Lina Rosliana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Email : linarosliana251@yahoo.com
Abstract
1. PENDAHULUAN
Bahasa Jepang, sebagaimana mempermudah dan memperlancar
bahasa lainnya, digunakan oleh penuturnya pemahaman dan penguasaan bahasa Jepang.
untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, Bagi seorang pengajar bahasa Jepang, tidak
hasrat dan keinginan kepada orang lain. mungkin bisa memperbaiki lafal pembelajar
Walaupun terkadang digunakan hanya untuk dengan baik, jika ia sendiri tidak menguasai
ditujukan pada diri sendiri, seperti pada saat bagaimana cara mengucapkan lafal tersebut
berbicara sendiri baik secara lisan maupun dengan baik. Hal ini dipelajari dalam bidang
hanya di dalam hati, yang paling penting fonetik, yang merupakan salah satu cabang
adalah ide, pikiran, hasrat dan keinginan linguistik.
tersebut dituangkan melalui bahasa. Kesalahan berbahasa pada
Ketika kita menyampaikan ide, pembelajar, umumnya terjadi karena adanya
pikiran, hasrat dan keinginan kita kepada ‘transfer negatif’ dari bahasa ibu ke bahasa
seseorang, baik secara lisan maupun tertulis, Jepang. Kesalahan yang muncul bisa berupa
orang tersebut bisa menangkap apa yang penggunaan kosakata, pola kalimat dan
kita maksud, tiada lain karena ia memahami sebagainya. ( Sutedi, 2003 : 1 )
makna (imi), yang dituangkan melalui Contoh kasus ‘transfer negatif’
bahasa tersebut. Jadi, fungsi bahasa misalnya, dalam bahasa Indonesia kalimat
merupakan media untuk menyampaikan pasif digunakan cukup produktif, sementara
(dentatsu) suatu makna kepada seseorang, dalam bahasa Jepang tidak demikian,
baik secara lisan maupun tertulis. ( Sutedi, bahkan sebagian besar digunakan untuk
2003 : 2 ) menyatakan makna meiwaku ( merasa
Untuk dapat menyampaikan ide, terganggu ). Tidak sedikit pembelajar
pikiran, hasrat dan keinginan tersebut bahasa Jepang menggunakan kalimat pasif
dengan baik, diperlukan pula pemahaman bahasa Jepang seperti dalam bahasa
yang baik tentang bahsa yang akan Indonesia. Hal ini mengakibatkan maksud
digunakan. Maka disinilah fungsi utama yang ingin disampaikan tidak termaknai
pengkajian secara internal dan eksternal dengan baik. Sehingga untuk menghindari
terhadap suatu bahasa. Saat mengkaji bahasa terjadinya ‘transfer negatif’ ini, mempelajari
Jepang sebagai bahasa asing secara internal, bagaimana sebenarnya kalimat pasif bahasa
pengetahuan tentang tata bahasa ( linguistik Jepang itu, menjadi hal yang mutlak.
) bahasa Jepang menjadi sangat penting. Banyak keunikan yang menjadi ciri khas
Pengetahuan tentang linguistik ini akan
50 Jurnal IZUMI, Volume 3, No 1, 2014
kalimat pasif bahasa Jepang, yang tidak kedudukan si pembicaranya. Pernyataan
terdapat dalam bahasa Indonesia. tersebut dapat dijelaskan melalui contoh
Bentuk pasif adalah bentuk salah kalimat di bawah ini:
satu bentuk kalimat yang terdapat dalam
semua bahasa. Dalam bahasa Jepang, (1) 私が殴った。
kalimat pasif disebut judoubun atau lebih Watashi ga nagutta.
dikenal dengan ukemi. Bila diartikan secara Saya yang memukul.
harfiah ke dalam bahasa Indonesia, ukemi (2) 私が殴られた。
adalah suatu ungkapan yang mengandung Watashi ga nagurareta.
arti dimana seseorang mendapat atau Saya yang dipukul.
menerima perbuatan dari orang lain. Ukemi
ditandai dengan kata kerjanya yang
berkonjugasi –reru ( V- reru ) dan –rareru ( Kalimat (1) adalah kalimat aktif dengan
V- rareru ). verba tanpa penanda, yaitu nagutta
Makino Seiichi dan Tsutsui Michio (memukul). Sedangkan kalimat (2) adalah
dalam A dictionary of Basic Japanese kalimat pasif dengan verba yang memiliki
Grammar mengatakan bahwa : penanda –rareru, yaitu nagurareta. Verba
“Konsep kalimat pasif dalam bahasa nagutta, jika ditempeli oleh konjugasi –
Jepang, yang disebut ukemi ( bentuk yang rareru, otomatis akan mengubah makna
menerima sesuatu ), merupakan hal yang kalimat, yang semula predikatnya berarti
cukup berbeda dengan bahasa Inggris. memukul, menjadi dipukul. Kemudian
Kalimat pasif bahasa Jepang mengandung makna partikel ga yang merupakan salah
dua elemen, yaitu suatu peristiwa ( sebuah satu unsur pembangun kalimatnya pun
aksi yang dilakukan seseorang, atau sesuatu berubah, yang semula menunjukkan subjek
) dan seorang manusia atau sesuatu yang pelaku perbuatan, berubah menjadi subjek
mendapat pengaruh dari peristiwa tersebut. yang dikenai perbuatan. Begitu pula
“(1986 : 33). kedudukan si pembicaranya. Kalimat (1)
diucapkan oleh pembicara pada kedudukan
2. KERANGKA TEORETIS pelaku, dan kalimat (2) diucapkan pleh
Onodera (2006), dalam makalahnya pembicara pada kedudukan penerima
yang berjudul Pemikiran Ulang Mengenai perbuatan.
Kalimat Pasif Bahasa Jepang (Nihongo no Dari dua pernyataan oleh Onodera
Ukemibun no Saikou) berpendapat bahwa, dan Asano di atas, dapat disimpulkan bahwa
saat kita melakukan penelitian dengan tema bentuk –rareru pada verba pasif merupakan
kalimat pasif bahasa Jepang, ada yang harus hal yang penting dalam mengkaji kalimat
kita jelaskan terlebih dahulu tentang bentuk pasif, baik dari segi struktur, maupun
predikat dengan konjugasi –rareru (V- makna.
rareru) yang dimiliki oleh verba pasif. Hal
ini disebabkan oleh adanya kesamaan 3. PEMBAHASAN
penggunaan verba berkonjugasi –rareru Verba bentuk –rareru termasuk ke
pada verba pasif dengan bentuk verba yang dalam konjugasi mizenkei (perubahan pada
dimiliki oleh bentuk potensial (kanoukei) kata kerja, kata sifat, atau kata bantu yang
dan bentuk hormat (keigo) pada bahasa ditandai oleh perubahan bentuk akhir
Jepang. katanya) , bersama bentuk menyangkal atau
Asano (2008), dalam sebuah jurnal bentuk –nai (V-nai), bentuk maksud atau
terbitan Ryukoku University mengutip bentuk –ou/-you (V-ou/ V-you), dan bentuk
sebuah pernyataan dari Teramura (1982), menyuruh atau bentuk –seru (V-seru). Verba
hanya dengan menempelkan konjugasi – bentuk –nai merupakan dasar dalam
rareru pada sebuah verba, itu akan pembentukan ukemi dan shieki (kausatif),
mengubah hubungan antara unsur yaitu dengan cara mengganti akhiran –nai
pembentuk kalimat, juga akan mengubah dengan –reru atau –seru untuk verba