Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Morfologi (keitairon)
Morfologi merupakan bidang ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk
pembentukan kata. Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon.
Verhaar (1984:52) berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang
mempelajari susunan bagian kata secara gramatikal. Begitu pula Kridalaksana
(2001) yang mengemukakan bahwa morfologi, yaitu (1) bidang linguistik yang
mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; (2) bagian dari struktur
bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu morfem. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Koizumi (1993: 89) mengatakan:

形態論は語形の分析が中心となる。
Keitairon wa gokei no bunseki ga chusin to naru.
Morfologi merupakan inti ilmu yang meneliti pembentukan kata

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah


bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan
morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata. Singkatnya, morfologi
(keitairon) merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang kata
dan proses pembentukannya. Kata terbentuk melalui sebuah proses pembentukan
kata yang dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah gokeisei
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi
ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul
serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga
menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural
objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan
kata pada tingkat tertinggi. Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah
ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-
perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.
B. Morfem (keitaiso)
Morfem merupakan salah satu yang dibahas dalam kajian morfologi dan
merupakan unsur atau bagian terkecil dari kata yang memiliki arti serta berfungsi
sebagai pembentuk kata. Dengan kata lain, Bagian kata atau morfem tersebut ada
yang dapat berdiri sendiri dan ada yang tidak atau berbentuk terikat pada morfem
lain.Dalam bahasa jepang morfem disebut dengan istilah keitaiso
Selain itu morfem adalah satuan gramatikal yang terkecil.Sebagai satuan
gramatikal, morfem membentuk satuan yang lebih besar dan memiliki makna.
Sebagai satuan yang terkecil, morfem tidak dapat dipecah menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil yang masing-masing mengandung makna.(Kentjono dalam
Kushartanti (2005:144)
Hal ini sependapat dengan Sutedi (2011:43), mengemukakan bahwa
morfem (keitaiso) merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan
tidak bisa dipisahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi.
Adapun definisi morfem dalam bahasa jepang menurut Hida dalam
Pancawati (2005: 232) adalah sebagai berikut:
形態素とは、意味を有する最小の言語単位をいう。「ハナタバ(花束)」
という語は、「ハナ」と「タバ」という、いずれも意味をもった単位に分
けることができる。これらをさらに「ハ」と「ナ」、「タ」と「バ」に分
けると、それぞれはもはや意味をもたない形式となる。「ハナ」と「タ
バ」は形態素であるが、「ハ」と「ナ」と「タ」と「バ」は形態素ではな
い。
Keitaiso to wa, imi o yuusuru saishou no gengotan’i o iu. 「 hanataba
(hanataba) 」 to iu go wa 「 hana 」 to 「 taba 」 to iu, izuremo imi wo motta tan’i ni
wakareru koto ga dekiru. Korera o sarani 「ha」to 「na」,「ta」to 「ba」ni wakareru
to, sorezore wa moha ya imi o motanai keishiki to naru. hana 」 to 「 taba 」 wa
keitaiso de aruga,「ha」to 「na」to「ta」to 「ba」wa keitaiso de wa nai.
Morfem adalah unit kata terkecil yang memiliki makna. Kata [hanataba
( 花 束 ] dapat dipecah menjadi [hana] dan [taba] yang kedua unitnya memiliki
makna. Apabila masing-masing dipecah lagi menjadi [ha], [na], [ta], dan [ba]
maka akan berubah menjadi bentuk yang tidak memiliki arti. [hana] dan [taba]
adalah morfem, sedangkan [ha], [na], [ta], dan [ba] bukan.
Koizumi (1993:90) yang mengatakan bahwa:
形態層は意味を担う最初の言語形式である。
Keitaisou wa imi wo ninau saisho no gengo keishiki dearu .
Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna

kemudian Koizumi (1993:90) lanjut menjelaskan tentang satuan bahasa


adalah sebagai berikut :
言語形式というのは、音素連続で 示される 音形 (表現) とそれに 対する 特定の
意味 (内容) とが 結びついたものである。
Gengokeishiki to iu no wa, onsourenzoku de shimesareru onkei (hyougen) tosore
ni tai suru tokutei no imi (naiyou) to ga musubi tsuita mono dearu.
Satuan bahasa disini adalah pelekatan makna khusus dengan ujar yang dihasilkan
melalui proses morfemis
Secara kesimpulan morfem merupakan bagian terkecil dalam pembetukan
kata serta hal tersebut dapat membedakan makna.Morfem dapat berwujud
imbuhan,kata dasar dan partikel. Bentuk morfem adalah bentuk terkecil dalam arti
tidak dapat lagi dipecah menjadi satuan bentuk yang lebih kecil. Morfem sebagai
pembeda makna, hal ini dapat dibuktikan dengan cara menggambungkan morfem
tersebut dengan kata yang memiliki makna leksikal sehingga melahirkan makna
baru.Dengan kata lain, morfem merupakan unsur yang digabungkan dengan kata
dasar
Dalam bahasa jepang yang disebut dengan istilah keitaiso (morfem)
memiliki 2 jenis (Koizumi,1993:93)
a. Mofem bebas (jiyuu keitaiso)
Morfem bebas adalah kata yang bisa berdiri sendiri dan bisa menjadi satu
kalimat tunggal serta memilik arti. Contohnya, kuruma / 車 (mobil) dan kawa/川
( sungai ).

b. Morfem terikat (kousoku keitaiso)


Morfem terikat adalah kata yang tidak dapat berdiri sendiri.Contohnya, 行く
/iku (pergi ), 「 行 」 dan く 」 merupakan morfem terikat yang membentuk sebuah
verba, masing masing dari morfem terikat tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan
harus melekat pada morfem bebas. ( Tsujimura, 1991:141) . Morfem dalam bahasa
Jepang memiliki keistimewaan, yaitu memiliki morfem terikat lebih banyak dari
pada morfem bebasnya.
Selanjutnya, Sutedi (2011:45) juga menambahkan jenis morfem lain dalam
bahasa jepang yaitu :
a. Morfem isi (naiyou keitaiso)
morfem yang menunjukkan makna aslinya, seperti nomina, adverbial dan
gokan dari verba atau adjektiva.
b. Morfem fungsi (kinou keitaiso)
morfem yang menunjukanfungsi gramatikalnya, seperti partikel (joushi), gobi
dari verba atauadjektiva, kapula (jodoushi), dan morfem pengekspresi kala
( jiseikeitaiso). pada verba hashiru ( 読 む ) ’membaca’ yang terdiri atas bagian
gokan {yo / 読 }dan gobi{mu/む}, bagian gokan tersebut sudah menunjukan arti
‘membaca’ yang merupakan morfem isi, sedangkan bagian gobi-nya menunjukan
kala akan yang merupakan morfem fungsi.
Koizumi (1993:93) juga membagi morfem berdasarkan pengucapannya
menjadi dua :
a. Bentuk bebas (jiyuu kei) adalah morfem yang dilafalkan/ diucapkan secara
tunggal (berdiri sendiri).
b. Bentuk terikat (ketsugou kei) adalah morfem yang biasanya digunakan dengan
cara mengikatnya dengan morfem lain tanpa dapat dilafalkan secara tunggal
(berdiri sendiri).
C. Kosakata (goi)
kosakata bahasa Jepang atau goi merupakan salah satu aspek kebahasaan
yang harus diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi
dengan bahasa Jepang baik dalam ragam lisan maupun dalam ragam tulis.
(Sudjianto dan Dahidi,2009 : 97 )
Shinmura dalam Sudjianto dan Dahidi (2009 : 97) menyebutkan bahwa
istilah goi sering disamakan dengan istilah tango, padahal kedua istilah itu
memiliki konsep yang berbeda. Tango adalah satuan terkecil dari bahasa yang
memiliki arti dan fungsi gramatikal. Tango merupakan unsur kalimat, misalnya
hana ‘bunga’, ga ‘partikel ga’, saku ‘mekar/berkembang’ dalam kalimat Hana ga
saku ‘Bunga mekar/berkembang’. Sementara goi (vocabulary) adalah keseluruhan
dari kata (tango) berkenaan dengan suatu bahasa atau bidang tertentu yang ada di
dalamnya.

Dalam Kokugo Jiten,1999:429,


語彙では「ある言語で用いられる語の全体。また、ある人領域の用いる語の全
体」と説明している。
Goi dewa [aru gengo de mochirareru go no zentai. Mata, aru hito ryouiki no
mochiru go no zentai ] to setsumei shiteiru
'Kosakata adalah keseluruhan kata yang dipakai dalam suatu bahasa, serta kata
tersebut dipakai oleh seseorang dalam wilayah tertentu.
Widjono (2007: 131) menjelaskan kelas kata (jenis kata) adalah golongan
kata dalam satuan bahasa berdasarkan kategori bentuk, fungsi, dan makna dalam
sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik dan benar dengan
berdasarkan pola-pola kalimat baku, pemakai bahasa harus mengenal jenis dan
fungsi kelas kata. Dalam bahasa Jepang, kelas kata disebut 品 詞 分 類 (hinshi
bunrui), definisi kelas kata dalam bahasa Jepang tidak berbeda jauh dengan
bahasa Indonesia.
Isao (2000: 340) mengatakan dalam bukunya kelas kata adalah sebagai
berikut:
品詞とは文の中での働きよ活用のしかたで分類した語のグループ。
Hinshi to wa bun no naka de no hataraki yo katsuyou no shikata de bunrui shita
go no guruupu
Kelas kata adalah sekelompok kata yang dikategorikan berdasarkan cara kerjanya
dan fungsinya dalam kalimat
Dalam buku milik Taku dijelaskan bahwa bahasa Jepang memiliki 9 kelas
kata.
日本語の品詞分類はこれまでさまざまなものは提案されていますが、一般的に
広く知られている学校文法では、単語を、名詞、動詞、形容詞、形容動詞、連体詞 、
副詞、感動詞、助詞、助動詞などの品詞に分類します (Taku, 2018:17).
Nihongo no hinshi bunrui wa kore made samazama na mono wa teian sarete
imasuga, ippanteki ni hiroku shirarete iru gakkou bunpou de wa, tango o, meishi,
doushi, keiyoushi, keiyoudoushi, rentaishi, fukushi, kandoushi, joshi, jodoushi
nado no hinshi ni bunrui shimasu.
Pada kutipan diatas bahwa Berbagai klasifikasi kelas kata bahasa Jepang
telah diusulkan sejauh ini dalam tata bahasa sekolah yang dikenal luas, kelas kata
diklasifikasikan menjadi beberapa kata, seperti nomina, verba, adjektiva-i,
adjektiva-na, prenomina, adverbia, interjeksi, partikel, dan verba bantu.
Sudjianto dan Dahidi (2004:98) dalam bukunya juga menjelaskan bahwa
kosakata bahasa Jepang dalam karakteristik gramatikal dapat diklasifikasikan 9
golongan yaitu : (1) dooshi (verba); (2) i-keiyooshi atau ada yang menyebutnya
keiyooshi (adjektiva-i); (3) na-keiyooshi atau keiyoodooshi (adjektiva-na); (4)
meishi (nomina); (5) rentaishi (prenomina); (6) fukushi (adverbial); (7) kandooshi
(interjeksi); (8) setsuzokushi (konjungsi); (9) jodooshi (verba bantu), dan (10)
joshi (partikel).
Seperti yang telah dijelaskan oleh Sudjianto dan Dahidi pada sebelum
bahwa golongan kosakata dalam karakteristik gramatikal secara garis besar
terbagi 10 jenis kata sebagai berikut
1. Meishi yaitu kata-kata yang menyatakan orang, benda, peristiwa, dan sebagainya,
tidak mengalami konjugasi, dan dapat dilanjutkan dengan kakujoshi. Contoh: 車
(kuruma/mobil), 花(hana/bunga), 机(tsukue/meja)
2. Doushi yaitu kata kerja yang bisa berfungsi menjadi prediket dalam suatu kalimat,
mengalami perubahan bentuk (活用/katsuyou) dan bisa berdiri sendiri. Kelas kata
ini digunakan dalam kondisi menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan
sesuatu.Contoh 行く(iku/pergi), 食べる(taberu/makan), 読む(yomu/membaca).
3. Ikeiyoushi yaitu kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu, dengan
sendirinya dapat menjadi predikat dan dapat mengalami perubahan bentuk,
Kitahara dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:154). Kata-kata yang termasuk
ikeiyooshi dapat membentuk bunsetsu (kalimat) walaupun tanpa bantuan kelas
kata lain. Contoh: 優しい(yasashii/baik), 高い(takai/tinggi), 深い(fukai/dalam).
4. Nakeiyoushi yaitu kata sifat berakhir na, mengalami perubahan bentuk bunsetsu
dengan sendirinya, dan dapat berubah bentuknya, dan bentuk shuushikei-nya
diakhiri dengan da atau desu.Contoh 綺 麗 な (kirei na/ canti), 賑 や か な
(nigiyakana/ramai)静かな(Shizuka na/sunyi)
5. Fukushi yaitu kata keterangan yang tidak mengalami perubahan bentuk, tetapi
dapat menjadi keterangan bagi yoogen walaupun tanpa mendapat bantuan dari
kata-kata yang lain . contoh : とても(totemo/sangat),あまり(amari/tidak sebegitu),
ずっと(zutto/selalu),いちばん(ichiban/paling)
6. Jodoushi yaitu kata kerja bantu, dapat mengalami perubahan bentuk dan tidak bisa
berdiri sendiri.Contoh 叱 ら れ た (shikarareta/dimarahi), 書 か せ る
(kakaseru/menuyuruh menulis)
7. Joshi yaitu kata bantu, tidak bisa berdiri sendiri dan tidak mengalami perubahan
bentuk. Contoh:は,で,の,に,も,から,が.
8. Rentaishi yaitu kelas kata yang tidak mengalami perubahan bentuk konjungsi dan
hanya digunakan untuk menerangkan nomina. Kelas kata ini tidak dapat menjadi
subjek atau pun predikat. Contoh: あ る (aru/ada), あ ら ゆ る
(arayuru/segala,semua,setiap), い わ ゆ る (iwayuru/yang disebut atau yang
dimaksud)
9. Kandoushi yaitu kata yang mengungkap perasaan terkejut dan rasa
gembira ,namun selain itu didalam terkandung juga kata kata yang menyatakan
atau jawaban terhadap orang lain. Contoh
-menyatakan perasaan terkejut dan gembira : あ ら , ま あ , ほ ら . -menyatakan
panggilan atau jawaban: もしもし,はい,
10. Setsuzokushi yaitu kata yang menghubungkan hal satu dengan hal lain, dengan
fungsi-fungsi tertentu.contoh: そして(soshite/lalu),それから(sorekara/kemudian)
ですが(desuga/tetapi).
D. Pembetukan kata
Macam-macam proses morfologis dalam bahasa Jepang berbeda dengan
bahasa Indonesia. Sunarni dan Johana (2010:30) berpendapat bahwa proses
pembentukan kata dalam bahasa Jepang ada tiga macam yaitu proses komposisi,
proses reduplikasi, dan proses derivasi. Akan tetapi, berbeda dengan pendapatnya
Sutedi (2008:45) bahwa proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang sekurang-
kurangnya terdapat empat macam yaitu (1) haseigo atau derivasi, (2) fukugougo
atau komposisi, (3) shouryaku atau pemendekan kata, (4) toujigo atau singkatan.
Dari sini dapat diketahui bahwa salah satu pembetukan kata bahasa Jepang
melalui komposisi atau istilah dengan Bahasa jepang adalah Fukugougo. Hal ini
merupakan salah bentuk proses morfologis.
Fukugougo atau komposisi adalah kata yang terbentuk dari penggabungan
beberapa morfem isi. menurut Koizumi (1993:109) adalah merupakan
penggabungan beberapa morfem yang terbagi atas berbagai variasi. Dalam proses
ini dua leksem atau lebih berpadu dan outputnya adalah paduan leksem atau
kompositum dalam tingkat morfologi atau kata majemuk dalam tingkat sintaksis.
Komposisi terdapat dalam banyak Bahasa.
Sakasama(2006:63) juga mengemukakan tentang fukugougo dalam
kalimat bahasa Jepang sebagai berikut
ある語二つ以上の形態素から成り立っていて、その形態素が共に語 根である
場合、その語を複合語と言います。
aru go futatsu ijou no keitaiso kara nari tatte ite, sono keitaiso ga tomo ni gokon
de aru baai, sono go o fukugougo to iimasu.
Ketika sebuah kata terdiri dari dua atau lebih morfem dan kedua morfemnya
adalah unsur, kata itu disebut kata majemuk.
Kata majemuk mempunyai ciri tersendiri jika dibandingkan dengan
kumpulan kata lain seperti frasa. Kata majemuk mempunyai ciri-ciri yaitu, terdiri
dari dua kata, sistem keeratannya ketat atau bersifat rapat, setelah bergabung
membentuk makna baru, dan diberlakukan sebagai satu kata. Secara morfologis,
kata majemuk tidak dapat disisipi dengan kata apapun. Jika mendapat imbuhan,
diterapkan pada awal atau akhir kata majemuk seluruhnya dan jika diduplikasikan
harus pula diulang secara keseluruhan (Soepomo Poedjosoedarmo, 1978: 165).
Menurut Koizumi (1993:109) juga menjelaskan bahwa kosakata majemuk
bahasa jepang yang dibentuk dari beberapa morfem yang terbagi atas berbagai
variasi komposisi dengan berdasarkan kelas kata yang membentuknya:
a. Meishi (N) + meishi (N). Contoh : 手紙 (tegami/surat)
b. Meishi (N) + doushi (V).Contoh :旅立ち(tabidachii/keberangkatan)
c. Meishi (N) + keiyoushi (Adj). Contoh : 肌寒い(hadasamui/kulit merasa dingin)
d. Doushi (V) + meishi (N). Contoh : 生き物 (ikimono/makhluk hidup)
e. Doushi (V) + Doushi (V). Contoh : 聞き取 (kikitori/mendengarkan komprehensi)
f. Doushi (V) + keiyoushi (Adj). Contoh : 読みづらい (yomidzurai/sulit dibaca)
g. Keiyoushi (Adj) + meishi (N). Contoh : 青空 (aozora/langit biru)
h. Keiyoushi (Adj) + doushi (V). Contoh : 多過ぎる(oosugiru/terlalu banyak)
i. Keiyoushi (Adj) + keiyoushi (Adj). Contoh : 長 細 い ( nagahosoi/ panjang dan
tipis)
Sedangkan Matsuoka (1981:154) juga menjelaskan komposisi pembetukan
dengan variasi :
a. Meishi (N) + Meishi (N). Contoh :春風 (harukaze/ angin musim semi)
b. Meishi + 々(noma). Contoh 時々(tokidoki/kadang-kadang)
c. Meishi (N) + doushi (V). Contoh : 物語り(monogatari/kisah)
d. Doushi (V) + doushi (V).Contoh : 立ち寄り(tachiyori/mampir)
e. Doushi (V) + meishi (N). Contoh : 消しゴム(keshigomu/penghapus)
f. Keiyoushi (Adj) + meishi (N). Contoh : 白髭(shirohige/kumis putih)
g. Meishi (N) + keiyoushi (Adj). Contoh : 目新しい(meatarashii/baru)
h. Keiyoushi (Adj) + doushi (V). Contoh : 若返り(wakagaeri/merasa muda kembali)
i. Keiyoushi (Adj) + keiyoushi (Adj).Contoh : 綺麗好き(kireizuki/menyukai
kebersihan)
j. Keiyoushi (Adj) + さ. Contoh : 優しさ (yasashisa/kebaikan)
k. Keiyoushi (Adj) + 性. Contoh : 安全性(anzensei/keamanan)
l. Fukushi (Adv) + meishi (N) : 又従姉妹(mataitoko/kedua sepupu)
E. Semantik
1. Pengertian Makna
Makna merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kajian
semantik dan selalu melekat dari apa yang kita tuturkan. Pengertian dari makna
sangatlah beragam. Berikut menurut Ferdinand de Saussure dalam (Chaer, 2014:
287) makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki pada sebuah tanda
bahasa. Dijelaskan juga dalam (Chaer, 2013: 29) setiap tanda bahasa terdiri dari
dua unsur yaitu yang diartikan dan yang mengartikan. Kemudian Chaer dalam
(Santoso dkk., 2007: 115) menyatakan bahwa setiap satuan bahasa tertentu
memiliki makna. Maka dari itu, mempelajari bahasa sama artinya dengan
mempelajari makna dan mempelajari cara menggabungkan setiap satuan bahasa
yang memiliki makna menjadi suatu ungkapan yang baik dan benar.
Menurut Pateda (2010: 79) makna disebut juga dengan meaning
merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu
pada tuturan kata maupun kalimat. Pendapat lain mengenai makna dinyatakan
oleh Ogden dan Richards dalam (Pateda, 1972: 186-187) makna yang ada di
dalam kamus merupakan makna leksikal. Dalam kehidupan sehari-hari sulit untuk
menerapkan makna leksikal, sebab makna sebuah kata sering bergeser jika berada
dalam satuan kalimat. Maka, setiap kata kadang-kadang membuat orang tidak
puas dengan makna kata yang tertera di dalam kamus.
Menurut Aminuddin dalam (Muzaiyanah, 1998:50) makna merupakan
hubungan antara bahasa dengan bahasa asing yang disepakati pengguna bahasa
sehingga dapat saling memahami. Pendapat lain dikemukakan oleh Keraf (2009:
25) makna merupakan aspek yang membangkitkan reaksi dalam benak pendengar
atau pembaca akibat rangsangan ekspresi yang ditangkap oleh panca indera.

2. Jenis Makna
Jenis makna dapat dibagi menjadi berbagai macam jenis berdasarkan ciri-
ciri sudut pandangnya. Adapun jenis-jenis makna yang akan dibahas sebagai
berikut:
a. Makna Leksikal dan Gramatikal
Kedua jenis makna ini dikenal dengan istilah jishoteki-imi atau goiteki
imi. Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan
referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur
grammatikalnya. Makna leksikal dapat dikatakan sebagai makna asli dalam suatu
kata. Adapun contoh dalam hal ini adalah hana yang memiliki makna leksikal
yaitu ‘bunga’, selain itu kuruma makna leksikal nya adalah ‘mobil’
Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang terbuat dari proses
Gramatikalnya. Contoh dari hal ini terdapat pada joshi dan jodoushi yang
merupakan bagian dari kelas kata dalam bahasa Jepang.Dikarenakan kedua
tersebut tidak mempunyai makna leksikal melainkan grammatikal apabila didalam
suatu kalimat.
Mansore (2001:103) mengemukakan bahwa makna gramatikal sebagai
makna fungsional. Dikarenakan akibat berfungsinya kata dalam kalimat. Begitu
pula Sutedi dalam (Gifari, 2004:107) menyebutkan bahwa Makna grammatikal
dalam bahasa jepang dikenal dengan istilah bunpou teki imi.

b. Makna denotatif dan konotatif


Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut meijiteki imi atau gaien ,
makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah kata.
Bisa dikatakan bahwa makna denotatif ini sama hal nya dengan makna leksikal.
misalnya pada kata mobil yang mempunyai makna denotatifnya adalah salah satu
jenis transportasi dengan empat roda yang digunakan oleh banyak orang.
Makna konotatif (anjitekiimi) adalah makna yang mempunyai nilai rasa
seseorang atau penggunannya. Bisa dibilang makna ini berkaitan dengan sifat
subjektif dan melekat pada suatu kata atau frasa
c. Makna Referensial dan Non Referansial
Pateda (2010: 125) menjelaskan bahwa makna referensial adalah makna
yang langsung berkaitan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Acuan disini
dapat berupa benda, peristiwa, proses, atau kenyataan. Dengan kata lain Acuan
yang memiliki gambar. Misalnya pada kata hutan, yang merupakan ditunjuk
sebagai lambang tersebut, dan diilustrasikan tempat yang memiliki banyak pohon
serta menjadi tempat tinggal beragam hewan. Dari ilustrasi ini dapat diketahui
bahwa Makna referensial sebuah kata yang bermakna dengan berdasarkan
acuannya. Berikut termasuk kata-kata yang bermakna referensial seperti kuda,
merah, dan gambar karena ada acuannya dalam dunia nyata. Sedangkan makna
non-refensial adalah kata-kata yang tidak mempunyai referens seperti karena,
atau, dan hingga.
d. Makna Idiom dan Peribahasa
Chaer (2014: 296) idiom merupakan satuan ujaran yang maknanya tidak
dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara
gramatikal. Misalnya, secara gramatikal bentuk menjual rumah bermakna “yang
menjual menerima uang dan yang membeli menerima rumahnya” namun, dalam
bahasa Indonesia bentuk menjual gigi tidaklah memiliki makna seperti itu,
melainkan bermakna “tertawa keras-keras”, jadi makna seperti ini dapat disebut
dengan makna idiomatikal.
e. Makna Kiasan
Makna kiasan merupakan makna yang bukan terdapat di dalam kata
tersebut. Makna kiasan sudah bergeser dari makna sebenarnya, namun masih ada
kaitan dengan makna sebenarnya. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata bintang
yang bermakna benda angit yang berkelip-kelip jika dilihat pada waktu malam
karena pada kenyataannya bintang tidak pernah terlihat pada siang hari. Berbeda
dengan kata “Dia bintang lapangan”, karena bintang lapangan bermakna kiasan,
yang berarti orang yang terampil bermain sepak bola.
F. Jukugo
Pada sebelum nya telah membahas tentang pembetukan kata yang melalui
dari penggabungan atau pemajemukan yang menggunakan kata . Tidak hanya itu,
didalam bahasa jepang, ada sebuah kata yang konsep pembetukannya sama seperti
hal nya dengan penggabungangan tetapi tidak menggunakan kata melainkan
dengan kanji itu sendiri. Dengan kata lain, Kanji yang digabungkan dengan kanji
lain maka akan melahirkan kata dan makna baru. Pembetukan ini dikenal dengan
sebutan jukugo
Adapun Matsumura dan akiyasu dalam soelistywati (2018:329)
menjelaskan jukugo sebagai berikut
二字以上の漢字が結合して一語になったもの。
Niji ijou no kanji ga ketsugoushite ichigo ni natta mono.
Dua kanji atau lebih yang menggabung dan membentuk satu kata

二つ以上の単語が合わさって、できた一つの単語。
Futatsu ijou no tango ga awasatte, dekita hitotsu no tango.
Kata yang terdiri dari gabungan dua kata atau lebih
Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dua huruf kanji atau
lebih yang digabungkan maka membentuk kata , makan dan pelafalan baru.
a. Pola pembetukan jukugo yang terdiri dari dua huruf kanji
Tsuhiya (dalam suratman,19994:17) menerangkan bahwa untuk
memahami relasi makna diantara 2 kanji sebagai pembentk jukugo dikelompokan
menjadi tujuh macam pola yaitu :
1. Jukugo yang terbuat dari dua huruf kanji yang mempunyai makna yang sama atau
hamper sama
Contoh : 岩 (gan/batu) + 石 (seki/batu) = 岩石 (ganseki/batu)
2. Jukugo yang terbuat dari dua huruf kanji yang mempunyai makna berlawanan
Contoh : 左 (sa/kiri) + 右 (yuu/kanan) = 左右 (sayuu/kiri kanan)
3. Jukugo yang terdiri dari gabungan kanji yang mempunyai makna arti yang
berlainan
Contoh : 軽 (kei/ringan) + 薄 (haku/tipis) = 軽薄 (keihaku/gegabah)
4. Jukuo yang terdiri dari penggabungan dua huruf kanji yang kanji pertama
didepanya berfungsi menerangkan kanji kedua
Contoh : 医 (i/obat) + 学 (gaku/ilmu) = 医学 (igaku/ilmu kedokteran)
5. Jukugo yang terdiri dari dua huruf kanji yang kanji kedua sebagai penjelas kanji
pertama.
Contoh : 被 (i/menerima ) +害 (gai/cedera) = 被害 (higai/penderitaan)
6. Jukugo yang kanji kedua sebagai pelengkap atau mempertegas kanji pertama
Contoh : 美 (bi/Cantik) + 化 (ka/ berubah) = 美化 (bika) mempercantik
7. Jukugo yang kanji pertama sebagai penyangkal atau menghaluskan kanji kedua
Contoh : 不 (fu/tidak) + 明 (mei/jelas) = 不明 ( fumei/tidak jelas)
b. Pola pembetukan jukugo yang terdiri dari tiga huruf kanji
Menurut (Suratman,1994;19) dasar dari pembetukan jukugo ini adalah
dikarenakan dari tiga buah kanji merupakan hasil pengembangan dari jukugo yang
terdiri dua buah kanji.Dengan kata lain, pengembangan dari jukugo yang terdiri
dari dua huruf kanji hanya untuk sebagai pelengkap atau penegasan. Pola
pembetuka tiga jukugo ini terdapat 2 macam yaitu :
1. Jukugo yang terbentuk dari dua huruf kanji yang ditambahkan dengan satu kanji
dibelakang
◯◯ + ◯
Contoh : 報 告 (houkok/lapor) + 書 (sho/dokumen) = 報 告 書
(houkokusho/laporan)
2. Jukugo yang terbentuk dari satu huruf kanji yang ditambahkan dengan dua kanji
di belakang
◯ + ◯◯
Contoh : 無 (mu/ tidak ada) + 意味 (imi/arti) = 無意味 (muimi/ tidak berarti)

G. Yojijukugo
1. Pengertian yojijukugo
Yojijukugo merupakan salah satu jenis jukugo dengan suatu kata yang
terdiri dari empat kanji yang digabungkan yang memiliki makna baru. Yojijukugo
banyak ditemukan didalam wacana bahasa jepang. Adapun Satou dalam Aulia
(2014,2) mengemukakan pengertian yojijukugo adalah sebagai berikut.
漢字四字で熟語となったもので、四字漢語ともいう。四字熟語とは話し手・書き
手の思想・意志を端的に明示することができ、表現効果があるため、日本語 の
中に用いることがおおい。
Kanji yoji de jukugo to natta mono de, yojijukugo tomo iu. Yojijukugo to wa
hanashite kakite no shisou ishi wo tanteki ni menji surukoto ga deki,
hyougenkouka ga aru tame nihongo no naka ni mochiiru koto ga ooi.
Dari kutipan tersebut diketahui bahwa jukugo yang terdiri dari empat kanji
memang banyak ditemukan didalam ruang lingkup bahasa jepang. yojijukugo
menjelaskan secara ekplisit yang berhubungan dengan suatu yang dipikirkan atau
ide dari pembicara maupun penulisnya.
2. Makna yojijukugo idiom
Yojijukugo diyakini memiliki makna kata biasa dan makna idiom( Kardy
dan Hattori, 2011:7). Makna idiomatik adalah makna yang biasanya terdiri dari
gabungan beberapa kata dan menghasilkan makna baru. Hal ini biasanya terdapat
di dalam sebuah paribahasa atau ungkapan.
Garrison (2002:8) menjelaskan bahwa pada umumnya yojijukugo tidak
dianggap sebagai idiom, melainkan kata benda majemuk atau sebagai pepatah dan
paribahasa. Misalnya pada yojijukugo 年 功 序 列 (nenkoujouretsu) yang berarti
senioritas dan 意識不明 (ishikifumei) yang berarti tidak sadar. Meskipun makna
kedua yojijukugo ini cukup mudiah dimengerti tetapi perlu beberapa interpretasi
untuk dapat dipahami. Dan oleh sebab itu bisa dipertimbangkan dalam ruang
lingkup idiomatik. Adapun pepatah atau peribahasa tentu nya juga memerlukan
penjelasan yang mudah dipahami. Seperti hal nya pada yojijukugo ini 呉越同舟
(goetsudoushu) yang berarti ‘Go dan etsu di kapal yang sama’ dan 十 人 十 色
(juunintoiro) yang berarti ‘sepuluh orang, sepuluh warnna’. Kedua Yojijukugo ini
bisa dikatakan sebagai idiomatik karena makna nya tidak jelas apabila melihat
dari kata-kata perindividu.
3. Makna yojijukugo non idiom
Selain itu ada juga yojijukugo yang memiliki makna yang sederhana dan
mudah dipahami (Kardy & Hattori,2008: 9). Contoh nya adalah 焼 肉 定 食
(yakinikuteishoku). Pada kanji pertama (焼) yang memiliki arti “panggang, kanji
kedua (肉) yang artinya daging, kanji ketiga (定) dan kanji ke empat (食) yang
bersamaan bermakna ‘menu paket makanan’. Apabila keempat kanji digabungkan
maka bemakna apa adannya , yaitu menu “paket makanan daging panggang”

4. Pembetukan yojijukugo
Didalam yojijukugo ada berbagai macam pola pembetukan. Dengan melihat
pola pembetukan, dapat memahami makna serta pelafalan yang ada dalam pada
yojijukugo. Takio dan hida dalam Kokugo Gakushuu Jiten (1992) (dalam Syarani,
Rahmalia, & Aprilianti. 2020) menjelaskan bahwa pembetukan yojijukugo terbagi
empat macam pola sebagai berikut.
a. Tebentuk nya yojijukugo dari uraian satu persatu huruf kanji
◯+◯+◯+◯
Contoh : 春夏秋冬 (春+夏+秋+冬)
b. Terbentuknya yojijukugo dari uraian dua huruf kanji dengan dua huruf kanji
◯ ◯+◯ ◯
Contoh : 切磋琢磨 (切磋+琢磨)
c. Terbentuknya yojijukugo dari uraian tiga huruf kanji dengan satu huruf kanji
◯ ◯ ◯+◯
Contoh : 文房具店 (文房具+店)
d. Terbentuk nya yojijuugo dari uraian satu huruf kanji dengan tiga huruf kanji
◯+◯ ◯ ◯
Contoh : 新予算案 (新+予算案)
Selain itu, dari setiap pola-pola tersebut dapat dianalisis secara deskriptif.
Misalnya pada 一 石 二 鳥 (issekinichou) yang merupakan salah satu yojijukugo
dengan kosep pembetukan nya melalui panggabungan dua huruf kanji ( 〇 〇 )
dengan dua huruf kanji (〇〇). yaitu 一石(isseki) yang berarti ‘satu buah batu’
dan 二 鳥 (nichou) yang berarti ‘dua ekor burung’.Apabila digabungkan maka
makna secara harfiah adalah dua ekor burung dengan satu buah batu.
Tetapi Yojijukugo ini memiliki makna yang dimaksudkan adalah adalah
一度の行動で二つの利益を得ること。
Ichi no koudou de futatsu no reiki o eru koto.
Mendapat dua keuntungan dalam satu tindakan.
Dari sini diketahui bahwa dilihat dari makna harfiahnya sulit dipahami dan
dibutuhkan penjelasan untuk makna harfiah tersebut. Oleh karena ini yojijukugo
ini termasuk memiliki makna idiom yang dimana makna asli dari individu kata
berbeda dengan makna tersembunyi

Anda mungkin juga menyukai