Anda di halaman 1dari 24

/SINTAKSIS

Zida Wahyuddin, M.Si

Sintaksis/
Cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang
struktur kalimat, atau kaidah-kaidah yang
mengatur suatu kalimat dalam suatu bahasa,
seperti unsur-unsur pembentuk kalimat.

Ruang lingkup sintaksis:

Jenis dan fungsi kalimat


Unsur-unsur pembentuk
kalimat
Stuktur kalimat, kategori
gramatikal, dan makna

Bab I
Gramatika Bahasa
Jepang

A. Pengertian
Kokugo Bunpo

Nihongo no Bunpo

Kokugo kyoiku

Nihongo kyoiku

Gramatika bahasa Jepang


dalam lingkup pendidikan
bahasa Jepang untuk orang
Jepang sebagai bahasa ibunya

Gramatika bahasa Jepang


dalam lingkup pendidikan
bahasa Jepang sebagai bahasa
kedua, ketiga dsb.

Menurut Iwabuchi, bunpo adalah aturan-aturan mengenai


bagaimana menggunakan dan menyusun kata-kata menjadi
sebuah kalimat.

Contoh:

Bentuk satuan yang kecil berfungsi


sebagai bagian yang membentuk
satuan yang lebih besar.

Gramatika bahasa Jepang

Contoh I:

Watashi wa hon o yomu

Seseorang yang baru belajar bahasa


Jepang pun akan mengerti maksud dari
kalimat diatas dengan menggunakan
kamus.

Contoh II:

Nihon e ittakoto ga arimasuka?

Untuk memahami kalimat diatas secara


keseluruhan tidak cukup hanya dengan
menggunakan kamus, tanpa menguasai
gramatika bahasa Jepang dengan baik.

B. Tango, bunsetsu, bun, danraku, bunsho


1. Tango: satuan terkecil yang membentuk bun (kalimat).
Contoh:

Tango

Iwabuchi menyebut
tango dengan istilah go.
Di dalam sebuah
kalimat go secara
langsung membentuk
bunsetsu. Cara-cara
pembentukannya dapat
dibagi menjadi jiritsugo
dan fuzokugo.

Pada umumnya masing-masing tango (go) dapat berdiri sendiri dan


memiliki arti yang pasti, tetapi ada juga tango (go) yang tidak
memiliki arti tertentu. Go dibagi menjadi jiritsugo dan fuzokugo
Perhatikan tabel berikut:
Jiritsugo
Tango yang dapat berdirisendiri dan mempunyai arti.
Dapat membentuk bunsetsu
tanpa dibantu tango lain.
Doshi, keiyoshi, meishi,
rentaishi, fukushi, setsuzokushi,
dan kandoshi.

Fuzokugo
Tango yang tidak dapat berdiri
sendiri dan tidak memiliki arti.
Tidak dapat membentuk
bunsetsu, jika tidak
digabungkan dengan jiritsugo.
Joshi dan jodoshi.

2. Bunsetsu
Satuan bahasa yang merupakan bagian-bagian kalimat, atau
merupakan satuan bahasa yang lebih besar daripada tango.
Contoh:

Bunsetsu

3. Bun, danraku, bunshoo

Bun (kalimat)

Danraku
(paragraf/alinea)

Bunshoo
(wacana)

Kalimat dalam bahasa Jepang disebut bun. Satuan yang lebih besar
dari bun adalah danraku (paragraf/alinea). Danraku biasanya
terbentuk dari kumpulan bun yang saling berkaitan. Beberapa
danraku yang berkaitan sehingga menjadi bunshoo (wacana), yakni
satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk
karangan yang utuh dan memiliki kesimpulan. Misalnya makalah,
novel, buku dsb.

C. Kelas kata

Mengena
l
konjungs
i/deklina
si

Tidak
mengena
l
konjungs
i/deklina
si
Mengena

fuzokugo

Menja
di
predik
at
Mjd
subjek

jiritsugo

tango

dooshi

l
konjungs
i/deklina
Tidak
si
mengena
l
konjungs
i/deklina

Keiyoodoos
hi
taige
n
Mjd
keterang
an

Tdk mjd
subjek
jodoos
hi

joshi

Keiyooshi

yoogen

Tdk mjd
keterang
an

meishi
yooge
n

taige
n
penya
mbun
g
Tdk
penya
mbun
g

fukus
hi

rentais
hi
setsuzo
kushi
kandos
hi

Penjelasan tentang jenis kata


1. Dooshi (verba)
Kata yang dapat berdiri sendiri dan dapat menjadi predikat.
Biasanya dooshi akhirnya berbunyi vokal /u/.
Contoh: kaku (menulis), taberu (makan)
2. Keiyoushi (adj-i)
Kata yang dapat berdiri sendiri dan dapat menjadi predikat.
Menunjukkan keadaan sesuatu dan juga berfungsi sebagai kata
yang menerangkan kata lain dalam sebuah kalimat. Keiyoushi
memiliki perubahan kata dan diakhiri dengan vokal /i/. Keiyoushi
juga disebut kata sifat golongan satu.
Contoh: shiroi (putih), atsui (panas)

3. Keiyoudoshi (adj-na)
Memiliki definisi dan fungsi yang sama dengan keiyoushi. Yang
membedakan dengan keiyoushi, bila dituliskan dalam kalimat
akan diakhiri dengan /na/ atau /desu/, /deshita/, /dearu/, /da/,
/deatta/. Keiyoushi juga disebut kata sifat golongan dua.
Contoh: kirei (cantik), jouzu (pandai)
4. Meishi (nomina)
Menyatakan kata-kata yang menyatakan nama suatu perkara,
orang, benda, keadaan, kejadian dsb. Meishi tidak memiliki
perubahan bentuk. Disebut juga taigen, dapat berdiri sendiri dan
bisa menjadi subjek, predikat, keterangan dalam sebuah kalimat.
Contoh: kutsu (sepatu), tsukue (meja)

5. Rentaishi (prenomina)
Hanya berfungsi menerangkan meishi (nomina), tidak dapat
menjadi subjek atau predikat.
Contoh: kono (ini), sono (itu), ano (itu)
6. Fukushi (adverbia)
Kata yang dapat berdiri sendiri dan dapat menerangkan doshi,
keiyoushi, keiyoudoshi, walaupun tanpa mendapat bantuan dari
kata-kata lain. Tidak dapat berubah dan berfungsi menyatakan
tingkat suatu aktifitas, suasana, atau perasaan pembicara.
Contoh: zutto (terus), totemo (sangat)

7. kandoshi (interjeksi)
Pada umumnya menyatakan ekspresi perasaan, cara memanggil,
cara menjawab, dsb. Tidak menjadi subjek atau keterangan. Tidak
memiliki perubahan bentuk
Contoh: hora (perasaan), moshimoshi
(memanggil)
8. Setsuzokushi (konjungsi)
Menyatakan hubungan antar kalimat atau bagian kalimat, antar
frase. Tidak bisa menjadi subjek, predikat, atau objek dan tidak
dapat menerangkan kata lain. Tidak memiliki perubahan bentuk.
Contoh: soshite (lalu), suruto (dengan
demikian).

9. Jodoshi (verba bantu)


Kata yang tidak dapat berdiri sendiri, tidak dapat menjadi
bunsetsu tanpa bantuan kelas kata lain. Melekat ke dalam doshi,
keiyoushi. Memiliki perubahan sendiri.
Contoh: / ~eru/~rareru (bentuk dapat),
~rashi (sepertinya, kelihatannya)
10. Joshi (partikel)
Kata yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak memiliki
perubahan bentuk. Bila kata ini terpisah dengan kata kelas lain
maka tidak mempunyai arti.
Contoh: no (kepunyaan), de (di-, dengan)

D. Struktur kalimat bahasa Jepang

Kalimat bahasa Jepang dapat terbentuk dari sebuah bunsetsu, dua


buah bunsetsu, atau terdiri dari sejumlah bunsetsu. Pembentukan
kalimat tersebut tidak sembarangan, melainkan harus tersusun rapi
berdasarkan struktur yang benar sesuai dengan aturan gramatikanya.
Hirai Masao menyebutkan enam macam hubungan antara sebuah
bunsetsu dan bunsetsu lainnya pada sebuah kalimat
Sudjiman&Dahidi (2004:182). Hubungan tersebut adalah:
1. Shugo-jutsugo no kankei (hub. Subjek-predikat)
Contoh: - bel berbunyi
2. Shuushoku-hishuushoku no kankei (menerangkan-diterangkan)
Contoh: - apel besar
- bunga mekar dengan
indahnya

3. Taitoo no kankei (hub. Setara)


Contoh: - pemandangan yang
indah dan tenang
4. Fuzoku no kankei (hub. Tambahan)
Contoh: - hujan turun
5. Setsuzoku no kankei (hub. kongjungtif)
Contoh: - setelah berolahraga, mandi
6. Dokuritsu no kankei (hub. Bebas)
Tidak ada hubungan langsung antara bunsetsu. Biasanya
digunakan kata-kata yang menyatakan panggilan, rasa haru,
jawaban, atau saran.
Contoh: - wah, bahaya ini

Walaupun terdapat aturan dalam pembentukan kata atau kalimat


bahasa Jepang yang baku seperti yang telah dijelaskan-, namun
pada kenyataannya dalam pemakaian sehari-hari sering terjadi
ketidak sesuaian dalam aturan kebahasaan. Hal ini terjadi terutama
dalam pemakaian ragam lisan.

1.Buatlah Bagan Klasifikasi kelas kata dalam


Bahasa Jepang (jika ada kanji, diberikan
furigana).
2.Buatlah tiga buah kalimat lalu pisahkan
menurut , , ( & ).
3.Cari kosakata Bahasa Jepang berdasarkan
kelas kata dalam Bahasa Jepang.

Semua diketik menggunakan Font 12 Times New


Roman 1.5 spasi

Anda mungkin juga menyukai