Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Makna

Istilah makna merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Bentuk makna

diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu

tertentu, yakni dalam bidang lingusitik (Pateda, 2001:79).

Menurut (Tarigan, 2009:9) ada beberapa penjelasan tentang pengertian makna salah

satunya adalah suatu hubungan khas yang tidak teranalisis dengan hal-hal atau benda-benda

lain, yang kedua pemahaman makna antara lain kata-kata yang digabungkan dengan sebuah

kata dalam kamus, yang ketiga konsekuensi-konsekuensi praktis suatu hal dalam

pengalaman untuk masa yang akan datang, yang keempat suatu kegiatan yang diproyeksikan

kedalam suatu objek.

Pemahaman makna (bahasa inggris: sense) dibedakan dari arti (bahasa inggris:

meaning) di dalam semantik, arti dalam hal ini menyangkut makna leksikal atau sesuai

dengan konsep yang digambarkan pada kata tersebut, cenderung terdapat di dalam

kamus terutama Kamus Besar Bahasa Indonesia. Makna sendiri adalah pertautan yang

ada di unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata) (Djajasudarma, 2009:7).

Terdapat tiga hal untuk menjelaskan istilah makna, (1) kata yaitu elemen terkecil dalam

sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan merupakan realisasi kesatuan

perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa, (2) kalimat adalah

gabungan dua kata ataupun lebih, baik itu dalam bentuk lisan maupun tulisan yang

7
disusun sesuai pola tertentu sehingga memiliki arti, dan (3) apa yang dibutuhkan oleh

pembicara untuk berkomunikasi (Pateda, 2001:79).

Dari definisi tersebut maka makna merupakan arti atau suatu maksud yang

tersimpul dari kata, jadi antara makna, tulisan, dan komunikasi sangat

berkesinambungan, contohnya dari tulisan bisa mengacu ke karya sastra puisi misalnya

didalamnya terkandung makna yang tersirat, dan juga proses komunikasi dapat

menimbulkan sebuah makna.

2.2 Jenis-jenis Makna

Menurut para ahli telah mengemukakan berbagai jenis makna, dan yang

diuraikan di sini beberapa jenis makna, antara lain makna sempit, makna luas, makna

kognitif, makna konotatif/emotif, makna gramatikal, makna leksikal, makna kontruksi,

makna refrensial, makna majas (kiasan), makna pusat, makna idesional, makna

proposisi, makna piktorial (Djajasudarma, 2009:8). Selain itu jenis-jenis makna

dikemukakan oleh Palmer (dalam Pateda, 2001:96) yaitu makna kognitif, ideasional,

makna denotasi, makna proposisi. Verhaar mengemukakan bahwa makna dibagi

menjadi 2 jenis yaitu makna gramatikal dan leksikal. Boomfield mengemukakan istilah

makna sempit dan makna luas. Uraian rincinya sebagai berikut.

1. Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya kata

dalam kalimat. Dalam BI terdapat kata dua ditempatkan dalam kalimat, misalnya:

Dua?, Dua!, “Masih Dua” kosong skornya, “Baru Dua” putaran, “Dua kali”

pertandingan lagi ya?, kurang “Dua lagi”. Satu-satu aku sayang ibu “Dua-dua”

juga sayang kakak. Kata urutan dua memperlihatkan makna yang berbeda-beda.

8
Makna inilah yang disebut makna gramatikal (Pateda, 2001:103-104). Menurut

(Djajasudarma, 2009:16) makna gramatikal adalah makna yang menyangkut

hubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya

sebuah kata di dalam kalimat.

2. Menurut (Pateda, 2001:119) Makna leksikal (lexical meaning) bisa juga diartikan

sebagai makna semantik adalah makna kata yang berdiri sendiri, entah dalam

bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap,

seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu. Menurut

(Djajasudarma, 2009:16) makna leksikal juga memiliki unsur-unsur bahasa

sebagai lambang benda, peristiwa, dan lain-lain. Maisalnya, kata budaya di dalam

KBBI disebutkan sebagai nomina dan maknanya: 1. Pikiran, akal budi, 2.

Kebudayaan, 3. Yang mengenai kebudayaan (beradab,maju). Semua makna (baik

bentuk dasar maupun turunan) yang ada dalam kamus disebut makna leksikal.

3. Makna sempit (narrowed meaning) adalah makna yang lebih sempit dari

keseluruhan ujaran. Makna yang asalnya lebih luas dapat menyempit, karena

dibatasi (Djajasudarma, 2009:8). Menurut (Pateda, 2001:126) makna sempit juga

merupakan makna yang berwujud sempit pada keseluruhan ujaran. Dalam BI

terdapat urutan kata ahli bahasa. Yang dimaksud bukan semua ahli yang ada di dunia

ini, tetapi ahli yang bergerak dalam bidang tertentu, yakni bahasa.

4. Makna luas (extended meaning) menunjukan bahwa makna yang terkandung

pada sebuah kata lebih luas dari yang dipertimbangkan. Sebenarnya kalau

dipikir-pikir, semua kata yang tergolong kata yang berkonsep, dapat dikatakan

memiliki makna luas (Pateda, 2001:120). Djajasudarma (2009:10) menyatakan

9
makna luas adalah adalah makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas

dari dari yang diperkirakan.

5. Makna ideasional (ideational meaning) adalah makna yang muncul akibat

penggunaan kata yang memiliki konsep. Katakanlah ada kata partisipasi. Orang

mengerti ide apa yang hendak ditonjolkan di dalam kata partisipasi. Orang

mencari maknanya di dalam kamus, orang mendengar pengunaan kata

partisipasi. Berdasarkan pembacaan, kenyataan dalam komunikasi, orang

mencari ide yang terdapat di dalam kata partisipasi (Pateda, 2001:104). Menurut

Djajasudarma (2009:18) makna idesional ini makna yang muncul sebagai akibat

pengunaan kata yang berkonsep.

6. Makna proposisi (bhs. Inggris: propotional meaning) adalah makna yang muncul

bila kita membatasi pengertian tentang sesuatu. Kata-kata dengan makna

proposisi kita dapatkan di bidang matematika, atau bidang eksakta

(Djajasudarma, 2009:18). Makna proposisi yang dikaitkan dengan matematika,

dikenal adanya jenis proposisi, yakni sikap proposisi, kalkulus proposisi, formula

proposisi, dan variabel proposisi menurut Lyons, I (dalam Pateda, 2001:123).

7. Makna konstruksi (construction meaning) adalah makna yang terdapat di dalam

suatu konstruksi kebahasaan. Misalnya makna milik atau yang menyatakan

kepunyaan di dalam BI dinyatakan dengan jalan membuat urutan kata atau

menggunakan akhiran punya (Pateda, 2001:115). Djajasudarma (2009:15)

menyatakan bahwa makna konstruksi adalah makna yang terdapat di dalam

konstruksi, misalnya makna milik yang diungkapkan dengan urutan kata di

dalam Bahasa Indonesia.

10
8. Makna kias (transfered meaning atau figurative meaning) adalagh pemakaian kata

yang maknanya tidak sebenarnya menurut Harimurti (dalam Pateda, 2001:108).

Makna kiasan tidak sesuai lagi dengan konsep yang sebenarnya, namun kalau dipikir

secara mendalam, masih ada kaitan dengan makna sebenarnya. Makna kias adalah

semua bentuk bahasa (baik kata, frase, maupun kalimat) yang tidak merujuk pada arti

sebenarnya (arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) Chaer (dalam Pratiwi,

2018:186).

9. Makna piktorial adalah makna suatu kata yang berhubungan dengan perasan

pendengar atau pembaca. Misalnya pada situasi makan kita berbicara tentang

sesuatu yang menjijikan dan menimbulkan perasaan jijik bagi si pendengar,

sehingga ia menghentikan kegiatan (aktivitas) makan (Djajasudarma, 2009:20).

Menurut Shipley (dalam Pateda, 2001:122) makna piktorial adalah makna yang

muncul akibat bayangan pendengar atau pembaca terhadap kata yang didengar

atau dibaca.

10. Makna refrensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan

atau referent (acuan), makna refrensial disebut juga makna kognitif, karena

memiliki acuan. Makna ini memiliki hubungan dengan konsep, sama halnya

seperti makna kognitif (Djajasudarma, 2009:14). Menurut (Pateda, 2001:125)

makna refrensial adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang

ditunjuk oleh kata. Sebelum dilanjutkan uraian makna refrensial, ada baiknya

dipahami lebih dahulu.

11. Makna pusat (central meaning) atau makna inti (core meaning) adalah makna yang

dimiliki setiap kata meskipun kata tersebut tidak berada di dalam konteks kalimat

11
(Pateda, 2001:123). Makna pusat adalah makna yang dimiliki setiap kata yang

menjadi inti ujaran. Setiap ujaran (klausa, kalimat, wacana) memiliki makna yang

menjadi pusat (inti) pembicaraan Djajasudarma (2009:19).

2.3 Makna Denotatif dan Konotatif

Makna denotatif (sering juga disebut makna denotasional, makna konseptual,

atau makna kognitif karena dilihat dari sudut yang lain) pada dasarnya sama dengan

makna refrensial sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang

sesuai dengan hasil menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau

pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual

objektif. Lalu karena itu makna denotasi sering disebut sebagai “makna sebenarnya”

(Chaer, 2002:65-66).

Menurut Tarigan (2009:51) makna denotatif suatu kata seringkali diperluas atau

direntangkan dengan makna konotatifnya – suatu makna yang ditambahkan atau suatu

makna tambahan yang dinyatakan secara tidak langsung oleh kata tersebut. Contohnya

makna denotatif: Andy sedang “dipukul” Surya. Makna dipukul berarti Andy sedang

terkena hantaman keras dari tangan Surya.

Makna konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respons

mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara

ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang dan sebagainya

pada pihak pendengar; di pihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa

pembicaranya juga memendam perasaan yang sama (Keraf, 2010:29).

Dengan demikian makna konotatif lebih berhubungan dengan nilai rasa

pemakai bahasa, apakah perasaan senang, jengkel, gembira, atau jijik. Itu sebabnya

12
orang sering mengatakan kata X mengandung makna konotatif yang lain dalam bahasa

daerah saya (Pateda, 2001:113). Contoh misalnya orang Bojonegoro akan kaget jika

seseorang berkata “Jancuk apa kabar cuk”. Yang menyebabkan orang Bojonegoro

kaget, yakni mendengar kata “Jancuk”. Bagi orang Bojonegoro kata jancuk bermakna

amarah. Jadi, kalimat tersebut berkonotasi kekerasan dalam bertutur bagi orang

Bojonegoro.

2.3.1 Makna denotatif

Djajasudarma (1999:9) mengungkapkan makna denotatif adalah makna yang

menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan. Makna

denotatif ini memiliki arti yang sebenarnya atau sesuai dengan yang dilihat, tidak

mengandung makna yang tersembunyi. Begitupun menurut Chaer (2013: 65) makna

denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotatif ini

lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut

penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Makna

denotatif juga sering disebut dengan istilah makna denotasi. Menurut KBBI, denotasi

adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas

pada sesuatu yang ada di luar bahasa atau sesuatu yang didasarkan atas konvensi

tertentu dan bersifat objektif. Makna denotatif juga dikemukakan oleh Arifin dan Tasai

(dalam Nina, 2018) makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit.

Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu

pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif.

13
Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa makna

denotatif ialah makna yang lugas, atau makna apa adanya mengartikan sebuah kata

tanpa ada arti lainnya. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual.

Contohnya kata “tempat sampah” yaitu suatu wadah untuk membuang segala bentuk

benda atau sisa bahan yang sudah tidak terpakai. Makna tempat sampah seperti itu

adalah makna denotatif. Contoh lainnya: Subeki sedang “makan” apa kamu?. Kata

“makan” yang berarti memasukkan makanan sesuatu ke dalam mulut serta mengunyah

lalu menelannya.

2.3.2 Makna konotatif

Kridalaksana (dalam Suwandi, 2008:82) menyatakan bahwa makna konotatif

adalah aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas konteks atau

perasaan yang ditimbulkan oleh pembicaraan (penulis) dan pendengar (pembaca).

Contoh kalimat percakapan berkonotasi ramah yaitu: “kenapa sih kamu sangat rendah

hati sekali dengan orang yang tidak dikenal”. Menurut saya kata Rendah hati

mengandung konotasi positif karena didalamnya mengandung makna “tidak

sombong”. Memiliki sinonim tidak sombong, kata rendah hati memiliki makna istilah

sesorang yang berilmu tinggi tapi tetap berbagi dan tidak menjatuhkan temannya yang

kurang akan pengetahuan.

Djajasudarma (1999:9) menyatakan bahwa makna konotatif adalah makna yang

muncul dari makna kognitif ke dalam makna kognitif tersebut ditambahkan komponen

makna lain. Makna konotatif sering disebut dengan istilah makna konotasi. Sebuah kata

disebut mempunyai makna konotatif apabila kata tersebut mempunyai “nilai rasa”, baik

14
yang bersifat positif maupun negatif. Jika sebuah kata tidak memiliki nilai rasa, maka kata

tersebut tidak memiliki konotasi. Namun, kata tersebut dapat juga disebut berkonotasi

netral. Artinya, kata yang digunakan tidak memihak pada kata yang lain. Untuk

menentukan apakah kalimat tersebut termasuk makna konotatif atau bukan dapat dilihat

dari keharmonisan kata yang digunakan.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari

sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna

konseptual. Makna-makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional

daripada makna denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum. Dengan kata

lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi dan situasi

tertentu (Arifin dan Tasai dalam Nina, 2018).

Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa makna konotatif seperti

halnya percakapan saling memberikan tanggapan satu sama lain, dengan pendengar

memberikan respon positif ataupun negatif kepada lawan bicara contohnya untuk

respon “positifnya” ketika pembicara mengutarakan rasa suka pada pendengar atau

lawan jenisnya, lalu di jawab oleh pendengar “besok “jemput aku” ya?, secara tidak

langsung kalimat besok “jemput aku” ya, bermakna positif meski tidak terus terang

menjawab diterima. Negatifnya pembicara mengutarakan perasaan suka tetapi lawan

bicara atau pendengar membalas dengan kalimat kamu terlalu “baik” buat aku,

KTBBA (kamu terlalu baik buat aku) bermakna kias penolakan halus, analoginya

manusia mana yang mau dijahati.

15
2.4 Pengertian Musik dan Lagu

Musik adalah penghayatan isi hati manusia yang diungkapkan dalam bentuk

bunyi yang teratur dalam melodi atau ritme serta mempunyai unsur atau keselarasan

yang indah (Sunarko, 1985:5). Musik adalah suatu bentuk bunyi yang diterima oleh

individu yang berbeda-beda berdasarkan sejarah serta budaya dan setiap individunya.

Definisi musik juga sangat bermacam-macam diantaranya, musik adalah kesan yang

ditangkap oleh pendengar, yang kedua musik adalah suatu karya dengan segenap unsur

pokok dan pendukungnya, dan musik adalah bunyi yang dihasilkan oleh kumpulan

kelompok ataupun individu yang di sajikan sebagai pemusik. Dari definisi tersebut

maka musik merupakan segala bunyi yang dihasilkan oleh manusia kemudian

dituangkan melalui not balok lalu terbentuklah yang namanya musik.

Dapat disimpulkan bahwa semua manusia dapat menciptakan musik dengan

dukungan kemauan dan alat untuk menciptakan suasana. Musik tidak memandang

golongan sosial apapun tapi musik mucul dengan rasa, dan karsa manusia yang

diwujudkan dalam berbagai sarana. Berbagai cara manusia untuk menciptakan

bermacam-macam musik agar dapat dinikmati, bisa dengan berdiam di keheningan

untuk mencari inspirasi, bisa mendengarkan musik lain agar terinspirasi, serta bisa juga

dengan merasakan suara dari benda-benda sekitar untuk membentuk nada. Oleh karena

itu musik bersifat menghibur.

Dalam kehidupan manusia tidak pernah lepas dari berbagai persoalan.

Persoalan-persoalan tersebut menjadikan seseorang gelisah dan melakukan berbagai

cara untuk mengungkapkannya. Cara tersebut dapat melalui berpuisi, menulis, dan juga

dengan musik. Oleh karena itu, mulai dimasukkannya lirik yang mewakili kegelisahan

16
dalam musik, sehingga tercipta lagu. Berdasarkan hal tersebut lagu merupakan satuan

nada dari bebrapa alat musik agar menghasilkan irama serta kesinambungan. Lebih

jelasnya lagu tercipta ketika membuat nada dengan dipadukan syair bahkan tanpa alat

musik. kemudian masuklah alat musik sehingga menyeimbangkan nada-nada lagu

tersebut agar terdengar seleras. Dalam perkembangannya penyampaian lagu tersebut

harus melalui label rekaman atau managemen musik, agar dapat diproduksi dan

didistribusikan dengan baik. Namun di era sekarang untuk memproduksi musik tidak

harus melalui label, musik yang demikian disebut musik indie.

Indie menjadi istilah yang sering didengar dalam beberapa tahun terakhir. Indie

merupakan cara produksi serta distribusi produk karya seni yang tidak bergantung kepada

major label. Meski indie label dapat dikatakan dalam banyak aspek produksi karya seni

namun yang sering dijumpai pada seni musik. Menurut editor majalah rolling stone

Indonesia, wenz rawk bahwa musik indie sebagai aliran atau genre musik yang anti

mainstream atau berbeda. Musik indie merupakan istilah untuk membedakan antara musik

yang dimainkan oleh musisi profesional dengan musisi amatir. Tapi yang pasti indie adalah

gerakan bermusik yang berbasis dari apa yang kita punya, do it yourself, etika yang kita

punya mulai dari merekam, mendistribusikan dan mempromosikan dengan uang sendiri

(idhar, 2008:28).

2.5 Lirik Lagu Sebagai Karya Sastra

Lirik lagu merupakan simbol verbal yang diciptakan oleh manusia. Manusia

adalah makhluk yang tahu bagaimana harus bereaksi, tidak hanya terhadap lingkungan

fisiknya, namun pada simbol-simbol yang dibuatnya sendiri. Dari pengertian diatas

17
dapat disimpulkan bahwa lirik merupakan reaksi simbolik dari manusia yang

merupakan respon dari segala sesuatu yang terjadi dan dirasakan oleh lingkungan

fisiknya (yang dipengaruhi oleh akal sehat dan rasionalitas) (Rivers, 2003:28).

Secara umum karya sastra dapat di bagi menjadi tiga bentuk yaitu puisi, prosa,

dan drama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian puisi adalah ragam

sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait.

Brahim (dalam suminto,1985:14) menyatakan bahwa puisi terdiri dari banyak unsur.

Unsur-unsur tersebut berupa kata-kata, bentuk, pola, rima, ritma, ide, makna atau

masalah yang diperoleh oleh penyair dalam hidup dan hendak disampaikan kepada

pembaca atau pendengar.

Menurut Luxemburg (1984:196) irama dalam puisi dapat dibentuk melalui

permainan variasi bunyi dalam kata yang berfungsi mendekatkan kata-kata lepas serta

sebagai struktur ritme untuk memberi tekanan tambahan terhadap kata-kata dalam

puisi. Permainan bunyi tersebutdapat dibagi atas asonansi jika pengulangan bunyi

tersebut merupakan bunyi vokal, dan aliterasi jika pengulangan bunyi tersebut

merupakan bunyi konsonan.

Unsur-unsur dalam puisi juga dapat ditemukan dalam lirik lagu. Karakteristik

penuangan ekspresi lewat adanya melodi dan notasi yang disesuaikan dengan kata atau

kalimat sehingga dapat mempengaruhi pendengar atau pembaca. Untuk menyampaikan

gagasannya pengarang menciptakan daya ekspresi tertentu dengan menggunakan

vokal, gaya bahasa, penyimpangan makna kata, dan sebagainya. Proses memahami dan

memaknai lirik lagu adalah usaha untuk mengetahui makna dalam sebuah lirik lagu.

18

Anda mungkin juga menyukai