Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Ahmad Dzaki Mubarok

NIM : 1210623028
KELAS : SI-1
MATA KULIAH : Linguistik Umum

Sintaksis
Sintaksis berasal dari bahasa Belanda, sintaxis, yang berarti menata secara bersama-sama.
Hal yang ditata adalah bentuk-bentuk bahasa berupa kata, frasa, dan klausa untuk membentuk
satuan bahasa yang lebih besar, yaitu kalimat (Ramlan, 1987). Dalam bahasa Indonesia, sintaksis
adalah cabang linguistik di bidang gramatika (tata bahasa) yang mengkaji tata kalimat. Sintaksis
adalah cabang linguistik yang membahas susunan kata di dalam kalimat. (Verhaar, 1996).
Linguistik merupakan ilmu yang membahas bahasa secara ilmiah. Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa sintaksis bahasa Indonesia adalah cabang ilmu bahasa yang membahas tata
kalimat bahasa Indonesia.
Objek kajian sintaksis adalah struktur internal kalimat, yang dikaji dalam sintaksis adalah
frasa, klausa, dan kalimat. Sintaksis mengaji struktur frasa, klausa, kalimat, dan hubungan antara
frasa, klausa, dan kalimat, serta proses pembentukan frasa, klausa, dan kalimat. Bagian struktur
frasa berisi uraian tentang unsur pembentuk frasa, relasi, antarunsur frasa, relasi antarunsur frasa,
kaidah pembentukkan frasa, dan jenis frasa. Bagian struktur frasa klausa berisi uraian tentang
unsur pembentuk klausa, relasi antarunsur klausa, kaidah pembentukkan klausa, dan jenis klausa.
Bagian struktur kalimat berisi uraian tentang strujtur kalimat, unsur pembentuk kalimat, dan jenis
kalimat. Hubungan kalimat dengan satuan bahasa di bawahnya, yaitu kata, frasa, dan klausa
sangat erat. Kalimat dibentuk oleh klausa. Klausa dibentuk oleh kata atau frasa. Frasa dibentuk
oleh kata. jadi, satuan bahasa yang lebih kecil menjadi bahan untuk membentuk satuan bahasa
yang lebih besar.
Sintaksis adalah cabang linguistik yang mempelajari struktur internal kalimat. Struktur
internal kalimat yang uraikan terdiri dari frasa, klausa, dan kalimat. Oleh karena itu, frasa
merupakan objek kajian sintaksis terkecil, dan kalimat merupakan objek kajian sintaksis terbesar.
Sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa membicarakan kata dan satuan yang lebih besar di
atasnya serta hubungan di antaranya. Pembahasan yang penting dalam sintaksis adalah
membahas satuan sintaksis, di antaranya frasa, klausa, dan kalimat.
Berikut merupakan contoh satuan sintaksis berupa frasa, klausa, dan kalimat.

Jika diperhatikan baik-baik bagan frasa, klausa, dan kalimat di atas, maka kita dapat
menganalisinya dengan menyatakan bahwa:
Frasa rumah kayu terdiri dari atas konstruksi (rumah+kayu); kereta api ekspres Argo
Bromo terdiri dari konstruksi (kereta api ekspres+Argo Bromo); dosen baru kampus itu terdiri
dari konstruksi (dosen baru+kampus itu). Bila dilihat lebih teliti, maka frasa pada contoh di atas
terdiri dari dua kata atau lebih. Kridalaksana (2008:59), frasa adalah gabungan dua kata atau
lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, renggang.
Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri
dari subjek dan predikat, dan mempunyai potensi menjadi sebuah kalimat. Kridalaksana,
(2008:111). Klausa dan kalimat tidak memiliki banyak perbedaan, yang membedakannya adalah
penggunaan intonasi akhir atau tanda baca. Klausa dan kalimat merupakan konstruksi sintaksis
yang sama-sama mengandung unsur predikasi. Dapat dilihat contoh di atas, bahwa yang
membedakannya adalah penggunaan intonasi akhir dan tanda baca.
Secara umum, kalimat disusun dalam wujud gabungan kata atau rentetan kata yang
disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa. Kalimat bisa berbentuk lisan atau
tulisan. Dalam bentuk lisan, kalimat diucapkan dengan intonasi naik dan turun, lemah juga
lembut, disela dan dijeda dan diakhir dengan intonasi. Sedangkan dalam bentuk tulisan kalimat
diawal dengan huruf kapital, dan di akhir kalimat menggunakan titik, tanya, dan seru. Susilo
(1990:2) berpendapat ada lima ciri kalimat bahasa Indonesia, antara lain: memiliki makna, frasa
yang urut, dapat berdiri sendiri, berjeda, dan berhenti dengan berakhirnya intonasi. Kelima ini
merupakan ciri umum kalimat. kalimat yang memenuhi seluruh ciri tersebut merupakan kalimat
bahasa Indonesia, namun tidak menjamin juga bahwa kalimat tersebut adalah kalimat bahasa
Indonesia baku.
Dalam ilmu bahasa, kata akan dikelompokkan berdasarkan kesamaan bentuk atau
perilakunya yang sama. Hal itu dikarenakan setiap kata dalam kalimat memiliki klasifikasi yang
berbeda, yang dibagi menjadi 3(tiga) kategori yaitu: (1) Fungsi sintaktis, (2) Kategori sintaktis,
(3) Peran semantis.

Fungsi Sintaksis
Fungsi sintaksis akan menghubungkan frasa atau katadalam kalimat, artinya fungsi itu
memiliki hubungan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi utama sintaksis dalam
bahasa adalah subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap (S-P-O-K-Ket-Pel). Adapun
fungsi lain seperti atributif (yang menerangkan), koordinatif (penggabungan secara bertingkat).
Subjek biasanya terletak di depan predikat. Subjek dapat pula berbentuk nomina/benda, dapat
juga berwujud kategori lain.
Di dalam bahasa Indonesia, subjek dan predikat diharapkan selalu muncul dalam
pembicaraan formal, karena fungsi subjek dan predikat dalam klausa saling berkaitan. Predikat
biasanya berbentuk kata kerja, dapat pula berbentuk frasa verbal, adjektival, nominal, numeral,
dan preposisional. Objek umumnya berbentuk frasa nominal yang berada di belakang predikat
yang berupa frasa verba transitif. Artinya, kalau predikatnya verba intransitif maka objeknya
tidak muncul.
Objek dapat berubah menjadi subjek apabila kalimat diubah menjadi kalimat pasif.
Pelengkap atau komplemen adalah bagian dari predikat verbal yang menjadikan predikat itu
menjadi lengkap. Berikut adalah contoh kalimatnya:
 Aku (S) membaca (P) buku (O)
 Dia (S) berangkat (P) ke sekolah (Ket)
 Motor (S) diperbaiki (P) oleh montir (Ket)
 Ayah (S) membelikan (P) saya (O) laptop baru (Pel)
 Saya (S) membuka (P) kotak itu (O) menggunakan gunting (Ket)

Kategori Sintaksis
Kategori Sintaktis akan memasukkan kata dalam kelompok kata yang sama berdasarkan
kategorinya. Kategori sintaktis sering disebut juga dengan kelas kata. Kelas kata merupakan
golongan kata yang memiliki kesamaan dalam perilaku formalnya. Kelas kata dalam bahasa
Indonesia terdiri dari kelas kata: (1) nomina atau kata benda (N), (2) verba atau kata kerja (V) ,
(3) adjektiva atau kata sifat (A), (4) adverbia atau kata keterangan (Adv).
Jumlah kelas kata nomina, verba, adjektiva dan adverbial selalu bertambah tanpa batas
sehingga sering disebut kelas kata terbuka (open class) oleh Kridalaksana (2008:104). Kelompok
kata tugas yang terdiri atas preposisi atau kata depan (Prep.), konjungsi atau kata sambung
(Konj.), numeralia (Num.) serta partikel disebut dengan kelas kata tertutup (closed class). Istilah
lainnya yang digunakan adalah kategori utama dan kategori tambahan.
Pengisi kategori sintaksis dapat berupa kata maupun frasa, sehingga selain kata (N, V, A,
Adv) ada pula frasa nominal (FN), frasa verbal (FV), frasa adjektival (FA), frasa adverbial
(FAdv), frasa numeral (FNum),dan ada pula frasa preposisional (FPrep).

Peran Semantis
Peran semantik adalah hubungan antara predikator dengan sebuah nomina dalam
proposisi.Istilah yang muncul adalah pelaku, sasaran, pengalam, peruntung, atribut, peran
semantik keterangan tempat, keterangan alat, keterangan waktu, dan keterangan sumber.
Pelaku adalah peserta yang umumnya melakukan perbuatan yang dilakukan oleh
predikat/verba yang berupa mahluk hidup. Misalnya dalam kalimat: anak itu [pelaku]
menendang bola ke gawang.
Sasaran adalah peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba/predikat.
Peran sasaran merupakan peran utama objek atau pelengkap. Misalnya dalam kalimat : Ibu
mengambilkan ayah secangkir kopi hangat di dapur.
Pengalam adalah peserta yang mengalami peristiwa atau keadaan yang dinyatakan
predikat. Peran pengalam merupakan peran unsur subjek yang predikatnya adjektiva atau verba
taktransitif. Misalnya dalam kalimat: adik saya memenangkan lomba itu tahun lalu.
Peruntung adalah peserta yang beruntung dan memperoleh manfaat dari
keadaan/peristiwa/perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Biasanya partisipan berfungsi
sebagai objek atau pelengkap. Misalnya dalam kalimat: ibu memberi ayah secangkir kopi tadi
pagi.
Atribut biasanya dalam kalimat yang predikatnya nomina. Misalnya dalam kalimat :
Anak itu tetangga saya.
Keterangan yang menunujukkan makna waktu, tempat, alat dan sumber dapat dilihat
dalam contoh kalimat berikut:
 Kami berangkat dari rumah pukul 7.00 (keterangan waktu).
 Saya tinggal di Bekasi dan bekerja di Jakarta (keterangan tempat).
 Dia memakan nasi menggunakan sendok (keterangan alat).
 Rumah itu dilapisi cat anti bocor (keterangan sumber).

Hubungan Antarunsur dalam Satuan Sintaksis


Satuan sintaksis sebagai suatu struktur tersusun atas beberapa unsur atau komponen
pembentuk. Ketika membentuk suatu struktur, elemen-elemen ini menunjukkan berbagai jenis
hubungan, baik formatif maupun semantik. Berdasarkan bentuk dan maknanya, suatu konstruksi
dapat diketahui gramatikal atau tidak. Pada umumnya bentuk kata dapat dikenali salah satunya
dengan melekatkan afiks pada kata tersebut.

Analisis Sintaksis
Sebagai suatu konstruksi, satuan-satuan sintaksis dibentuk oleh unsur-unsur yang dapat
membentuk pola-pola tertentu. Untuk mendeskripsikan pola-pola yang mendasari satuan-satuan
sintaksis dan konstituen-konstituennya lazim disebut sebagai analisis sintaksis. Untuk itu
diperlukan perangkat analisis yang mampu menjelaskan pola-pola konstruksi sintaksis.
Perangkat analisis tersebut berupa alat sintaksis seperti urutan kata, bentuk kata, kata tugas, dan
intonasi. Misalnya pada contoh di bawah ini
1. Petani menana singkong di kebun (kalimat Deklaratif)
m
S P O Ket
N V N FPrep

2. Petani menana singkong di kebun? (kalimat Interogaratif)


m
S P O Ket
N V N FPrep
BAGAN
RUANG LINGKUP SINTAKSIS

DAFTAR PUSTAKA
 Rumilah, Siti. 2021. "Sintaksis Pengantar Kemahiran Berbahasa Indonesia". Surabaya: CV.
REVKA PRIMA MEDIA.
 Tarmini, Wini dan Sulistyawati. 2009. "Sintaksis Bahasa Indonesia". Jakarta: UHAMKA
Press.
 Manaf, Ngusman Abdul. 2010. "SINTAKSIS: Teori dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia". Padang: SUKABINA Press.

Anda mungkin juga menyukai