Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian Dōshi (kata kerja)

Dōshi merupakan salah satu dari sepuluh kelas kata dalam bahasa Jepang.

Dōshi termasuk jiritsugo, dapat membentuk sebuah bunsetsu walau tanpa bantuan

kelas kata lain, dan dapat menjadi predikat bahkan dengan sendirinya memiliki

potensi untuk menjadi sebuah kalimat (Dahidi dan Sudjianto, 2004 : 149). Untuk

lebih memperjelas arti dan pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis akan

menguraikan beberapa definisi tentang dōshi, baik dalam bahasa Indonesia

maupun dalam bahasa Jepang, di antaranya yaitu :

2.1.1 Pengertian Dōshi (Kata Kerja )Dalam Bahasa Indonesia

1. Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau

pekerjaan, atau beradanya dalam suatu keadaan yang semuanya

menjawab pertanyaan, mengapa atau diapakan dia ( Ambary, 1979 :

113).

2. Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan

(Poerwadarminta, 1984 : 450).

3. Kata kerja adalah jenis kata yang termasuk salah satu yōgen

dan menyatakan kegiatan atau aktivitas (Danasasmita dan Sudjianto,

1983 : 18).

9
10

4. Kata kerja adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang,

sama dengan adjektiva-i dan adjektiva-na menjadi salah satu jenis

yōgen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan,

atau keadaan sesuatu. Dōshi dapat mengalami perubahan dan dengan

sendirinya dapat menjadi predikat (Nomura, dalam Dahidi dan

Sudjianto, 2004 : 149).

2.1.2 Pengertian Dōshi Dalam Bahasa Jepang

1. Yang dinamakan dōshi adalah kata-kata yang menunjukan

keadaan, keberadaan, aksi dan aktifitas manusia atau benda. (Toshiko,

1990 : 85).

2. Dōshi adalah kata yang menunjukan gerakan keadaan atau

perbuatan suatu benda (Haruhiko, Showa 59 : 628).

3. Dōshi adalah salah satu jenis kata yang menunjukan tingkah

laku, perbuatan manusia atau gerakan suatu benda seperti ‘menulis’,

‘mendengar’, ‘berbicara’ dan lain-lain. Pada akhir katanya diakhiri

huruf -u (u, ku, su, tsu, nu, bu, mu, gu dan ru). Dan lagi bentuknya

berubah sesuai dengan ketentuan dan berdasarkan kata yang

mengikutinya seperti ‘tidak menulis’, ’menulis(bentuk sopan)’,

’menulis(bentuk kamus), ’jika menulis’, ’menulis!’, ‘hendak menulis’

(Haruhiko, 1979 : 732).


11

4. Jika di dalam suatu kalimat, ada sesuatu yang menunjukan

keberadaan, perubahan keadaan, gerakan manusia atau benda, maka

hal seperti itu dinamakan dōshi (Jūkō, 1984 : 225).

Setelah meneliti dan membandingkan beberapa pendapat mengenai

definisi dōshi, baik definisi dōshi dalam bahasa Indonesia, maupun dalam bahasa

Jepang secara arti tidak banyak perbedaan, bahkan dapat dikatakan bahwa pada

dasarnya definisi dōshi dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Jepang,

memiliki pengertian yang sama.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis menarik kesimpulan mengenai

definisi dōshi sebagai berikut ‘dōshi adalah salah satu kata dalam bahasa Jepang,

yang menyatakan suatu keadaan atau aktivitas manusia atau benda dan dapat

mengalami perubahan bentuk sesuai ketentuannya, serta dengan sendirinya dapat

berfungsi sebagai predikat, dan biasanya pada akhir katanya diakhiri dengan

huruf –u’.

2.2 Jenis-jenis Dōshi

Dalam bahasa Jepang, dōshi dilihat berdasarkan perubahannya (katsuyō)

dibagi ke dalam lima kelompok, yaitu:

1. Godan Katsuyō Dōshi

Godan katsuyō doshi adalah kata kerja yang mengalami lima

perubahan suara pada akhir katanya. Kata kerja ini berakhiran suara -u,

tsu, ru, bu, nu, mu, ku, gu, dan su. Misalnya, kau, tatsu, asobu, shinu,

kaku, dan lain-lain.


12

2. Kami Ichidan Katsuyō Dōshi

Kami ichidan katsuyō dōshi adalah kelompok kata kerja yang suku

akhir katanya berakhiran suara –iru. Misalnya, okiru, ochiru, miru,

dekiru, iru, dan lain-lain.

3. Shimo Ichidan Katsuyō Dōshi

Shimo ichidan katsuyō dōshi adalah kelompok kata kerja yang suku

akhir katanya berakhiran huruf –eru. Misalnya, taberu, neru, deru,

oshieru, kangaeru, dan lain-lain.

4. Kagyō Henkaku Katsuyō Dōshi

Dōshi yang termasuk kagyō henkaku katsuyō dōshi, hanya ada satu

yaitu kuru ‘datang’.

5. Sagyō henkaku katsuyō Dōshi

Dōshi yang termasuk sagyō henkaku katsuyō dōshi pun hanya ada satu,

yaitu suru ‘melakukan’.

(Ōkubo, 1985 : 139)

2.3 Bentuk-Bentuk Perubahan Dōshi

Dōshi di dalam bahasa Jepang, dapat mengalami perubahan, sehingga di

dalam gramatika bahasa Jepang terdapat istilah katsuyōkei (bentuk konjugasi)


13

yang merupakan bentuk kata dari konjugasi verba (Dahidi dan Sudjianto, 2004 :

152).

Adapun bentuk-bentuk perubahan dōshi adalah sebagai berikut :

1. Mizenkei

Mizenkei adalah bentuk perubahan dōshi yang terdiri dari bentuk negatif,

bentuk menyuruh, bentuk keinginan atau maksud,bentuk pasif, dan lain-

lain. Biasanya bentuk ini disertai dengan bentuk -nai, seru, saseru, ō atau

yō, reru dan rareru. Misalnya, kakanai, yomaseru, tabesaseru, hanasō,

dekakeyō, dan lain-lain.

2. Renyōkei

Renyōkei adalah bentuk perubahan dōshi yang digunakan untuk

menyatakan bentuk sopan, bentuk sambung, bentuk lampau, bentuk

keinginan, dan lain-lain. Misalnya, hatarakimasu, kabutte, tabeta, asonda,

shitai, dan lain-lain.

3. Shūshikei

Shūshikei adalah bentuk dasar verba yang dipakai pada waktu mengakhiri

ujaran. Dōshi yang digunakan adalah bentuk kamus. Misalnya, yomu,

tatsu, neru, kuru, suru, dan lain-lain.

4. Rentaikei

Rentaikei adalah dōshi bentuk sambung. Akan tetapi berbeda dengan

renyōkei, karena pada bentuk ini, dōshi tidak mengalami perubahan,


14

melainkan bentuk kamus langsung berkonjugasi dengan taigen, seperti

toki, koto, hito, mono, dan lain-lain. Misalnya, kaku toki, yomu hito, taberu

okashi, kuru kuruma, benkyo suru toki, dan lain-lain.

5. Kateikei

Kateikei adalah bentuk perubahan dōshi yang digunakan untuk

menyatakan makna pengandaian, dan biasanya menggunakan bentuk yang

diikuti -ba. Misalnya, kakeba, hanaseba, tabereba, kureba, sureba, dan

lain-lain.

6. Meireikei

Meireikei adalah dōshi yang menyatakan makna perintah, merupakan

bentuk yang kasar dimana pada waktu mengakhiri ujaran, bernada tinggi.

Misalnya, ike, kae, miro, shirabero, koi, dan lain-lain.

2.4 Dōshi Bentuk Pasif Dalam Bahasa Jepang (Ukemi Dōshi)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa salah satu bentuk perubahan

dōshi yang termasuk ke dalam mizenkei adalah ukemi dōshi. Kalimat pasif dalam

bahasa Jepang disebut ukemi. Benda mati yang semula menjadi objek penderita

dalam kalimat aktif, tidak dapat dijadikan pokok kalimat dalam ukemi. Akan

tetapi, ukemi bahasa Jepang dapat dibentuk dengan menggunkan dōshi intransitif

(Sutedi, 2002 : 117).


15

Sebelum menguraikan pembentukan dōshi bentuk pasif dan macam-

macamnya, maka penulis akan menguraikan terlebih dahulu beberapa definisi

tentang ukemi dōshi yang diambil dari beberapa sumber, di antaranya:

1. Ukemi dōshi adalah kalimat yang subjeknya atau kalimat pokoknya

dikenai pekerjaan oleh pihak lain, dimana kata kerjanya menggunakan

kata bantu -reru dan -rareru, seperti nagureru, okosareru dan lain-lain

(Tadao, at al. 1989 : 167).

2. Ukemi dōshi adalah kata kerja yang menunjukan hubungan menerima

suatu aktivitas atau kegiatan. Dalam bahasa Jepang, menunjukan

perasaan yang mengganggu atau merugikan orang lain. Pada kata

kerjanya menggunakan kata bantu yu, jodai, ru dan raru untuk bahasa

tulisan, sedangkan untuk bahasa tulisan, menggunkan kata bantu -reru

dan -rareru. Misalnya ‘ame ni furareru’,’ashi o fumareru’, dan lain-

lain (Izuru, 1998 : 229).

3. Ukemi dōshi adalah kata kerja yang menunjukan suatu keadaan untuk

pertahanan karena menerima serangan atau aksi terlebih dahulu dari

orang lain (Haruhiko, Showa 59 : 229).

4. Ukemi dōshi adalah kalimat yang subjeknya atau pokok kalimatnya

dikenai suatu pekerjaan atau menderita (Ater, 1986 : 12)

Setelah meneliti dan membandingkan beberapa pendapat mengenai ukemi

dōshi, secara umum maknanya hampir sama. Dengan demikian, penulis menarik

kesimpulan mengenai definisi ukemi dōshi sebagai berikut ‘ukemi dōshi adalah

suatu kalimat yang subjeknya atau kalimat pokoknya dikenai pekerjaan oleh pihak
16

lain, dan merasa dirugikan, selain itu pada kata kerjanya menggunakan kata bantu

-reru dan -rareru.

2.5 Pembentukan Ukemi Dōshi

Kata kerja bentuk kamus (jishokei), jika diubah ke dalam bentuk ukemi

dōshi, maka ketentuannya adalah sebagai berikut :

1. Godan Katsuyō Dōshi

Dōshi yang berkhiran huruf -u pada tsu, ru, bu, nu, mu, ku, gu, dan su,

diganti dengan -areru, sedangkan khusus untuk kata kerja yang

berakhiran huruf -u, seperti kau, maka akhiran -u diganti dengan -

wareru.

Misalnya : 買う 買われる

売る 売られる

持つ   持たれる

読む     読まれる

死ぬ    死なれる

2. Kami Ichidan Katsuyō Dōshi dan Shimo Ichidan Katsuyō Dōshi

Akhiran -ru pada dōshi, dihilangkan diganti dengan -rareru.

Misalnya : 食べる 食べられる

借りる 借りられる

見る 見られる

起きる 起きられる
17

調べる 調べる

3. Kagyō Henkaku Katsuyō Dōshi

Dōshi 来る berubah menjadi 来られる.

4. Sagyō Henkaku Katsuyō Dōshi

Dōshi する berubah menjadi される.

Dengan demikian untuk membuat bentuk ukemi dōshi, maka harus

mngikuti cara atau aturan yang sudah ditentukan, sesuai dengan jenis-jenis

dōshinya. Secara umum ukemi dōshi yang juga disebut judootai, dibuat sebagai

hasil perbuatan kalimat aktif (noodootai). Tetapi, ukemi dōshi dalam bahasa

Jepang, tidak semuanya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara

utuh. Karena bentuk asalnya, bukan hanya dari kalimat transitif saja, melainkan

juga dari kalimat intransitif (Sutedi, 2002 : 117 - 118).

Ukemi dōshi dalam bahasa Jepang memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu

ada suatu peristiwa atau kejadian, yang merupakan sebuah aksi dari seseorang

atau sesuatu, serta ada seseorang atau sesuatu yang menerima pengaruh dari

kejadian tersebut (Isao, 2001 : 99).

2.6 Macam-macam Ukemi Dōshi

Ukemi dōshi dalam bahasa Jepang, secara garis besar dibagi atas dua

macam, yaitu :

1. Chokusetsu no ukemi (kalimat pasif langsung), yaitu kalimat pasif

yang subjek atau pokok kalimatnya menerima pengaruh atau aksi dari

subjek dalam kalimat aktif.


18

Misalnya : 1. 太郎が花子を殴りました.

(Tarō memukul Hanako)

2. 花子が太郎に殴られました.

(Hanako dipukul oleh Tarō)

( Isao, 2001 : 99).

2. Kansetsu no ukemi (kalimat pasif tidak langsung), yaitu kalimat pasif

yang subjek atau pokok kalimatnya tidak terdapat atau tidak

disebutkan dalam kalimat aktif.

Misalnya : 1. 隣の人が騒ぎました.

(Tetangga ribut)

2. 私は隣の人に騒がれました.

(Saya merasa terganggu oleh tetangga yang ribut)

(Isao, et.al, 2000 : 295).

2.6.1 Chokusetsu No Ukemi

Chokusetsu no ukemi dibuat dari kalimat transitif. Tetapi, tidak semua

kalimat transitif dapat dijadikan kalimat pasif. Melainkan hanya terbatas pada

kalimat transitif yang objek penderitanya berupa kata benda atau binatang (Sutedi,

2002 : 118).

Pola kalimat yang digunakan dalam chokusetsu no ukemi adalah :

_____ WA / GA______NI______V RARERU.

_____________di___________oleh_________
19

Misalnya : 1a. 太郎は次郎を追いかけました.

(Tarō mengejar Jirō)

1b. 次郎は太郎に追いかけられました.

(Jirō dikejar oleh Tarō)

2a. 太郎は次郎を殴りました.

(Tarō memukul Jirō)

2b. 次郎は太郎に殴られました.

(Jirō dipukul oleh Tarō)

(Shinjirō, 1991 : 186 - 187)

Kalimat nomor 1a dan 2a di atas adalah kalimat aktif yang berpola ‘ N1

WA N2 O V RU’. Jika N1 adalah subjek yang melakukan suatu pekerjaan, dan

N2 adalah objek yang dikenai suatu pekerjaan, diubah ke dalam ukemi dōshi,

maka akan menjadi ‘N2 WA N1 NI V RARERU’, seperti pada kalimat 2a dan 2b.

Dengan demikian, objek penderita (N2), pindah ke depan menduduki posisi

subjek, kemudian diikuti kata bantu wa/ga, dan subjek (N1), pindah ke posisi

objek dan diikuti kata bantu ni. Kata bantu ni dalam pola kalimat ini,

diterjemahkan ‘oleh’.

2.6.2 Kansetsu No Ukemi

Kansetsu no ukemi dibuat dari kalimat transitif dan kalimat intransitif.

1. Kansetsu No Ukemi dari Kalimat Transitif


20

Kansetsu no ukemi yang dibentuk dari kalimat transitif, antara lain yang

objek penderitanya atau yang dikenai pekerjaanya merupakan bagian dari tubuh

(anggota badan), atau benda yang dimiliki seseorang, atau sesuatu yang menjadi

korban dari suatu pekerjaan.

Pola kalimat yang digunakan dalam kansetsu no ukemi adalah :

______WA / GA ______NI_____O_____V RARERU.

_____________di____________oleh______________.

Misalnya : 1a. 山田さんが私の足を踏みました.

(Yamada menginjak kaki saya)

1b. 私は山田さんに足を踏まれました.

(Kaki saya diinjak oleh Yamada)

2a. 強盗が私の犬を殺しました.

(Perampok membunuh anjing saya)

2b. 私は強盗に犬を殺されました.

(Anjing saya dibunuh oleh perampok)

Seperti telah disinggung di atas bahwa dalam ukemi dōshi bahasa Jepang,

benda tidak dapat dijadikan subjek atau pokok kalimat. Benda yang dimaksud

dapat berupa bagian dari tubuh, benda, atau sesuatu yang dimilki seseorang.

Dengan demikian, yang menjadi pokok kalimat dalam ukemi dōshi bahasa Jepang

harus manusia, atau binatang yang memiliki benda tersebut.

Contoh kalimat ukemi dōshi pada nomor 1b dan 2b di atas, merupakan

contoh yang dikenai pekerjaannya adalah benda yang dimiliki oleh seseorang.
21

Sedangkan kalimat aktif pada nomor 1a dan 2a di atas, yang dikenai pekerjaannya

adalah watashi no ashi dan watashi no inu. Ini merupakan benda yang dimiliki

oleh seseorang, meskipun inu ‘anjing’ merupakan benda hidup, tidak dapat

dijadikan kalimat pokok dalam kalimat pasif tersebut. Hal ini desebabkan karena

pada dasarnya, yang menderita kerugian adalah orang yang memiliki benda

tersebut, yakni watashi. Dengan demikian, watashi lah yang dijadikan pokok

kalimat dalam kalimat di atas.

Akan tetapi, jika kalimat tersebut asalnya ‘gōtō wa inu o koroshimashita’,

dan tidak disebutkan siapa pemiliknya, maka inu ‘anjing’ dapat menjadi pokok

kalimat , sehingga menjadi ‘inu wa gōtō ni korosaremashita’ (Sutedi, 2002 : 119 -

121).

2. Kansetsu No Ukemi dari Kalimat Intransitif

Contoh-contoh kalimat kansetsu no ukemi yang dibentuk dari kalimat

intransitif, antara lain sebagai berikut:

1. 私は雨に降られました.

(Saya kehujanan)

2. 私は母に死なれました.

(Saya ditinggal mati oleh ibu)

3. 恋人に泣かれて, 困りました.

(Karena pacar menangis, saya repot)

4. 友達に来られて, 何もできませんでした.

(Karena teman datang, saya tidak dapat melakukan apapun)

5. 前の席に他人が座れました.
22

(Tempat duduk di depan diduduki oleh orang lain)

Contoh kalimat nomor 1 di atas, berasal dari kalimat aktif ‘ame ga

furimashita’. Dengan turunnya hujan tersebut, watashi ‘saya’ lah yang kena

akibatnya atau merasa dirugikan, misalnya basah. Dengan demikian kalimat

tersebut, dapat digunakan dalam kalimat ukemi dōshi bahasa Jepang.

Jika dibandingkan dengan kalimat pasif dalam bahasa Indonesia, contoh

kalimat nomor 1, tidak begitu bermasalah karena dalam bahasa Indonesia juga,

ada kalimat ‘saya kehujanan’. Akan tetapi, contoh kalimat nomor 2 sampai

dengan nomor 5, di dalam bahasa Indonesia tidak ada kalimat-kalimat tersebut.

Sehingga kalimat-kalimat tersebut di atas, tidak bisa dijadikan kalimat pasif dalam

bahasa Indonesia. Karena kalimat-kalimat tersebut, dalam bahasa Jepang berasal

dari kalimat aktif sebagai berikut :

1. 母が死にました.

(Ibu saya meninggal)

2. 恋人が泣きました.

(Pacar saya menangis)

3. 友達が来ました.

(Teman saya datang)

4. 他人が前の席に座りました.

(Orang lain duduk di kursi depan)

Sedangkan dalam bahasa Jepang, kalimat tersebut dapat dibuat bentuk

ukemi dōshi, karena dengan ‘meninggalnya ibu’, ‘menangisnya pacar’,

‘datangnya teman’, dan ‘duduknya orang lain di kursi depan’, secara tidak
23

langsung menyebabkan seseorang merasa kerugian atau menderita. Dalam bahasa

Jepang, seseorang yang secara tidak langsung terkena akibat atau menderita,

karena sesuatu kejadian seperti pada contoh kalimat di atas, diungkapkan dalam

bentuk kalimat pasif yang disebut dengan istilah kansetsu no ukemi dan lebih

spesifiknya lagi di sebut dengan meiwaku no ukemi (kalimat pasif penderitaan).

Misalnya pada contoh kalimat nomor 4, akibat dari datangnya teman, maka saya

tidak dapat melakukan apa-apa, dan sebagainya.

Di atas telah dijelaskan bahwa benda mati, tidak dapat dijadikan pokok

kalimat dalam ukemi dōshi bahasa Jepang. Tetapi, untuk hal-hal yang menyatakan

arti membuat atau menghasilkan sesuatu produk, maka produk tersebut

meskipum benda mati, dapat dijadikan pokok kalimat dalam ukemi dōshi.

Pembuat atau penciptanya, bukan diikuti kata bantu ni saja, melainkan diikuti oleh

kata ni yotte.

Misalnya : 1. この自転車は高校学生によって作られました.

 (Sepeda ini dibuat oleh siswa SMU)

2. ボロブデゥルはサイレンドラによって建てられま

した

  (Borobudur dibangun oleh Sailendra)

Selain untuk hal-hal yang menyatakan membuat atau menghasilkan

sesuatu produk, kata benda juga dapat menjadi pokok kalimat dalam ukemi dōshi,

yakni untuk sesuatu yang besifat umum. Artinya pelaku dari suatu pekerjaan

tersebut merupakan mayoritas, dan hal ini tidak dapat dihitung secara kuantitatif,

melainkan hanya berupa perkiraan saja.

Misalnya : 1. この歌は若者に愛されています.
24

(Lagu ini disukai oleh para pemuda)

2. このテレビの番組は多くの人に見られています.

(Acara TV ini ditonton oleh banyak orang)

Contoh kalimat ukemi dōshi pada kalimat nomor 1 dan 2 di atas,

merupakan hal yang samar jika secara kuantitas, karena tidak diketahui berapa

orang jumlahnya. Akan tetapi, karena ini sudah merupakan sesuatu yang umum

dan sudah diketahui oleh khalayak ramai, maka dapat di gunakan dalam ukemi

dōshi (Sutedi, 2002 : 121 - 123).

2.7 Subjek Dalam Ukemi Dōshi

Dalam ukemi dōshi bahasa Jepang, terdapat beberapa macam subjek di

antaranya :

1. Subjek dalam ukemi dōshi merupakan objek dalam kalimat aktif.

Subjek atau pokok kalimat dalam ukemi dōshi adalah objek yang dikenai

pekerjaan dalam kalimat aktif.

Misalnya : 1a. 太郎は花子をほめました.

(Tarō memuji Hanako)

1b. 花子は太郎にほめられました.

(Hanako dipuji oleh Tarō)

2a. 先生は太郎を叱りました.

(Sensei memarahi Tarō)

2b.太郎は先生に叱られました.
25

(Tarō dimarahi oleh Sensei)


(Suzuki, 1985 : 264)
2. Subjek dalam ukemi dōshi merupakan benda mati atau meishi.

Benda mati atau meishi yang digunakan sebagai subjek dalam ukemi dōshi

adalah sesuatu yang bersifat umum dan yang membuat atau menghasilkan sesuatu

produk.

Misalnya : 1. 世界中でこの本が読まれています.

(Buku ini dibaca di seluruh dunia)

2. 成田空港は Showa 59 年に開港されました.

(Pelabuhan udara Narita dibuka pada Showa 59)

(Nomoto, 1988 : 929)

3. Subjek dalam ukemi dōshi merupakan orang ketiga.

Biasanya dalam ukemi dōshi sering muncul subjek orang ketiga, meskipun

asalnya dalam kalimat aktif, orang ketiga tersebut tidak disebutkan atau tidak ada.

Misalnya : 1a. 雨が降りました.

(Hujan turun)

1b. 雪子さんが雨に降られました.

(Yukiko kehujanan)

2a. 子供が死にました.

(Anak meninggal)

2b. 太郎が子供に死なれました.

(Tarō ditinggal mati oleh anaknya)

(Tsujimura, 1997 : 238)


26

4. Subjek dalam ukemi dōshi merupakan seseorang atau binatang yang

memiliki benda atau subjek kepemilikan.

Misalnya : 1a. 泥棒が私のコンピューターを盗みました.

(Pencuri mencuri komputer saya)

1b. 私は泥棒にコンピューター を盗まれました.

(Komputer saya dicuri oleh pencuri)

(Sutedi, 2002 : 120)

2a. 太郎が次郎の肩をたたきました.

(Tarō memukul-mukul bahu Jirō)

2b. 次郎が太郎に肩をたたかれました.

(Bahu Jirō dipukul-pukul oleh Tarō)

(Shigeyuki, 1987 : 281).

2.8 Kata Bantu Dalam Ukemi Dōshi

Dalam bahasa Jepang, kedudukan joshi atau kata bantu sangat penting.

Ada beberapa kata bantu yang biasanya digunakan dalam ukemi dōshi, yaitu :

1. Kata bantu Ni

Kata bantu ni dalam ukemi dōshi, digunakan untuk menunjukan

orang atau benda yang melakukan suatu pekerjaan atau tindakan. Kata

bantu ni dapat diterjemahkan ‘oleh’.

Misalnya :1. 私はデモの人々に石を投げられました.

( Saya dilempari batu oleh para demonstran)

2. 私は後ろの人に押されました.
27

(Saya didorong oleh orang)

(Suzuki, 1985 : 264)

2. Kata bantu Kara

Kata bantu kara dalam ukemi dōshi, juga digunakan untuk menunjukan

orang atau benda yang melakukan suatu pekerjaan atau tindakan. Akan tetapi, kata

bantu kara biasanya digunakan pada saat ada sesuatu yang datang kepada subjek,

seperti mendapat undangan, barang atau benda, rasa hormat, dan lain-lain.

Misalnya : 1. 私は大使館からパーティに紹介されました.

(Saya diundang ke pesta oleh Duta Besar)

2. これは兄から送られて来たテレビです.

(Ini adalah TV yang dikirim oleh kakak laki-laki saya)

(Chino, 1996 : 54)

Kata bantu kara dapat lebih memperjelas arti dari pada kata bantu ni,

ketika kata bantu ni mempunyai dua arti atau ambiguitas.

Misalnya : 1.A さんは B さんから紹介されました.

 (Tuan A diperkenalkan oleh Tuan B)

 2. A さんは B さんに紹介されました.

  (Tuan A diperkenalkan oleh Tuan B)

  atau

  (Tuan A diperkenalkan kepada Tuan B)

(Alfonso, 1989 : 950)

3. Kata bantu De
28

Kata bantu de dalam ukemi dōshi, digunakan untuk menyatakan suatu aksi

atau kejadian atau tempat berlakunya suatu peristiwa. Kata bantu de digunakan

apabila subjek merupakan benda mati.

Misalnya : 1 この機会はいろいろな工場で使われています.

(Mesin ini digunakan diberbagai pabrik)

(Suzuki, 1985 : 266)

2. 建物は台風で壊されてしまいました.

(Gedung dirusak oleh badai)

Kata bantu de tidak dapat digunakan pada benda yang dapat bergerak.

Misalnya : 1. 電車でひかれて, 死にました. (salah)

2. 電車にひかれて, 死にました. (benar)

(Meninggal karena ditabrak oleh kereta)

(Alfonso, 1989 : 950)

4. Kata bantu Ni Yotte

Kata bantu ni yotte, biasanya digunakan dalam bahasa tulisan atau bahasa

formal. Selain itu kata bantu ni yotte, juga digunakan untuk menunjukan hal yang

menyatakan membuat atau menghasilkan sesuatu produk.

Misalnya  : 1.この問題は頭だけによっては解決されません.

    (Masalah ini tidak hanya dapat dipecahkan oleh

kepala)

 2. この機会は中学生によって作られました.

    (Mesin ini di buat oleh siswa SMP)

(Sutedi, 2002 :123)


29

2.9 Fungsi Ukemi Dōshi

Ukemi dōshi dalam bahasa Jepang, memiliki berbagai macam fungsi di

antaranya, yaitu :

1. Untuk menunjukan bahwa orang yang menerima pengaruh dari suatu

aksi, hubungannya dengan pembicara lebih dekat, dari pada orang

yang memberi pengaruh tersebut.

Misalnya : 1. 知らない男が弟を殴れました.

(Lelaki yang tidak dikenal memukuli adik laki-laki saya)

2. 男は知らない男に殴られました.

(Adik laki-laki saya dipukuli oleh laki-laki yang tidak dikenal)

(Isao, 2001 : 105)

Pada contoh kalimat di atas, yang memberi pengaruh adalah ‘shiranai

otoko’, sedangkan yang menerima pengaruh adalah ‘(watashi no) otōtō’. Kalimat

tersebut, jelas bahwa yang menerima pengaruh, bagi pembicara hubungannya

sangat dekat, sehingga secara alami menggunakan ukemi dōshi.

2. Untuk menunjukan perasaan menderita, terganggu, kecewa, rasa tidak

puas, merasa dibebani, atau dirugikan oleh situasi atau perbuatan

seseorang.

Misalnya : 1. 友達がおもちゃを壊しました.

(Teman merusak mainan )


30

2. 私は友達におもちゃを壊されました.

(Mainan saya dirusak oleh teman)

(Isao, 2001 : 106)

3. Untuk menghubungkan atau menyatukan subjek pada anak kalimat, ke

dalam kalimat utama.

Misalnya : 1. 先生が太郎を叱りました.

(Sensei memarahi Tarō)

2. 太郎が泣きました.

(Tarō menangis)

Jika kalimat itu dihubungkan maka menjadi :

先生に叱れて, 太郎は泣きました.

(Karena dimarahi Sensei, Tarō menangis)

(Isao, 2001 : 106)

Anda mungkin juga menyukai