Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Morfologi (keitairon)
Morfologi merupakan salah satu ilmu cabang linguistik yang mempelajar

dan memahami satuan satuan bahasa sebagai satuan gramatikal.Secara

etimologi kata morfologi berasal dari kata morf dan logi. morf yang memiliki

arti 'Bentuk' dan sedangkan logi berarti 'ilmu'.secara harfiah adalah ilmu

tentang bentuk atau pembentukan. Di dalam kajian linguistic, morfologi

berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata. (Chaer, 2015:

97, 3)

Morfologi juga merupakan biddan ilmu bahasa yang mempelajari

seluk beluk pembentukan kata. Dalam bahasa Jepang morfologi disebut

keitairon. Verhaar (1984:52) berpendapat bahwa morfologi adalah bidang

linguistik yang mempelajari susunan bagian kata secara gramatikal. Begitu

pula Kridalaksana (2001) yang mengemukakan bahwa morfologi, yaitu (1)

bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya;

(2) bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata,

yaitu morfem. Sejalan dengan pendapat tersebut, Koizumi (1993: 89)

mengatakan:

形態論は語形の分析が中心となる。
Keitairon wa gokei no bunseki ga chusin to naru.
Morfologi merupakan inti ilmu yang meneliti pembentukan kata
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah

bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan

morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata. Singkatnya, morfologi

(keitairon) merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata

dan proses pembentukannya. Kata terbentuk melalui sebuah proses

pembentukan kata yang dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah gokeisei

Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi

ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul

serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga

menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural

objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan

kata pada tingkat tertinggi. Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah

ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-

perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.

E. Semantik

1. Pengertian Makna

Makna merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kajian

semantik dan selalu melekat dari apa yang kita tuturkan. Pengertian dari

makna sangatlah beragam. Berikut menurut Ferdinand de Saussure dalam

(Chaer, 2014: 287) makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki

pada sebuah tanda bahasa. Dijelaskan juga dalam (Chaer, 2013: 29) setiap

tanda bahasa terdiri dari dua unsur yaitu yang diartikan dan yang
mengartikan. Kemudian Chaer dalam (Santoso dkk., 2007: 115)

menyatakan bahwa setiap satuan bahasa tertentu memiliki makna. Maka

dari itu, mempelajari bahasa sama artinya dengan mempelajari makna dan

mempelajari cara menggabungkan setiap satuan bahasa yang memiliki

makna menjadi suatu ungkapan yang baik dan benar.

Menurut Pateda (2010: 79) makna disebut juga dengan meaning

merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu

menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Pendapat lain mengenai

makna dinyatakan oleh Ogden dan Richards dalam (Pateda, 1972: 186-

187) makna yang ada di dalam kamus merupakan makna leksikal. Dalam

kehidupan sehari-hari sulit untuk menerapkan makna leksikal, sebab

makna sebuah kata sering bergeser jika berada dalam satuan kalimat.

Maka, setiap kata kadang-kadang membuat orang tidak puas dengan

makna kata yang tertera di dalam kamus.

Menurut Aminuddin dalam (Muzaiyanah, 1998:50) makna

merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa asing yang disepakati

pengguna bahasa sehingga dapat saling memahami. Pendapat lain

dikemukakan oleh Keraf (2009: 25) makna merupakan aspek yang

membangkitkan reaksi dalam benak pendengar atau pembaca akibat

rangsangan ekspresi yang ditangkap oleh panca indera.


2. Jenis Makna

Jenis makna dapat dibagi menjadi berbagai macam jenis

berdasarkan ciri-ciri sudut pandangnya. Adapun jenis-jenis makna yang

akan dibahas sebagai berikut:

a. Makna Leksikal dan Gramatikal

Kedua jenis makna ini dikenal dengan istilah jishoteki-imi atau

goiteki imi. Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya

sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan

terlepas dari unsur grammatikalnya. Makna leksikal dapat dikatakan

sebagai makna asli dalam suatu kata. Adapun contoh dalam hal ini

adalah hana yang memiliki makna leksikal yaitu ‘bunga’, selain itu

kuruma makna leksikal nya adalah ‘mobil’

Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang terbuat dari

proses Gramatikalnya. Contoh dari hal ini terdapat pada joshi dan

jodoushi yang merupakan bagian dari kelas kata dalam bahasa

Jepang.Dikarenakan kedua tersebut tidak mempunyai makna leksikal

melainkan grammatikal apabila didalam suatu kalimat.

Mansore (2001:103) mengemukakan bahwa makna gramatikal

sebagai makna fungsional. Dikarenakan akibat berfungsinya kata

dalam kalimat. Begitu pula Sutedi dalam (Gifari, 2004:107)

menyebutkan bahwa Makna grammatikal dalam bahasa jepang

dikenal dengan istilah bunpou teki imi.


b. Makna denotatif dan konotatif

Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut meijiteki imi

atau gaien , makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang

dimiliki oleh sebuah kata. Bisa dikatakan bahwa makna denotatif ini

sama hal nya dengan makna leksikal. misalnya pada kata mobil yang

mempunyai makna denotatifnya adalah salah satu jenis transportasi

dengan empat roda yang digunakan oleh banyak orang.

Makna konotatif (anjitekiimi) adalah makna yang mempunyai

nilai rasa seseorang atau penggunannya. Bisa dibilang makna ini

berkaitan dengan sifat subjektif dan melekat pada suatu kata atau frasa

c. Makna Referensial dan Non Referansial

Pateda (2010: 125) menjelaskan bahwa makna referensial

adalah makna yang langsung berkaitan dengan acuan yang ditunjuk

oleh kata. Acuan disini dapat berupa benda, peristiwa, proses, atau

kenyataan. Dengan kata lain Acuan yang memiliki gambar. Misalnya

pada kata hutan, yang merupakan ditunjuk sebagai lambang tersebut,

dan diilustrasikan tempat yang memiliki banyak pohon serta menjadi

tempat tinggal beragam hewan. Dari ilustrasi ini dapat diketahui

bahwa Makna referensial sebuah kata yang bermakna dengan

berdasarkan acuannya. Berikut termasuk kata-kata yang bermakna

referensial seperti kuda, merah, dan gambar karena ada acuannya


dalam dunia nyata. Sedangkan makna non-refensial adalah kata-kata

yang tidak mempunyai referens seperti karena, atau, dan hingga.

d. Makna Idiom dan Peribahasa

Chaer (2014: 296) idiom merupakan satuan ujaran yang

maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik

secara leksikal maupun secara gramatikal. Misalnya, secara gramatikal

bentuk menjual rumah bermakna “yang menjual menerima uang dan

yang membeli menerima rumahnya” namun, dalam bahasa Indonesia

bentuk menjual gigi tidaklah memiliki makna seperti itu, melainkan

bermakna “tertawa keras-keras”, jadi makna seperti ini dapat disebut

dengan makna idiomatikal.

e. Makna Kiasan

Makna kiasan merupakan makna yang bukan terdapat di dalam

kata tersebut. Makna kiasan sudah bergeser dari makna sebenarnya,

namun masih ada kaitan dengan makna sebenarnya. Dalam bahasa

Indonesia terdapat kata bintang yang bermakna benda angit yang

berkelip-kelip jika dilihat pada waktu malam karena pada

kenyataannya bintang tidak pernah terlihat pada siang hari. Berbeda

dengan kata “Dia bintang lapangan”, karena bintang lapangan

bermakna kiasan, yang berarti orang yang terampil bermain sepak

bola.
F. Jukugo

Pada sebelum nya telah membahas tentang pembetukan kata yang melalui

dari penggabungan atau pemajemukan yang menggunakan kata . Tidak hanya itu,

didalam bahasa jepang, ada sebuah kata yang konsep pembetukannya sama seperti

hal nya dengan penggabungangan tetapi tidak menggunakan kata melainkan

dengan kanji itu sendiri. Dengan kata lain, Kanji yang digabungkan dengan kanji

lain maka akan melahirkan kata dan makna baru. Pembetukan ini dikenal dengan

sebutan jukugo

Adapun Matsumura dan akiyasu dalam soelistywati (2018:329)

menjelaskan jukugo sebagai berikut

二字以上の漢字が結合して一語になったもの。
Niji ijou no kanji ga ketsugoushite ichigo ni natta mono.
Dua kanji atau lebih yang menggabung dan membentuk satu kata

二つ以上の単語が合わさって、できた一つの単語。
Futatsu ijou no tango ga awasatte, dekita hitotsu no tango.
Kata yang terdiri dari gabungan dua kata atau lebih
Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dua huruf kanji atau

lebih yang digabungkan maka membentuk kata , makan dan pelafalan baru.

a. Pola pembetukan jukugo yang terdiri dari dua huruf kanji

Tsuhiya (dalam suratman,19994:17) menerangkan bahwa untuk

memahami relasi makna diantara 2 kanji sebagai pembentk jukugo

dikelompokan menjadi tujuh macam pola yaitu :


1. Jukugo yang terbuat dari dua huruf kanji yang mempunyai makna yang

sama atau hamper sama

Contoh : 岩 (gan/batu) + 石 (seki/batu) = 岩石 (ganseki/batu)

2. Jukugo yang terbuat dari dua huruf kanji yang mempunyai makna

berlawanan

Contoh : 左 (sa/kiri) + 右 (yuu/kanan) = 左右 (sayuu/kiri kanan)

3. Jukugo yang terdiri dari gabungan kanji yang mempunyai makna arti

yang berlainan

Contoh : 軽 (kei/ringan) + 薄 (haku/tipis) = 軽薄 (keihaku/gegabah)

4. Jukuo yang terdiri dari penggabungan dua huruf kanji yang kanji

pertama didepanya berfungsi menerangkan kanji kedua

Contoh : 医 (i/obat) + 学 (gaku/ilmu) = 医学 (igaku/ilmu kedokteran)

5. Jukugo yang terdiri dari dua huruf kanji yang kanji kedua sebagai

penjelas kanji pertama.

Contoh : 被 (i/menerima ) + 害 (gai/cedera) = 被 害

(higai/penderitaan)

6. Jukugo yang kanji kedua sebagai pelengkap atau mempertegas kanji

pertama

Contoh : 美 (bi/Cantik) + 化 (ka/ berubah) = 美 化 (bika)

mempercantik

7. Jukugo yang kanji pertama sebagai penyangkal atau menghaluskan

kanji kedua

Contoh : 不 (fu/tidak) + 明 (mei/jelas) = 不明 ( fumei/tidak jelas)


b. Pola pembetukan jukugo yang terdiri dari tiga huruf kanji

Menurut (Suratman,1994;19) dasar dari pembetukan jukugo ini

adalah dikarenakan dari tiga buah kanji merupakan hasil pengembangan

dari jukugo yang terdiri dua buah kanji.Dengan kata lain, pengembangan

dari jukugo yang terdiri dari dua huruf kanji hanya untuk sebagai

pelengkap atau penegasan. Pola pembetuka tiga jukugo ini terdapat 2

macam yaitu :

1. Jukugo yang terbentuk dari dua huruf kanji yang ditambahkan

dengan satu kanji dibelakang

◯◯ + ◯

Contoh : 報 告 (houkok/lapor) + 書 (sho/dokumen) = 報 告 書

(houkokusho/laporan)

2. Jukugo yang terbentuk dari satu huruf kanji yang ditambahkan dengan

dua kanji di belakang

◯ + ◯◯

Contoh : 無 (mu/ tidak ada) + 意味 (imi/arti) = 無意味 (muimi/ tidak

berarti)

G. Yojijukugo

1. Pengertian yojijukugo
Yojijukugo merupakan salah satu jenis jukugo dengan suatu kata

yang terdiri dari empat kanji yang digabungkan yang memiliki makna

baru. Yojijukugo banyak ditemukan didalam wacana bahasa jepang.

Adapun Satou dalam Aulia (2014,2) mengemukakan pengertian

yojijukugo adalah sebagai berikut.

漢字四字で熟語となったもので、四字漢語ともいう。四字熟語とは話し
手・書き手の思想・意志を端的に明示することができ、表現効果があるた
め、日本語 の中に用いることがおおい。
Kanji yoji de jukugo to natta mono de, yojijukugo tomo iu. Yojijukugo to
wa hanashite kakite no shisou ishi wo tanteki ni menji surukoto ga deki,
hyougenkouka ga aru tame nihongo no naka ni mochiiru koto ga ooi.
Dari kutipan tersebut diketahui bahwa jukugo yang terdiri dari

empat kanji memang banyak ditemukan didalam ruang lingkup bahasa

jepang. yojijukugo menjelaskan secara ekplisit yang berhubungan dengan

suatu yang dipikirkan atau ide dari pembicara maupun penulisnya.

2. Makna yojijukugo idiom

Yojijukugo diyakini memiliki makna kata biasa dan makna

idiom( Kardy dan Hattori, 2011:7). Makna idiomatik adalah makna yang

biasanya terdiri dari gabungan beberapa kata dan menghasilkan makna

baru. Hal ini biasanya terdapat di dalam sebuah paribahasa atau

ungkapan.

Garrison (2002:8) menjelaskan bahwa pada umumnya yojijukugo

tidak dianggap sebagai idiom, melainkan kata benda majemuk atau

sebagai pepatah dan paribahasa. Misalnya pada yojijukugo 年 功 序 列

(nenkoujouretsu) yang berarti senioritas dan 意識不明(ishikifumei) yang

berarti tidak sadar. Meskipun makna kedua yojijukugo ini cukup mudiah
dimengerti tetapi perlu beberapa interpretasi untuk dapat dipahami. Dan

oleh sebab itu bisa dipertimbangkan dalam ruang lingkup idiomatik.

Adapun pepatah atau peribahasa tentu nya juga memerlukan penjelasan

yang mudah dipahami. Seperti hal nya pada yojijukugo ini 呉 越 同 舟

(goetsudoushu) yang berarti ‘Go dan etsu di kapal yang sama’ dan 十人

十 色 (juunintoiro) yang berarti ‘sepuluh orang, sepuluh warnna’. Kedua

Yojijukugo ini bisa dikatakan sebagai idiomatik karena makna nya tidak

jelas apabila melihat dari kata-kata perindividu.

3. Makna yojijukugo non idiom

Selain itu ada juga yojijukugo yang memiliki makna yang

sederhana dan mudah dipahami (Kardy & Hattori,2008: 9). Contoh nya

adalah 焼 肉 定 食 (yakinikuteishoku). Pada kanji pertama ( 焼 ) yang

memiliki arti “panggang, kanji kedua ( 肉 ) yang artinya daging, kanji

ketiga ( 定 ) dan kanji ke empat ( 食 ) yang bersamaan bermakna ‘menu

paket makanan’. Apabila keempat kanji digabungkan maka bemakna apa

adannya , yaitu menu “paket makanan daging panggang”

4. Pembetukan yojijukugo

Didalam yojijukugo ada berbagai macam pola pembetukan.

Dengan melihat pola pembetukan, dapat memahami makna serta pelafalan

yang ada dalam pada yojijukugo. Takio dan hida dalam Kokugo

Gakushuu Jiten (1992) (dalam Syarani, Rahmalia, & Aprilianti. 2020)


menjelaskan bahwa pembetukan yojijukugo terbagi empat macam pola

sebagai berikut.

a. Tebentuk nya yojijukugo dari uraian satu persatu huruf kanji

◯+◯+◯+◯

Contoh : 春夏秋冬 (春+夏+秋+冬)

b. Terbentuknya yojijukugo dari uraian dua huruf kanji dengan dua

huruf kanji

◯ ◯+◯ ◯

Contoh : 切磋琢磨 (切磋+琢磨)

c. Terbentuknya yojijukugo dari uraian tiga huruf kanji dengan satu

huruf kanji

◯ ◯ ◯+◯

Contoh : 文房具店 (文房具+店)

d. Terbentuk nya yojijuugo dari uraian satu huruf kanji dengan tiga

huruf kanji

◯+◯ ◯ ◯

Contoh : 新予算案 (新+予算案)

Selain itu, dari setiap pola-pola tersebut dapat dianalisis secara

deskriptif. Misalnya pada 一石二鳥 (issekinichou) yang merupakan salah

satu yojijukugo dengan kosep pembetukan nya melalui panggabungan dua

huruf kanji (〇〇) dengan dua huruf kanji (〇〇). yaitu 一石(isseki) yang

berarti ‘satu buah batu’ dan 二 鳥 (nichou) yang berarti ‘dua ekor
burung’.Apabila digabungkan maka makna secara harfiah adalah dua ekor

burung dengan satu buah batu.

Tetapi Yojijukugo ini memiliki makna yang dimaksudkan adalah

adalah

一度の行動で二つの利益を得ること。
Ichi no koudou de futatsu no reiki o eru koto.
Mendapat dua keuntungan dalam satu tindakan.
Dari sini diketahui bahwa dilihat dari makna harfiahnya sulit

dipahami dan dibutuhkan penjelasan untuk makna harfiah tersebut. Oleh

karena ini yojijukugo ini termasuk memiliki makna idiom yang dimana

makna asli dari individu kata berbeda dengan makna tersembunyi

Anda mungkin juga menyukai