KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Semantik
bentuk/wujud dan makna. Bentuk bahasa dimulai dari tataran terendah sampai
tertinggi yang berupa bunyi, suku kata, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat,
paragraf, dan wacana. Secara keilmuan, bunyi merupakan satuan bahasa terkecil
yang dipelajari dalam ilmu fonologi. Sementara itu, wacana merupakan satuan
bahasa terbesar yang manifestasinya berupa karangan utuh seperti novel, buku,
paragraf, kalimat, atau kata yang mengandung amanat yang utuh (Kridalaksana,
konsep yang bersifat mental dalam pikiran manusia yang disebut makna (Wijana,
2011: 2). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa makna tidak
Makna tidak memiliki wujud, tidak seperti morfem, kata, frasa, klausa,
kalimat, paragraf dan wacana. Oleh sebab itu, makna merupakan bentuk nonfisik
tuturan. Salah satu sifat hubungan bentuk kebahasaan dan makna adalah
makna serta referennya. Jika makna lebih bersifat umum dan tidak tertentu,
referen bersifat tertentu. Misalnya, jika seseorang mengatakan meja dan kursi,
10
maka kata meja dan kursi ini tidak merujuk pada meja atau kursi tertentu, tetapi
semua yang dapat disebut meja atau kursi (Wijana, 2011: 4). Jika dipetakan antara
bentuk, makna dan referen menjadi bentuk bahasa berhubungan langsung dengan
word and objectsis called the relationship of reference, for example: the name
Ruth Kempson refers to the individual who wrote this book.” (Kempson, 1977:
13). Maksudnya, hubungan antara kata dan objek sering disebut dengan hubungan
referensi, sebagai contohnya referen dari Ruth Kempson adalah seseorang yang
menulis buku. Salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari konsep makna
diulas, diantaranya makna konotasi, makna denotasi dan makna idiomatis. Ketiga
a. Makna Konotasi
Salah satu makna yang dibahas dalam ilmu semantik adalah makna
konotasi. Makna konotasi adalah “Makna yang muncul dari makna kognitif,
sebagai akibat adanya asosiasi perasaan terhadap apa yang diucapkan atau
didengarkan. Misalnya, terdapat dua contoh kalimat, yakni 1) Perempuan itu ibu
saya; 2) Ah, dasar perempuan. Pada kalimat pertama, kata perempuan merupakan
perwujudan dari makna kognitif (denotasi). Namun, pada kalimat kedua, kata
perempuan memiliki tambahan makna, antara lain: suka bersolek, suka pamer,
11
emosional, dan egois. Penambahan makna yang terjadi pada kalimat kedua dapat
memunculkan makna konotasi. Begitu juga pada kalimat (1) “Sejak tahun lalu,
terdapat kata dibebas tugaskan yang memiliki makna konotasi lebih halus
pengalaman, kepercayaan dan konteks. Oleh karena itu, makna konotasi selalu
merupakan makna yang berbeda. Konotasi adalah efek semantik yang muncul dari
kebahasaan memunculkan efek tertentu. Efek dari adanya makna konotasi disebut
eufemisme dan disfemisme. Hal tersebut sejalan dengan pendapat “Efek dari
Berdasarkan hal tersebut makna konotasi tidak bisa dilepaskan dari jenis
12
lain. Untuk memperjelas pengertian di atas, berikut contoh kalimat yang
mengandung makna konotasi, “sejak kecil, dia sudah menjadi tulang punggung
manusia. Namun pada konteks kalimat di atas kata tulang punggung adalah satu-
satunya orang yang menjadi kekuatan dalam sebuah keluarga atau satu-satunya
orang yang mecari nafkah di keluarga. Ketika mendengar kata tulang punggung
yang memiliki arti pokok kekuatan, akan menimbulkan nilai rasa bagi setiap yang
sakit sejak mengangkat barang-barang berat.” Pada kalimat tersebut kata tulang
punggung memiliki arti yang sebenarnya, sehingga ketika mendengar kalimat itu
b. Makna Denotasi
terlepas dari makna denotasi yang menjadi lawannya. Jika makna konotasi
sebagai makna yang sebenarnya. Makna denotasi merupakan “makna kata atau
kelompok kata yang didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar
2008: 46). Berdasarkan definisi tersebut, makna denotasi merupakan makna lugas
dan tidak mengandung arti lain. Selain itu juga bisa diartikan sebagai makna yang
sekolah, adik selalu cuci tangan”, cuci tangan pada kalimat tersebut memiliki
13
makna denotasi yaitu membersihkan tangan. Berbeda dengan contoh berikut ini:
“orang tuanya sudah cuci tangan terhadap masalah yang dihadapi anaknya”, cuci
tangan pada kalimat tersebut tidak mengandung makna denotasi melainkan makna
konotasi, yaitu sudah tidak peduli dengan masalah yang dihadapi anaknya.
merupakan makna yang tidak menimbulkan nilai rasa bagi pendengarnya dan
Contoh lain dari makna denotasi seperti kata tangan kanan pada kalimat
“Tangan kanan Roni harus diamputasi karena kecelakaan yang terjadi dua minggu
lalu.” Frasa tangan kanan memiliki makna denotasi yaitu tangan sebelah kanan,
bukan orang kepercayaan seperti pada kalimat “Dia adalah tangan kanan dari
c. Makna Idiomatis
Selain makna konotasi dan denotasi, terdapat juga makna idiomatis yang
juga menjadi salah satu kajian dalam ilmu semantik. Idiom merupakan
mempunyai makna yang ada hanya karena bersama; konstruksi yang maknanya
90). Dari pengertian tersebut, berikut ini ada beberapa contoh idiom yang sering
ditemui dalam penggunaan bahasa, misalnya: kambing hitam, rapor merah, dan
anak buah. Makna anak buah pada contoh tersebut secara keseluruhan tidak sama
dengan anak dan buah. Dari kedua unsur itu anak dan buah jika dipadukan
14
menjadi idiom yang memiliki satu kesatuan makna leksikal, yaitu orang yang
berada dibawah pimpinan. Oleh sebab itu, Matthews (1997: 169) menjelaskan
bahwa idiom adalah “a set expression in which two or more words are
syntactically related but with a meaning like that of a single lexical unit.”
ungkapan yang terdiri dari dua kata atau lebih yang memiliki keterkaitan secara
(Baryadi, 2013: 46). Artinya, jika terdapat kata A kemudian disandingkan dengan
mendapat rapor merah dari atasanya”, kata rapor merah bukan berarti buku rapor
2. X-Femisme
idiomatis yang dibahas pada bidang ilmu semantik. X-Femisme merupakan istilah
singkat, yang dimaksud eufemisme merupakan kata atau frasa yang halus,
sedangkan ortofemisme merupakan kata atau frasa langsung dan netral (tidak
merupakan kata atau frasa yang lebih kasar. Ketiganya memiliki bentuk, makna
2006.
15
Bagan 1. Perbedaan X-Femisme
Language Expression
Preferred Dispreferred
yang tidak disenangi. Apabila bentuk ini digunakan, ada kemungkinan menyakiti
perasaan pendengar. Selain itu, ungkapan disfemisme dapat juga merusak suasana
komunikasi karena dianggap sebagai ungkapan yang tidak santun. Berangkat dari
16
bagan di atas, dapat diketahui bahwa “Euphemism and dysphemism are two
same base and resources but different aims and purposes), of a certain forbidden
reality.” (Gomez, 2012: 43). Menurut pendapat di atas, dapat diketahui bahwa
eufemisme dan disfemisme merupakan dua proses dari konsep kognitif yang
ortofemisme menjadi ungkapan yang netral dan langsung. Jadi, perbedaan yang
juga digunakan untuk mengelola bahasa yang tabu. Sebagai contoh, dalam
17
language for taboo topics.” (Allan, 2012: 6). Artinya, eufemisme dapat digunakan
a. Eufemisme
domain sosial seperti hukum, politik, agama, dan bidang pendidikan (Malo &
Mohammed, 2014: 3). Secara morfologis, kata eufemisme berasal dibentuk dari
“(The word euphemism is derived from Greek). The prefix eu- means good, well.
The stem ‘pheme’ means speak, the suffix –ism means action or result. The word
means ‘speaking well of…’, ‘good speech’ , and ‘words of good omen’.”
diungkapkan sebagai bentuk kata atau frasa yang dapat digunakan seseorang
perasaan orang lain dan membuat ungkapan yang tidak menyenangkan menjadi
18
layak didengar dengan cara yang baik. Cara yang baik dapat dilakukan dengan
cara pemilihan kata yang disukai atau ungkapan yang tidak ditabukan.
Eufemisme merupakan sebuah kata atau ungkapan yang halus dan tidak
kasar, yang digunakan untuk mengganti ungkapan yang tabu, terlalu keras atau
tidak pantas. Selain itu juga dapat digunakan dalam percakapan untuk
menghindari atau mengganti kata langsung yang tidak menyenangkan. Hal itu
sejalan dengan pendapat Duda (dalam Alvestad, 2014: 162) mengenai konsep
and inoffensive and is used to replace or cover a term that seems to be either
taboo, too harsh or simply inappropriate for a given conversational exchange and
distasteful one.”
tidak sadar dan sadar. Ketika berbicara, mereka tidak merencanakan apakah akan
Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang mengatakan “Euphemisms arise from
19
mengatakan “(Euphemism is) the process whereby a distasteful concept is
way to deal with certain embarrassing topics without being politically incorrect
debat pilkada DKI 2017 termasuk ke dalam jenis retorika yang bersinggungan
1) Bentuk Eufemisme
dan frasa. Sementara itu, bentuk eufemisme juga dapat muncul dalam
dalam bentuk kalimat, sebagai contoh: “er ist in die ewigen Jagdgründe
20
a) Kata
menyebut suasana yang semakin genting dan tegang dalam acara debat.
Selain itu, kata hangat juga termasuk ke dalam kategori kata umum
kurang nyaman
Kata dibagi menjadi dua jenis, yaitu kata umum dan istilah. Kata
umum merupakan jenis kata yang memiliki cakupan makna yang lebih
dan sebagainya.
b) Frasa
Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak
21
tersebut terdapat frasa anak-anak buah, yang termasuk ke dalam
Pada penelitian ini, bentuk frasa dibagi menjadi dua jenis, yaitu
1990: 76). Sementara itu, frasa non idiomatis adalah frasa yang
2) Fungsi Eufemisme
secara umum, eufemisme juga memiliki fungsi antara lain: (1) sebagai
penghalus ucapan, (2) alat untuk merahasiakan sesuatu, (3) sebagai alat
untuk berdiplomasi, (4) sebagai alat pendidikan, (5) sebagai alat untuk
22
yang tidak langsung. Hal tersebut digunakan untuk menghindari konflik
sebagai alat untuk berdiplomasi. Hal ini menjadi penting karena para
23
untuk mengajarkan nama-nama binatang dapat digunakan bentuk
sebagainya.
masih ada beberapa kata yang ditabukan dan tidak boleh seenaknya
(binatang) harus diganti dengan Jero Ketut agar tidak diganggu dengan
3) Referensi Eufemisme
24
aktivitas organ tubuh. Misalnya: air kencing, kata tersebut dianggap
seni ataupun air kecil (Wijana dan Rohmadi, 2011: 80). Selain contoh
itu dibuktikan dengan adanya sinonim katanya yaitu kamar kecil atau
hasil dari aktivitas illegal, sebagai contoh uang sogok dan uang suap.
b) Bagian Tubuh
bagian tubuh manusia. Hal itu dikarenakan, masih ada beberapa orang
seksual adalah tabu. Oleh karena itu, ungkapan eufemisme masih sering
25
Sebagai contoh, di Indonesia, penyebutan organ reproduksi
manusia seperti zakar dan vagina mulanya diganti kata dompet yang
c) Profesi
Misalnya kata babu dapat diganti dengan asisten rumah tangga atau
2011: 82). Selain contoh tersebut, masih banyak contoh lain, seperti
26
tidak lepas dari fungsi eufemisme yang salah satunya adalah untuk
d) Penyakit
akronim C4, kudis dapat diganti dengan istilah scabies (Wijana dan
atau bahasa yang dapat diterima jika pasien mereka memiliki penyakit
2014: 234).
27
sebagai berikut: (a) untuk menyembunyikan kebenaran, karena
kata-kata tabu; (e) untuk tidak menyinggung perasaan orang lain atau
wacana medis, terutama pada penyakit fatal dan serius sampai fakta
e) Aktivitas
dana.
f) Peristiwa
28
peristiwa buruk harus berhati-hati dalam mengungkapkannya, bisa
yang sudah tidak bernyawa, yaitu mati, tewas, meninggal, gugur, dan
mangkat. Dalam situasi seperti ini, sebutan mati atau tewas lebih baik
orang biasa, gugur untuk orang yang dianggap telah berjasa bagi
NKRI, dan mangkat untuk para raja-raja (Wijana dan Rohmadi 2011:
g) Keadaan
kalimat 1) anak anda agak dungu; 2) anak anda agak bodoh; 3) anak
anda agak tolol dapat diganti dengan kalimat 1) anak anda agak
29
yang miskin atau melarat dapat diganti dengan ungkapan kurang
mampu.
yang baik.
b. Ortofemisme
dianggap sebagai ungkapan yang lebih formal dan langsung. Sementara itu,
hari) dan mengandung kiasan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat “An
orthopemism is typically more formal and more direct (or literal) than the
figurative (or indirect) than the corresponding orthophemism.” (Allan & Buridge,
30
keduanya disukai oleh pengguna bahasa. Selain itu, ungkapan ortofemisme dapat
ungkapan yang netral, yang tidak cenderung kepada ungkapan eufemisme maupun
tersebut, masih ada banyak contoh lainnya. Misalnya, di dalam bahasa Indonesia
31
1) Bentuk Ortofemisme
berupa kata atau frasa. Misalnya pada ungkapan “Kita lanjut kepada
komunitas yang ke tiga adalah komunitas rumah susun dan toilet untuk
2) Fungsi Ortofemisme
untuk: 1) To be formal and official with the health care users . Penggunaan
32
Bentuk ortofemisme juga digunakan untuk memberitahukan kebenaran
c. Disfemisme
disfemisme. Jika di atas telah disebutkan bahwa eufemisme merupakan kata atau
offensive either about the denotatum or to the audience, or both.” (Allan, 2001:
148). Disfemisme dianggap sebagai bentuk kata atau ungkapan dengan konotasi
yang tidak sopan atau kasar untuk pendengar. Hal tersebut sejalan dengan
disfemisme.” (Wijana dan Rohmadi, 2011: 90). Kata-kata tabu merupakan kata-
kata yang terlarang untuk diucapkan, sehingga jika diucapkan akan berdampak
dalam kategori tidak sopan. Ungkapan atau kata disfemisme kemungkinan dapat
33
Ungkapan atau kata yang disebut sebagai disfemisme tidak terlepas dari
dengan keyakinan masyarakat. Lebih luas dari itu, pemakaian ungkapan atau kata-
memiliki kecenderungan menyakiti atau melukai perasaan orang lain. Hal tersebut
someone”, McArthur (dalam Duda, 2010: 10). Untuk lebih jelasnya tentang
konsep disfemisme, terdapat contoh seperti “If someone at a formal dinner party
were to publicly announce I'm off for a piss, rather than saying Excuse me for a
moment, the effect would be dysphemistic.” (Hammad & Salman, 2013: 194). Di
dalam budaya timur tengah, ketika seseorang berada di dalam pesta makan
malam, kemudian ingin pergi ke toilet dan berkata saya akan pergi kencing,
disfemisme.
34
1) Bentuk Disfemisme
berupa kata dan frasa yang tidak sopan atau menghina orang lain. Selain
kata dan frasa, bentuk disfemisme juga ditemukan dalam bentuk kalimat.
2) Fungsi Disfemisme
seseorang, Allan & Burridge (dalam Kurniawati, 2001: 53). Lebih luas
35
maupun prestasinya. (e) untuk mengungkapkan kemarahan dan
phemisms) dari bahasa Inggris ke bahasa Arab dan sebaliknya. Dari hasil
katup jantung atau arteri koroner. Hal ini berarti bahwa mereka telah
36
menggunakan ortofemisme. Hanya sekitar 13,6% dari mereka (dokter)
persamaan dari penelitian ini dengan penelitian dalam jurnal, yakni (1)
Online”, jurnal ini ditulis oleh Heti Kurniawati dari Fakultas Sastra
Tahun 2011. Kajian yang diangkat dalam jurnal ini mengenai (1) bentuk-
37
disfemisme ditemukan dalam bentuk kata, frasa dan kalimat, jumlah
keseluruhan data adalah 179 data. Temuan lain pada jurnal ini adalah latar
Spiegel Online untuk: (1) menyatakan hal yang tabu, tidak senonoh,
asusila; (2) menunjukkan rasa tidak suka atau tidak setuju terhadap
3. Artikel yang berjudul “X-Phemisms and Creativity”, jurnal ini ditulis oleh
Universite Jean Moulin, pada bulan Juli tahun 2012. Jurnal ini berisikan
38
ortofemisme dan disfemisme. Pada jurnal ini juga disampaikan mengenai
Dialect, Vol 17, No.1”, jurnal ini ditulis oleh Sanan Shero Malo dan
Duhok pada bulan Juni tahun 2014. Jurnal ini mengkaji tentang eufemisme
sehari-hari, hal itu tergantung pada siapa atau apa yang akan dibicarakan.
latar belakang pendidikan, dan status sosial. Di dalam jurnal ini juga
39
teori yang dipaparkan dalam jurnal ini menjadi referensi yang melengkapi
penelitian ini.
The Journal of International Social Research pada tahun 2012. Jurnal ini
adalah digunakan untuk membicarakan topik sensitif. Data pada jurnal ini
topik tertentu, tidak untuk merespon hal-hal tabu;(3) dalam bahasa Persia,
mereka, hal itu bertujuan untuk mengendalikan pikiran mereka. Jurnal ini
40
C. Kerangka Pikir
Ilmu
Semantik
Denotasi
X-Femisme
( Eufemisme, Ortofemisme, Disfemisme)
41