Kelas:2-4
Nim :2020110133
UAS KEITAIRON
●BAB 8
Kosakata yang terdiri dari gabungan kanji dalam bahasa Jepang disebut
dari gabungan satu atau lebih kanji”. Menurut Halpern “jukugo merupakan
kanji yang terbentuk dari dua kanji tunggal atau lebih untuk membentuk suatu kata”.
Dalam pelajaran kanji bukan hanya menghapal arti dan cara baca kanji satu persatu tetapi
Penting untuk memahami cara pemakaian dan makna jukugo. Pembentukan 2 jukugo
Jutsugo dari 2 huruf secara garis besar di bagi dalam 8 jenis masing masing dapat di kaji
kanji pembentuknya terdiri dari dua huruf kanji yaitu 資 ‘shi’ yang bermakna
harta dan 金 ‘kin’ yang bermakna uang. Jika kedua kanji digabungkan bermakna
dana. Kosakata yang terdiri dari gabungan kanji dapat dipahami dengan
mengetahui hubungan makna antara kanji pembentuk kosakata tersebut agar tidak
dimaksud adalah hubungan makna antara 資 ‘shi’ dan 金 ‘kin’. Makna kanji
dibelakang yaitu kanji 金 ‘kin’ mempengaruhi makna kanji di depan yaitu kanji
資 ‘shi’.
■komentar: disini kita mempelajari soal jukugo yaitu pengganungan kanji dalam bahasa jepang, disimi
saya juga bisa menghapal arti dan cara baca kanji dengan baik.
●BAB 9
Dalam bahasa inggris terdapat kata “get” dan “acquier” untuk kata yang bermakna, kedua buah kata
tersebut bersinonim. Lalu mengapa terdapat 2 buah kata yang makna nya sama?
“Get” adalah kosa kata lama dengan pengaruh jerman, sedangkan “acquier” adalah kata baru dengan
pengaruh latin oleh karna itu, dalam bahasa inggris sekarang mempunyai 2 buah kata, yaitu get dan
acquier
Demikian pula dalam bahasa indonesia, berbagai kata dimasukkan sebagai kosa kata dicontoh binatang
dan hewan keduanya memiliki arti, “binatang” dari bahasa melayu sedangkan hewan berasal dari
bahasa arab.
kango dan gairaigo. Wago (和語) adalah kosakata bahasa Jepang asli yang
adalah kosakata bahasa Jepang yang berasal dari bahasa Cina yang biasanya
adalah kosakata pinjaman dari bahasa asing namun tidak termasuk kosakata
pinjaman dari bahasa Cina, biasanya gairaigo ditulis dengan huruf katakana (片
仮名). Perubahan makna yang terjadi pada gairaigo yaitu, perubahan makna
menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya
mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya
pada sebuah makna saja. Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada
sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi
Perubahan makna total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari
makna asalnya. Salah satu contoh gairaigo yang mengalami perubahan makna menyempit
yaitu kata テイク yang berasal dari kata take. Dalam bahasa Inggris, kata take
sebagai nomina memiliki makna ‘gambar yang difoto atau direkam terus
diperoleh’. Sebagai verba, kata take memiliki makna ‘menggapai dan menahan’,
menahan’, serta ‘belajar atau duduk untuk pemeriksaan dalam suatu subjek.
■Komentar: bisa mempelajari makna perubahan kata, mempelajari perubahan makna secara meluas
●BAB 10
salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama dengan adjektiva-i dan adjektiva- na menjadi salah satu
jenis yoogen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan
aktifitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Dooshi dapat mengalami perubahan, dengan sendirinya
dapat menjadi predikat.
dooshi, diantaranya yaitu godan dooshi, ichidan dooshi, dan henkaku dooshi. Shimizu dalam Sudjianto
dan Dahidi mengelompokkan beberapa
jenis-jenis dooshi, yaitu jidooshi, tadooshi, dan shodooshi. Selain itu, Takanao
bahan penelitian.
Berdasarkan pembentukannya, hojodooshi berasal dari dua kata, yaitu 補
助 hojo yang berarti ‘tambahan’, dan 動詞 dooshi yang berarti ‘kata kerja’. Jadi
suatu
verba yang digunakan dengan meletakkannya di belakang verba yang lain, jika
verba ini berfungsi menambah suatu arti tertentu secara gramatikal, maka kata ini
●BAB 11
ketatabahasaan bahasa Jepang yang juga berbeda dengan bahasa Indonesia. Dalam konsep
ketatabahasaan bahasa Jepang memiliki struktur kalimat dengan menggunakan pola Subjek (S)
Objek (O) Predikat (P) disingkat menjadi SOP, sedangkan struktur ketatabahasaan kalimat
bahasa Indonesia menggunakan pola Subjek (S) Predikat (P) Objek (O) disingkat menjadi SPO.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman tentang aturan atau kaidah – kaidah yang terdapat pada
bahasa tersebut dan kesabaran dalam mempelajarinya agar kita orang Indonesia dapat
memahami struktur kalimat dalam bahasa Jepang terutama pada gramatikal verba bahasa
Jepang. Dalam penelitian ini penulis ingin lebih mendalami ketatabahasaan bahasa Jepang
yang dibandingkan dengan ketatabahasaan bahasa Indonesia yang diteliti dalam kajian
morfologi pada sub bagian dari kelas kata yaitu verba antara bahasa Indonesia dengan bahasa
Verba pada bahasa Jepang terletak di akhir kalimat yang ditandai dengan bentuk ~masu.
Verba dibagi berdasarkan waktunya memiliki empat bentuk perubahan kata (konjugasi), yaitu
postitif yang ditandai dengan verba akhiran ~masu, negatif ditandai akhiran ~masen, kalimat
tanya ditandai akhiran ~masuka, dan betuk sedang dilakukan ditandai dengan ~teimasu verba
dalam bahasa Jepang yang dilihat dari kondisi waktunya dibagi menjadi dua bagian yaitu
positif bentuk sekarang dan bentuk lampau ~ mashita, negative bentuk sekarang dan bentuk
lampau ~ masendeshita, kalimat Tanya bentuk sekarang dan bentuk lampau ~ masenka, dan
bentuk sedang dikerjakan dalam positif ~teimasu, positif lampau ~teimashita, negative
~teimasen, dan negative lampau ~teimasen deshita. Selain itu, verba dalam bahasa Jepang juga
antaranya seperti bentuk perintah (-tekudasai), bentuk pasif, (-rareru), bentuk kausatif (-
saseru), bentuk keinginan (-tai), dan sebagainya (Saputra, 2015:108). Verba bahasa Jepang
dalam konstruksi morfologi dibagi dua, yaitu verba transitif (tadoushi) dan verba intransitif
b. Kau katte
Sedangkan verba bahasa Indonesia dibagi berdasarkan bentuknya terdiri atas dua yaitu
verba tidak berpenanda bentuk yaitu verba yang tidak memiliki imbuhan. Kedua verba
berpenanda bentuk yaitu segala kata yang berimbuhan: me-, ber-, -kan, di-, -i dapat dicalonkan
menjadi verba. Selain itu verba bahasa Indonesia juga memiliki makna gramatikal, seperti:
makna gramatikal aktif, makna gramatikal, pasif, makna gramatikal kausatif dan sebagainya.
Dalam bahasa Indonesia terdapat dua verba dalam konstruksi morfologi yaitu verba transitif
a. Muncul
b. Tiba
c. Mundur
d. Buku membuka
e. Nikah menikah
f. Gurau bergurau
Berikut contoh kalimat verba dalam bahasa Jepang dan Indonesia.
■komentar:
●BAB 12
morfem isi (kata dasar) dengan imbuhan. Imbuhan tersebut dapat berupa
apa saja yang dapat diikuti imbuhan ~sa dan ~mi pada buku pelajaran yang
dan ~mi.
dari i-keiyoushi juga pernah dilakukan oleh Caniago (2013) dengan judul
pembentukan dan makna dari imbuhan ~sa dan mi, dan tidak membahas
karakteristik kata sifat yang diikuti oleh imbuhan ~sa dan ~mi, sehingga
dan makna yang ditimbulkannya, serta karakteristik kata sifat yang diikui
dan makna haseigomeishi yang berimbuhan ~sa dan ~mi, serta karakteristik
kata dasar pembentuk haseigomeishi tersebut. Oleh karena itu, penulis ingin
●BAB 13
■komentar: mempelajari atau mendefinisikan kata majemuk fukugogo lebih dalam, mempelajari
kata majemuk juga.