Pada pertemuan sebelumnya, pegiat-pegiat Kolibt Ciputat telah membahas unsur-unsur bentuk yang
terdapat di dalam puisi yang disampaikan oleh Oky Primadeka dan Yuni Budiawati. Kali ini kita akan
membahas unsur-unsur makna yang terdapat di dalam puisi. Pegiat literasi tentu sering menemukan
ungkapan, "Waktu adalah uang." Mengapa 'waktu' dapat disebut sebagai 'uang'? Jika merujuk pada arti
sebenarnya atau secara leksikal, tentu makna kata-kata tersebut tidak sesuai atau tidak cocok. Kata-kata
tersebut jika dicari di dalam kamus, tentu akan didapatkan arti atau makna yang jelas dan pasti. Namun di
dalam puisi, maknanya akan berbeda. Sebelum lebih detil membahasnya, tentu perlu diketahui dulu definisi
dari makna.
Makna dan arti sangat erat kaitannya dalam bahasa, apalagi bahasa puisi. Setiap kata memiliki makna dan
arti sendiri untuk membedakannya dengan yang lain. Arti bisa disebut sebagai 'maksud yang terkandung
dalam perkataan atau kalimat', atau 'makna'. Dalam hal ini makna arti lebih aktual daripada makna makna.
Istilah makna di dalam bahasa Inggris merupakan padanan dari istilah sense, dan istilah arti merupakan
padanan dari istilahmeaning. Subuki (2011: 24-25) mengutip dari Crystal (2008: 298), Trask (1999: 120),
Richards
dan
Schmidt
(2002:
323),
dan
Bussmann
(1996:
732-733)
membatasi
konsepmeaning atau arti sebagai dimensi operasional untuk analisis bahasa (linguistik), karakteristik bentuk
bahasa (linguistik) yang dapat digunakan untuk maksud tertentu, sesuatu yang terekspresikan melalui
bahasa, dan dimensi luar bahasa dari ungkapan bahasa (Subuki, 2011: 24-25).
Mengutip dari Pradopo (1987: 15), rangkaian fonem, suku kata, frasa, dan kalimat merupakan satuan arti.
Rangkaian kalimat yang menjadi bait dapat membentuk kebulatan makna utuh yang memunculkan sebuah
gambaran dunia imajinasi (W.S., 2012: 29).
Sementara, makna bisa disebut sebagai 'maksud', 'arti', 'tanda', 'menandai', atau 'berarti' (Djajasudarma,
1999: 1). Menurut Cruse (2006: 162-163), makna atau sense memiliki tiga dimensi, yaitu makna dibangun
oleh hasil hubungan arti kata dengan kata lainnya dalam sebuah bahasa, makna sebagai bentuk bahasa
yang digunakan untuk maksud tertentu, dan makna merupakan arti yang dapat dibeda-bedakan
(distinguishable meaning) seperti arti yang ada dalam kamus (Subuki, 2011: 23).
Lebih lanjut, Rahardjo (2007: 57) mendefinisikan makna sebagai objek, arti, pikiran, gagasan, konsep atau
maksud yang diberikan oleh penulis, pembaca, atau penutur terhadap suatu bentuk kebahasaan baik berupa
kata, kalimat, maupun wacana (Rahardjo, 2007: 57). Dengan demikian, makna memiliki definisi lebih
kompleks daripada arti. Sedangkan arti merupakan perwujudan aktual dari makna.
JENIS-JENIS ARTI
Makna dan arti memiliki hubungan sangat dekat, namun arti memiliki hubungan yang lebih spesifik dengan
sebuah kata. Hal tersebut untuk mewakili entitas yang menjadi tujuan atau maksud dari penutur (penyair).
Sebelum
menganalisis
sebuah
puisi,
penikmat
atau
pembaca
banyak
puisi
jenis.
haruslah
Dalam
hal
mengetahui
ini,
penulis
menyampaikan beberapa jenis arti yang berhubungan dengan unsur makna yang terdapat dalam puisi.
1.
Arti
Leksikal
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan, leksikal adalah sesuatu yang berkaitan dengan
kata atau kosakata (Setiawan, 2013). Mengutip dari Bussmann (1999: 678), arti leksikal adalah:
Aspek arti yang dikodifikasikan (aturan baku) dalam leksikon (kosakata) atau di dalam kamus, aspek arti
yang dapat dianalisis, dan aspek arti yang bersama arti dari elemen gramatikal seperti modal, kala, dan
perbandingan. Membentuk arti suatu ungkapan linguis secara keseluruhan.
Sementara Subuki (2011: 46-47) memberikan definisi arti leksikal ke dalam tiga dimensi: (1) arti leksikal
adalah arti dari kata penuh (full word), kata berisi (content word), atau kata yang termasuk dalam kelas
kata terbuka (open class); (2) arti leksikal itu kaya dan kompleks; (3) arti leksikal membentuk arti suatu
ungkapan bahasa (linguistik) secara keseluruhan (Subuki, 2011: 46-47). Seperti arti yang melekat
pada waktu dan uang adalah arti leksikal.
2.
Arti
Denotatif
dan
Konotatif
Dalam puisi, pembicaraan diksi ialah tentang denotasi dan konotasi. Penyair atau pencipta puisi harus
memahami denotasi dan konotasi memilih kata-kata supaya tepat dan menimbulkan gambaran yang jelas
dan padat. Mengutip dari Altenbernd (1970: 9), sebuah kata itu memiliki dua aspek arti, yaitu denotasi dan
konotasi
(Pradopo,
2012:
58).
Denotasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan adalah makna kata atau kelompok kata
yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas
konvensi tertentu dan bersifat objektif (Setiawan, 2013). Definisi tersebut juga sesuai dengan yang
disampaikan oleh Hartmann dan James (1998: 36), denotasi adalah aspek arti yang menghubungkan
sebuah
kata
atau
frasa
pada
acuan
objektif
yang
dimaksudnya
(Subuki,
2011:
53).
Mengutip dari Wellek (1968: 22), denotasi sebuah kata adalah definisi kamusnya, yakni pengertian yang
menunjuk benda atau hal yang diberi nama dengan kata yang disebutkan dan diceritakan. Bahasa yang
denotatif adalah bahasa yang menuju kepada korespondensi satu lawan satu antara tanda (kata itu)
dengan (hal) yang ditunjuk (Pradopo, 2012: 58). Dalam membaca sajak orang harus mengerti arti
kamusnya atau arti denotatif, orang harus mengerti apa yang ditunjuk oleh tiap-tiap kata yang
dipergunakan. Namun dalam puisi (karya sastra pada umumnya), sebuah kata tidak hanya mengandung
aspek denotasinya saja. Bukan hanya berisi arti yang ditunjuk saja, masih ada arti tambahannya, yang
ditimbulkan oleh asosiasi-asosiasi yang keluar dari denotasinya. Kumpulan asosiasi-asosiasi perasaan yang
terkumpul dalam sebuah kata diperoleh dari setting yang dilukiskan itu disebut konotasi. Konotasi
menambah
denotasi
dengan
menunjukkan
sikap-sikap
dan
nilai-nilai,
dengan
memberi
daging
(menyempurnakan) tulang-tulang arti yang telanjang dengan perasaan atau akal (Pradopo, 2012: 60-61).
Mengutip dari Hartmann dan James (1998: 28) dan Crystal (2008: 102), konotasi adalah aspek arti dari
kata atau frasa yang diasosiasikan dengan nada tambahan yang bersifat emotif (Subuki, 2011: 49).
3.
Arti
Literal
dan
Nonliteral
Arti literal dalam Bahasa Inggris disebut literal meaning. Arti literal maksudnya ialah arti dasar (harfiah)
dari kata atau frasa yang tidak bersifat metaforis. Sedangkan arti nonliteral berkaitan dengan bahasa
figuratif atau figurative language. Dalam hal ini, bahasa figuratif biasanya menggunakan gaya bahasa
perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan (Subuki, 2011: 51).
Di dalam puisi, makna adalah tujuan yang dibuat oleh penyair melalui unsur-unsur seperti pemilihan kata,
pembentukan larik, atau bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah
misi penulis puisi disampaikan. Sementara dalam bahasa, makna memiliki relasi satu sama lain. Berikut ini
adalah relasi makna yang saling berhubungan:
Homonimi
Homonimi adalah relasi makna antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda.
Ada dua jenis homonimi: kata-kata yang ditulis sama tetapi maknanya berbeda disebut homograf,
sedangkan yang dilafalkan sama tetapi berbeda makna disebut homofon (Darmojuwono, 2009: 116).
Contoh:
Senja
di
Pelupuk
Mata
.....
Deretan serimu
sodorkan seri
Garisan
di
aku
matamu,
tak
tahu
namanya,
tampak
nyata
.......dst
(Herry Oktav, Puisi Senja, 2014)
Kata yang digarisbawahi merupakan contoh relasi makna homonimi homograf yaitu memiliki tulisan yang
sama tapi bermakna beda. Seri pada kata serimu maksudnya deretan gigi seri (sri), sedangkan seri yang
kedua maksudnya bercahaya atau cantik.
Polisemi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan, polisemi adalah bentuk bahasa (kata, frasa, dan
lain-lain) yang memiliki makna lebih dari satu (Setiawan, 2013). Polisemi berkaitan dengan kata atau frasa
yang
memiliki
beberapa
makna
yang
berhubungan.
Hubungan
antarmakna
disebut
polisemi
(Darmojuwono, 2009:117). Waridah (2013: 100) menyebut polisemi sebagai bentuk yang memiliki makna
ganda
yang
bertalian
(Waridah,
2013:
100).
Contoh:
Demam Rindu
Buat
Biarkan
Rinrin
waktu
Semua
Sri
yang
'kan
teka-teki
Sebab
soal
memaksa.
yang
ingin
terlantar?
cinta
Ketika
kita
bukan
cinta
Adakah
menjawab
keraguan
yakin
Adakah
Annisa
yang
ingin
sepi
sendiri
menegaskan
diri?
tiap
Isak
guguran
tangis
Kautahu,
Saat
Kini,
Dan
rindu
hangatnya
aku
aku
kautahu,
telah
sama
tahu
yang
membuat
menanam
belum
ia
malam
namamu
betul
cara
menjelma
sekali
aku
memaksa
tanah,
di
tak
air,
kebun
menghafal
perdu
ingin
pagi
dan
udara
pikiranku
sebuah
rambati
lepas
menimang
dari
nama
fajar
pasrah.
setahun
lalu
dengan
baik.
tubuhku
seluruh.
jeratnya,
selamanya.
Kata demam dalam judul atau mendemamkanmu yang digarisbawahi memiliki relasi makna polisemi.
Polisemi sangat erat kaitannya dengan kamus, karena tiap kata yang terdapat dalam kamus memiliki makna
yang beraneka ragam. Kata demamketika dilihat dalam kamus memiliki beberapa makna. Demam dapat
berarti sakit, dan demam dapat juga berarti tergila-gila.
Sinonimi
dan
Antonimi
Sinonimi adalah relasi makna antarkata yang maknanya sama atau mirip. Sinonimi mutlak sangat jarang
ditemukan pada bahasa manapun, tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya sinonimi, yaitu
karena penilaian rasa yang berbeda, kondisi sesuatu, dan hubungan. Misalnya makna kata rumah yang
bersinonimi dengangubug, wisma, istana, atau kata pekerja bersinonimi dengan karyawan, pegawai,buruh,
dan pelayan (Darmojuwono,
2009:
117).
Dalam penentuan sinonimi dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, metode substitusi, menggantikan
suatu kata dalam konteks tertentu dengan kata lain makna konteks tidak berubah. Kalimat Aku adalah
binatang jalang akan mudah dipahami pada saat kata binatang diganti dengan kata hewan atau
satwa. Kedua, metode pertentangan, mencari pertentangan suatu kata dengan sejumlah kata sehingga
akan
membentuk
sinonimi.
Misalnya
Bahasa
Inggris,
bertentangan
dengan
kata answer dan reply. Sinonimi akan terjadi pada kata answer dan reply. Ketiga,penentuan konotasi,
kata-kata yang memiliki kesamaan makna kognitif dan berbeda dalam makna emotif. Kata-kata
seperti kamar kecil, kakus, jamban, WC, dan toiletmengacu pada benda yang sama yang berkonotasi
berbeda
(Palmer,
1976:
63).
Sedangkan antonimi atau oposisi adalah relasi antarkata yang bertentangan atau berkebalikan maknanya.
Ada istilah antonimi digunakan untuk oposisi makna dalam pasangan leksikal bertaraf, seperti panas dan
dingin. Antonimi ini disebut bertaraf karena antara panas dan dingin masih ada kata-kata lain seperti
hangat. Atau kata siang dan malam disebut antonimi bertaraf karena masih ada kata pagi, petang, sore,
dini hari. Ada juga istilah pasangan leksikal tidak bertaraf yang maknanya bertentangan, disebut oposisi
komplementer, seperti jantan dengan betina (Darmojuwono, 2009: 118).
makna bunga,
(hiperonim)
dengan bunga,
dengan binatang.Bunga merupakan
dantulip,
2009:
118).
Contoh
dalam
penggalan
sajak
karya
Chairil
Anwar
2014:
12).
Aku
.....
Tak
perlu
sedu
sedan
Aku
itu
ini binatang jalang
Dari
kumpulannya
terbuang
.....
dst
(Chairil Anwar, Kerikil Tajam)
Kata binatang memiliki makna generik atau disebut hiperonim. Sedangkan hiponimi dari kata binatang bisa
ditempati (berhiponim) dengan kata-kata seperti kucing,kambing, serigala, dan lain-lain. Sehingga Waridah
(2013: 101) menyebut hiponim sebagai bentuk yang maknanya terangkum dalam hiperonim, atau
subordinatnya, atau superordinatnya, yang mempunyai makna yang lebih luas (Waridah, 2013: 101).
Meronimi
Meronimi adalah relasi makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karena relasi maknanya bersifat
hierarkis, namun tidak menyiratkan pelibatan searah, tetapi merupakan relasi makna bagian dengan
keseluruhan. Contohnya atap bermeronimi dengan rumah (Darmojuwono, 2009: 119). Istilah meronimi
ialah wujud atau entitas yang ditunjuknya merupakan bagian dari wujud atau entitas lain yang menyeluruh
atau holonim (Waridah,
2013:
102).
Contoh:
Demam
Rindu
.....
Saat
aku
belum
Kini,
ia
tahu
betul
telah
cara
menghafal
menjelma
sebuah
perdu
nama
dengan
baik.
.....
(Oky Primadeka, Puisi Waktu, 2014)
Dalam puisi di atas, kata tubuhku memiliki meronimi atau relasi makna keseluruhan dan memiliki
kedudukan
lebih
dan tungkai.
tinggi
daripada
kata
bagiannya.
Di
dan mulut.
Kata mulut bermeronimi dengan lidah, gigi, dan bibir. Kata bibir bermeronimi dengan bibir atas dan bibir
bawah.
Makna
Asosiatif
dan
Afektif
Makna asosiatif adalah makna yang dipengaruhi oleh unsur mental, pengetahuan, dan pengalaman
seseorang. Objek makna asosiatif cenderung sama dengan makna denotatif, sesuai dengan kenyataan.
Misalnya kata gubug bermakna denotatif 'tempat berteduh di sawah'. Selain itu, gubug bermakna asosiatif
kecil, pedesaan, teduh, dan damai. Sedangkan makna afektif adalah makna yang berhubungan dengan
perasaan seseorang pada saat mendengar atau membaca suatu kata. Ini bisa menjadi positif dan negatif.
Penilaian rasa atas sebuah kata istilah yang termasuk di dalam konotasi. Kata jujur-bijaksana memiliki nilai
yang positif. Sebaliknya, kata korupsi-egoisberkonotasi negatif. Salah satu fungsi makna asosiatif dan
afektif adalah memunculkan kesan yang mudah diterima oleh seorang pembaca atau pendengar suatu
kalimat yang dimaksudkan untuk umum, seperti iklan (Darmojuwono, 2009: 119-120).
Makna
Situatif
Kata-kata yang memiliki fungsi yang bersangkutan dengan hal atau fungsi yang menunjuk sesuatu di luar
bahasa, seperti pronomina persona saya, aku, kamu, anda; pronomina penunjuk ini dan itu; nomina yang
merupakan keterangan waktu lusa,kemarin, besok, atau minggu depan; dan keterangan tempat di sini, di
sana, di situ; merupakan makna referensialnya yang terkait dengan situasi pembicaraan (Darmojuwono,
2009: 120) atau dalam hal ini penyair atau pencipta puisi menuangkan idenya ke dalam tulisan berbentuk
puisi.
Contoh:
Demam
Rindu
....
Kautahu,
Saat
Kini,
aku
aku
menanam
belum
ia
tahu
namamu
betul
telah
cara
menjelma
di
kebun
menghafal
perdu
pikiranku setahun
sebuah
rambati
nama
dengan
tubuhku
lalu
baik.
seluruh.
gambaran
dunia
atau
makna
puisi
secara
umum
yang
ingin
diungkapkan
penyairnya
Tarigan (2011: 10) menyebut sense sama dengan tema atau makna. Menurutnya, penyair mengemukakan,
Contoh
(Tarigan,
2011:
10-11):
Kembang
Setengah
Jalan
Mejaku
hendak
dihiasi
Kembang
jauh
Kaupetik
dari
sekarangan
Jauh
jalan
Bunga
layu
gunung
kembang,
panas
setengah
hari,
jalan.
Subject matter merupakan pokok pikiran yang dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakannya
(Aminuddin, 1987:150). Bila sense berhubungan dengan gambaran makna dalam puisi secara umum,
maka subject matter berhubungan dengan satuan-satuan pokok pikiran tertentu yang secara khusus
membangun sesuatu yang diungkapkan penyair.Subject matter yang dimaksud adalah seperti pengulasan
pada setiap baitnya yang kemudian dibentuk paragraf atas pokok-pokok pikiran sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam puisi tersebut pokok pikiran antara yang satu dengan yang lainnya begitu erat berkaitan
(Saury, http://catatan-sauri.blogspot.com/2012/04/puisi-dan-struktur-pembangunnya.html, akses 25 April
2014).
Setiap puisi mengandung subject matter untuk dikemukakan atau ditonjolkan berdasarkan beberapa
pengalaman falsafah hidup, lingkungan, agama, pekerjaan, dan pendidikan penyair atau pencipta puisi
(Tarigan,
FEELING ATAU
2011:
11).
RASA
Adapun
mengenai
sikap
penyair
terhadap
pokok
pikiran
yang
ditampilkannya
disebut
dengan feeling (Aminuddin, 1987:150). Feeling mungkin saja terkandung dalam lapis makna puisi sejalan
dengan terdapatnya pokok pikiran dalam puisi karena setiap menghadirkan pokok pikiran tertentu, manusia
pada umumnya juga dilatarbelakangi oleh sikap tertentu pula. Pembahasan mengenai feeling tidak terlepas
dari pembahasan subject matter. Sikap penyair terhadap apa yang ditampilkan lewat puisinya tersebut akan
tercermin
ketika
pokok
pikiran
penyair
terhadap
puisinya
sudah
diketahui
terlebih
dahulu
Sama seperti Tarigan (2011: 12) yang menyebutkan rasa atau feeling merupakan sikap penyair terhadap
pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya (Tarigan, 2011: 12). Perasaan penyair dalam puisinya
dapat ditangkap saat puisinya dibacakan secara deklamasi. Penggunaan ungkapan-ungkapan yang
digunakan dalam puisinya dapat menghasilkan suasana hati penyair, seperti perasaan gembira, sedih
terharu, terasing, tersinggung, patah hati, sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal
(Waluyo,
Contoh
2002:
39-40).
(Admin, http://kolibet.blogspot.com/2014/03/langkahmu-ayah.html,
akses
26
April
Langkahmu
Ayah
Tap
Langkah
Bukan
tap
itu
buatku
untuk
Bukan
berlari
sebungkus
untuk
Tapi
sebuah
Dari
lengkung
ke
permen
atau
rengekan
pelukan
sekotak
tambahan
hangat
senyumnya
depan
dan
yang
kue
kebahagiaan
letih
menawan
tap
Langkah
Saat
pintu
jajan
Tap
Saat
2014):
itu
berlari
ragaku
jiwaku
cepat
tak
rapuh
ke
seimbang
seakan
dunia
lalu
'kan
arahku
jatuh
runtuh
Tap
tap
Langkahnya
Sepatunya
mantap
disemir
Tangannya
Menuntunku
namun
hingga
memegang
pada
berat
hitam
mengkilat
lenganku
langkah
awal
kuat
yang
baru
Tap
tap
Tongkat
topang
Mendekatiku
Kerutan
Tapi
Lengkung
kakinya
dengan
dan
langkah
rambut
pelukannya
payah
putihnya
masih
senyumnya
lemah
bertambah
sehangat
masih
dulu
semenawan
dulu
Tap
tap
Langkahku
mulai
Mengantarkan
pada
goyah
langkahnya
yang
terakhir
Langkahmu
Ayah...
(Yuni Budiawati, Puisi Sepatu, 2014)
Puisi di atas menggambarkan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang ditampilkan dalam puisinya,
yakni
perasaan
sedih
dan
haru.
TONE ATAU
Tone mengandung
NADA
maksud
sikap
penyair
terhadap
pembaca
sejalan
dengan
pokok
pikiran
yang
Dalam puisi, nada atau tone mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca sehingga menimbulkan
suasana puisi. Penyair memiliki sikap tertentu yang ditujukan kepada pembacanya melalui puisi yang
bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih (memelas), takut,
mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, angkuh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan
sebagainya
(Waluyo,
2002:
37).
Contoh
(Admin, http://kolibet.blogspot.com/2014/03/gila-hormat.html,
akses
26
April
Gila
2014):
Hormat
gila
kuasa
gila
tepuk
tangan
gila
eksistensi
tak
gila
esensi
esensi
gila
lawan
tolak
malas
ingin
ini
dihargai
esensi
eksistensi
ingin
dihargai
berapa
hargamu?
murah
itu
atau
masuk
mahal?
akal
atau
gila
saja
terus
bawa
cermin
hormat
di
pasti
sudah
hormat
pada
depannya
tambah
gila
dirimu
sendiri?
bagaimana
apa
GILA
GILA
GILA
ada
pendapatmu?
caci
HORMAT!
HORMAT!
maki
maki?
BANGSAAAT!
BANGSAAAT!
HORMAT!
caci
banal?
BANGSAAAT!
saja
terus
bercermin
terus
jangan
berhenti
awas
kacanya
mati
membaca
atau
TOTALITY
OF
mendengar
MEANING ATAU
puisi
tersebut.
TOTALITAS
MAKNA
Totality of meaning (totalitas makna) adalah keseluruhan makna yang terdapat dalam satu puisi
(Aminuddin, 1987:151). Penentuan totalitas makna puisi berdasarkan atas pokok-pokok pikiran yang
ditampilkan penyair, sikap penyair terhadap pokok pikiran, serta sikap penyair terhadap pembaca.
Menganalisis dengan tahapan ini, tidak dapat meninggalkan tahapan-tahapan sebelumnya, sebab tahapan
sebelumnya
merupakan
suatu
korelasi
yang
tidak
dapat
terpisahkan
satu
dengan
lainnya
Untuk mencapai atau mendapatkan totality of meaning (totalitas makna), pembaca atau penikmat harus
sudah
mendapatkan
atau
memahami subject
matter, feeling,
dan tonesuatu
THEME ATAU
puisi.
TEMA
Mengutip dari Aminuddin (1987: 151), ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna
dalam suatu puisi itulah yang dimaksud dengan theme atau tema. Tema berbeda dengan pandangan moral
ataupun message meskipun tema itu dapat berupa sesuatu yang memiliki nilai rohaniah. Disebut tidak sama
dengan pandangan moral maupun message karena tema hanya dapat diambil dengan jalan menyimpulkan
inti dasar yang terdapat dalam totalitas makna puisi, sedangkan pandangan moral atau messagedapat saja
terdapat dalam butir-butir pokok pikiran yang ditampilkannnya. Dengan kata lain, bidang cakupan tema
lebih
luas
daripada
pandangan
moral
sauri.blogspot.com/2012/04/puisi-dan-struktur-pembangunnya.html,
akses
25
April
2014).
Waluyo (2002: 17) menyebutkan, tema adalah gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh
penyair melalui puisinya. Tema atau theme haruslah bersifat khusus, objektif, dan lugas. Berikut ini adalah
beberapa tema yang biasa ditemukan dalam puisi (Waluyo, 2002: 18):
1.
Tema
Ketuhanan
Tema ketuhanan atau tema religius filosofis ialah tema puisi yang mampu membawa manusia untuk lebih
bertakwa, lebih merenungkan kekuasaan tuhan, dan menghargai alam seisinya (Waluyo, 2002: 18-19).
Berikut adalah contoh puisi bertema ketuhanan (Admin, http://kolibet.blogspot.com/2014/04/ritual-
tengah-malam.html,
akses
26
Ritual
malam,
menyalakan
untuk
gelap
yang
lampu-lampu
menuju
Disebut
beberapa
ruang
membasuh
wudu
dan
Tengah
malam,
melihat
Kaumerapal
dan
kata-kata,
juga
pulpen,
orang-orang
yang
dan
dalamnya,
untuk
basah-basahan,
perlu
disetubuhi
yang
yang
kauletakkan
ini
ingin
telinga
di
adalah
tengah
agar
kuat
malam
melangkah
pertengahan
ia
ritual,
berkedip
Kauambil
berteman
Kaulanjutkan
nanar,
pada
matamu
jatuh
dan
azan
tanpa
subuh
kata-kata
di
atas
meja
lelah.
kauletakkan
beban
untuk
tangga
dipijak
selanjutnya."
tanpa
kausadari,
Kaumengacuhkannya
ke
jemarimu
jemarimu
meja
untukku
dengan
awal
pijakan-pijakan
tarian-tarian
melihat
tangga
tanda
itu
atas
pujangga."
adalah
sebagai
matamu
Sampai
ini
air.
terjaga
nutrisi
para
"Ritual
makan
di
dan
malam
yang
meja
berucap Bismillahirrahmanirrahim
mata
pikiranmu
tengah
kautidur,
mendengkur.
dapur,
dan
dengan
seperti
Pada
tubuh
cahaya
sebelum
kaugunakan
dan
"Ritual
untuk
mandi,
berzikir
mendengarnya
kertas,
lalu,
kauada
anggota
kaumulai
dan
secarik
kamar
yang
mengusap
ada
tak
pertama
air
Kauambil
jam
belakang:
kamar
masihkah
tidur
yang
mengambil
kaukeluar
memastikan
itu
Langkahmu
Malam
kulihat
lampu
dalam
Matamu
2014):
Tengah
Setiap
Aku
April
tempat
semula
dengan
bergoyang
berkumandang,
Melanjutkan
ke
sukacita
kiri
ke
kanan
kauberhenti.
perjalanan!
(Faliq Ayken, Puisi Malam, 2014)
Dalam
puisi
di
atas,
penyair
menceritakan
seseorang
yang
bertakwa.
Tiap
tengah
malam
sosok kau melakukan aktivitas beribadah yang menggunakan kata ritual. Kebiasaan ritual ini sepatutnya
diterapkan di kehidupan sehari-hari agar selalu dekat dengan Tuhan.
2.
Tema
Kemanusiaan
Tema ini berisi tentang nilai-nilai kemanusiaan yang menyangkut martabat manusia seperti saling
menghargai, menghormati, adil, dan manusiawi. Berikut adalah contoh puisi bertema kemanusiaan
(Waluyo,
2002:
19-20):
Gadis
Peminta-minta
Setiap
kita
bertemu,
Senyummu
terlalu
Tengadah
Tapi
kekal
padaku,
Ingin
aku
Pulang
ke
Hidup
dari
Gembira
Melintas-lintas
kecil
jembatan
kehidupan
di
tinggi
air
kotor,
tapi
tanpa
jiwa
berkaleng
kecil
melulur
sosok
gemerlapan
riang
menara
yang
duka
jambu
yang
dari
kecil
merah
kemayaan
lebih
atas
yang
angan-angan
dari
yang
kenal
hilang,
gadis
bawah
berkaleng
bulan
jadi
ikut,
kecil
untuk
pada
kotaku
Duniamu
gadis
begitu
katedral
kauhafal
....................................................
(Toto Soedarto Bachtiar, Suara, 1956)
Penyair mengungkapkan bahwa gadis kecil berkaleng kecil itu harus dihargai, diperhatikan, dan manusia
yang memiliki martabat yang mungkin lebih tinggi darimenara katedral.
3.
Tema
Patriotisme
Puisi bertema patriotisme, penyair mangajak pembaca untuk meneladani orang-orang yang telah
berkorban demi bangsa dan tanah air. Berikut adalah contoh puisi bertema patriotisme (Waluyo, 2002: 2122):
Diponegoro
Di
masa
pembangunan
Tuan
ini
hidup
Dan
bara
Di
kagum
depan
Tak
gentar.
Pedang
menjadi
sekali
menanti
banyaknya
kanan,
semangat
api
tuan
Lawan
di
Berselubung
kembali
seratus
kali
di
kiri
keris
yang
tak
bisa
mati
Maju
Ini
barisan
tak
Kepercayaan
bergenderang-berpalu
tanda
menyerbu
Sekali
berarti
Sudah
itu
mati
............
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Chairil Anwar, Kerikil Tajam, 1978)
4.
Tema
Cinta
Tanah
Air
Waluyo (2002: 23-24) membedakan puisi bertema patriotisme dan cinta tanah air. Puisi bertema
patriotisme mengungkapkan perjuangan membela bangsa dan tanah air, sedangkan puisi bertema cinta
tanah air berupa pujian kepada tanah kelahiran atau negeri tercinta. Berikut adalah contoh puisi bertema
cinta
tanah
air
(Waluyo,
2002:
Tanah
Ke
Sunda
mana
daerah
Ke
manusia
mesra
................
23-24):
pun
berjalan,
ramah
mana
di
pun
ngembara,
hati
terpandang
sana
kujumpa
terbuka
menerima
Riak
sungai
Angin
keras
Dan
pagi-pagi
menyibak
kulihat
rambut
di
tanah
tubuh
dahi
penuh
beku
darah
berbaring
kuyu
menggapai
tangan
sia-sia
berseru
pun
sia-sia
Ah,
di
Ku
mana
pun
kan
kaubukakan
menetap
Kapan
pun
rangkuman
di
sana
kaulambaikan
Ku
tangan
kan
menekankan
datang
jantung
ke
tanah
hitam
Tema
Cinta
Kasih
antara
Pria
dan
Wanita
Puisi banyak yang bertema cinta kasih antara pria dan wanita. Penyair biasanya berusaha mengungkapkan
rasa cintanya kepada seseorang melalui puisinya. Beberapa puisi memiliki tema cinta yang meliputi
perkenalan, asmara, perpisahan, atau cinta yang bertepuk sebelah tangan (Waluyo, 2002: 24). Berikut ini
adalah
puisi
yang
bertema
cinta
antara
(Admin,http://kolibet.blogspot.com/2014/04/demam-rindu.html,
pria
akses
26
Demam
waktu
Semua
Sebab
Adakah
Adakah
Ketika
April
wanita
2014):
Rindu
Buat
Biarkan
dan
Rinrin
yang
teka-teki
yakin
cinta
cinta
'kan
keraguan
Annisa
menjawab
kita
bukan
soal
memaksa.
yang
ingin
terlantar?
yang
sepi
Sri
ingin
menegaskan
sendiri
diri?
Aku
Di
mendemamkanmu
tiap
Isak
guguran
tangis
Kautahu,
Saat
Kini,
Dan
hangatnya
aku
aku
malam
ia
tahu
telah
kautahu,
sama
yang
membuat
menanam
belum
dalam
tanah,
namamu
betul
di
cara
aku
pagi
air,
perdu
tak
ingin
menimang
dan
kebun
menghafal
menjelma
sekali
memaksa
rindu
udara
pikiranku
sebuah
nama
rambati
lepas
dari
fajar
pasrah.
setahun
lalu
dengan
baik.
tubuhku
seluruh.
jeratnya,
selamanya.
Tema
Kerakyatan
Dalam tema ini, penyair mengungkapkan bahwa rakyat memiliki kekuasaan dan dapat menentukan
pemerintahan suatu negara. Berikut ini adalah puisi yang bertema kerakyatan atau demokrasi (Waluyo,
2002:
27-28):
Rakyat
Rakyat
jutaan
ialah
tangan
di
yang
bumi
jutaan
di
hutan
mengepulkan
asap
Rakyat
dari
di
ialah
................
jadi
cerobong
tercinta
bersama
ladang-ladang
pabrik-pabrik
tambang
logam
ialah
menapak
sepanjang
kota
jala
dan
yang
berbunga
di
menebar
tangan
Rakyat
yang
kerja
mengayun
layar
kelam
dalam
tanah
lalang
menaikkan
otak
mengayun
tangan
membuka
meraba
kita
batubara
bekerja
kita
jemaring
angka-angka
.
Rakyat
ialah
beragam
suara
suara
di
kita
langit
tanah
bangsi
di
rumah
suara
kecapi
di
pegunungan
suara
bonang
tercinta
berjenjang
bertangga
suara
kecak
suara
tifa
Rakyat
mengambang
di
di
ialah
di
pendapa
muka
pura
hutan
pala
suara
Rakyat
beraneka.
ialah
puisi
kaya
kita
makna
di
wajah
.................
menyimpan
ialah
puisi
Rakyat
topan
di
wajah
ialah
darah
semesta
.
awan
Rakyat
jelita
di
debar
semesta
kita
tubuh
sepanjang
bangsa
masa
Tema
Protes
Sosial
Puisi bertema protes atau kritik sosial menonjolkan puisi yang menuntut keadilan bagi kaum tertindas.
Tema ini akan menampilkan puisi yang mengungkapkan protes terhadap ketidakadilan yang dilakukan oleh
kaum kaya, atau bahkan negara terhadap rakyat jelata (Waluyo, 2002: 28). Berikut ini adalah contoh puisi
bertema protes sosial (Admin, http://kumpulanfiksi.wordpress.com/2011/09/03/puisi-puisi-wiji-thukul/,
akses
26
April
2014):
Peringatan
Jika
rakyat
pergi
Ketika
penguasa
Kita
harus
Barangkali
pidato
hati-hati
mereka
Kalau
putus
asa
rakyat
bersembunyi
Dan
berbisik-bisik
Ketika
Penguasa
membicarakan
harus
waspada
Bila
artinya
Dan
bila
Maka
belajar
gawat
omongan
penguasa
boleh
dibantah
pasti
usul
terancam
ditolak
dibungkam
kritik
subversif
tanpa
ditimbang
dilarang
dan
hanya
tanpa
mengganggu
ada
mendengar
mengeluh
sudah
Kebenaran
Dituduh
sendiri
berani
Tidak
Suara
dan
rakyat
Itu
Apabila
masalahnya
satu
kata:
alasan
keamanan
lawan!
lain
ialah:
Bencana
Lindu
Rumah
Untuk
Bila
Koruptor
gempa
sudah
beta
disinggahi
apa
negara
ada
dipenuhi
berlalu
kotor
pemilu
koruptor
membalasnya dengan kata lawan!. Sedangkan dalam puisi lama (pantun) karya Herry Oktav mengkritik
pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) yang ujung-ujungnya diisi oleh para koruptor.
8.
Tema
Pendidikan
Puisi bertema pendidikan biasanya menampilkan nilai-nilai budi pekerti atau kebaikan (Waluyo, 2002: 30).
Berikut
ini
adalah
contoh
puisi
bertema
pendidikan
(Admin, http://kolibet.blogspot.com/2014/02/tiga-jendela.html,
atau
akses
26
budi
April
Tiga
Waktu
Di
Kubawa
pekerti
2014):
Jendela
sepi,
pelan-pelan
dalam
banyak
masuk
Pandanganku
suara-suara
tubuh
dan
berhenti
Jendela
kubuka
terdengar
samar
ingin
tiga
kubuka,
Ruangannya
kamar
rasa
pada
pertama
pintu
jendela
masuk
besar
tahuku
itu
ke
dalam
penuh
tanda-tanda
Kamar
ada:
fisika
metafisika
Jendela
kedua
kubuka
pelan-pelan
Kulihat
dengan
Ruangan
Sebagai
ini
alat
begitu
berpikir,
Kamar
Jendela
ketiga
kusiapkan
banyak
akal
agar
kubuka
seluruh
bagaimana
banal
nilai-nilai
bermasyarakat
yang
etika
kututup
menetap
tak
bersikap
bagaimana
nilai:
jebakan
rasional
dengan
pengetahuan
kamar
pertanyaan
empiris
belajar
Kamar
Kutetapkan
luas,
belajar
Tempat
Pintu
penuh
pengetahuan:
Tempat
Ujung
tatap
estetika
dengan
di
ada
tenang
dalamnya
Bersama
tiga
jendela
Sebagaimana telah disampaikan di atas, ada beberapa macam arti dan relasi makna dalam bahasa,
terutama puisi. Jika pembaca menemukan ungkapan waktu adalah uang, maka akan diperoleh beberapa
makna dan arti. Arti leksikal dari waktu adalah waktu danuang adalah uang; arti denotatif dari waktu adalah
rangkaian saat proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung, dan uang adalah sebuah alat
tukar; arti konotatif dariwaktu yang dikaitkan dengan uang ialah rajin atau disiplin (dalam urusan bisnis),
atau
arti
konotatif
dikaitkan
pandai
memanfaatkan
waktu.
Ada juga relasi makna seperti homonimi, sinonimi, antonimi, hiponimi dan hiperonimi, meronimi, makna
asosiatif, makna afektif, dan makna situatif. Relasi makna ini akan sering ditemukan dalam puisi apabila
menganalisis
per
kata
atau
frasa.
Selain itu, unsur-unsur makna yang terdapat dalam puisi di antaranya adalah sense atau makna, subject
matter atau pokok pikiran, feeling atau perasaan, tone atau nada, totality of meaning atau totalitas makna,
dan theme atau tema. Semua unsur makna tersebut merupakan 'senjata' untuk para pembaca puisi dalam
menganalisis
puisi
secara
utuh
dan
penuh.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojuwono, Setiawati. "Semantik," Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, eds. Kushartanti,
Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Djajasudarma, T. Fatimah. Semantik 1: Pengantar ke Arah Ilmu Semantik. Bandung: Refika, 1999.
Palmer, F.R. Semantics: A New Outline. Cambridge: Cambridge University Press, 1976.
Pradopo, Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi. Cet. 13. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.
Rahardjo, Mudjia. Hermeneutika Gadamerian: Kuasa Bahasa dalam Wacana Politik Gus Dur. Malang: UINMalang Press, 2007.
Subuki, Makyun. Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta: Transpustaka, 2011.
Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip Dasar Sastra Rev.ed. Bandung: Angkasa, 2011.
Waluyo, Herman J. Apresiasi Puisi: Untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Waridah, Ernawati. EYD Ejaan yang Disempurnakan & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Cet.2. Bandung:
Ruang Kata, 2013.
W.S., Hasanuddin. Membaca dan Menilai Sajak: Pengantar Pengkajian dan Interpretasi Rev.ed. Bandung:
Angkasa, 2012.
* Herry Oktav, nama pena dari Herry Heryanto, mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Ketua Umum FLAT, Foreign Languages Association, 2013-2014.
Diposkan oleh kolibt ciputat di 10.00
Label: Herry Oktav, Makalah
2 komentar:
KATEGORI TULISAN
Puisi (80)
Makalah (9)
June 2015
[03] Mutiaramu
May 2015
[23] Karakteristik Bahasa Puisi: Makna Denotasi, Konotasi, dan Bahasa Kiasan
July 2014
[30] Karakteristik Bahasa Puisi: Perbedaannya dengan Karya Sastra Lain dan Diksi Puisi
[28] Unsur-unsur Bentuk Puisi: Sarana Retorika, Larik, Bait, dan Tipografi
[21] Unsur-unsur Bentuk Puisi: Bunyi, Kata, Bahasa Kiasan/Majas, dan Citraan
[25] Jenis Puisi Indonesia Dilihat dari Media Pengungkapan: Konvensional (Bahasa) dan Konkret
(Rupa)
[22] Bebas
[17] Jenis Puisi Indonesia Dilihat dari Struktur: Puisi Terikat, Puisi Bebas, dan Puisi Inkonvensional
[20] Jenis Puisi Indonesia Dilihat dari Periode: Puisi Lama, Puisi Modern, dan Puisi Mutakhir
[25] Bibliography
[21] Menunggumu
[20] Hujan
Subscribe
Delivered by FeedBurner
BLOGROLL KOLIBTIAN
alinealfabt
PELUK AGAMA - Herry Oktav Karena orang-orang terdahulu memiliki dan memakai rasa, maka mereka memeluk agama.
Karena pelukan itu menghangatkan, menenteramkan. Bukan meman...
3 bulan yang lalu
Faliq Ayken
Jenis Puisi Indonesia Dilihat dari Media Pengungkapan: Konvensional (Bahasa) dan Konkret (Rupa) - Jenis Puisi Indonesia
Dilihat dari Media Pengungkapan: Konvensional (Bahasa) dan Konkret (Rupa) Oleh: Faliq Ayken Ada empat makalah kajian
puisi Continu...
2 tahun yang lalu
Herry Heryanto
Contoh Khutbah Jum'at - Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi contoh teks khutbah Shalat Jum'at bertema
menuntut ilmu yang sudah saya praktikkan di depan teman-teman kelas....
huruf liar
Untuk Kamu di Kamar Rindu - *Faliq Ayken* Hai kamuku, apa kabar? Masihkah kamu di dalam kamar yang dulu kita cipta
dengan sejuta kenangan? Kamu tak perlu jawab, kalau tak ada jawaban....
1 tahun yang lalu
Oky Primadeka
BENCI - Sebagai makhluk sosial, manusia memang dituntut berinteraksi dengan orang lain untuk menjalin hubungan. Ini
semata-mata dilakukan sebagai upaya untuk memen...
1 tahun yang lalu
sepucuk daun
Surat-surat Cinta Kepada Bulan -*Oky Primadeka* Bulan, apakah surat-surat cinta yang kukirimkan sudah sampai ke
tanganmu? Sebab aku cemas ada burung malam yang menyembunyikannya dalam lel...
1 tahun yang lalu
DAFTAR PENGUNJUNG KOLIBT
ENTRI POPULER
Jenis Puisi Indonesia Dilihat dari Struktur: Puisi Terikat, Puisi Bebas, dan Puisi Inkonvensional
Jenis Puisi Indonesia Dilihat dari Periode: Puisi Lama, Puisi Modern, dan Puisi Mutakhir
2015 (4)
2014 (89)
November (1)
Juli (6)
Juni (8)
Mei (9)
Angin Angan
Angin Kecil
Kuharap Kaudatang
Merapal Kamu
Mengunjungi Ibu
April (21)
Maret (19)
Februari (13)
Januari (12)