Anda di halaman 1dari 6

Dalam studi linguistik, semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari tentang makna.

Konteks, referensi, dan makna adalah bagian penting dari semantik. Konteks berhubungan
dengan situasi dimana hal-hal dan peristiwa terjadi yang dapat membantu kita memahami
maknanya. Referensi adalah kegiatan yang kita lakukan untuk menyampaikan atau
memperoleh informasi, melalui ucapan lisan atau tertulis, atau penglihatan dalam bentuk
gambar atau simbol. Referensi berkaitan dengan konsep di otak kita tentang rujukan yang kita
dengar atau lihat. Ada banyak arti, tapi makna konseptual dan makna asosiatif lebih dominan
daripada yang lain karena mereka mewakili dua sisi utama dari makna ujaran.

Konteks

Konteks adalah istilah yang banyak digunakan, oleh siapa pun dalam komunikasi sehari-hari
serta oleh para filsuf dan ilmuwan dengan banyak definisi yang berbeda. Menurut Dummett,
kita berbicara tentang "prinsip konteks". Menurut Frege dan Wittgenstein “An expression has
a meaning only in the context of a sentence”. Prinsip konteks menemukan perpanjangan
dalam beberapa ide Wittgenstein, terutama di bagian yang terkenal di mana dia mengatakan
bahwa “to understand a sentence means to understand a language”, apa yang biasanya
dimaksudkan oleh "konteks" itu sendiri "kontekstual". Konteks berkaitan dengan situasi
tempat terjadinya sesuatu dan kejadian tersebut dapat membantu Anda memahaminya. Di
dalam teks, konteks berarti kata-kata sebelum dan sesudah suatu kata, frasa atau kalimat yang
dapat membantu memahami artinya.

Konteks diartikan sebagai ciri-ciri alam di luar bahasa yang menumbuhkan makna pada
ujaran atau wacana (Kridalaksana, 1984). Secara fungsional, konteks mempengaruhi makna
kalimat atau ujaran. Konteks ada yang bersifat linguistik dan non-linguistik (ekstra
linguistik). Konteks linguistik menjadi wilayah kajian semantik, dan konteks non-linguistic
pada kajian pragmatik.
Konteks linguistik mengacu pada suatu makna yang kemunculannya dipengaruhi oleh
struktur kalimat atau keberadaan suatu kata atau frase yang mendahului atau mengikuti
unsur-unsur bahasa (kata/frase) dalam suatu kalimat.
Contoh:
1. Dani memetik Bunga di halaman belakang rumahnya.
2. Lia itu bunga desa.
Kata bunga pada contoh kalimat 1 berbeda maknanya dengan kata bunga pada
kalimat nomor 2. Kata bunga pada kalimat 1 mengacu pada bagian tumbuhan yang
akan menjadi buah dan biasanya elok warnanya dan harum baunya. Bunga juga
berarti kembang. Sedangkan kata bunga pada kalimat 2 tidak sama maknanya
dengan yang ada pada kalimat 1. Kata bunga pada pada kalimat 2 ini mengacu
pada Lia. Unsur yang mempengaruhi perbedaan makna dari kedua kata yang sama
tersebut adalah konteks. Kata kunci yang membedakan makna adalah kata memetik
pada kalimat 1 dan Lia pada kalimat 2.
3. The cat caught the bird and ate it.
Dalam kalimat diatas, kata ganti it memiliki fungsi anaforis. Hubungan referensial
antara it dan bird harus diakui untuk memahaminya dan untuk mengevaluasi
kondisi kebenaran dari kalimat yang sama.
Sementara itu, yang dimaksud dengan konteks non-linguistik atau ekstra linguistik adalah
suatu konteks yang unsur-unsur pembentuknya berada di luar struktur kalimat. Menurut
Purwo (1990), unsur-unsur konteks adalah siapa yang mengatakan kepada siapa, tempat, dan
waktu diujarkannya suatu kalimat.
Konteks dapat digunakan untuk memahami dan memakai idiom, dengan melihat bagamana
idiom tersebut digunakan dalam konteks apa. McCarthy dan O’Dell (2003:6) menjelaskan
bahwa “Context also plays an important role in determining whether an idiom has a literal
meaning or not.” Sejalan dengan McCarthy dan O’Dell, Skoldberg (2004:308) menyatakan
bahwa “The full meaning of most of the idioms does not emerge until they are put in
context.”

Hubungan antara makna harfiah dari kata-kata yang digunakan pada sebuah idiom tidak
selalu dapat dipahami. Dalam hal ini konteks-lah yang dapat menentukan maknanya.

Contoh: Let sleeping dogs lie.

Idiom diatas akan sulit dimaknai bila terlepas dari konteksnya. Berikut adalah contoh
percakapan yang berisi dengan kata idiom:

A: Hey, that’s the waiter that served us two weeks ago.


B: Yeah, it is!
A: I;m going to tell him that the service was terriblelast time.
B: No, don’t.
A: Why not?
B: Because you should let him sleeping dogs lie. You don’t want him to spit in
our food, do you?
Dari contoh percakapan tersebut, idiom ‘let sleeping dogs lie’, dapat diketahui maknanya.
Konteks ‘I’m going to tell him that the service was terrible last time’ menunujkan adanya
peristiwa masa lampau yang tidak nyaman dan tidak perlu diungkit kembali, karena
jikadiungkit kembali akan muncul peristiwa yang mungkin lebih tidak nyaman dan berakibat
buruk. Hal tersebut terlihat dari konteks: “You don’t want him to spit in our food, do you?”

Demikian dapat disimpulkan bahwa makna idiom let sleeping dogs lie adalah “jangan
mengungkit lagi hal-hal yang buruk di masalalu karena akan berakibat lebih buruk apabila
diungkit kembali.”

Referensi
Referensi adalah hubungan simbolis yang dimiliki oleh ekspresi linguistik sebagai objek
konkret atau abstraksi. Referensi adalah aktifitas yang dilakukan untuk menyampaikan atau
memperoleh suatu informasi, melalui ucapan lisan maupun tertulis, penglihatan berupa
gambar atau simbol. Verhaar (1996:390) membedakan istilah referensi ke dalam dua arti
yang berbeda, yakni referensi ekstralingual (ektoforis) dan referensi intralingual (endoforis).
Referensi ekstralingual merupakan referen yang berada di luar bahasa/tuturan. Dengan
demikian referensi berhubungan erat dengan makna. Referensi merupakan salah satu sifat
makna leksikal, seperti penjelasan Verhaar (1996:389), referensi ektoforislah yang berada
dalam wilayah semantik leksikal, sehingga menjadi salah satu sifat makna leksikal,
sedangkan referensi endoforis yang berada di dalam bahasa (intralingual) berada dalam
wilayah semantik gramatikal. Hal tersebut dapat dihubungkan dengan pembagian endoforis
yang meliputi anaforis dan kataoris.

Makna referensi adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia
luar (objek atau gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh analisis komponen (Kridalaksana,
1984:120). Makna referensial merupakan makna yang langsung berhubungan dengan acuan
leksem. Terlebih dahulu perlu kita pahami makna referensi. Referen merupakan unsur bahasa
yang ditunjuk oleh unsur bahasa. Makna referensial mengisyaratkan pada kita tentang makna
yang secara langsung mengacu pada sesuatu, dapat berupa benda nyata, peristiwa, proses,
gejala, ciri, dan sebagainya.
Jika mengatakan ‘gunung’, maka lambang ini mengacu pada tanah bukit yang sangat besar
diatas 600m yang didalamnya ada lahar panas atau sudah tidak mengeluarkan lava. Leksem
‘gunung’ secara langsung dihubungkan dengan referennya. Bagi seorang yang pernah melihat
gunung dia akan dengan mudah memahami makna leksem tersebut dan tidak mungkin
muncul asosiasi lain. Jika mengatakan ‘indah’. Mengacu pada sifat (menyenangkan,
menghibur, enak dilihat, dsb.).
Ogden and Richards (in Parmer, 1986; in Kreidler, 1998) menjelaskan pendekatan
mentalistik terhadap makna seperti pada diagram berikut:

Menurut pendekatan mentalistik terhadap makna dalam suatu bahasa, makna melibatkan
hubungan antara “kata” di dalam bahasa, referen di dunia nyata (benda yang diacu: bus dan
gedung), dan referensi (konsep) yang ada di dalam otak manusia (makna konseptual).
Contoh-contoh lain dari hubungan “kata/referen” dan “referensi/konsep” antara lain:
Word Referent
Motorcycle: inanimate, vehicle, on land, with two wheels, two seats and an engine to cause
motion
Sugar: inanimate, sweet substance obtained from various plans especially sugar cane
to sweeten cooking or tea, coffee, etc.
House: inanimate, building, with rooms, made for a family to live in
Doctor: animate, human, male or female, having been trained in medical science
Puppy: animate, animal, quadruped, mammal, vertebrate, the wolf-family, dog, young
Wagiman: animate, human, male, adult, potent, unique
Menurut Matthews (1997: 312), referensi adalah hubungan antara ujaran dengan barang yang
ditunjuk yang dapat diidentifikasi dengan baik oleh pembicara/pendengar. Referensi berbeda
dari denotasi, denotasi adalah hubungan antara satuan bahasa dengan sebarang di luar bahasa
yang dapat diterapi oleh barang tersebut dengan tepat. Dalam referensi kita dapat menunjuk
ke seluruh kelas atau genusnya. Cruse (2004: 306) membagi referensi menjadi tiga, yaitu:

 referensi definite
 referensi indefinite
 referensi generik

Referensi Definite

Menurut Cruse (2004: 308), identifikasi dari referen yang diacu dalam ungkapan yang
menggunakan referensi definite bersifat penting, karena dengan begitu pendengar dapat
menyimpulkan referen yang diacu oleh pembicara. Contohnya:

4. a. The man gave it to her

b. A man gave it to her

Kedua kalimat diatas menunjukkan seorang laki-laki yang sedang memberi. Perbedaan dari
kedua kalimat tersebut adalah pada artikel the dan a. Pada kalimat 4a, artikel the adalah
definite karena mengacu pada referen yang dapat diidentifikasi (seorang laki-laki ‘tertentu’).

Referensi Indefinite

Esensi dari referensi indefinite adalah identitas dari referen yang diacu tidak memiliki
relevansi dan keterkaitan dengan pesan yang disampaikan (Cruse 2004: 308). Contohnya
dalam kalimat:

‘Ada orang menanyakan alamat’. Referen ‘orang’ adalah indefinite karena tidak diketahui
siapa dan berapa jumlahnya.
Generik dan Spesifik
Makna generik didefinisikan oleh Nida dan Taber (1969:205) “generic meaning refers to a
broad, inclusive domain or experience as opposed to a specific”, sedangkan makna spesifik
atau spesific meaning adalah “refers to a narrow semantic area, as opposed to generic.”
Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa makna
konseptual yang khusus maupun umum. Tarigan (1985:2) mengatakan bahwa semantik dapat
dipakai dalam pengertian luas dan dalam pengertian sempit. Semantik dalam arti sempit
dapat diartikan sebagai telaah hubungan tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah
penerapan tanda-tanda tersebut. Semantik dalam arti luas dapat diartikan sebagai ilmu telaah
makna.
Contoh kalimat generik:
1. “Sekolah kami menang.”
2. “Our school is win.”
Pada kedua contoh kalimat generik diatas, bukan hanya gedung sekolahnya saja yang
menang, tetapi juga mencakup guru-gurunya, muridnya, dan warga sekolah lainnya. Makna
generik mencakup sejumlah unsur, sedangkan makna spesifik berlawanan dengan makna
generik, yaitu merujuk pada bidang semantik yang sempit.

Adapun makna spesifik adalah makna konseptual yang khusus, khas, dan sempit.
Contoh kalimat spesifik:
1. “Dia sekolah di Bandung.”
2. “She is studying in Bandung.”
Kedua contoh yang mengandung kalimat spesifik, hal ini sudah tidak dapat dikaitkan dengan
makna konseptual sekolah, tetapi sudah lebih luas yaitu ia belajar di gedung yang namanya
sekolah dan sekolah tersebut berada di Bandung. Dari definisi diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa kedua makna mempunyai makna yang saling berlawanan, jika generik
adalah makna umum atau luas, sedangkan spesifik yaitu makna sempit.

Anda mungkin juga menyukai