BAR
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hasil analisis kalimat majemuk bahasa Melayu
Langkat dengan menggunakan teori X-Bar. Penelitian ini memakai metode kualitatif. Metode
penegumpulan data dilakukan dengan metodek simak. Data yang disajikan dalam kajian ini
menggunakan metode formal dan informal. Penelitian ini menyimpulkan Proyeksi maksimal
dari keseluruhan kalimat tidak berbeda dengan bahasa Indonesia. Proyeksi maksimal kalimat
dalam bahasa Melayu langkat adalah Frasa Infleksional (FI). Seperti yang kita lihat, banyak
kategori leksikal yang muncul dalam bahasa Melayu Langkat yang serupa dengan kategori
leksikal dalam bahasa Indonesia. Seperti verba yang merupakan inti leksikal FV (frasa verba),
nomina untuk inti dari (FN), FA (frasa adjektiva) yang memiliki inti adjektiva, FI (frasa
infleksional) yang merupakan proyeksi paling maksimal kalimat dalam bahasa Melayu Langkat
yang memiliki inti infleksional.
Abstract
The purpose of this study was to describe the results of the analysis of Langkat Malay compound
sentences using X-Bar theory. This study uses a qualitative method. The method of data collection
is done by observing method. The data presented in this study uses both formal and informal
methods. This study concludes that the maximum projection of the whole sentence is not different
from Indonesian. The maximum projection of sentences in Langkat Malay is Inflectional Phrases
(FI). As we can see, many lexical categories appear in Langkat Malay which are similar to
lexical categories in Indonesian. Such as verbs which are the lexical core of FV (verb phrases),
nouns for the core of (FN), FA (adjective phrases) which have an adjective core, FI (inflectional
phrases) which are the maximum projection of sentences in Langkat Malay which have
inflectional cores.
Penelitian ini dikumpulkan dengan Kalimat (1) memiliki dua klausa, yaitu
menerapkan metode simak. Disebut “Anak ambe pandai”, dan juga “malas
“metode simak” atau “penyimakan” karena belaja”. Dengan konjungtor „tapi‟, didapati
memang berupa penyimakan: dilakukan bahwa bahasa Melayu Langkat memang
dengan meyimak penggunaan bahasa meiliki proyeksi maksimal FI, sebagai
(Sudaryanto, 2015). proyeksi tertingginya yang tidak berbeda
dengan bahasa Indonesia.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis
dengan teori X-bar untuk melihat struktur (2) Akak datang dan adek
setiap jenis kalimat majemuk. Data yang meyambutnye
disajikan dalam kajian ini menggunakan
metode formal dan informal. Metode “Kakak datang dan adik
formal dapat disajikan dalam bentuk menyambutnya”
diagram dan informal dapat disajikan dengan Berikut ini adalah hasil pendistribusian
kata-kata biasa. kalimat tersebut dengan menggunakan teori
HASIL DAN PEMBAHASAN X-bar:
(1) Anak ambe pandai tapi malas Dari kalimat (2), kita dapati bahwa
belaja kalimat tersebut memiliki konjungsi “dan”
sebagai pengubung kedua klausanya.
“Anak saya pandai tetapi malas Klausa pertama terdiri atas “akak datang”,
belajar” dan klausa kedua ialah “adek
menyambutnye”.
(3) Ie maseh saket-saketan sedangke Kalimat (4) memiliki dua klausa, yaitu “ie
isok ujian nyimak”, dan juga “guru nerangke”.
Dengan konjungtor ketike‟, didapati bahwa
“Ia masih sakit-sakitan sedangkan bahasa Melayu Langkat memang meiliki
besok ujian” proyeksi maksimal FI, sebagai proyeksi
Berikut ini adalah hasil pendistribusian tertingginya yang tidak berbeda dengan
kalimat tersebut dengan menggunakan teori bahasa Indonesia.
X-bar:
SIMPULAN
Dari analisis yang dibahas pada poin hasil
dan pembahasan, dapat kita ketahui bahwa
artinya kalimat majemuk pada dasarnya
terdiri atas dua klausa bebas (independent
clause) yang dihubungkan oleh kata
penghubung.