang berbeda tanpa harus ditambah atau dihilangkan bagian-
bagiannya.
Namun, penggunaan proses morfologis tunggal terkadang tidak cukup untuk
membentuk kata-kata baru dalam bahasa. Oleh karena itu, kombinasi prosede morfologis
menjadi sebuah konsep yang sangat penting dalam linguistik. Kombinasi prosede
morfologis adalah salah satu aspek penting dalam kajian morfologi bahasa. Dalam
bahasa, terdapat berbagai macam cara untuk menghasilkan kata-kata baru, salah satunya
adalah melalui kombinasi prosede morfologis. Kombinasi prosede morfologis terjadi
ketika dua atau lebih prosede morfologis digabungkan untuk membentuk kata yang baru.
Penggabungan prosede morfologis ini dapat membentuk kata baru dengan makna yang
lebih kaya dan variatif. Kombinasi prosede morfologis melibatkan penggunaan beberapa
proses morfologis secara bersama-sama dalam pembentukan kata-kata baru. Contoh dari
kombinasi prosede morfologis termasuk prefiks dan sufiks yang digunakan bersama-
sama dalam pembentukan kata-kata baru. Dalam bahasa Indonesia, contohnya adalah
pembentukan kata "pelarian" yang melibatkan prefiks "pe-", sufiks "-an", dan
kata dasar "lari".
Menurut tradisi, studi morfologi akan mengkaji struktur internal kata dalam
kaitannya dengan kata lain dalam suatu paradigma; sedangkan sintaksis berkaitan dengan
fungsi fungsi eksternal kata dan kaitannya dengan kata lain dalam kalimat
(Matthews,1974:154 dalam Dwi Purnanto 2006). Morfologi dan sintaksis merupakan
dua subsistem yang berkaitan terlihat pada kenyataannya bahwa kata merupakan
satuan terbesar dari morfologi dan satuan terkecil dalam sintaksis (Harimurti,
2007:8 dalam Dwi Purnanto 2006). Menurut Ba’dulu (1999: 2 dalam Yulsafli 2021),
morfologi dan sintaksis tidak dilihat sebagai dua tingkat yang terpisah, kaidah-
kaidah dari tata bahasa berlaku bagi struktur kata, seperti halnya terahdap frasa
dan kalimat, dan konsep-konsep morfologis hanya mencul sebagai titik output
komponen sintaksis harus diberikan representasi fonologis melalui kaidah-
kkaidah morfonologis. Dalam kombinasi prosede morfologis, penggabungan dua atau
lebih prosede morfologis dapat memengaruhi makna kata-kata dan frasa-frasa. Misalnya,
penggabungan afiksasi dan komposisi pada pembentukan kata benda "pengawas"
membawa makna bahwa kata tersebut merujuk pada seseorang yang memantau,
sedangkan jika hanya menggunakan afiksasi atau komposisi saja, makna yang dihasilkan
mungkin akan berbeda. Sedangkan dalam sintaksis, penggunaan kombinasi prosede
morfologis juga dapat memengaruhi struktur kalimat. Misalnya, penggunaan prefiks dan
sufiks pada sebuah kata dapat memengaruhi fungsi kata dalam sebuah kalimat. Oleh
karena itu, studi tentang kombinasi prosede morfologis sangat penting dalam memahami
struktur bahasa secara menyeluruh.
Pentingnya pembentukan kata dalam bahasa menjadi alasan utama mengapa
kombinasi prosede morfologis menjadi sebuah konsep penting dalam linguistik.
Pembentukan kata-kata baru sangatlah penting dalam perkembangan bahasa, terutama
dalam memenuhi kebutuhan baru yang muncul seiring waktu. Dengan menggunakan
kombinasi prosede morfologis, bahasa mampu membentuk kata-kata baru yang memiliki
makna yang berbeda dari kata dasarnya.
Selain itu, kombinasi prosede morfologis juga memiliki peran penting dalam
memudahkan komunikasi antarpenutur bahasa. Dalam komunikasi sehari-hari, seringkali
kita bertemu dengan kata-kata baru yang belum pernah kita dengar sebelumnya. Dengan
memahami konsep kombinasi prosede morfologis, kita dapat menganalisis kata-kata
tersebut dan memahami maknanya. Hal ini sangat membantu dalam memperluas kosa
kata dan meningkatkan kemampuan berbahasa.
Selain itu, penggunaan kombinasi prosede morfologis juga dapat membantu
dalam pengajaran bahasa, terutama dalam pembelajaran bahasa asing. Dalam
pembelajaran bahasa asing, pembentukan kata menjadi salah satu aspek penting yang
perlu dipelajari. Dengan memahami kombinasi prosede morfologis, pembelajar bahasa
dapat memahami cara pembentukan kata dalam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kombinasi prosede morfologis?
2. Apa saja jenis-jenis kombinasi prosede morfologis?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai
kombinasi prosede morfologis dalam bahasa dan bagaimana kombinasi tersebut dapat
menghasilkan kata-kata baru dengan makna yang berbeda. Diharapkan makalah ini dapat
menjadi referensi yang berguna bagi para pembaca yang tertarik dalam kajian bahasa,
khususnya dalam bidang morfologi bahasa.
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui dengan jelas definisi kombinasi prosede morfologis.
2. Dapat mengetahui dengan jelas jenis-jenis kombinasi prosede morfologis.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kombinasi Prosede Morfologis


Kombinasi prosede morfologis adalah sebuah proses morfologis di mana dua
atau lebih proses morfologis digunakan pada sebuah morfem atau kata untuk
membentuk kata yang baru. Kombinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai jenis proses morfologis seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan konversi.

B. Jenis-Jenis Kombinasi Prosede Morfologis


1. Reduplikasi + Afiksasi
Dalam ilmu morfologi, terdapat berbagai proses morfologis yang
menghasilkan sebuah kata, salah satu contohnya adalah reduplikasi. Reduplikasi
merupakan sebuah pengulangan. (Tiana et al., 2017) menjelaskan bahwa reduplikasi
merupakan kata ulang atau suatu proses pengulangan satuan gramatik, baik
pengulangan dari segi keseluruhan atau dari sebagian kata, baik disertai dengan
variasi fonem maupun tidak. Dalam (Prihatiningrum Simatupang & Wahyuni, 2020)
disebutkan bahwa kata ulang merupakan salah satu hasil dari proses morfologis yang
biasanya digunakan dalam komunikasi dan berinteraksi antara setiap manusia, kata
ulang ini pula dapat berbentuk lisan maupun nonlisan. Reduplikasi ini sering sekali
kita jumpai pada kehidupan sehari-hari, baik dalam karya tulis maupun dalam
percakapan karena memang dalam melakukan proses komunikasi kita tidak akan
pernah lepas dengan adanya pengulangan-pengulangan kata yang dibaca maupun
yang ditulis. Reduplikasi sendiri dapat dibagi menjadi tiga macam, yakni reduplikasi
utuh, reduplikasi sebagian, reduplikasi perubahan bunyi, dan reduplikasi afiks.
Berikut ini merupakan contoh-contoh dari beberapa jenis reduplikasi tersebut:
Reduplikasi utuh merupakan pengulangan kata dasar tanpa adanya imbuhan
atau hal-hal lain yang dapat menambah atau mengurangi kata dasar tersebut. Contoh
reduplikasi utuh:
• Merah-merah (kata dasar-kata dasar).
• Jalan-jalan (kata dasar-kata dasar).
• Pagi-pagi (kata dasar-kata dasar).
Reduplikasi sebagian merupakan pengulangan kata yang hanya mengulang
sebagian dari kata dasar, sehingga ini tidak seperti reduplikasi utuh yang melakukan
pengulangan secara penuh pada kata dasar yang digunakan. Contoh reduplikasi
sebagian:
• Lelaki (sebagian kata dasar-kata dasar).
• Tetua (sebagian kata dasar-kata dasar).
• Sesepuh (sebagian kata dasar-kata dasar).
Reduplikasi perubahan bunyi merupakan pengulangan kata yang mengulang
kata dengan adanya perubahan fonem pada kata yang direduplikasi dan ini
merupakan golongan yang sangat sedikit keberadaannya. Contoh reduplikasi
perubahan bunyi:
• Sayur-mayur.
• Ketar-ketir.
• Gerak-gerik.
Reduplikasi afiks merupakan pengulangan kata dasar dengan disertai
imbuhan, baik diberikan imbuhan di awal kata, akhir, maupun pada akhir kata.
Contoh reduplikasi afiks:
• Ber-jalan-jalan.
• Hujan-hujan-an.
• Ber-lari-lari-an.
Kemudian terdapat afiksasi yang juga merupakan salah satu bagian dari proses
morfologis. Mudahnya, afiksasi merupakan sebuah kata imbuhan, bisanya dapat
terletak di bagian awal, akhir, tengah, dan awal-akhir dari sebuah kata. Sehingga
dapat kita ketahui bahwa afiksasi menurut Suherlan (dalam Ichsan Nurjam et al.,
2015) adalah proses pembentukan kata dengan cara penambahan morfem afiks
(imbuhan) pada sebuah dasar atau suatu bentuk dasar. Berikut ini merupakan contoh-
contoh dari beberapa jenis afiksasi tersebut:
Prefiks merupakan sebuah imbuhan yang berdiri di awal kata dasar. Contoh
prefiks:
• Ber-ternak.
• Ber-main.
• Me-masak.
Infiks merupakan sebuah imbuhan yang berdiri di tengah kata dasar. Contoh
infiks:
• Gerigi (berasal dari kata dasar gigi).
• Gemetar (berasal dari kata dasar getar).
• Seruling (berasal dari kata dasar getar).
Sufiks merupakan sebuah imbuhan yang berdiri di akhir kata dasar. Contoh
sufiks:
• Jalan-an.
• Hias-an.
• Ikut-i.
Konfiks merupakan sebuah imbuhan yang berdiri di awal dan di akhir kata
pada kata dasar. Contoh konfiks:
• Meng-hitam-kan.
• Ke-kaya-an.
• Ber-papas-an.
Sehingga dapat kita ketahui bersama proses komposisi reduplikasi dan afiksasi
merupakan sebuah proses penggabungan atau proses memajemukkan kata dengan
menggunakan pengulangan kata yang diikuti dengan imbuhan (afiks). Contoh kata
komposisi antara reduplikasi dan afiks adalah sebagai berikut berikut:
• Berjalan-jalan. (prefiks + reduplikasi)
• Memata-matai. (reduplikasi + konfiks)
• Rumah-rumahan. (reduplikasi + sufiks)
2. Klitiksasi + Afiksasi
Istilah klitik ini berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu klinein, yakni
berkategori verba yang berarti “to lean on”, yaitu selalu membutuhkan konstituen
lain sebagai host dan terdiri atas dua jenis yaitu bila berada sebelum host disebut
proklitik dan yang berada setelah atau sebelah kanan host disebut enklitik. Pendapat
lain tentang klitik juga disebutkan bahwa klitik sering digunakan untuk mengacu
pada sesuatu yang secara gramatikal merupakan sebuah kata tetapi tidak merupakan
sebuah kata utuh secara fonologis (Cendana, 2019).
Afiks termasuk ke dalam morfem terikat yang harus selalu menempel pada
morfem lain seperti akar, pangkal, dan dasar. Hal ini berarti tidak pernah ada kata
yang hanya terdiri dari afiks, yang dapat berdiri sendiri. Afiks melekat pada kategori
leksikal seperti nomina, adjektiva, verba, dan adverbia. Berdasarkan jenisnya, afiks
terdiri atas prefiks, sufiks, infiks, dan sirkumfiks (Benu et al., 2022) tetapi tidak
semua jenis afiks ini ditemukan dalam semua bahasa, misalnya bahasa
Indonesiamemiliki tiga jenis afiks yaitu prefiks, sufiks, dan sirkumfiks. Sementara
berdasarkan fungsinya, afiks memiliki afiks derivasional dan infleksional, misalnya –
me dan di-. (Isa, 2006).
Dalam bahasa Jawa terdapat verba yang dibentuk dengan kombinasi klitik
tak-/dak- dan sufiks -e, -ane, -ne untuk menyatakan 'niat melakukan sesuatu';
misalnya takjupuke aku berniat hendak mengambil', takjupukane 'aku berniat hendak
mengambili, dan takjupukne 'aku berniat hendak mengambilkan'. Kata yang
bermakna propositif itu tak ada padanannya dalam bahaa Indonesia.
Dalam bahasa Indonesia kombinasi klitisasi dan afiksasi serta reduplikasi ada
juga, Misalnya terdapat pada dua kalimat berikut.
1. Seharusnya kamu datang.
2. Setinggi-tingginya harga per kg Rp10.000,00.
Pada kalimat (1) -nya secara semantis terkait dengan kamu, sedangkan pada kalimat
kedua -nya terkait dengan harga.
3. Komposisi + Reduplikasi
Komposisi merupakan proses penggabungan bentuk dasar untuk menghasilkan
kontruksi atau bentuk lain yang memiliki identitas leksikal yang berbeda. Kata yang
terbentuk dari proses ini disebut kata majemuk. Kata majemuk terdiri atas dua kata
atau lebih. Penggunaan membentuk satu kesatuan makna. Di pihak lain, ada juga
satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih, yang disebut frasa. Untuk itu,
perlu dibedakan pengertian kata majemuk dan frasa. (Retnosari, 2017) mengatakan
bahwa tujuan utama membentuk komposisi adalah menampung atau mewadahi
konsepkonsep yang ada dalam bentuk kehidupan, tetapi belum ada wadahnya dalam
bentuk sebuah kata.
Kata majemuk pada dasarnya merupakan gabungan bentuk dasar yang
merupakan proses bentuk morfologis. Dari segi tataranya sudah berbeda sehingga
ada perbedaan antara kata majemuk dan frasa. Perbedaan frasa dengan kata mejemuk
dapat dilihat dari strukturnya. Perhatikan kontruksi kamar mandi dengan adik mandi,
dan kamar tidur dengan adik tidur. Bentuk-bentuk tersebut terdiri atas nomina dan
verba. Apabila suatu frasa berkontruksi nomina dan verba, frasa itu mempunya dua
kemungkinan fungsi, yaitu fungsi predikatif dan fungsi atributif. Ciri bahwa suatu
kontruksi frasa mempunyai fungsi predikatif adalah diantaranya unsurnya dapat
disisipi bentuk-bentuk yang menyatakan aspek, misalnya akan, telah, sudah, hendak,
ingin, selalu dan sedang. Kontruksi frasa dapat disisipi bentuk yang atau tidak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa komposisi atau pemajemukan (perpaduan)
adalah penggabungan dua kata atau lebih dalam membentuk kata.
Contoh: mata + pelajaran = mata pelajaran
Sedangkan, reduplikasi adalah proses morfologis atau proses morfemis yang
mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengann
perubahan bunyi. Oleh karena itu dikenal dengan adanya reduplikasi penuh, seperti
meja-meja(dari dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan
reduplikasi dengan perubahan bunyi seperti bolak-balik (dari dasar balik).
Reduplikasi atau proses pengulangan merupakan proses pembentukan kata
dengan mengulang satuan bahasa baik secara keseluruhan maupun sebagian.
(Hidayatullah et al., 2021) mengatakan bahwa jenis reduplikasi seluruh pada
umumnya terdapat dalam kata ulang yang berkata dasar nomina dan maknanya
menyatakan makna banyak (jamak). Menurut Chaer dalam (Mabsuthoh &
Nugraheni, 2020), reduplikasi morfologi bisa terwujud atas unsur dasar yang
berbentuk pangkal, unsur afiks, dan komposisi.
Contoh: berjalan menjadi berjalan-jalan
Dalam penggunaannya, komposisi dan reduplikasi dapat dikombinasikan menjadi
satu dalam sebuah kalimat atau semacamnya. Berikut ini adalah contoh kalimat
kombinasi antara keduanya:
1. Anak kecil itu berlari-larian di lorong rumah sakit.
2. Rizky memotong buah naga menjadi kecil-kecil.
3. Kaos kaki yang dijual toko itu terlihat begitu imut-imut, sangat cocok untuk bayi.
4. Abreviasi + Reduplikasi
Dalam (Al Mustofa & Atiqa Sabardilla, 2022) menyebutkan bahwa abreviasi
merupakan bentuk pemendekan kata dengan menghilangkan sebagian leksem yang
ada sehingga menciptakan bentuk kata baru. Abreviasi adalah proses penanggalan
sebagian atau beberapa bagian leksem yang membentuk kata baru tanpa mengubah
arti. Abreviasi disebut juga pemendekan sedangkan hasil dari proses Abreviasi
disebut kependekan.
Jenis-jenis abreviasi :
a. Singkatan
(Sudjalil, 2018) menjelaskan bahwa singkatan merupakan salah satu hasil
proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang cara
membacanya dieja huruf demi huruf maupun yang tidak. Contoh singkatan yaitu :
 NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
 DPD (Dewan Perwakilan Daerah)
 PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
b. Penggalan
Penggalan merupakan kata atau frasa yang mengalami proses pemendekan
berupa pengekalan salah satu bagian dari leksem (Sudjalil, 2018). Penggalan bisa
disebut sebagai suatu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari
leksem. Sebagai contoh yakni
 Prof (Profesor)
 Kol (Kolonel)
 Pak (Bapak).
c. Akronim
Akkronim merupakan proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau
suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang
sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik bahasa Indonesia(Sudjalil, 2018). Kaidah
fonotatik merupakan aturan yang mengatur urutan fonem dalam suatu bahasa. Contoh
Akronim yaitu :
 FBS (Fakultas Bahasa dan Seni)
 Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi)
d. Kontraksi
Kontraksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau
gabungan leksem. Leksem merupakan satuan leksikal dasar yang abstrak yang
mendasari berbagai bentuk infleksi suatu (Sudjalil, 2018). Contoh kontraksi yakni:
 Takkan (tidak akan)
 Rudal (peluru kendali)
 Sendratasik (seni drama tari dan musik).
e. Lambang huruf
(Sudjalil, 2018) menyatakan lambang huruf yaitu proses pemendekan yang
menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas,
satuan atau unsur Lambang huruf. Contoh lambang huruf yaitu sebagai berikut :
 Km (kilometer)
 Mg (Miligram)
Reduplikasi Abreviasi
Reduplikasi adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Reduplikasi juga
merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian. Dalam
penggunaannya Abreviasi dapat dikombinasikan dengan Reduplikasi, reduplikasi
abreviasi adalah pengulangan atas bentuk-bentuk kependekan. Beberapa bentuk
kependekan dapat direduplikasikan, seperti ormas- ormas, SD-SD, Kanwil-Kanwil.

PENUTUP

Kesimpulannya, kombinasi prosede morfologis adalah sebuah proses morfologis di


mana dua atau lebih proses morfologis digunakan pada sebuah morfem atau kata untuk
membentuk kata yang baru. Kombinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
jenis proses morfologis seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan abreviasi.
Kombinasi prosede morfologis dapat memberikan variasi dan kemampuan bahasa
untuk menghasilkan kosakata yang lebih kaya dan kompleks. Namun, penggunaan kombinasi
prosede morfologis juga memerlukan pengetahuan tata bahasa dan kemampuan untuk
memahami konteks dalam bahasa.
Dalam penelitian lebih lanjut, masih banyak aspek yang perlu dipelajari terkait kombinasi
prosede morfologis, seperti bagaimana pemilihan kombinasi tersebut tergantung pada bahasa,
bagaimana kombinasi tersebut mempengaruhi makna kata yang dihasilkan, dan bagaimana
penggunaan kombinasi tersebut dapat memengaruhi pemahaman bahasa pada tingkat yang
lebih luas. Oleh karena itu, penting bagi peneliti dan pemakai bahasa untuk terus mempelajari
dan memahami kombinasi prosede morfologis untuk mengembangkan kemampuan bahasa
dan meningkatkan pemahaman terhadap bahasa yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Al Mustofa, N., & Atiqa Sabardilla. (2022). Afiksasi, Reduplikasi, dan Abrevasi Bahasa Gaul
pada Update Status Anggota Grub Facebook Komunitas Touring Indonesia (KTI).
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra, 8(1), 77–92.
https://doi.org/10.30605/onoma.v8i1.1600
Benu, N., Kristen, U., & Wacana, A. (2022). Naniana Nimrod Benu. 21(January 2014).
Cendana, U. N. (2019). Issn 2685 1625. Jurnal Lazuardi, 2(2), 257–275.
Hidayatullah, A., Noviadi, A., & Munir, S. (2021). Reduplikasi Pada Surat Kabar Kompas.
Jurnal Bindo Sastra, 5(1), 13–18.
http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index
Isa, A. A. (2006). Abreviasi dalam Bahasa Inggris. Wacana, Journal of the Humanities of
Indonesia, 8(1), 113. https://doi.org/10.17510/wjhi.v8i1.251
Mabsuthoh, H., & Nugraheni, A. S. (2020). Analisis Penerapan Reduplikasi Pada Novel Gia
the Diary of a Little Angle Karya Irma Irawati. Literasi : Jurnal Bahasa Dan Sastra
Indonesia Serta Pembelajarannya, 4(2), 70. https://doi.org/10.25157/literasi.v4i2.3569
Nurjaman, M. I., Mahajani, T., & Budiana, S. (2015). Analisis Proses Morfologis Afiksasi
pada Teks Deskriptif Peserta Didik Kelas VII. Pedagogia: Jurnal Ilmiah Pendidikan,
7(2), 274–283. https://doi.org/10.55215/pedagogia.v7i2.4896
Prihatiningrum Simatupang, S., & Wahyuni, U. (2020). REDUPLIKASI DALAM NOVEL
GARIS WAKTU KARYA FIERSA BESARI (KAJIAN MORFOLOGI). Jurnal Ilmiah
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 4(2), 232–238.
http://aksara.unbari.ac.id/index.php/aksara
Retnosari, I. E. (2017). Penggunaan Reduplikasi Dan Komposisi Pada Makalah Mahasiswa
Malaysia Uin Sunan Ampel Surabaya. Wahana, 68(1), 39–48.
https://doi.org/10.36456/wahana.v68i1.628
Sudjalil. (2018). Tipologi Abreviasi dalam Surat Kabar Berbahasa Indonesia. KEMBARA:
(Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya), 4(1), 71–84.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/ kembara/article/view/5846
Tiana, T., Sulissusiawan, A., & Syahrani, A. (2017). REDUPLIKASI DALAM KUMPULAN
CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 DI TUBUH TARRA, DALAM RAHIM POHON. 1–9.

[1] [………………………………………………………………………………………
[2] ……………………………………………………………………………………….
[3] ……………………………………dst. ]
[15] minimal

Anda mungkin juga menyukai