NIM : 52306130014
Tugas : Meresume Linguistik Semantik
A. Perubahan Makna
Secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem tidak akan berubah, tetapi secara
diakronis ada kemungkinan dapat berubah. Maksudnya, dalam masa yang relatif singkat,
makna sebuah kata akan tetap sama, tidak berubah; tetapi dalam waktu yang relatif lama ada
kemungkinan makna sebuah kata akan berubah. Ada kemungkinan ini bukan berlaku untuk
semua kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa, melainkan hanya terjadi pada sejumlah
kata saja, yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Perubahan makna kata atau satuan ujaran itu ada beberapa macam. Ada perubahan
yang meluas, ada yang menyempit, ada juga yang berubah total. Perubahan yang meluas,
artinya, kalau tadinya sebuah kata bermakna 'A', maka kemudian menjadi bermakna 'B'.
Perubahan makna yang menyempit, artinya, kalau tadinya sebu kata atau satuan ujaran
itu memiliki makna yang sangat umum tel kini maknanya menjadi khusus atau sangat
khusus. Secara konk kalau tadinya, misalnya, bermakna 'A1', A2', 'A3', dan 'A4', maka kini,
misalnya, hanya bermakna 'A4'. Umpamanya, kata sarjana tadir atau pada mulanya
bermakna 'orang cerdik pandai, tetapi kini ham bermakna lulusan perguruan tinggi' saja,
seperti tampak dalam sarje sastra, sarjana ekonomi, sarjana kimia, dan sarjana teologi.
Perubahan makna secara total, artinya, makna yang dimiliki sekarang sudah jauh
berbeda dengan makna aslinya. Upamanya, kata ceramah dulu bermakna 'cerewet, banyak
cakap', sekarang bermakna 'uraian mengenai suatu hal di muka orang banyak.
b. Komponen Makna
Setiap kata, leksem, atau butir leksikal tentu mempunyai makna. Makna yang
dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen
makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat
dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu persatu, berdasarkan "pengertian-pengertian"
yang dimilikinya.
Analisis komponen makna ini dapat dimanfaatkan untuk mencari perbedaan dari
bentuk-bentuk yang bersinonim. Umpamanya, kata ayah dan bapak adalah dua buah
kata yang bersinonim dalam bahasa Indonesia.
Kegunaan analisis komponen yang lain ialah untuk membuat prediksi makna-
makna gramatikal afiksasi, reduplikasi, dan komposi dalam bahasa Indonesia.
Umpamanya, proses afiksasi dengan prefiks me- pada nomina yang memiliki komponen
makna /+alat/, aka mempunyai makna gramatikal 'melakukan tindakan dengan alat
(yang disebut kata dasarnya)', seperti terdapat pada menggergaji, memahat, menombak,
dan mengail. Proses afiksasi dengan prefiks me- terhada nomina yang memiliki
komponen makna /+sifat, atau ciri khas/, aka mempunyai makna gramatikal 'menjadi
atau berbuat seperti (yang disebutkan kata dasar)'. Misalnya, membeo, mematung,
membaja, da membatu. Proses afiksasi dengan prefiks me- pada nomina yan memiliki
komponen makna /+hasil olahan/ akan memiliki makn gramatikal 'membuat yang
disebut kata dasarnya’.
Bahwa analisis komponen ini dapat digunakan untuk meramalkan makna
gramatikal, dapat juga kita lihat pada proses reduplik dan proses komposisi.