Anda di halaman 1dari 11

JENIS MAKNA DAN PERUBAHAN MAKNA

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Semantik

Dosen Pengampu: Dr. Iwan Marwan, M.Hum

Penyusun:

1. Moh. David Bahtiar 21207011


2. Nurul Hidayah 21207029

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

20223
A. MAKNA LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL
1. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang unsur-unsur bahasanya
sebagai lambang benda, peristiwa, dan lainnya (Fatimah, 1999:13).
Pendapat lain mengemukakan bahwa makna leksikal adalah makna kata
ketika kata itu berdiri sendiri terutama dalam bentuk berimbuhan yang
maknanya lebih kurang tepat, seperti yang dapat dibaca dalam kamus
bahasa tertentu (Mansoer, 2001:199).1
Satuan atau unit semantik terkecil di dalam bahasa disebut leksem.
Leksem menjadi dasar pembentuk suatu kata. Kata membeli, dibeli, terbeli
dan pembeli dibentuk dari leksem yang sama, yaitu beli. Makna beli dapat
didefinisikan tanpa menggabungkan unsur ini dengan unsur yang lain.
Makna yang demikian itu disebut makna leksikal (Wijaya, 2008:14).2
Menurut Chaer (2003:289) yang dimaksud makna leksikal adalah
makna yang dimiliki atau ada pada laksem meski tanpa konteks apapun.
Misalnya kata kuda memiliki makna leksikal “sejenis binatang berkaki
empat yang biasa dikendarai”, laksem pensil bermakna leksikal “sejenis
alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang”. Makna leksikal juga bias
dikatakan sebagai makna sebenarnya atau makna yang sesuai dengan
makna yang ditanggap indera manusia.3
Makna leksikal adalah makna yang makna sesungguhnya, sesuai
dengan referennya, sesuai dengan penglihatan pancaindra. Perhatikan
contoh berikut.
(1) Adik merapikan kursi tamu.
(2) Semua kursi tertata rapi.
(3) Anggota dewan memperebutkan kursi.
Makna leksikal kursi pada contoh (1) dan (2) adalah tempat duduk yang
berkaki dan bersandaran. Makna kursi pada kedua contoh tersebut
merujuk pada tempat duduk, bukan yang lain. Sementara itu, makna kursi
pada contoh (3) bukan merujuk pada referen tempat duduk, melainkan

1
Muzaiyanah, “Jenis Makna Dan Perubahan Makna,” Wardah, no. 25 (2015): 148.
2
Riska Ariana, “済無No Title No Title No Title,” 2016, 17.
3
Muzaiyanah, “Jenis Makna Dan Perubahan Makna.”
jabatan. Makna kursi pada contoh (3) bukan merujuk pada makna leksikal,
melainkan makna yang lainnya, yaitu kedudukan atau jabatan. Dengan
demikian, makna leksikal adalah makna sesungguhnya mengenai
gambaran yang nyata tentang konsep yang dilambangkan.4
Contoh media masa:
Api yang menjalar di gedung-gedung itu kian besar dan sulit untuk
dpadamkan. (Sumber: www.kompas.com)
Kata Api pada penggalan berita di atas bermakna panas dan cahaya yang
berasal dari sesuatu yang terbakar; nyala.
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang baru ada kalau terjadi
proses gramatikal, seperti apiksasi, reduplikasi, komposisi. Misalnya pada
proses afiksasi prefiks ber- dengan dasar baju maka akan melahirkan
makna gramatikal “mengenakan atau memakai baju” (Chear, 2003:290).
Sedangkan menurut ahli lain mengemukakan bahwa makna
gramatikal adalah makna yang menyangkut hubungan intrabahasa atau
makna bahasa yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di
dalam kalimat (Fatimah, 2001:13). Makna gramatikal atau makna
fungsional atau makna internal adalah makna yang muncul sebagai akibat
berfungsinya kata dalam kalimat (Mansoer, 2001:103). Jadi, makna
gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat adanya proses
gramatikal seperti proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.5 Pehatikan
kalimat berikut.

(1) Mangga jatuh dari pohon. (2) Adik kejatuhan mangga.

Kata jatuh pada kalimat (1) bermakna ‘turun atau meluncur ke


bawah dengan cepat karena gravitasi bumi’. Kata jatuh dapat menjadi
kejatuhan (kalimat 2) yang bermakna ‘ketidaksengajaan’ (tertimpa
sesuatu yang jatuh). Konfiks ke-an sebenarya tidak mempunyai makna.

4
Pegawai Pemerintah et al., “Modul Belajar Mandiri Calon Guru,” 2019, 44–45.
5
Muzaiyanah, “Jenis Makna Dan Perubahan Makna.”
Konfiks ini atau konfiks yang lainnya baru mempunyai makna jika
digabungkan dengan unsur yang lainnya. Variasi makna konfiks ke-an ini
banyak bentuknya.
(3) Para pejabat punya kedudukan. (4) Mereka tahu kelemahan tim kita.
(5) Baju ini kemahalan.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian atas, konfiks ke-an selain
bermakna ‘ketidaksengajaan’, konfiks ini juga dapat bermakna lain,
misalnya kedudukan bermakna ‘tempat’, kelemahan bermakna ‘memiliki’,
kemahalan bermakna ‘sifat’.
Makna gramatikal sangat beragam. Hampir setiap bahasa memiliki
aturan gramatikal yang kadang berbeda-beda. Misalnya, dalam bahasa
Indonesia untuk menyatakan makna jamak, bahasa Indonesia
menggunakan bentuk ulang. Kata roti menyatakan jumlah satu,
sedangkan kata roti-roti menyatakan jumlah yang jamak. Hal tersebut
tentu berbeda dengan jika kita bandingkan bahasa Inggris. Dalam bahasa
Inggris, untuk menyatakan bentuk jamak tidak menggunakan reduplikasi,
tetapi dengan menambahkan morfem {s} atau menggunakan bentuk yang
lainnya. Kata bird menyatakan jumlah satu, namun birds menyatakan
jamak. Kata child menyatakan tunggal, namun children menyatakan
jumlah jamak. Kata wolf menyatakan tunggal, namun wolves menyatakan
jamak. Dengan demikian, konstruksi bentuk jamak antara bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris berbeda.6
Contoh media masa:
Untuk melepas penat, kita seringkali berjalan-jalan di taman kota.
(Sumber: www.kompas.com)

Kata berjalan-jalan pada kalimat di atas bermakna melepas penat dengan


berjalan kaki di suatu tempat. Adapun kata berjalan-jalan sendiri
merupakan hasil gramatikalisasi kata jalan yang digramatikalisasi dengan
cara reduplikasi imbuhan atau pengulangan kata sekaligus pemberian
imbuhan.

6
Pemerintah et al., “Modul Belajar Mandiri Calon Guru.”
B. MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF
1. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang
didasarkan atas hubungan lugas antarsatuan bahasa dan wujud di luar
yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat (Mansoer, 1999:98). Chaer
(2003:292) mengatakan bahwa makna denotative adalah makna asli,
makna asal yang dimiliki oleh sebuah leksem.7
Menurut Arthur Asa Berger (2010: 65), makna denotasi bersifat
langsung, dan dapat disebut sebagai gambaran dari suatu petanda.
Makna denotatif pada dasarnya meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-
kata (yang disebut sebagai makna referensial). Makna denotatif suatu
kata ialah makna yang biasa kita temukan dalam kamus. Menurut Piliang
yang dikutip Sumbu Tinarbuko (2009: 20), makna denotatif adalah
hubungan jelas antara tanda dengan referensi atau realitas dalam
pertandaan tahap denotatif.8
Kata ibu dan mak mempunyai makna denotatif yang sama ‘orang
tua perempuan’. Kata ayah dan bapak juga memiliki makna denotatif yang
sama ‘orang tua laki-laki’.9
Contoh media masa:
Anda tentu pernah merasakan saat cuaca panas rasanya sangat lelah,
bahkan mengantuk. Apalagi saat musim kemarau atau matahari sedang
tepat di atas kepala. (sumber: www.kompas.com)

Kata panas pada penggalan berita di atas bermakna suhu yang


meningkat.

2. Makna Konotatif

7
Muzaiyanah, “Jenis Makna Dan Perubahan Makna.”
8
Ariana, “済無No Title No Title No Title.”
9
Pemerintah et al., “Modul Belajar Mandiri Calon Guru.”
Makna konotatif adalah makna yang muncul dari makna kognitif ke
dalam makna kognitif tersebut ditambahkan makna komponen lain
(Fatimah, 1999:9). Sedangkan menurut ahli lain mengemukakan bahwa
makna konotatif adalah makna yang muncul sebagai akibat asosiasi
perasaan pemakai bahasa terdapat kata yang didengar dan yang dibaca
(Mansoer, 2001:112).10
Makna konotatif ialah makna denotatif ditambah dengan segala
gambaran, ingatan, dan perasaan yang ditimbulkan oleh kata. Kata
konotasi itu sendiri berasal dari bahasa Latin connotare, “menjadi tanda”
dan mengarah kepada makna-makna kultural yang terpisah/berbeda
dengan kata (Sobur, 2003: 263).11
Makna denotasi sering disandingkan dengan makna konotasi.
Konotasi sebagai sebuah leksem, merupakan seperangkat gagasan atau
perasaan yang mengelilingi leksem tersebut dan juga berhubungan
dengan nilai rasa yang ditimbulkan oleh leksem tersebut. Nilai rasa
berhubungan dengan rasa hormat, suka/senang, jengkel, benji, dan
sebagainya (Suwandi, 2008: 83). Lebih lanjut Suwandi memberikan
contoh pemakaian kata langsing dan kurus yang memiliki makna denotatif
yang sama.
(1) Tubuhnya sangat langsing.
(2) Tubuhnya sangat kurus.
Jika dihubungkan dengan keadaan fisik seseorang kedua langsing
dan kurus memiliki makna denotasi ‘berat badan yang kurang’. Dalam
penggunaannya, kedua kata tersebut memiliki makna konotasi yang
berbeda. Langsing merujuk pada berat badan yang ideal, biasanya
menjadi idaman bagi perempuan, sedangkan kata kurus berkonotasi
negatif karena kurang makan, kurang gizi, atau karena penyakit. Dengan
demikian, kata langsing berkonotasi baik dan kata kurus berkonotasi
kurang baik. Perhatikan contoh lainnya.
(3) Satpol PP menertibkan para gelandangan.

10
Muzaiyanah, “Jenis Makna Dan Perubahan Makna.”
11
Ariana, “済無No Title No Title No Title.”
(4) Satpol PP menertibkan para tunawisma.
Kata gelandangan dan tunawisma merujuk pada makna orang
yang tidak memiliki tempat tinggal. Akan tetapi, kedua kata tersebut
memiliki makna konotasi yang berbeda. Gelandangan memiliki konotasi
yang kurang baik, sedangkan tunawisma memiliki konotasi yang lebih
baik. Penggunaan kata tunawisma dianggap lebih baik dan sopan
daripada gelandangan.12
Contoh media masa:

Cerita Anak Pelaku Terorisme di Jateng, Jadi Buah Bibir Tetangga hingga
Sempat Tak Mau Berbicara dengan Sang Ayah. (Sumber;
www.kompas.com)
Pada kata buah bibir di atas bermakna bahan atau topik pembicaraan
yang sedang dibicarakan oleh banyak orang atau lebih dari satu orang.

C. MAKNA LITERAL DAN FIGURATIF


1. Makna Literal
Makna literal adalah sebuah kebahasaan yang belum mengalami
perpindahan penerapan kepada referen yang lain.13 Makna sebuah
bentuk kebahasaan ada yang belum mengalami perpindahan penerapan
kepada referen yang lain. Kata buaya yakni ‘sebangsa binatang melata
yang hidup di sungai-sungai besar atau rawa-rawa’, makna buaya di sini
secara lugas mengacu kepada referennya yang harfiah. Makna buaya
dalam kata ini disebut dengan makna literal atau makna lugas atau makna
harfiah.14

12
Pemerintah et al., “Modul Belajar Mandiri Calon Guru.”
13
Ariana, “済無No Title No Title No Title.”
14
Foster D.R. Whitney G.G., Armağan Ebru Yüksel Bozkurt, and Foster D.R. Whitney G.G., “No 主観的健
康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title,” Ph.D. Thesis,
Central-South University of Technology, China 76, no. 3 (2008): 61–64.
Dalam makna literal, makna sebuah satuan bahasa belum
mengalami perpindahan makna pada referen yang lain. Perhatikan
kalimat berikut ini.
(1) Di sungai ini banyak lintah.
(2) Hati-hati di hulu sungai ini banyak buaya.
(3) Nenek mencari kayu di hutan.
Ketiga kalimat di atas menggunakan kata lintah sebagai salah satu
unsurnya. Kata lintah pada contoh (1) merujuk pada nama binatang, yaitu
binatang air seperti cacing, berbadan pipih bergelang-gelang, biasanya
berwarna hitam atau cokelat tua, pada kepala dan ujung badannya
terdapat alat untuk menghisap darah. Secara lugas makna kata lintah
pada contoh tersebut mengacu pada referen yang sesungguhnya, yaitu
hewan penghisap darah. Kata buaya pada contoh (2) di atas merujuk pada
salah satu binatang reptil berdarah dingin, bertubuh besar dan berkulit
keras, bernafas dengan paru-paru, hidup di sungai atau di laut. Referen
buaya mengacu pada salah satu jenis binatang buas yang berbahaya.
Sementara itu, kata nenek pada kalimat (3) mengacu pada ibu dari ayah
atau ibu. Ketiga kata tersebut semuanya mengacu pada makna yang
sesungguhnya, yaitu makna literal.15

Contoh media masa:


“Dia disuruh mengaku sebagai penabrak, tapi dia tetap tidak mau karena
memang tidak merasa menabrak. Saya hanya minta pelaku sebenarnya
mengaku, jangan jadikan adik saya kambing hitam," ujarnya kepada
wartawan di Cianjur, Jawa Barat, Selasa (7/2/2023), (sumber:
www.kompas.com)

Pada penggalan berita di atas terdapat kata kambing hitam. Kambing


hitam di sini bermakna jenis hewan kambing yang berkaki empat dan
berwarna hitam.

15
Pemerintah et al., “Modul Belajar Mandiri Calon Guru.”
2. Makna Figuratif
Makna figuratif adalah bentuk kebahasaan yang menyimpang dari
referennya.16 Dalam makna figuratif, makna satuan disimpangkan dari
referen yang sesunggunya. Perhatikan kalimat berikut.
(1) Pekerjaannya seperti lintah darat.
(2) Orang itu terkenal sebagai buaya darat.
(3) Hati-hati di hutan ada nenek.
Makna lintah (darat) pada contoh (1) tidak mengacu langsung pada
makna lintah yang sesungguhnya, yaitu salah satu jenis hewan penghisap
darah, tetapi mengacu pada makna kiasan, yaitu berkaitan dengan
perilaku seseorang yang meminjamkan uang dengan pengembalian yang
sangat tinggi. Demikian juga pada kata buaya (darat) pada contoh (2) yang
tidak mengacu pada salah satu binatang buas yang berbahaya, tatapi
mengacu pada perilaku seseorang yang sering mempermainkan
perempuan. Sementara itu, kata nenek pada kalimat (3) mengacu pada
harimau jadi-jadian. Dengan demikian, ketiga kata tersebut memiliki
makna yang telah disimpangkan dari referennya yang sesungguhnya.
Penyimpangan makna kepada hal yang lainnya ini disebut dengan makna
figuratif.17

Contoh media masa:

“Dia disuruh mengaku sebagai penabrak, tapi dia tetap tidak mau karena
memang tidak merasa menabrak. Saya hanya minta pelaku sebenarnya
mengaku, jangan jadikan adik saya kambing hitam," ujarnya kepada
wartawan di Cianjur, Jawa Barat, Selasa (7/2/2023), (sumber:
www.kompas.com)

Pada penggalan berita di atas terdapat kata kambing hitam, yang


bermakna kambing hitam di sini bukan hewan kambing yang berwarna

16
Ariana, “済無No Title No Title No Title.”
17
Pemerintah et al., “Modul Belajar Mandiri Calon Guru.”
hitam melalaikan orang yang tidak bersalah tetapi di jadikan tumpuan
kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariana, Riska. “済無No Title No Title No Title,” 2016, 17.
Muzaiyanah. “Jenis Makna Dan Perubahan Makna.” Wardah, no. 25 (2015):
148.
Pemerintah, Pegawai, Pembelajaran Semantik, Sumber Wahyudin, Ahmad
Pendalaman, Materi Bahasa, Indonesia Modul, Wacana Kemdikbud, and A
Kompetensi. “Modul Belajar Mandiri Calon Guru,” 2019, 44–45.
Whitney G.G., Foster D.R., Armağan Ebru Yüksel Bozkurt, and Foster D.R.
Whitney G.G. “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関
連指標に関する共分散構造分析Title.” Ph.D. Thesis, Central-South
University of Technology, China 76, no. 3 (2008): 61–64.

Anda mungkin juga menyukai