Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Bahasa memegang peranan yang sangat penting dalam masyarakat sebagai alat

komunikasi. Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan


daripada makhluk lainnya yang ada di muka bumi ini. Dengan menggunakan bahasa
kita dapat menyampaikan gagasan, pikiran, atau ide yang kita miliki yang kemudian
dimengerti

oleh lawan bicara. Melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat

dibentuk, dibina, dan dikembangkan. Bahasa memungkinkan tiap orang untuk


mempelajari kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan serta latar belakang suatu bangsa.
Menurut Simatupang (1999 : 8) bahwa:
bahasa juga terdiri [atas] sistem makna dan fungsi yang mengikatnya
dengan hal hal yang berada di luar bahasa, yaitu konteks sosial budaya dan
dunia kenyataan. Dari pihak pemakai bahasa, malah aspek makna dan fungsi
bahasalah yang lebih penting. Untuk memenuhi kebutuhannya yang beraneka
ragam, seseorang berkomunikasi dengan orang lain [biasanya] dengan
memakai bahasa sebagai alat utamanya. Dalam berkomunikasi, seorang
penutur bahasa yang telah dewasa akan memusatkan perhatiannya pada cara
dan alat yang tepat, dengan mempertimbangkan situasi bicara (konteks sosial
budaya) dalam menyampaikan maksudnya (makna)

Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa bahasa memegang peranan


penting sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Dalam mempelajari
bahasa ada empat komponen besar yaitu komponen bunyi, komponen kata, komponen
kalimat, dan komponen makna. Komponen bunyi dipelajari dalam fonologi,
komponen kata (bentuk kata) dalam morfologi, komponen kalimat (susunan kalimat)
dipelajari dalam sintaksis, dan komponen makna dipelajari dalam semantik.

Universitas Sumatera Utara

Pada waktu kita berkomunikasi, khususnya dalam bahasa Jepang, kita sering
memakai kata kerja bantu atau verba bantu, yang dalam bahasa Jepang disebut
jodoushi.
Dalam buku Sudjianto Gramatika Bahasa Jepang Modern, jodoushi (

) di terjemahkan menjadi verba bantu. Pemakaian istilah verba bantu ini tidak
terlepas dari huruf kanji yang dipakai untuk menulis kata jodoushi ( ). Huruf
kanji jo ( ) pada jodoushi ( ) (dapat dibaca juga tasukeru) yang berarti
bantu, membantu, atau menolong. Sedangkan dou ( ) pada jodoushi ( )
berarti bergerak. Dan shi ( )

pada jodoushi ( ) yang berarti kata. Dengan

alasan ini barangkali tidaklah berlebihan apabila jodoushi ( )secara langsung


diterjemahkan menjadi verba bantu.
Dalam bahasa Jepang jumlah verba bantu sangat banyak. Di bawah ini
beberapa contoh kalimat verba bantu dalam bahasa Jepang, diantaranya:
1.

Watashi wa juusu o (ga) nomitai.


Saya ingin minum jus.
2.

Tanaka san wa tenisu o shitagaru.


Tanaka ingin bermain tenis.
3.

Anohito wa sensei desu.


Orang itu adalah pengajar.
4.

Amir san wa kinou asagohan o tabenai de gakkou e itta.

Universitas Sumatera Utara

Si Amir kemarin tidak sarapan karena sudah pergi sekolah.


5.

Tabako wa suwanai houga ii desu yo.


Ayo sebaiknya tidak merokok.
Contoh kalimat di atas dari (Sudjianto, 1996 : 119).
Verba bantu -tai pada kalimat 1 memberikan arti suatu keinginan atau harapan
sehubungan dengan verba nomu yang ada sebelumnya. Verba bantu -tagaru pada
kalimat 2 memberikan arti suatu keinginan orang ketiga sehubungan dengan verba
suru yang ada sebelumnya. Demikian juga verba bantu desu pada kalimat 3 dan 5
memberikan arti suatu keputusan atau ketetapan sehubungan dengan kata-kata sensei
dan ii. Verba bantu nai pada kalimat no. 4 menyatakan bentuk negatif sehubungan
dengan verba taberu dan verba bantu ta pada kalimat 4 meyatakan bentuk lampau
sehubungan dengan verba iku.
Dalam skripsi ini, penulis akan membahas lebih lanjut tentang verba bantu Tai dan -Tagaru. Kedua verba ini memiliki arti yang sama yaitu menyatakan
keinginan. Di dalam pemakaian tai dan tagaru walaupun sama-sama memiliki
makna yang menyatakan keinginan tetapi dibedakan dari si pelaku pemakainya dalam
kalimat.
Berdasarkan pengalaman penulis, -Tai dan -Tagaru yang dipelajari dalam
buku buku teks pelajaran bahasa Jepang, lebih cenderung menekankan persamaan
arti, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan yaitu : kemauan, keinginan .
Namun kedua jenis ini sebenarnya mempunyai perbedaan perbedaan dan ciri khas
masing masing.
Contoh :

Universitas Sumatera Utara

Kedua kalimat ini mempunyai arti yang sama, yaitu : ingin pergi ke Jepang .
Pemakaian -Tai atau -Tagaru memerlukan ketelitian serta pemahaman yang
benar untuk bisa dapat memakai verba bantu ini secara tepat dan benar dalam suatu
kalimat.
Untuk itulah penulis tertarik untuk membahas tentang bagaimana pemakaian
verba bantu -Tai dan -Tagaru dari segi si pelaku pemakainya dalam kalimat bahasa
Jepang serta menganalisis kedua jenis verba bantu tersebut pada kalimat-kalimat
bahasa Jepang.

1.2 Perumusan masalah


Verba bantu -Tai dan -Tagaru mempunyai arti yang sama secara leksikal.
Leksikal artinya yang berhubungan dengan kamus dan dapat kait lihat di dalam buku
kamus bahasa. Untuk itu, di dalam skripsi ini akan dikupas satu persatu kedua verba
bantu tersebut yang akan menjadi permasalahan. Dan permasalahannya bukan hanya
terletak pada sekedar kemiripan, namun oleh karena seringnya terjadi salah
pemakaian karena kedua verba bantu tersebut mempunyai perbedaan nuansa dalam
suatu kalimat. Hal inilah yang menyulitkan pembelajar maupun penulis sendiri karena
tidak tahu cara pemakaiannya dengan tepat.
Di dalam bentuk pertanyaan, masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimanakah pemakaian verba bantu -Tai dan -Tagaru dalam suatu kalimat?
Selanjutnya pertanyaan tersebut akan diturunkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan
yang lebih khusus lagi sebagai berikut :
1. Bagaimanakah letak perbedaan -Tai dan -Tagaru dari segi si pelaku
pemakainya ?
2. Bagaimanakah pemakaian kedua jenis verba bantu tersebut dalam kalimat
bahasa Jepang ?

Universitas Sumatera Utara

1.3

Ruang Lingkup Pembahasan


Verba bantu -Tai dan -Tagaru dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

menjadi kemauan, keinginan. Akan tetapi, kedua verba bantu ini tidak dapat
digunakan begitu saja karena disesuaikan dengan kondisi yang

tepat. Sebelum

membahas inti permasalahan, penulis perlu menjelaskan juga pengertian serta jenisjenis jodoushi. Oleh karena itu penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Pengertian verba bantu (jodoushi) dalam bahasa Jepang..
2. Jenis jenis jodoushi dalam bahasa Jepang.
3. Perbedaan verba bantu -Tai dan -Tagaru dari segi si pelaku pemakainya.
4. Analisis pemakaian verba bantu -Tai dan -Tagaru sebagai verba bantu
keinginan dalam kalimat bahasa Jepang
1.4

Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori


a. Tinjauan Pustaka
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, yang digunakan oleh

masyarakat untuk berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri. Sebagai sebuah sistem


maka bahasa tersebut oleh suatu aturan, kaidah, atau pola tertentu, baik dalam bidang
tata bunyi, tata bentuk kata maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, pola ini
dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu. (Abdul Chaer, 1997 : 1)
Pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang disebut hinshi bunrui. Hinshi
berarti jenis atau kelas kata (word class, part of speech), sedangkan Bunrui berarti
penggolongan, klasifikasi, kategori, atau pembagian. Jadi, hinshi bunrui dapat berarti
klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karakteristiknya secara gramatikal
( Sudjianto, 1996 : 25). Berdasarkan para ahlinya, gramatika bahasa Jepang modern
ada beberapa macam salah satunya yaitu Motojiro dalam Sudjianto (1996 : 27)
mengklasifikasikan kelas kata menjadi 10 kelas kata, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

1. doushi (kata kerja)


2. keiyoushi (kata sifat yang berakhiran i)
3. keiyoudoushi (kata sifat yang berkhiran na)
4. meishi (kata benda)
5. fukushi (kata keterangan)
6. rentaishi (pra kata benda)
7. setsuzokushi (kata sambung)
8. kandoushi (kata seru / kata sapaan / kata panggilan)
9.

jodoushi (kata kerja kopula)

10. joshi (kata bantu)

-Tai dan -Tagaru yang akan dibahas ini termasuk jodoushi. Kedua verba bantu
ini tidak dapat berdiri sendiri. Dan juga tidak dapat dimengerti artinya bila kita
mengucapkannya begitu saja. Kata kata seperti ini akan mempunyai arti yang jelas
bila bila dilekatkan pada sebuah kata yang lain. Untuk itulah perlu digunakan suatu
pendekatan linguistik.

b. Kerangka Teori
Sesuai dengan judul skripsi ini, teori atau pendekatan yang digunakan untuk
menganalisis penggunaan verba bantu adalah pendekatan linguistik dalam kajian
semantik. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Kata linguistik
diturunkan dari kata bahasa Latin lingua .
Secara popular orang sering mengatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang
bahasa sebagai objek kajiiannya atau telaah ilmiah mengenai bahasa manusia
menurut Martinet dalam Chaer (1994 : 1-2).
Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistic).
Artinya, ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan

Universitas Sumatera Utara

mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya. Sebagai ilmu linguistik mempunyai
beberapa bidang kajian yang menyangkut struktur - struktur dasar tertentu, salah
satunya yaitu bidang kajian makna (semantik).
Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu sema
(kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang
berarti menandai atau melambangkan. Yang dimaksud dengan tanda atau semantik
disini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik.
Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk
bidang linguistik yang mempelajari hubungan makna atau arti dalam bahasa. Oleh
karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
makna dan arti (Ferdinand de Saussure dalam Chaer : 1990 : 2). Objek kajian
semantik antara lain: makna kata (go no imi), relasi makna (go no imi kankei), dan
makna kalimat (bun no imi).
Menurut Chaer (1994 : 59) makna itu terbagi dua yaitu makna leksikal dan
makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut jishou teki imi
(makna kamus) atau goi teki imi (makna kata) adalah makna kata sesungguhnya
sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indera dan terlepas dari unsur
gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli sesuatu kata. Sedangkan
makna gramatikal yang dalam bahasa Jepang disebut bunpou teki imi (makna kalimat)
yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya.
Defenisi-defenisi atau konsep-konsep yang penulis kemukakan diatas tadi
inilah yang dipakai sebagai acuan dasar dalam penulisan skripsi ini.

1.5

Tujuan dan Manfaat Penelitian


a. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan verba bantu -Tai dan -Tagaru.dari segi
si pelaku pemakainya.

Universitas Sumatera Utara

2. Untuk memahami pemakaian verba bantu -tai dan -tagaru dari segi si
pelaku pemakainya yang terdapat dalam kalimat bahasa Jepang.
b. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diperoleh bila penelitian ini dilakukan adalah :
1. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bidang linguistik, khususnya
mengenai pemakaian verba bantu -Tai dan -Tagaru dari segi si pelaku
pemakainya dalam kalimat bahasa Jepang.
2. Untuk menambah referensi bagi pengembangan ilmu bahasa di jurusan Sastra
Jepang Universitas Sumatera Utara terutama bidang linguistik.

1.6

Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif ( descriptive research ), yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk
membuat gambaran secara sistematis (Isyandi, 2003 : 13). Dan penulis juga akan
menggunakan metode kepustakaan ( library research), yaitu metode yang
menggunakan pengumpulan data-data atau berbagi informasi dengan cara
pengumpulan data dari beberapa buku atau referensi yang berkaitan dengan
pembahasan (Isyandi, 2003 : 13). Salah satu referensi penting adalah buku Minna No
Nihon Go . Setelah data tersebut terkumpul, penulis berusaha menuturkan,
menganalisa, mengklasifikasikan, dan lain sebagainya. Kemudian dituangkan dalam
bentuk karya tulis. Tahap akhir berupa penarikan kesimpulan dari data - data yang
telah diteliti, kemudian dari kesimpulan yang diambil dapat diberikan saran -saran
yang bermanfaat.

Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA BANTU -TAI DAN -TAGARU

2.1 Pengertian Jodoushi


Dalam tata bahasa Jepang, kata diklasifikasikan menjadi 10 jenis. Satu dari
sepuluh kelas kata yang perlu dipelajari para pembelajar bahasa Jepang adalah
jodoushi. Jodoushi diterjemahkan menjada verba bantu atau kata kerja bantu.
Pemakaian istilah verba bantu ini tidak terlepas dari huruf Kanji yang dipakai untuk
menulis kata jodoushi, yakni :

: tasukeru, jo = membantu, menolong

: ugoku, dou = gerak

: shi

= kata

: jodoushi

= verba bantu atau kata kerja bantu

Sudjianto menerangkan pendapat dari Yasuo yang tertuang dalam Nihon


Bunpou Jiten, bahwa jodoushi adalah salah satu kata yang tidak digolongkan ke dalam
jiritsugo ( ) atau kata yang dapat berdiri sendiri, melainkan sebaliknya
digolongkan ke dalam fuzokugo ( ) atau kata kata yang tidak dapat berdiri
sendiri. (Yasuo dalam Sudjianto, 1999 : 199)
Contohnya : [masu], [desu], [tai], [nai], [souda], [youda] dan lain lain. Tidak dapat
dimengerti artinya bila kita mengucapkannya begitu saja. Kata kata seperti ini harus
digunakan dengan melekatkannya pada jiritsugo.
Yasuo menambahkan lagi bahwa verba bantu dapat mengalami perubahan dan
dipakai setelah verba, nomina, adjektiva -i, adjektiva na, dan sebagainya. Kata kata
yang termasuk jodoushi dapat menyatakan maksud atau kehendak pembicara,

Universitas Sumatera Utara

keputusan pembicaradan dapat menambah arti kata yang ada sebelumnya. (Yasuo
dalam Sudjianto, 1999 : 199)
Contoh :
1.

( )

Watashi wa juusu o (ga) nomitai.


Saya ingin minum jus.
2.

Ano hito wa sensei desu.


Orang itu adalah pengajar.
3.

Amir san wa kinou asagohan o tabenai de gakkou e itta.


Si Amir kemarin tidak sarapan karena sudah pergi sekolah.
4.

Tabako wa suwanai houga ii desu yo.


Ayo sebaiknya tidak merokok.
5.

Tanaka san wa sakka ga jouzu desu.


Tuan Tanaka pandai main bola.
6.

Hanashite mita dakeda.


Hanya sudah mencoba bicara.
7.

Isha ni osake o yamesaseraremashita.


Disuruh berhenti minum minuman keras oleh dokter.

Universitas Sumatera Utara

Contoh kalimat di atas dari (Sudjianto, 1996 : 119).


Verba bantu -tai pada kalimat 1 memberikan arti suatu keinginan atau harapan
sehubungan dengan verba nomu yang ada sebelumnya. Demikian juga verba bantu
desu dan da pada kalimat 2, 4, 5, 6 memberikan arti suatu keputusan atau ketetapan
sehubungan dengan kata-kata sensei, ii, jouzu. (mita) dake yang ada pada bagian
sebelumnya. Verba bantu nai pada kalimat no. 3 menyatakan bentuk negatif
sehubungan dengan verba taberu dan verba bantu ta pada kalimat 3 meyatakan bentuk
lampau sehubungan dengan verba iku. Sedangkan verba bantu saserareru pada
kalimat 7 dipakai untuk menyatakan bentuk kausatif-pasif bagi verba yameru.

2.2 Jenis jenis Jodoushi


1.

Dantei

Verba bantu ini biasanya dipakai pada nomina dan partikel. Selain itu, dapat dipakai
juga setelah adjektiva i, adjektiva na, dan verba bantu lainnya. Verba bantu ini
menyatakan keputusan atau ketetapan. Yang termasuk dantei adalah :
Contoh kalimat :
a.

Watashi wa ira desu.


( Saya adalah Ira )
b.

Kore wa watashi no jisho da.


( Ini adalah kamus saya )
2.

Denbun

Verba bantu ini dipakai setelah verba bentuk kamus atau bentuk lampau, adjektiva i
bentuk kamus atau bentuk lampau, adjektiva na dan nomina ( ditambah da atau

Universitas Sumatera Utara

datta ), dan dipakai juga setelah verba bantu lain seperti : tai, nai, seru, saseru, reru,
rareru, ta, dan da.
Verba bantu ini dipakai untuk menyatakan kembali hal hal yang telah diucapkan,
diberitahukan oleh orang lain. Yang termasuk denbun adalah :
Contoh : a.

Kono keeki wa oishii souda.


( Kue itu katanya enak )
b.

Ashita wa ame ga furusouda.


( Katanya besok akan turun hujan )
3.

Ishi

Ada dua macam verba bantu yang termasuk jenis ini.


a. Verba bantu ( u ) biasanya dipakai setelah verba golongan 1 atau setelah
verba bantu masu.
Contoh : -

nomu

nomou

( minum )

( mari kita minum )

b. Verba bantu ( you ) biasanya dipakai setelah verba golongan II, verba
golongan III, atau setelah verba bantu reru, rareru, seru, sareru. Verba bantu

( u ) dan ( you ) dipakai untuk menyatakan kemauan, kehendak,

hasrat hati pembicara.


Contoh :

Atama ga itai kara, uchi e kaerou


( Karena sakit kepala, saya bermaksud pulang ke rumah )

Universitas Sumatera Utara

4.

Jihatsu

Verba bantu jenis ini adalah reru dan rareru. Selain termasuk jenis jihatsu, termasuk
juga pada jenis ukemi, kanou, dan sonkei. Verba bantu reru dipakai setelah verba
golongan I atau setelah verba suru, sedangkan verba bantu rareru biasanya dipakai
setelah verba golongan II. Verba bantu ini dipakai untuk menyatakan keadaan atau
aktivitas yang terjadi atau dilakukan secara tiba tiba ( tidak direncanakan )
contoh :

Chichi no koto ga omowareru


( Saya teringat akan ayah )
5. Kako / kanryou

Verba bantu ini biasa dipakai setelah verba, adjektiva i, adjektiva na, atau setelah
verba bantu lain seperti seru, saseru, reru, rareru, nai, masu, tai, souda, youda, rashii,
da dan desu. Pemakain kako / kanryou ada dua yaitu :
a. Dipakai untuk menyatakan hal hal yang sudah lampau atau sudah terjadi /
dikerjakan. Contoh :

Kare wa shinda
( Dia telah meninggal )
b. Dipakai untuk menyatakan kebiasaan atau sesuatu yang sedang terjadi /
dilakukan. Contoh :

Megane o kaketa hito wa Yamada san desu


( Orang yang memakai kaca mata adalah Yamada )
6. Kanou
Verba bantu jenis ini adalah reru dan rareru. Selain termasuk jenis kanou, juga
termasuk jenis jihatsu, ukemi, dan sonkei. Verba bantu ini dipakai untuk menyatakan
bentuk dapat melakukan sesuatu sehubungan dengan verba sebelumnya. Verba

Universitas Sumatera Utara

bantu reru dipakai setelah verba golongan I, sedangkan verba bantu rareru biasanya
dipakai setelah verba golongan II, verba kuru, dan setelah verba bantu lain ( seru dan
saseru ). Dan verba bantu suru akan berubah menjadi dekiru.
Contoh :

Watashi wa sake ga nomaremasu


( Saya bisa minum sake )

7. Kanyuu

Verba bantu jenis ini adalah u dan you. Selain termasuk jenis kanyuu, u dan you,
termasuk juga pada jenis ishi dan suiryou. Pemakaian verba bantu ini sama dengan
pemakaian verba bantu jenis ishi, dipakai untuk menyatakan atau bujukan terhadap
lawan bicara agar melakukan aktivitas bersama sama dengan pembicara.
Contoh :

Isshoni toshokan e ikou


( Mari kita pergi ke perpustakaan bersama sama )
8. Kibou
Verba bantu ini dipakai setelah verba dan setelah verba ( kata kerja ). Dipakai untuk
menyatakan keinginan atau harapan pembicara, lawan bicara, dan orang orang yang
dibicarakan. Verba bantu yang digunakan adalah :
/
Contoh :

Watashi wa nihon go no sensei ni naritai


( Saya ingin menjadi guru bahasa Jepang )

( )

Neko wa sakana o (ga) tabetagaru.

Universitas Sumatera Utara

( Kucing ingin makan ikan )


9.

Shieki

Verba bantu jenis ini adalah seru dan saseru. Verba bantu seru dipakai setelah verba
golongan I dan verba suru, sedangkan verba bantu saseru dipakai setelah verba
golongan II dan verba kuru.
Verba bantu ini sering disebut verba bantu kausatf, yaitu verba bantu yang dipakai
untuk menyatakan bahwa bagian kalimat yang menjadi subjek memperlakukan
seseorang atau sesuatu sebagai objeknya agar melakukan suatu aktivitas.
Contoh :

Yamada san wa Tanaka san ni kusuri o nomasemashita


( Tn Yamada menyuruh Tn Tanaka minum obat )
10.

Sonkei

Verba bantu jenis sonkei adalah reru dan rareru. Selain termasuk jenis sonkei, reru
dan rareru juga termasuk jenis jihatsu, kanou, dan ukemi. Verba bantu reru ini
melekat pada verba golongan I dan verba suru, sedangkan verba bantu rareru melekat
pada verba golongan II, verba kuru, atau verba bantu lain (seru dan saseru ). Verba
bantu ini dipakai untuk menyatakan rasa hormat pembicara dengan menaikkan derajat
orang yang menjadi pokok pembicaraan.
Contoh :

Shachou wa mou kaeraremashita


( Kepala direktur sudah pulang )
11.

Suiryou

Verba bantu jenis ini adalah u dan you. Selain termasuk jenis suiryou, keduanya juga
termasuk jenis ishi dan kanyuu. Verba bantu u menempel pada verba golongan I,
adjektiva i, adjektiva na dan verba bantu lain seperti masu, desu, nai, tai, ta, da,

Universitas Sumatera Utara

youda dan souda. Sedangkan verba bantu you dipakai setelah verba golongan III dan
verba bantu seru, saseru, reru, rareru. Verba bantu ini dipakai untuk menyatakan
dugaan, perkiraan, atau sangkaan pembicara. Verba bantu ini sering juga diganti
menjadi darou dan deshou.
Contoh :

Ashita wa ame ga furou.

Ashita wa ame ga furu darou

( Besok mungkin turun hujan )


12.

Suitei

Verba bantu ini dipakai setelah verba bentuk kamus, adjektiva i bentuk kamus,
adjektiva na, verba bantu (seru, saseru, reru, rareru, nai, dan ta ), nomina, partikel
(no, dake dan lain-lain). Dipakai untuk menyatakan suatu perkiraan, dugaan atau
anggapan berdasarkan pada hal-hal yang telah dilihat atau didengarnya. Yang
termasuk suitei adalah : ( rashi ).
Contoh :

Ame ga furu rashii


( Sepertinya hujan akan turun )
13.

Tatoe/ Futashikana dantei/Reiji

Verba bantu ini dipakai setelah verba/ adjektiva-i, adjektiva-na, verba bantu lain ( seru,
saseru, reru, rareru, tai, ta, nai), partikel ( no ) dan dapat juga dipakai setelah
prenomina ( kono, sono, ano dan dono ). Yang termasuk tatoe/ futashikana dantei/
reiji adalah : ( youda )
a) Untuk menyatakan suatu perumpamaan.

( tatoe )

Universitas Sumatera Utara

b) Untuk menyatakan suatu keputusan yang tidak pasti.

( futashikana dantei )

c) Untuk menyatakan bahwa hal-hal yang ditujukannya adalah sebagai


contoh.

( reiji )

Contoh :

Konsaato ga hajimaru youda


( Sepertinya konsernya akan dimulai )
Adapun pemakaian istilah-istilah diatas, sesuai dengan fungsi verba Bantu tersebut.
14.

Teinei

Verba bantu ini melekat pada verba atau verba bantu lain seperti : reru, rareru, seru
dan saseru. Verba bantu ini adalah :

Contoh :

( masu ).

Nihon ga de denwa ga kakeraremasuka


( Apakah anda bisa menelepon dalam bahasa Jepang? )
15.

Uchikeshi

Verba bantu ini dipakai setelah verba dan verba bantu lain seperti : seru, saseru, reru
dan rareru. Dipakai untuk menyatakan bentuk negatif atau bentuk menyangkal bagi
kata sebelumnya. Yang termasuk verba bantu jenis uchikeshi adalah :
( nai, me ).
Contoh :

Watashi wa kesa nanimo tabenaide, daigaku e ikimashita


( Saya tadi pagi pergi ke kampus tanpa makan apapun )
16.

Ukemi

Verba bantu yang termasuk jenis ukemi adalah

( reru dan rareru ).

Universitas Sumatera Utara

Verba bantu reru melekat pada verba bantu golongan I dan verba suru, sedangkan
verba bantu rareru melekat pada verba golongan II, verba kuru dan verba bantu lain
( seru dan saseru ). Dipakai untuk menyatakan bntuk pasif dari verba dan ( verba
bantu ) sebelumnya.
Contoh :

Kono biru wa yonnen maeni taterareta


( Gedung ini dibangun 4 tahun yang lalu )
17.

Youtai

Verba bantu jenis ini dipakai setelah verba bantu masu ( yang telah dihilangkan masunya ), verba bentuk tai dan nai ( yang telah dihilangkan suku kata akhir i-nya ),
adjektiva-na ( suku kata akhir na- nya dihilangkan ) atau setelah adjektiva-i ( yang
telah dihilangkan suku kata akhir i- nya ).
Dipakai untuk menyatakan atau mengungkapkan kembali tentang suatu hal sesuai
dengan keadaan yang telah dilihatnya. Yang termasuk verba jenis youtai adalah :

( souda ).

Contoh :

Sora ga kurakunatte kimashita. Ame ga furisouda.


( Langit telah menjadi gelap. Tampaknya akan turun hujan )

2.3 Verba Bantu -Tai dan -Tagaru


Pada sub bagian ini akan dikemukakan pendapat dari beberapa ahli linguistik,
seperti Hamzon Situmorang dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang,
Sudjianto dalam buku Gramatika Bahasa Jepang Modern, dan Minna No Nihon Go
sebagai landasan teoritis dalam mengerjakan skripsi ini.
2.3.1 Verba Bantu -Tai

Universitas Sumatera Utara

Menurut Sudjianto ( 1999 : 132-133 ) dalam buku Gramatika Bahasa Jepang


Modern, mengatakan kiboo adalah jenis verba bantu yang dipakai untuk menyatakan
keinginan atau harapan pembicara, lawan bicara, dan orang yang dibicarakan. Verba
bantu yang termasuk kiboo adalah verba bantu -tai dan -tagaru. Verba bantu -tai/tagaru biasa dipakai setelah verba ( kata kerja ) dan dapat berkonjugasi
Contoh :
1.

Watashi wa Bari e ikitai desu.


( Saya ingin pergi ke Bali )
2.

Watashi wa nihon go no sensei ni naritai.


( Saya ingin menjadi guru bahasa Jepang )
3.

Isha ni naritai to omotte imasu.


( berpikir ingin menjadi dokter )
4.

tabetakereba tabenasai.
( kalau ingin makan silahkan makan )
5.

juusu ga nomitai.
( ingin minum jus )
Seperti dapat kita lihat pada contoh kalimat-kalimat di atas, verba bantu -tai
dipakai untuk menyatakan keinginan atau harapan pembicara dan lawan bicara.
Dalam buku Minna No Nihongo Shokyu I Indonesian Version (1998 : 88 ), kata kerja
( bentuk ) -. Pernyataan ini menunjukkan keinginan dari si pembicara,

Universitas Sumatera Utara

juga dipakai untuk menanyakan keinginan lawan bicara. Pada ungkapan ini setelah
kata benda dapat dipakai partikel pengganti partikel seperti contoh pada kalimat
no 2 dibawah. Tetapi kalau bukan untuk partikel yang menunjukkan objek dari
kata kerja transitif, maka partikelnya tidak dapat diganti dengan . Kata kerja
( bentuk masu ) - perubahannya sama dengan kata sifat .
Contoh :
1.

Watashi wa Okinawa e ikitai desu.


Saya ingin pergi ke Okinawa.
2.

Watashi wa tempura o (ga) tabetai desu.


Saya ingin makan tempura.
3.

()

Koube de nani o kaitai desuka.


Anda ingin membeli apa di Koube?

. Kutsu o (ga) kaitai desu.


. Saya ingin membeli sepatu.
4.

Onaka ga itai desu kara, nanimo tabetakunaidesu.


Karena saya sakit perut, tidak ingin makan apapun.
Catatan :
a. tidak bisa dipakai untuk mengungkapkan keinginan orang lain
( orang ketiga ).

Universitas Sumatera Utara

b. Kita tidak dapat menggunakan kata kerja ( bentuk ) -


untuk menawarkan sesuatu atau mengajak melakukan sesuatu kepada lawan
bicara. Misalnya, waktu kita menawarkan kopi, kita tidak boleh mengatakan

. Dalam hal ini dipakai ungkapan

.
2.3.2 Verba Bantu -Tagaru
Untuk menyatakan keinginan atau harapan orang ketiga dan kata benda ketiga
yang dibicarakan dipakai verba bantu -tagaru ( -tagatte iru ). Digunakan setelah verba
(kata kerja). Tagaru adalah keinginan yang masih akan, sedangkan tagatte iru adalah
keinginan yang sudah terjadi. Sudjianto ( 1999 : 133 ) dalam buku Gramatika Bahasa
Jepang Modern.
Contoh :
1.

Ali san wa Bari e ikitagatte imasu.


( Si Ali ingin pergi ke Bali )
2.

Otouto mo nihongo no sensei ni naritagatte imasu.


( Adik laki-laki juga ingin menjadi guru bahasa Jepang )
3.

Chichi wa atarashi seihin ga deruto, suguni kaitagarimasu.


( Ayah ingin segera membeli, kalau barang yang baru keluar )
Dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang, Hamzon Situmorang
( 2007 : 23-24 ) mengemukakan : morfem yang bermakna keinginan atau harapan
adalah sebuah morfem yang terikat, maksudnya tidak dapat berdiri sendiri tanpa
morfem lain. Morfem ini mempunyai perubahan atau konjugasi dalam pemakaian

Universitas Sumatera Utara

untuk harapan atau keinginan yang lampau atau keinginan sedang. Morfem ini ada
dua buah, satu berbentuk kata sifat ( tai ), dan satu lagi berbentuk kata kerja ( tagaru ).
Contoh :
a) Kata kerja golongan pertama
yo-mu

= yo-mi + tai, yo-mi + tagaru

yomi

= morfem dasar yang berubah dari yomu.

-tai, -tagaru = morfem terikat yang dapat berkonjugasi


dalam perubahan waktu.
b) Kata kerja golongan kedua
tabe-ru

= tabe + tai, tabe + tagaru

tabe

= adalah morfem dasar yang tidak mengalami


perubahan bentuk.

-tai, -tagaru = adalah morfem terikat yang dapat mengalami


perubahan bentuk menurut pemakaian waktu, atau
dapat berkonjugasi.
c) Kata kerja golongan ketiga
ku-ru

= ki + tai, ki + tagaru

ki

= adalah morfem dasar yang mengalami perubahan daru -ku.

-tai, -tagaru = adalah morfem terikat yang dapat mengalami


perubahan bentuk menurut pemakaian waktu, atau
dapat berkonjugasi.
2.4 Perbedaan Pemakaian Verba Bantu -Tai dan -Tagaru Dari Segi
Si Pelaku Pemakainya
Verba bantu -tai dan -tagaru memiliki perbedaan dari segi si pelaku
pemakainya, yaitu : Verba bantu -tai adalah untuk menyatakan keinginan atau harapan

Universitas Sumatera Utara

si pembicara dan lawan bicara. Sudjianto ( 1999 : 132 ) dalam buku Gramatika
Bahasa Jepang Modern. Contoh :
1.

Isha ni naritai to omotte imasu.


( berpikir ingin menjadi dokter )
Kalimat diatas yang ingin menjadi dokter adalah si pembaca, dia lah sebagai pelaku
atau pemakainya.
2.

tabetakereba tabenasai.
( kalau ingin makan silahkan makan )
Kalimat diatas yang ingin makan adalah si lawan bicara, sebagai pelaku atau
pemakainya.
3.

watashi wa gakkou e ikitai.


( Saya ingin pergi ke sekolah )
Kalimat diatas yang ingin pergi ke sekolah adalah si pembicara, sebagai pelaku atau
pemakainya.
Sedangkan verba bantu -tagaru adalah untuk menyatakan keinginan atau
harapan orang ketiga dan kata benda ketiga yang dibicarakan, dipakai verba bantu tagaru ( tagatte iru ). Sudjianto ( 1999 : 133 ) Gramatika Bahasa Jepang Modern.
Contoh :
1.

Ali san wa Bari e ikitagatte imasu.


( Si Ali ingin pergi ke Bali )

Universitas Sumatera Utara

Kalimat diatas yang ingin pergi ke Bali adalah si Ali ( orang ketiga ), sebagai pelaku
atau pemakainya.
2.

Otouto mo nihongo no sensei ni naritagatte imasu.


( Adik laki-laki juga ingin menjadi guru bahasa Jepang )
Kalimat diatas yang ingin menjadi guru bahasa Jepang adalah adik laki-laki (orang
ketiga ), sebagai pelaku atau pemakainya
3.

Inu wa hone o tabetagaru.


( Anjing ingin makan tulang )
Kalimat diatas yang ingin makan tulang adalah anjing ( kata benda ketiga ), sebagai
pelaku atau pemakainya.
Ada bentuk lain dari verba bantu ini, yaitu bentuk -garu. Verba bantu -garu
hanya dapat diikuti oleh kata sifat saja . Verba bantu -garu ini artinya adalah merasa
atau lebih dekat ke perasaan.
Contoh :
1.

Kodomo wa tomodachi ga motte iru no to onaji mono o hoshigarimasu.


( Anak-anak merasa ingin barang yang sama dengan yang dibawa temannya )
2.

Haha wa jisin no nyuusu o kiku to, totemo fuangarimasu.


( Ibu sangat merasa gelisah, kalau mendengar berita gempa )
3.

Imouto wa chiisai kega demo itagarimasu.


( Adik perempuan merasa sakit walau lukanya kecil )

Universitas Sumatera Utara

Pada kalimat no 1 diatas pelaku atau si pemakainya adalah anak-anak dan


sebelum kata -garu dapat diikuti oleh kata sifat -i, kalimat no 2 pelakunya adalah ibu
dan sebelum kata -garu dapat juga diikuti oleh kata sifat -na, dan kalimat no 3 si
pemakainya adalah adik dan sebelum kata -garu diikuti oleh kata sifat -i. Dari kalimat
diatas dapat disimpulkan bahwa pelaku atau si pemakai verba bantu -garu yaitu sangat
jelas perasaan dari orang ketiga yang dibicarakan, bukan perasaan dari si pembicara
atau lawan bicara.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai