Anda di halaman 1dari 29

PENDAHULUAN

Pada pertemuan sebelumnya, pegiat-pegiat Kolibt Ciputat telah membahas unsur-unsur bentuk yang
terdapat di dalam puisi yang disampaikan oleh Oky Primadeka dan Yuni Budiawati. Kali ini kita akan
membahas unsur-unsur makna yang terdapat di dalam puisi. Pegiat literasi tentu sering menemukan
ungkapan, "Waktu adalah uang." Mengapa 'waktu' dapat disebut sebagai 'uang'? Jika merujuk pada arti
sebenarnya atau secara leksikal, tentu makna kata-kata tersebut tidak sesuai atau tidak cocok. Kata-kata
tersebut jika dicari di dalam kamus, tentu akan didapatkan arti atau makna yang jelas dan pasti. Namun di
dalam puisi, maknanya akan berbeda. Sebelum lebih detil membahasnya, tentu perlu diketahui dulu definisi
dari makna.

MAKNA DAN ARTI

Makna dan arti sangat erat kaitannya dalam bahasa, apalagi bahasa puisi. Setiap kata memiliki makna dan
arti sendiri untuk membedakannya dengan yang lain. Arti bisa disebut sebagai 'maksud yang terkandung
dalam perkataan atau kalimat', atau 'makna'. Dalam hal ini makna arti lebih aktual daripada makna makna.
Istilah makna di dalam bahasa Inggris merupakan padanan dari istilah sense, dan istilah arti merupakan
padanan dari istilahmeaning. Subuki (2011: 24-25) mengutip dari Crystal (2008: 298), Trask (1999: 120),
Richards

dan

Schmidt

(2002:

323),

dan

Bussmann

(1996:

732-733)

membatasi

konsepmeaning atau arti sebagai dimensi operasional untuk analisis bahasa (linguistik), karakteristik bentuk
bahasa (linguistik) yang dapat digunakan untuk maksud tertentu, sesuatu yang terekspresikan melalui
bahasa, dan dimensi luar bahasa dari ungkapan bahasa (Subuki, 2011: 24-25).

Mengutip dari Pradopo (1987: 15), rangkaian fonem, suku kata, frasa, dan kalimat merupakan satuan arti.
Rangkaian kalimat yang menjadi bait dapat membentuk kebulatan makna utuh yang memunculkan sebuah
gambaran dunia imajinasi (W.S., 2012: 29).

Sementara, makna bisa disebut sebagai 'maksud', 'arti', 'tanda', 'menandai', atau 'berarti' (Djajasudarma,
1999: 1). Menurut Cruse (2006: 162-163), makna atau sense memiliki tiga dimensi, yaitu makna dibangun
oleh hasil hubungan arti kata dengan kata lainnya dalam sebuah bahasa, makna sebagai bentuk bahasa
yang digunakan untuk maksud tertentu, dan makna merupakan arti yang dapat dibeda-bedakan
(distinguishable meaning) seperti arti yang ada dalam kamus (Subuki, 2011: 23).

Lebih lanjut, Rahardjo (2007: 57) mendefinisikan makna sebagai objek, arti, pikiran, gagasan, konsep atau
maksud yang diberikan oleh penulis, pembaca, atau penutur terhadap suatu bentuk kebahasaan baik berupa
kata, kalimat, maupun wacana (Rahardjo, 2007: 57). Dengan demikian, makna memiliki definisi lebih
kompleks daripada arti. Sedangkan arti merupakan perwujudan aktual dari makna.

JENIS-JENIS ARTI

Makna dan arti memiliki hubungan sangat dekat, namun arti memiliki hubungan yang lebih spesifik dengan
sebuah kata. Hal tersebut untuk mewakili entitas yang menjadi tujuan atau maksud dari penutur (penyair).
Sebelum

menganalisis

beberapa makna dan arti.

sebuah

puisi,

penikmat

atau

Sebenarnya, makna danarti memiliki

pembaca
banyak

puisi
jenis.

haruslah
Dalam

hal

mengetahui
ini,

penulis

menyampaikan beberapa jenis arti yang berhubungan dengan unsur makna yang terdapat dalam puisi.
1.

Arti

Leksikal

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan, leksikal adalah sesuatu yang berkaitan dengan
kata atau kosakata (Setiawan, 2013). Mengutip dari Bussmann (1999: 678), arti leksikal adalah:

Aspek arti yang dikodifikasikan (aturan baku) dalam leksikon (kosakata) atau di dalam kamus, aspek arti
yang dapat dianalisis, dan aspek arti yang bersama arti dari elemen gramatikal seperti modal, kala, dan
perbandingan. Membentuk arti suatu ungkapan linguis secara keseluruhan.
Sementara Subuki (2011: 46-47) memberikan definisi arti leksikal ke dalam tiga dimensi: (1) arti leksikal
adalah arti dari kata penuh (full word), kata berisi (content word), atau kata yang termasuk dalam kelas
kata terbuka (open class); (2) arti leksikal itu kaya dan kompleks; (3) arti leksikal membentuk arti suatu
ungkapan bahasa (linguistik) secara keseluruhan (Subuki, 2011: 46-47). Seperti arti yang melekat
pada waktu dan uang adalah arti leksikal.
2.

Arti

Denotatif

dan

Konotatif

Dalam puisi, pembicaraan diksi ialah tentang denotasi dan konotasi. Penyair atau pencipta puisi harus
memahami denotasi dan konotasi memilih kata-kata supaya tepat dan menimbulkan gambaran yang jelas
dan padat. Mengutip dari Altenbernd (1970: 9), sebuah kata itu memiliki dua aspek arti, yaitu denotasi dan
konotasi

(Pradopo,

2012:

58).

Denotasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan adalah makna kata atau kelompok kata
yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas
konvensi tertentu dan bersifat objektif (Setiawan, 2013). Definisi tersebut juga sesuai dengan yang

disampaikan oleh Hartmann dan James (1998: 36), denotasi adalah aspek arti yang menghubungkan
sebuah

kata

atau

frasa

pada

acuan

objektif

yang

dimaksudnya

(Subuki,

2011:

53).

Mengutip dari Wellek (1968: 22), denotasi sebuah kata adalah definisi kamusnya, yakni pengertian yang
menunjuk benda atau hal yang diberi nama dengan kata yang disebutkan dan diceritakan. Bahasa yang
denotatif adalah bahasa yang menuju kepada korespondensi satu lawan satu antara tanda (kata itu)
dengan (hal) yang ditunjuk (Pradopo, 2012: 58). Dalam membaca sajak orang harus mengerti arti
kamusnya atau arti denotatif, orang harus mengerti apa yang ditunjuk oleh tiap-tiap kata yang
dipergunakan. Namun dalam puisi (karya sastra pada umumnya), sebuah kata tidak hanya mengandung
aspek denotasinya saja. Bukan hanya berisi arti yang ditunjuk saja, masih ada arti tambahannya, yang
ditimbulkan oleh asosiasi-asosiasi yang keluar dari denotasinya. Kumpulan asosiasi-asosiasi perasaan yang
terkumpul dalam sebuah kata diperoleh dari setting yang dilukiskan itu disebut konotasi. Konotasi
menambah

denotasi

dengan

menunjukkan

sikap-sikap

dan

nilai-nilai,

dengan

memberi

daging

(menyempurnakan) tulang-tulang arti yang telanjang dengan perasaan atau akal (Pradopo, 2012: 60-61).
Mengutip dari Hartmann dan James (1998: 28) dan Crystal (2008: 102), konotasi adalah aspek arti dari
kata atau frasa yang diasosiasikan dengan nada tambahan yang bersifat emotif (Subuki, 2011: 49).
3.

Arti

Literal

dan

Nonliteral

Arti literal dalam Bahasa Inggris disebut literal meaning. Arti literal maksudnya ialah arti dasar (harfiah)
dari kata atau frasa yang tidak bersifat metaforis. Sedangkan arti nonliteral berkaitan dengan bahasa
figuratif atau figurative language. Dalam hal ini, bahasa figuratif biasanya menggunakan gaya bahasa
perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan (Subuki, 2011: 51).
Di dalam puisi, makna adalah tujuan yang dibuat oleh penyair melalui unsur-unsur seperti pemilihan kata,
pembentukan larik, atau bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah
misi penulis puisi disampaikan. Sementara dalam bahasa, makna memiliki relasi satu sama lain. Berikut ini
adalah relasi makna yang saling berhubungan:

Homonimi
Homonimi adalah relasi makna antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya berbeda.
Ada dua jenis homonimi: kata-kata yang ditulis sama tetapi maknanya berbeda disebut homograf,
sedangkan yang dilafalkan sama tetapi berbeda makna disebut homofon (Darmojuwono, 2009: 116).
Contoh:

Senja

di

Pelupuk

Mata

.....
Deretan serimu

sodorkan seri

Garisan

di

aku

matamu,

tak

tahu

entah aisedow atau ailainer

namanya,

tampak

nyata

.......dst
(Herry Oktav, Puisi Senja, 2014)
Kata yang digarisbawahi merupakan contoh relasi makna homonimi homograf yaitu memiliki tulisan yang
sama tapi bermakna beda. Seri pada kata serimu maksudnya deretan gigi seri (sri), sedangkan seri yang
kedua maksudnya bercahaya atau cantik.

Polisemi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan, polisemi adalah bentuk bahasa (kata, frasa, dan
lain-lain) yang memiliki makna lebih dari satu (Setiawan, 2013). Polisemi berkaitan dengan kata atau frasa
yang

memiliki

beberapa

makna

yang

berhubungan.

Hubungan

antarmakna

disebut

polisemi

(Darmojuwono, 2009:117). Waridah (2013: 100) menyebut polisemi sebagai bentuk yang memiliki makna
ganda

yang

bertalian

(Waridah,

2013:

100).

Contoh:

Demam Rindu

Buat

Biarkan

Rinrin

waktu

Semua

Sri

yang

'kan

teka-teki

Sebab

soal

memaksa.

yang

ingin

terlantar?

cinta

Ketika

kita

bukan

cinta

Adakah

menjawab

keraguan

yakin

Adakah

Annisa

yang

ingin

sepi

sendiri

menegaskan

diri?

Aku mendemamkanmu dalam


Di

tiap

Isak

guguran

tangis

Kautahu,
Saat
Kini,
Dan

rindu

hangatnya

aku
aku

kautahu,

telah
sama

tahu

yang

membuat

menanam

belum
ia

malam

namamu
betul

cara

menjelma
sekali

aku

memaksa
tanah,
di

tak

air,
kebun

menghafal
perdu
ingin

pagi
dan

udara

pikiranku
sebuah

rambati
lepas

(Oky Primadeka, Puisi Waktu, 2014)

menimang

dari

nama

fajar
pasrah.

setahun

lalu

dengan

baik.

tubuhku

seluruh.

jeratnya,

selamanya.

Kata demam dalam judul atau mendemamkanmu yang digarisbawahi memiliki relasi makna polisemi.
Polisemi sangat erat kaitannya dengan kamus, karena tiap kata yang terdapat dalam kamus memiliki makna
yang beraneka ragam. Kata demamketika dilihat dalam kamus memiliki beberapa makna. Demam dapat
berarti sakit, dan demam dapat juga berarti tergila-gila.

Sinonimi

dan

Antonimi

Sinonimi adalah relasi makna antarkata yang maknanya sama atau mirip. Sinonimi mutlak sangat jarang
ditemukan pada bahasa manapun, tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya sinonimi, yaitu
karena penilaian rasa yang berbeda, kondisi sesuatu, dan hubungan. Misalnya makna kata rumah yang
bersinonimi dengangubug, wisma, istana, atau kata pekerja bersinonimi dengan karyawan, pegawai,buruh,
dan pelayan (Darmojuwono,

2009:

117).

Dalam penentuan sinonimi dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, metode substitusi, menggantikan
suatu kata dalam konteks tertentu dengan kata lain makna konteks tidak berubah. Kalimat Aku adalah
binatang jalang akan mudah dipahami pada saat kata binatang diganti dengan kata hewan atau
satwa. Kedua, metode pertentangan, mencari pertentangan suatu kata dengan sejumlah kata sehingga
akan

membentuk

sinonimi.

Misalnya

kata call dalam

Bahasa

Inggris,

bertentangan

dengan

kata answer dan reply. Sinonimi akan terjadi pada kata answer dan reply. Ketiga,penentuan konotasi,
kata-kata yang memiliki kesamaan makna kognitif dan berbeda dalam makna emotif. Kata-kata
seperti kamar kecil, kakus, jamban, WC, dan toiletmengacu pada benda yang sama yang berkonotasi
berbeda

(Palmer,

1976:

63).

Sedangkan antonimi atau oposisi adalah relasi antarkata yang bertentangan atau berkebalikan maknanya.
Ada istilah antonimi digunakan untuk oposisi makna dalam pasangan leksikal bertaraf, seperti panas dan
dingin. Antonimi ini disebut bertaraf karena antara panas dan dingin masih ada kata-kata lain seperti
hangat. Atau kata siang dan malam disebut antonimi bertaraf karena masih ada kata pagi, petang, sore,
dini hari. Ada juga istilah pasangan leksikal tidak bertaraf yang maknanya bertentangan, disebut oposisi
komplementer, seperti jantan dengan betina (Darmojuwono, 2009: 118).

Hiponimi dan Hiperonimi


Hiponimi adalah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna generik,
seperti

kata mawar dalam

makna bunga,

makna kucing dalam

makna binatang. Anggrek, mawar, aster, melati dan tulip berhiponimi


sedangkan kucing, anjing, kambing, ayam,
superordinat
superordinat

(hiperonim)

dan kuda berhiponimi

bagi anggrek, mawar, aster, melati,

bagi kucing, anjing, kambing, ayam,

dengan bunga,
dengan binatang.Bunga merupakan

dantulip,

sedangkan binatang menjadi

dan kuda (Darmojuwono,

2009:

118).

Contoh

dalam

penggalan

sajak

karya

Chairil

Anwar

berjudul Aku (Octavo,

2014:

12).

Aku
.....
Tak

perlu

sedu

sedan

Aku

itu
ini binatang jalang

Dari

kumpulannya

terbuang

.....

dst
(Chairil Anwar, Kerikil Tajam)

Kata binatang memiliki makna generik atau disebut hiperonim. Sedangkan hiponimi dari kata binatang bisa
ditempati (berhiponim) dengan kata-kata seperti kucing,kambing, serigala, dan lain-lain. Sehingga Waridah
(2013: 101) menyebut hiponim sebagai bentuk yang maknanya terangkum dalam hiperonim, atau
subordinatnya, atau superordinatnya, yang mempunyai makna yang lebih luas (Waridah, 2013: 101).

Meronimi
Meronimi adalah relasi makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karena relasi maknanya bersifat
hierarkis, namun tidak menyiratkan pelibatan searah, tetapi merupakan relasi makna bagian dengan
keseluruhan. Contohnya atap bermeronimi dengan rumah (Darmojuwono, 2009: 119). Istilah meronimi
ialah wujud atau entitas yang ditunjuknya merupakan bagian dari wujud atau entitas lain yang menyeluruh
atau holonim (Waridah,

2013:

102).

Contoh:

Demam

Rindu

.....
Saat

aku

belum

Kini,

ia

tahu

betul

telah

cara

menghafal

menjelma

sebuah
perdu

nama

dengan

baik.

rambati tubuhku seluruh.

.....
(Oky Primadeka, Puisi Waktu, 2014)
Dalam puisi di atas, kata tubuhku memiliki meronimi atau relasi makna keseluruhan dan memiliki
kedudukan

lebih

dan tungkai.

tinggi

daripada

kata

Kata kepala bermeronimi

bagiannya.

Di

dalam tubuh adakepala, leher, dada, lengan,

dengan rambut,dahi, mata, hidung, telinga,

dan mulut.

Kata mulut bermeronimi dengan lidah, gigi, dan bibir. Kata bibir bermeronimi dengan bibir atas dan bibir
bawah.

Makna

Asosiatif

dan

Afektif

Makna asosiatif adalah makna yang dipengaruhi oleh unsur mental, pengetahuan, dan pengalaman

seseorang. Objek makna asosiatif cenderung sama dengan makna denotatif, sesuai dengan kenyataan.
Misalnya kata gubug bermakna denotatif 'tempat berteduh di sawah'. Selain itu, gubug bermakna asosiatif
kecil, pedesaan, teduh, dan damai. Sedangkan makna afektif adalah makna yang berhubungan dengan
perasaan seseorang pada saat mendengar atau membaca suatu kata. Ini bisa menjadi positif dan negatif.
Penilaian rasa atas sebuah kata istilah yang termasuk di dalam konotasi. Kata jujur-bijaksana memiliki nilai
yang positif. Sebaliknya, kata korupsi-egoisberkonotasi negatif. Salah satu fungsi makna asosiatif dan
afektif adalah memunculkan kesan yang mudah diterima oleh seorang pembaca atau pendengar suatu
kalimat yang dimaksudkan untuk umum, seperti iklan (Darmojuwono, 2009: 119-120).

Makna

Situatif

Kata-kata yang memiliki fungsi yang bersangkutan dengan hal atau fungsi yang menunjuk sesuatu di luar
bahasa, seperti pronomina persona saya, aku, kamu, anda; pronomina penunjuk ini dan itu; nomina yang
merupakan keterangan waktu lusa,kemarin, besok, atau minggu depan; dan keterangan tempat di sini, di
sana, di situ; merupakan makna referensialnya yang terkait dengan situasi pembicaraan (Darmojuwono,
2009: 120) atau dalam hal ini penyair atau pencipta puisi menuangkan idenya ke dalam tulisan berbentuk
puisi.

Contoh:

Demam

Rindu

....
Kautahu,
Saat
Kini,

aku
aku

menanam

belum
ia

tahu

namamu
betul

telah

cara

menjelma

di

kebun

menghafal
perdu

pikiranku setahun

sebuah
rambati

nama

dengan

tubuhku

lalu
baik.
seluruh.

(Oky Primadeka, Puisi Waktu, 2014)


Kata setahun lalu merupakan makna situatif yang dibuat pencipta puisi untuk menerangkan bahwa sosok
'aku' mengenal 'namamu' setahun yang lalu.
SENSE ATAU MAKNA
Seperti disebutkan sebelumnya, sense diartikan dalam Bahasa Indonesia sebagai makna. Mengutip
Aminuddin (1987: 150), sesuatu yang diciptakan atau dikembangkan oleh penyair lewat puisi yang
dihadirkannya disebut sense. Terdapatnya sense dalam suatu puisi, pada dasarnya akan berhubungan
dengan

gambaran

dunia

atau

makna

puisi

secara

umum

yang

ingin

diungkapkan

penyairnya

(Saury, http://catatan-sauri.blogspot.com/2012/04/puisi-dan-struktur-pembangunnya.html, akses 25 April


2014).

Tarigan (2011: 10) menyebut sense sama dengan tema atau makna. Menurutnya, penyair mengemukakan,

mempersoalkan, dan mempermasalahkan pengalaman-pengalamannya kepada penikmat melalui puisinya


sehingga dapat menimbulkan makna tertentu (Tarigan, 2011: 10).

Contoh

(Tarigan,

2011:

10-11):

Kembang

Setengah

Jalan

Mejaku

hendak

dihiasi

Kembang

jauh

Kaupetik

dari
sekarangan

Jauh

jalan

Bunga

layu

gunung
kembang,

panas
setengah

hari,
jalan.

(Armijn Pane, Jassin, 1963: 88)


Sense atau makna yang didapat dari puisi di atas adalah "sesuatu yang tak sampai". Sesuatu itu adalah
kembang yang melambangkan kasih, cinta, atau wanita. Makna atausense yang didapat dari sajak di atas
adalah kasih tak sampai atau cinta yang bertepuk sebelah tangan (Tarigan, 2011: 11).

SUBJECT MATTER ATAU POKOK PIKIRAN

Subject matter merupakan pokok pikiran yang dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakannya
(Aminuddin, 1987:150). Bila sense berhubungan dengan gambaran makna dalam puisi secara umum,
maka subject matter berhubungan dengan satuan-satuan pokok pikiran tertentu yang secara khusus
membangun sesuatu yang diungkapkan penyair.Subject matter yang dimaksud adalah seperti pengulasan
pada setiap baitnya yang kemudian dibentuk paragraf atas pokok-pokok pikiran sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam puisi tersebut pokok pikiran antara yang satu dengan yang lainnya begitu erat berkaitan
(Saury, http://catatan-sauri.blogspot.com/2012/04/puisi-dan-struktur-pembangunnya.html, akses 25 April
2014).

Setiap puisi mengandung subject matter untuk dikemukakan atau ditonjolkan berdasarkan beberapa
pengalaman falsafah hidup, lingkungan, agama, pekerjaan, dan pendidikan penyair atau pencipta puisi
(Tarigan,

FEELING ATAU

2011:

11).

RASA

Adapun

mengenai

sikap

penyair

terhadap

pokok

pikiran

yang

ditampilkannya

disebut

dengan feeling (Aminuddin, 1987:150). Feeling mungkin saja terkandung dalam lapis makna puisi sejalan
dengan terdapatnya pokok pikiran dalam puisi karena setiap menghadirkan pokok pikiran tertentu, manusia
pada umumnya juga dilatarbelakangi oleh sikap tertentu pula. Pembahasan mengenai feeling tidak terlepas
dari pembahasan subject matter. Sikap penyair terhadap apa yang ditampilkan lewat puisinya tersebut akan
tercermin

ketika

pokok

pikiran

penyair

terhadap

puisinya

sudah

diketahui

terlebih

dahulu

(Saury, http://catatan-sauri.blogspot.com/2012/04/puisi-dan-struktur-pembangunnya.html, akses 25 April


2014).

Sama seperti Tarigan (2011: 12) yang menyebutkan rasa atau feeling merupakan sikap penyair terhadap
pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya (Tarigan, 2011: 12). Perasaan penyair dalam puisinya
dapat ditangkap saat puisinya dibacakan secara deklamasi. Penggunaan ungkapan-ungkapan yang
digunakan dalam puisinya dapat menghasilkan suasana hati penyair, seperti perasaan gembira, sedih
terharu, terasing, tersinggung, patah hati, sombong, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal
(Waluyo,

Contoh

2002:

39-40).

(Admin, http://kolibet.blogspot.com/2014/03/langkahmu-ayah.html,

akses

26

April

Langkahmu

Ayah

Tap
Langkah
Bukan

tap
itu

buatku

untuk

Bukan

berlari

sebungkus
untuk

Tapi

sebuah

Dari

lengkung

ke

permen

atau

rengekan
pelukan

sekotak

tambahan
hangat

senyumnya

depan

dan

yang

kue

kebahagiaan

letih

menawan

tap

Langkah

Saat

pintu

jajan

Tap

Saat

2014):

itu

berlari

ragaku
jiwaku

cepat

tak
rapuh

ke

seimbang
seakan

dunia

lalu
'kan

arahku
jatuh
runtuh

Tap

tap

Langkahnya
Sepatunya

mantap
disemir

Tangannya
Menuntunku

namun
hingga

memegang
pada

berat

hitam

mengkilat

lenganku

langkah

awal

kuat
yang

baru

Tap

tap

Tongkat

topang

Mendekatiku
Kerutan
Tapi
Lengkung

kakinya

dengan
dan

langkah
rambut

pelukannya

payah

putihnya

masih

senyumnya

lemah

bertambah

sehangat

masih

dulu

semenawan

dulu

Tap

tap

Langkahku

mulai

Mengantarkan

pada

goyah

langkahnya

yang

terakhir

Langkahmu

Ayah...
(Yuni Budiawati, Puisi Sepatu, 2014)

Puisi di atas menggambarkan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang ditampilkan dalam puisinya,
yakni

perasaan

sedih

dan

haru.

TONE ATAU

Tone mengandung

NADA

maksud

sikap

penyair

terhadap

pembaca

sejalan

dengan

pokok

pikiran

yang

ditampilkannya (Admin, http://catatan-sauri.blogspot.com/2012/04/puisi-dan-struktur-pembangunnya.html,


akses 25 April 2014). Tarigan (2012: 18) juga menyebutkan bahwa nada adalah sikap penyair terhadap para
penikmatnya. Sebuah puisi akan bernada "sumbang" bila puisi bertema kegagalan (Tarigan, 2012: 18).

Dalam puisi, nada atau tone mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca sehingga menimbulkan
suasana puisi. Penyair memiliki sikap tertentu yang ditujukan kepada pembacanya melalui puisi yang
bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih (memelas), takut,
mencekam, santai, masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, angkuh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan
sebagainya

(Waluyo,

2002:

37).

Contoh

(Admin, http://kolibet.blogspot.com/2014/03/gila-hormat.html,

akses

26

April

Gila

2014):

Hormat

gila

kuasa
gila

tepuk

tangan

gila

eksistensi

tak

gila

esensi

esensi

gila

lawan
tolak

malas
ingin

ini

dihargai

esensi

eksistensi

ingin

dihargai
berapa

hargamu?

murah
itu

atau
masuk

mahal?

akal

atau

gila

saja

terus

bawa

cermin

hormat

di

pasti
sudah

hormat

pada

depannya
tambah

gila

dirimu

sendiri?

bagaimana
apa
GILA
GILA
GILA

ada

pendapatmu?
caci

HORMAT!
HORMAT!

maki

maki?
BANGSAAAT!
BANGSAAAT!

HORMAT!
caci

banal?

BANGSAAAT!
saja

terus

bercermin

terus

jangan

berhenti

awas

kacanya

mati

(Faliq Ayken, Puisi Penjajahan, 2014)


Puisi di atas menunjukkan sikap penyair yang bernada sinis atau tidak setuju terhadap seseorang yang ingin
selalu dihormati. Dan jika dideklamasikan dengan lantang, tentu akan menemukan efek tertentu saat

membaca

atau

TOTALITY

OF

mendengar

MEANING ATAU

puisi

tersebut.

TOTALITAS

MAKNA

Totality of meaning (totalitas makna) adalah keseluruhan makna yang terdapat dalam satu puisi
(Aminuddin, 1987:151). Penentuan totalitas makna puisi berdasarkan atas pokok-pokok pikiran yang
ditampilkan penyair, sikap penyair terhadap pokok pikiran, serta sikap penyair terhadap pembaca.
Menganalisis dengan tahapan ini, tidak dapat meninggalkan tahapan-tahapan sebelumnya, sebab tahapan
sebelumnya

merupakan

suatu

korelasi

yang

tidak

dapat

terpisahkan

satu

dengan

lainnya

(Saury, http://catatan-sauri.blogspot.com/2012/04/puisi-dan-struktur-pembangunnya.html, akses 25 April


2014).

Untuk mencapai atau mendapatkan totality of meaning (totalitas makna), pembaca atau penikmat harus
sudah

mendapatkan

atau

memahami subject

matter, feeling,

dan tonesuatu

THEME ATAU

puisi.

TEMA

Mengutip dari Aminuddin (1987: 151), ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna
dalam suatu puisi itulah yang dimaksud dengan theme atau tema. Tema berbeda dengan pandangan moral
ataupun message meskipun tema itu dapat berupa sesuatu yang memiliki nilai rohaniah. Disebut tidak sama
dengan pandangan moral maupun message karena tema hanya dapat diambil dengan jalan menyimpulkan
inti dasar yang terdapat dalam totalitas makna puisi, sedangkan pandangan moral atau messagedapat saja
terdapat dalam butir-butir pokok pikiran yang ditampilkannnya. Dengan kata lain, bidang cakupan tema
lebih

luas

daripada

pandangan

moral

maupun message (Saury,http://catatan-

sauri.blogspot.com/2012/04/puisi-dan-struktur-pembangunnya.html,

akses

25

April

2014).

Waluyo (2002: 17) menyebutkan, tema adalah gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh
penyair melalui puisinya. Tema atau theme haruslah bersifat khusus, objektif, dan lugas. Berikut ini adalah
beberapa tema yang biasa ditemukan dalam puisi (Waluyo, 2002: 18):
1.

Tema

Ketuhanan

Tema ketuhanan atau tema religius filosofis ialah tema puisi yang mampu membawa manusia untuk lebih
bertakwa, lebih merenungkan kekuasaan tuhan, dan menghargai alam seisinya (Waluyo, 2002: 18-19).
Berikut adalah contoh puisi bertema ketuhanan (Admin, http://kolibet.blogspot.com/2014/04/ritual-

tengah-malam.html,

akses

26

Ritual

malam,

menyalakan

untuk

gelap

yang

lampu-lampu

menuju

Disebut

beberapa

ruang

membasuh

wudu

dan

Tengah

malam,
melihat

Kaumerapal
dan

kata-kata,

juga

pulpen,

orang-orang

yang

dan

dalamnya,

untuk

basah-basahan,

perlu

disetubuhi

yang

yang

kauletakkan

ini

ingin

telinga

di

adalah

tengah

agar

kuat

malam
melangkah

pertengahan

ia

ritual,

berkedip

Kauambil

berteman

Kaulanjutkan
nanar,

pada

matamu

jatuh

dan

azan

tanpa

subuh

kata-kata

di

atas

meja

lelah.

kauletakkan

beban

untuk

tangga

dipijak
selanjutnya."

tanpa

kausadari,

Kaumengacuhkannya
ke

jemarimu

jemarimu

meja
untukku

dengan

awal

pijakan-pijakan

tarian-tarian
melihat

tangga

tanda

itu

atas

pujangga."

adalah

sebagai

matamu

Sampai

ini

air.

terjaga

nutrisi

para

"Ritual

makan

di

dan

malam

yang

meja

berucap Bismillahirrahmanirrahim

mata

pikiranmu

tengah

kautidur,
mendengkur.

dapur,

dan

dengan

seperti

Pada

tubuh

cahaya

sebelum

kaugunakan

dan

"Ritual

untuk

mandi,

berzikir

mendengarnya

kertas,

lalu,

kauada

anggota

kaumulai

dan

secarik

kamar

yang

mengusap

ada

tak

pertama

air

Kauambil

jam

belakang:

kamar

masihkah

tidur

yang

mengambil

kaukeluar

memastikan

itu

Langkahmu

Malam

kulihat

lampu

dalam

Matamu

2014):

Tengah

Setiap

Aku

April

tempat

semula

dengan
bergoyang
berkumandang,

Melanjutkan

ke

sukacita
kiri

ke

kanan

kauberhenti.

perjalanan!
(Faliq Ayken, Puisi Malam, 2014)

Dalam

puisi

di

atas,

penyair

menceritakan

seseorang

yang

bertakwa.

Tiap

tengah

malam

sosok kau melakukan aktivitas beribadah yang menggunakan kata ritual. Kebiasaan ritual ini sepatutnya
diterapkan di kehidupan sehari-hari agar selalu dekat dengan Tuhan.
2.

Tema

Kemanusiaan

Tema ini berisi tentang nilai-nilai kemanusiaan yang menyangkut martabat manusia seperti saling
menghargai, menghormati, adil, dan manusiawi. Berikut adalah contoh puisi bertema kemanusiaan
(Waluyo,

2002:

19-20):

Gadis

Peminta-minta

Setiap

kita

bertemu,

Senyummu

terlalu

Tengadah
Tapi

kekal

padaku,

Ingin

aku

Pulang

ke

Hidup

dari

Gembira

Melintas-lintas

kecil

jembatan

kehidupan

di

tinggi
air

kotor,

tapi

tanpa

jiwa

berkaleng

kecil

melulur

sosok
gemerlapan
riang

menara
yang

duka
jambu

yang

dari

kecil

merah

kemayaan

lebih
atas

yang

angan-angan

dari

yang

kenal

hilang,

gadis

bawah

berkaleng

bulan

jadi

ikut,

kecil
untuk

pada

kotaku

Duniamu

gadis

begitu

katedral
kauhafal

....................................................
(Toto Soedarto Bachtiar, Suara, 1956)
Penyair mengungkapkan bahwa gadis kecil berkaleng kecil itu harus dihargai, diperhatikan, dan manusia
yang memiliki martabat yang mungkin lebih tinggi darimenara katedral.
3.

Tema

Patriotisme

Puisi bertema patriotisme, penyair mangajak pembaca untuk meneladani orang-orang yang telah
berkorban demi bangsa dan tanah air. Berikut adalah contoh puisi bertema patriotisme (Waluyo, 2002: 2122):

Diponegoro

Di

masa

pembangunan

Tuan

ini

hidup

Dan

bara

Di

kagum

depan

Tak

gentar.

Pedang

menjadi

sekali

menanti

banyaknya

kanan,
semangat

api

tuan

Lawan

di

Berselubung

kembali

seratus

kali

di

kiri

keris
yang

tak

bisa

mati

Maju
Ini

barisan

tak

Kepercayaan

bergenderang-berpalu

tanda

menyerbu

Sekali

berarti

Sudah

itu

mati

............

Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Chairil Anwar, Kerikil Tajam, 1978)
4.

Tema

Cinta

Tanah

Air

Waluyo (2002: 23-24) membedakan puisi bertema patriotisme dan cinta tanah air. Puisi bertema
patriotisme mengungkapkan perjuangan membela bangsa dan tanah air, sedangkan puisi bertema cinta
tanah air berupa pujian kepada tanah kelahiran atau negeri tercinta. Berikut adalah contoh puisi bertema
cinta

tanah

air

(Waluyo,

2002:

Tanah

Ke

Sunda

mana

daerah
Ke
manusia
mesra
................

23-24):

pun

berjalan,

ramah
mana

di
pun

ngembara,
hati

terpandang
sana
kujumpa
terbuka
menerima

Riak

sungai

Angin

keras

Dan

pagi-pagi

menyibak

kulihat

rambut

di

tanah

tubuh

dahi

penuh

beku

darah

berbaring

kuyu

menggapai

tangan

sia-sia

berseru

pun

sia-sia

Ah,

di

Ku

mana

pun

kan

kaubukakan

menetap

Kapan

pun

rangkuman

di

sana

kaulambaikan

Ku

tangan

kan

menekankan

datang

jantung

ke

tanah

hitam

(Ajip Rosidi, Surat Cinta Enday Rasidin, 1960)


Penyair menunjukkan cinta kepada tanah kelahiran melalui puisinya. Tanah kelahirannya, Sunda, merupakan
daerah yang ramah, orang-orangnya selalu mesra menerima si penyair.
5.

Tema

Cinta

Kasih

antara

Pria

dan

Wanita

Puisi banyak yang bertema cinta kasih antara pria dan wanita. Penyair biasanya berusaha mengungkapkan
rasa cintanya kepada seseorang melalui puisinya. Beberapa puisi memiliki tema cinta yang meliputi
perkenalan, asmara, perpisahan, atau cinta yang bertepuk sebelah tangan (Waluyo, 2002: 24). Berikut ini
adalah

puisi

yang

bertema

cinta

antara

(Admin,http://kolibet.blogspot.com/2014/04/demam-rindu.html,

pria

akses

26

Demam

waktu

Semua
Sebab
Adakah
Adakah
Ketika

April

wanita
2014):

Rindu

Buat

Biarkan

dan

Rinrin

yang
teka-teki

yakin
cinta
cinta

'kan
keraguan

Annisa

menjawab
kita

bukan

soal

memaksa.

yang

ingin

terlantar?

yang
sepi

Sri

ingin
menegaskan

sendiri
diri?

Aku
Di

mendemamkanmu
tiap

Isak

guguran

tangis

Kautahu,
Saat
Kini,
Dan

hangatnya

aku
aku

malam

ia

tahu

telah

kautahu,

sama

yang

membuat

menanam

belum

dalam

tanah,

namamu
betul

di

cara

aku

pagi

air,

perdu
tak

ingin

menimang

dan

kebun

menghafal

menjelma
sekali

memaksa

rindu

udara

pikiranku
sebuah

nama

rambati
lepas

dari

fajar
pasrah.

setahun

lalu

dengan

baik.

tubuhku

seluruh.

jeratnya,

selamanya.

(Oky Primadeka, Puisi Waktu, 2014)


Puisi di atas, penyair mengungkapkan perasaan cintanya terhadap sosok wanita yang telah diidamkan
sangat lama. Aku mendemamkanmu dalam rindu menunjukkan bahwa penyair dilanda rindu yang sangat
mendalam sehingga diibaratkan sakit demam. Dan kautahu, sama sekali aku tak ingin lepas dari jeratnya,
selamanyamerupakan maksud yang ingin disampaikan penyair bahwa cintanya tak akan dilepaskan begitu
saja.
6.

Tema

Kerakyatan

Dalam tema ini, penyair mengungkapkan bahwa rakyat memiliki kekuasaan dan dapat menentukan
pemerintahan suatu negara. Berikut ini adalah puisi yang bertema kerakyatan atau demokrasi (Waluyo,
2002:

27-28):

Rakyat

Rakyat
jutaan

ialah
tangan

di

yang

bumi

jutaan

di

hutan

mengepulkan

asap

Rakyat

dari

di
ialah

................

jadi
cerobong

tercinta
bersama

ladang-ladang
pabrik-pabrik

tambang

logam

ialah
menapak

sepanjang

kota
jala

dan
yang

berbunga
di

menebar

tangan

Rakyat
yang

kerja

mengayun

layar
kelam

dalam
tanah

lalang

menaikkan

otak

mengayun

tangan

membuka

meraba

kita

batubara
bekerja

kita
jemaring

angka-angka
.

Rakyat

ialah

beragam

suara

suara

di

kita
langit

tanah

bangsi

di

rumah

suara

kecapi

di

pegunungan

suara

bonang

tercinta
berjenjang

bertangga

suara

kecak

suara

tifa

Rakyat

mengambang
di
di
ialah

di

pendapa

muka

pura

hutan

pala

suara

Rakyat

beraneka.

ialah

puisi

kaya

kita

makna

di

wajah

.................
menyimpan
ialah

puisi

Rakyat

topan
di

wajah

ialah

darah

semesta
.

awan
Rakyat

jelita

di

debar

semesta

kita
tubuh

sepanjang

bangsa
masa

(Hartoyo Andangjaya, Buku Puisi, 1973)


Dalam puisi ini penyair mengungkapkan bahwa rakyat sangat berkuasa dengan menyebutnya darah di
tubuh / debar sepanjang masa yang berarti menjadi darah bangsa Indonesia dan jantung bangsa sepanjang
masa.
7.

Tema

Protes

Sosial

Puisi bertema protes atau kritik sosial menonjolkan puisi yang menuntut keadilan bagi kaum tertindas.
Tema ini akan menampilkan puisi yang mengungkapkan protes terhadap ketidakadilan yang dilakukan oleh
kaum kaya, atau bahkan negara terhadap rakyat jelata (Waluyo, 2002: 28). Berikut ini adalah contoh puisi
bertema protes sosial (Admin, http://kumpulanfiksi.wordpress.com/2011/09/03/puisi-puisi-wiji-thukul/,
akses

26

April

2014):

Peringatan

Jika

rakyat

pergi

Ketika

penguasa

Kita

harus

Barangkali

pidato
hati-hati

mereka

Kalau

putus

asa

rakyat

bersembunyi

Dan

berbisik-bisik

Ketika
Penguasa

membicarakan
harus

waspada

Bila

artinya

Dan

bila

Maka

belajar

gawat

omongan

penguasa

boleh

dibantah

pasti

usul

terancam

ditolak

dibungkam

kritik

subversif

tanpa

ditimbang

dilarang
dan

hanya

tanpa

mengganggu

ada

mendengar

mengeluh

sudah

Kebenaran

Dituduh

sendiri

berani

Tidak

Suara

dan

rakyat

Itu

Apabila

masalahnya

satu

kata:

alasan
keamanan
lawan!

(Wiji Thukul, 1986)


Contoh

lain

ialah:

Bencana

Lindu
Rumah
Untuk
Bila

Koruptor

gempa

sudah

beta

disinggahi

apa
negara

ada
dipenuhi

berlalu
kotor
pemilu
koruptor

(Herry Oktav, 2014)


Dalam puisi Peringatan karya Wiji Thukul mengungkapkan kritik dan protesnya terhadap pemerintah yang
pada waktu itu seolah menjadi tirani. Penyair memprotes pemerintah agar selalu belajar mendengar keluhkesah rakyatnya. Bahkan, jika suara rakyat dibungkam dan kritik rakyat dilarang tanpa alasan, penyair

membalasnya dengan kata lawan!. Sedangkan dalam puisi lama (pantun) karya Herry Oktav mengkritik
pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) yang ujung-ujungnya diisi oleh para koruptor.
8.

Tema

Pendidikan

Puisi bertema pendidikan biasanya menampilkan nilai-nilai budi pekerti atau kebaikan (Waluyo, 2002: 30).
Berikut

ini

adalah

contoh

puisi

bertema

pendidikan

(Admin, http://kolibet.blogspot.com/2014/02/tiga-jendela.html,

atau

akses

26

budi
April

Tiga

Waktu
Di
Kubawa

pekerti
2014):

Jendela

sepi,

pelan-pelan

dalam

banyak

masuk

Pandanganku

suara-suara

tubuh

dan

berhenti

Jendela

kubuka

terdengar

samar

ingin

tiga

kubuka,

Ruangannya

kamar

rasa

pada

pertama

pintu

jendela

masuk

besar

tahuku
itu

ke

dalam

penuh

tanda-tanda

Kamar

ada:

fisika

metafisika

Jendela

kedua

kubuka

pelan-pelan

Kulihat

dengan

Ruangan
Sebagai

ini
alat

begitu
berpikir,

Kamar

Jendela

ketiga

kusiapkan

banyak
akal

agar

kubuka

seluruh

bagaimana

banal

nilai-nilai

bermasyarakat
yang

etika

kututup
menetap

tak

bersikap

bagaimana

nilai:

jebakan

rasional

dengan

pengetahuan

kamar

pertanyaan

empiris

belajar

Kamar

Kutetapkan

luas,

belajar

Tempat

Pintu

penuh

pengetahuan:

Tempat

Ujung

tatap

estetika

dengan
di

ada

tenang
dalamnya

Bersama

tiga

jendela

(Faliq Ayken, Puisi Jendela, 2014)


Dalam puisi di atas, penyair mengungkapkan nilai pendidikan melalui kata jendela. Pada jendela kedua:
kamar pengetahuan yakni empiris rasional seseorang haruslah menggunakan akalnya sebagai alat berpikir.
Pada jendela ketiga: kamar nilai etika dan estetika, penyair menjelaskan dan mengajak pembaca bagaimana
cara bersikap dan bermasyarakat melalui ilmu filsafat.
KESIMPULAN

Sebagaimana telah disampaikan di atas, ada beberapa macam arti dan relasi makna dalam bahasa,
terutama puisi. Jika pembaca menemukan ungkapan waktu adalah uang, maka akan diperoleh beberapa
makna dan arti. Arti leksikal dari waktu adalah waktu danuang adalah uang; arti denotatif dari waktu adalah
rangkaian saat proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung, dan uang adalah sebuah alat
tukar; arti konotatif dariwaktu yang dikaitkan dengan uang ialah rajin atau disiplin (dalam urusan bisnis),
atau

arti

konotatif

dari uang yang

dikaitkan

dengan waktu ialah

pandai

memanfaatkan

waktu.

Ada juga relasi makna seperti homonimi, sinonimi, antonimi, hiponimi dan hiperonimi, meronimi, makna
asosiatif, makna afektif, dan makna situatif. Relasi makna ini akan sering ditemukan dalam puisi apabila
menganalisis

per

kata

atau

frasa.

Selain itu, unsur-unsur makna yang terdapat dalam puisi di antaranya adalah sense atau makna, subject
matter atau pokok pikiran, feeling atau perasaan, tone atau nada, totality of meaning atau totalitas makna,
dan theme atau tema. Semua unsur makna tersebut merupakan 'senjata' untuk para pembaca puisi dalam
menganalisis

puisi

secara

utuh

dan

penuh.

DAFTAR PUSTAKA

Ayken, Faliq. "Gila Hormat." http://kolibet.blogspot.com/2014/03/gila-hormat.html (akses 26 April 2014).

---------. "Ritual Tengah Malam." http://kolibet.blogspot.com/2014/04/ritual-tengah-malam.html (akses 26


April 2014).

---------. "Tiga Jendela." http://kolibet.blogspot.com/2014/02/tiga-jendela.html (akses 26 April 2014).

Budiawati, Yuni. "Langkahmu Ayah." http://kolibet.blogspot.com/2014/03/langkahmu-ayah.html (akses 26


April 2014).

Darmojuwono, Setiawati. "Semantik," Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, eds. Kushartanti,
Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Djajasudarma, T. Fatimah. Semantik 1: Pengantar ke Arah Ilmu Semantik. Bandung: Refika, 1999.

Palmer, F.R. Semantics: A New Outline. Cambridge: Cambridge University Press, 1976.

Pradopo, Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi. Cet. 13. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.

Primadeka, Oky. "Demam Rindu." http://kolibet.blogspot.com/2014/04/demam-rindu.html(akses 26 April


2014).

"Puisi dan Struktur Pembangunnya." http://catatan-sauri.blogspot.com/2012/04/puisi-dan-strukturpembangunnya.html (akses 25 April 2014).

"Puisi-puisi Wiji Thukul." http://kumpulanfiksi.wordpress.com/2011/09/03/puisi-puisi-wiji-thukul/ (akses 26


April 2014).

Rahardjo, Mudjia. Hermeneutika Gadamerian: Kuasa Bahasa dalam Wacana Politik Gus Dur. Malang: UINMalang Press, 2007.

Setiawan, Ebta. Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan. 2010-2013.

Subuki, Makyun. Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta: Transpustaka, 2011.

Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip Dasar Sastra Rev.ed. Bandung: Angkasa, 2011.

Waluyo, Herman J. Apresiasi Puisi: Untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Waridah, Ernawati. EYD Ejaan yang Disempurnakan & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Cet.2. Bandung:
Ruang Kata, 2013.

W.S., Hasanuddin. Membaca dan Menilai Sajak: Pengantar Pengkajian dan Interpretasi Rev.ed. Bandung:
Angkasa, 2012.

* Herry Oktav, nama pena dari Herry Heryanto, mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Ketua Umum FLAT, Foreign Languages Association, 2013-2014.
Diposkan oleh kolibt ciputat di 10.00
Label: Herry Oktav, Makalah

2 komentar:

Anonim 19 Mei 2014 06.38


bagus artikelnya min, sering2 ya terbitin artikel macem gini...pendapat pribadi, agak mumet kalo
lgsg baca puisi sejubel :)
kolibt ciputat 18 Mei 2015 14.35
Mohon doa agar komunitas kami tetap konsisten berkarya.
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
KOLIBTIAN

KATEGORI TULISAN

Puisi (80)

Faliq Ayken (20)

Yuni Budiawati (19)

Herry Oktav (18)

Oky Primadeka (18)

Makalah (9)

Khairini Lulut (8)

Joni Rolis (4)

Mala Himatul Aulia (2)

Pernyataan Sikap (1)


KATALOG JUDUL

June 2015

[03] Mutiaramu
May 2015

[20] AKHIR SENJA*

[19] Sepi Tengah Malam

[18] Manusia Puasa


November 2014

[23] Karakteristik Bahasa Puisi: Makna Denotasi, Konotasi, dan Bahasa Kiasan
July 2014

[11] Untuk Kamu di Kamar Rindu

[08] Teman di Ujung Senja*

[07] Surat-surat Cinta kepada Bulan

[06] Cinta dalam Surat

[04] Pesan Terakhir

[02] Tinta Sapardi


June 2014

[20] Tinta dalam Secarik Kertas

[19] Pena Empat Warna

[18] Kepak Sayap Patah

[11] Pemburu Burung

[07] Jadi Rajawali

[06] Mencari Kabar Burung

[05] Burung Layaran

[03] Di Balik Daun


May 2014

[30] Karakteristik Bahasa Puisi: Perbedaannya dengan Karya Sastra Lain dan Diksi Puisi

[26] Pesan untuk Angin

[23] Angin Pantai Ombak Beta

[22] Angin Angan

[19] Angin Kecil

[18] Kuharap Kaudatang

[17] Unsur-unsur Makna di dalam Puisi

[08] Merapal Kamu

[02] Mengunjungi Ibu


April 2014

[30] Perempuan Abang

[28] Unsur-unsur Bentuk Puisi: Sarana Retorika, Larik, Bait, dan Tipografi

[27] Seorang Lelaki Penuh Ambisi

[26] Demi Waktu

[25] Hilang Diculik Waktu

[24] Demam Rindu

[23] Bingkai Senja*

[21] Unsur-unsur Bentuk Puisi: Bunyi, Kata, Bahasa Kiasan/Majas, dan Citraan

[20] Saat Kuketuk Pintumu

[17] Delapan Rindu Bersatu

[15] Senja di Pelupuk Mata

[11] Ritual Tengah Malam

[10] Malam Pencoblosan

[09] Diam dalam Malam

[08] Malam Itu*

[07] Malam Sunyi

[06] Cermin Harta Karun

[05] Pantulan dalam Cermin

[03] Cermin Mimi Aya

[02] Cermin Sinta untuk Rama

[01] Cermin: Sebuah Profesi untuk Setia pada Kenyataan


March 2014

[25] Jenis Puisi Indonesia Dilihat dari Media Pengungkapan: Konvensional (Bahasa) dan Konkret
(Rupa)

[24] Gila Hormat

[22] Bebas

[21] Ah... Jaman Sekarang

[20] Invasi Berkedok Investasi

[19] Tubuh yang Kehilangan Tangis

[18] Babu, Centeng, dan Meneer

[17] Jenis Puisi Indonesia Dilihat dari Struktur: Puisi Terikat, Puisi Bebas, dan Puisi Inkonvensional

[15] Sepatu Murah Meriah

[14] Jejak Kaum Cukong

[13] Langkahmu Ayah

[12] Akan Berkembang

[11] Bayang Semu Sepatu

[07] Rinduku di Sana

[06] Kangkang Makelar Atas Pinus

[05] Sang Penjaga Hidup

[04] Suara Pasir

[03] Duduk di Tepi Laut

[01] Aku Penyenang


February 2014

[28] Pohon Jambu Depan Kamar

[27] Jendela Cinta

[20] Jenis Puisi Indonesia Dilihat dari Periode: Puisi Lama, Puisi Modern, dan Puisi Mutakhir

[14] Melukis Jendela

[13] Tiga Jendela

[12] Lewat Jendela

[11] Katanya, Jendela

[09] Terang Benderang

[07] Pengertian, Hakikat, dan Perkembangan Puisi di Indonesia

[06] Kita Sang Pecinta

[05] Menjemput Sinar-Nya

[04] Sekeranjang Rindu dan Sebotol Madu

[02] Menolak Pembodohan Buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh


January 2014

[31] Puisi Kopi

[30] Hitam Pahit Hidup

[29] Bayang Memoar

[28] Aliran Kopi

[27] Resap Serap Secangkir Kopi

[26] Guest Book

[25] Bibliography

[24] About the Kolibt

[23] Bayang-bayang Hujan

[22] Aku Tak Ingin Seperti Hujan

[21] Menunggumu

[20] Hujan

BERLANGGANAN TULISAN KOLIBTIAN

Enter your email address:

Subscribe

Delivered by FeedBurner

BLOGROLL KOLIBTIAN

alinealfabt
PELUK AGAMA - Herry Oktav Karena orang-orang terdahulu memiliki dan memakai rasa, maka mereka memeluk agama.
Karena pelukan itu menghangatkan, menenteramkan. Bukan meman...
3 bulan yang lalu

Faliq Ayken
Jenis Puisi Indonesia Dilihat dari Media Pengungkapan: Konvensional (Bahasa) dan Konkret (Rupa) - Jenis Puisi Indonesia
Dilihat dari Media Pengungkapan: Konvensional (Bahasa) dan Konkret (Rupa) Oleh: Faliq Ayken Ada empat makalah kajian
puisi Continu...
2 tahun yang lalu

Herry Heryanto
Contoh Khutbah Jum'at - Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi contoh teks khutbah Shalat Jum'at bertema
menuntut ilmu yang sudah saya praktikkan di depan teman-teman kelas....

4 bulan yang lalu

huruf liar
Untuk Kamu di Kamar Rindu - *Faliq Ayken* Hai kamuku, apa kabar? Masihkah kamu di dalam kamar yang dulu kita cipta
dengan sejuta kenangan? Kamu tak perlu jawab, kalau tak ada jawaban....
1 tahun yang lalu

Langit Merah Mawar


AKU DAN TUHAN (2) - *Yuni Budiawati* Tuhan Aku terbaring lemah tanpa daya, di sunyi senyap malam pekat Dinginnya
menusuk sendi, buat kaku Di ketidakpastian hidup Tangis dalam...
11 bulan yang lalu

Oky Primadeka
BENCI - Sebagai makhluk sosial, manusia memang dituntut berinteraksi dengan orang lain untuk menjalin hubungan. Ini
semata-mata dilakukan sebagai upaya untuk memen...
1 tahun yang lalu

sepucuk daun
Surat-surat Cinta Kepada Bulan -*Oky Primadeka* Bulan, apakah surat-surat cinta yang kukirimkan sudah sampai ke
tanganmu? Sebab aku cemas ada burung malam yang menyembunyikannya dalam lel...
1 tahun yang lalu
DAFTAR PENGUNJUNG KOLIBT

ENTRI POPULER

Karakteristik Bahasa Puisi: Makna Denotasi, Konotasi, dan Bahasa Kiasan

Unsur-unsur Bentuk Puisi: Bunyi, Kata, Bahasa Kiasan/Majas, dan Citraan

Jenis Puisi Indonesia Dilihat dari Struktur: Puisi Terikat, Puisi Bebas, dan Puisi Inkonvensional

Unsur-unsur Makna di dalam Puisi

Unsur-unsur Bentuk Puisi: Sarana Retorika, Larik, Bait, dan Tipografi

Jenis Puisi Indonesia Dilihat dari Periode: Puisi Lama, Puisi Modern, dan Puisi Mutakhir

Pengertian, Hakikat, dan Perkembangan Puisi di Indonesia

Untuk Kamu di Kamar Rindu


KICAU KOLIBT
ARSIP KOLIBT

2015 (4)

2014 (89)

November (1)

Juli (6)

Juni (8)

Mei (9)

Karakteristik Bahasa Puisi: Perbedaannya dengan Ka...

Pesan untuk Angin

Angin Pantai Ombak Beta

Angin Angan

Angin Kecil

Kuharap Kaudatang

Unsur-unsur Makna di dalam Puisi

Merapal Kamu

Mengunjungi Ibu

April (21)

Maret (19)

Februari (13)

Januari (12)

Anda mungkin juga menyukai