PENDAHULUAN
1.1
Pada waktu kita berkomunikasi, khususnya dalam bahasa Jepang, kita sering
memakai kata kerja bantu atau verba bantu, yang dalam bahasa Jepang disebut
jodoushi.
Dalam buku Sudjianto Gramatika Bahasa Jepang Modern, jodoushi (
) di terjemahkan menjadi verba bantu. Pemakaian istilah verba bantu ini tidak
terlepas dari huruf kanji yang dipakai untuk menulis kata jodoushi ( ). Huruf
kanji jo ( ) pada jodoushi ( ) (dapat dibaca juga tasukeru) yang berarti
bantu, membantu, atau menolong. Sedangkan dou ( ) pada jodoushi ( )
berarti bergerak. Dan shi ( )
Kedua kalimat ini mempunyai arti yang sama, yaitu : ingin pergi ke Jepang .
Pemakaian -Tai atau -Tagaru memerlukan ketelitian serta pemahaman yang
benar untuk bisa dapat memakai verba bantu ini secara tepat dan benar dalam suatu
kalimat.
Untuk itulah penulis tertarik untuk membahas tentang bagaimana pemakaian
verba bantu -Tai dan -Tagaru dari segi si pelaku pemakainya dalam kalimat bahasa
Jepang serta menganalisis kedua jenis verba bantu tersebut pada kalimat-kalimat
bahasa Jepang.
1.3
menjadi kemauan, keinginan. Akan tetapi, kedua verba bantu ini tidak dapat
digunakan begitu saja karena disesuaikan dengan kondisi yang
tepat. Sebelum
membahas inti permasalahan, penulis perlu menjelaskan juga pengertian serta jenisjenis jodoushi. Oleh karena itu penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Pengertian verba bantu (jodoushi) dalam bahasa Jepang..
2. Jenis jenis jodoushi dalam bahasa Jepang.
3. Perbedaan verba bantu -Tai dan -Tagaru dari segi si pelaku pemakainya.
4. Analisis pemakaian verba bantu -Tai dan -Tagaru sebagai verba bantu
keinginan dalam kalimat bahasa Jepang
1.4
-Tai dan -Tagaru yang akan dibahas ini termasuk jodoushi. Kedua verba bantu
ini tidak dapat berdiri sendiri. Dan juga tidak dapat dimengerti artinya bila kita
mengucapkannya begitu saja. Kata kata seperti ini akan mempunyai arti yang jelas
bila bila dilekatkan pada sebuah kata yang lain. Untuk itulah perlu digunakan suatu
pendekatan linguistik.
b. Kerangka Teori
Sesuai dengan judul skripsi ini, teori atau pendekatan yang digunakan untuk
menganalisis penggunaan verba bantu adalah pendekatan linguistik dalam kajian
semantik. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Kata linguistik
diturunkan dari kata bahasa Latin lingua .
Secara popular orang sering mengatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang
bahasa sebagai objek kajiiannya atau telaah ilmiah mengenai bahasa manusia
menurut Martinet dalam Chaer (1994 : 1-2).
Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistic).
Artinya, ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan
mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya. Sebagai ilmu linguistik mempunyai
beberapa bidang kajian yang menyangkut struktur - struktur dasar tertentu, salah
satunya yaitu bidang kajian makna (semantik).
Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu sema
(kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang
berarti menandai atau melambangkan. Yang dimaksud dengan tanda atau semantik
disini sebagai padanan kata sema itu adalah tanda linguistik.
Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk
bidang linguistik yang mempelajari hubungan makna atau arti dalam bahasa. Oleh
karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
makna dan arti (Ferdinand de Saussure dalam Chaer : 1990 : 2). Objek kajian
semantik antara lain: makna kata (go no imi), relasi makna (go no imi kankei), dan
makna kalimat (bun no imi).
Menurut Chaer (1994 : 59) makna itu terbagi dua yaitu makna leksikal dan
makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut jishou teki imi
(makna kamus) atau goi teki imi (makna kata) adalah makna kata sesungguhnya
sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indera dan terlepas dari unsur
gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli sesuatu kata. Sedangkan
makna gramatikal yang dalam bahasa Jepang disebut bunpou teki imi (makna kalimat)
yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya.
Defenisi-defenisi atau konsep-konsep yang penulis kemukakan diatas tadi
inilah yang dipakai sebagai acuan dasar dalam penulisan skripsi ini.
1.5
2. Untuk memahami pemakaian verba bantu -tai dan -tagaru dari segi si
pelaku pemakainya yang terdapat dalam kalimat bahasa Jepang.
b. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diperoleh bila penelitian ini dilakukan adalah :
1. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bidang linguistik, khususnya
mengenai pemakaian verba bantu -Tai dan -Tagaru dari segi si pelaku
pemakainya dalam kalimat bahasa Jepang.
2. Untuk menambah referensi bagi pengembangan ilmu bahasa di jurusan Sastra
Jepang Universitas Sumatera Utara terutama bidang linguistik.
1.6
Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif ( descriptive research ), yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk
membuat gambaran secara sistematis (Isyandi, 2003 : 13). Dan penulis juga akan
menggunakan metode kepustakaan ( library research), yaitu metode yang
menggunakan pengumpulan data-data atau berbagi informasi dengan cara
pengumpulan data dari beberapa buku atau referensi yang berkaitan dengan
pembahasan (Isyandi, 2003 : 13). Salah satu referensi penting adalah buku Minna No
Nihon Go . Setelah data tersebut terkumpul, penulis berusaha menuturkan,
menganalisa, mengklasifikasikan, dan lain sebagainya. Kemudian dituangkan dalam
bentuk karya tulis. Tahap akhir berupa penarikan kesimpulan dari data - data yang
telah diteliti, kemudian dari kesimpulan yang diambil dapat diberikan saran -saran
yang bermanfaat.
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA BANTU -TAI DAN -TAGARU
: shi
= kata
: jodoushi
keputusan pembicaradan dapat menambah arti kata yang ada sebelumnya. (Yasuo
dalam Sudjianto, 1999 : 199)
Contoh :
1.
( )
Dantei
Verba bantu ini biasanya dipakai pada nomina dan partikel. Selain itu, dapat dipakai
juga setelah adjektiva i, adjektiva na, dan verba bantu lainnya. Verba bantu ini
menyatakan keputusan atau ketetapan. Yang termasuk dantei adalah :
Contoh kalimat :
a.
Denbun
Verba bantu ini dipakai setelah verba bentuk kamus atau bentuk lampau, adjektiva i
bentuk kamus atau bentuk lampau, adjektiva na dan nomina ( ditambah da atau
datta ), dan dipakai juga setelah verba bantu lain seperti : tai, nai, seru, saseru, reru,
rareru, ta, dan da.
Verba bantu ini dipakai untuk menyatakan kembali hal hal yang telah diucapkan,
diberitahukan oleh orang lain. Yang termasuk denbun adalah :
Contoh : a.
Ishi
nomu
nomou
( minum )
b. Verba bantu ( you ) biasanya dipakai setelah verba golongan II, verba
golongan III, atau setelah verba bantu reru, rareru, seru, sareru. Verba bantu
4.
Jihatsu
Verba bantu jenis ini adalah reru dan rareru. Selain termasuk jenis jihatsu, termasuk
juga pada jenis ukemi, kanou, dan sonkei. Verba bantu reru dipakai setelah verba
golongan I atau setelah verba suru, sedangkan verba bantu rareru biasanya dipakai
setelah verba golongan II. Verba bantu ini dipakai untuk menyatakan keadaan atau
aktivitas yang terjadi atau dilakukan secara tiba tiba ( tidak direncanakan )
contoh :
Verba bantu ini biasa dipakai setelah verba, adjektiva i, adjektiva na, atau setelah
verba bantu lain seperti seru, saseru, reru, rareru, nai, masu, tai, souda, youda, rashii,
da dan desu. Pemakain kako / kanryou ada dua yaitu :
a. Dipakai untuk menyatakan hal hal yang sudah lampau atau sudah terjadi /
dikerjakan. Contoh :
Kare wa shinda
( Dia telah meninggal )
b. Dipakai untuk menyatakan kebiasaan atau sesuatu yang sedang terjadi /
dilakukan. Contoh :
bantu reru dipakai setelah verba golongan I, sedangkan verba bantu rareru biasanya
dipakai setelah verba golongan II, verba kuru, dan setelah verba bantu lain ( seru dan
saseru ). Dan verba bantu suru akan berubah menjadi dekiru.
Contoh :
7. Kanyuu
Verba bantu jenis ini adalah u dan you. Selain termasuk jenis kanyuu, u dan you,
termasuk juga pada jenis ishi dan suiryou. Pemakaian verba bantu ini sama dengan
pemakaian verba bantu jenis ishi, dipakai untuk menyatakan atau bujukan terhadap
lawan bicara agar melakukan aktivitas bersama sama dengan pembicara.
Contoh :
( )
Shieki
Verba bantu jenis ini adalah seru dan saseru. Verba bantu seru dipakai setelah verba
golongan I dan verba suru, sedangkan verba bantu saseru dipakai setelah verba
golongan II dan verba kuru.
Verba bantu ini sering disebut verba bantu kausatf, yaitu verba bantu yang dipakai
untuk menyatakan bahwa bagian kalimat yang menjadi subjek memperlakukan
seseorang atau sesuatu sebagai objeknya agar melakukan suatu aktivitas.
Contoh :
Sonkei
Verba bantu jenis sonkei adalah reru dan rareru. Selain termasuk jenis sonkei, reru
dan rareru juga termasuk jenis jihatsu, kanou, dan ukemi. Verba bantu reru ini
melekat pada verba golongan I dan verba suru, sedangkan verba bantu rareru melekat
pada verba golongan II, verba kuru, atau verba bantu lain (seru dan saseru ). Verba
bantu ini dipakai untuk menyatakan rasa hormat pembicara dengan menaikkan derajat
orang yang menjadi pokok pembicaraan.
Contoh :
Suiryou
Verba bantu jenis ini adalah u dan you. Selain termasuk jenis suiryou, keduanya juga
termasuk jenis ishi dan kanyuu. Verba bantu u menempel pada verba golongan I,
adjektiva i, adjektiva na dan verba bantu lain seperti masu, desu, nai, tai, ta, da,
youda dan souda. Sedangkan verba bantu you dipakai setelah verba golongan III dan
verba bantu seru, saseru, reru, rareru. Verba bantu ini dipakai untuk menyatakan
dugaan, perkiraan, atau sangkaan pembicara. Verba bantu ini sering juga diganti
menjadi darou dan deshou.
Contoh :
Suitei
Verba bantu ini dipakai setelah verba bentuk kamus, adjektiva i bentuk kamus,
adjektiva na, verba bantu (seru, saseru, reru, rareru, nai, dan ta ), nomina, partikel
(no, dake dan lain-lain). Dipakai untuk menyatakan suatu perkiraan, dugaan atau
anggapan berdasarkan pada hal-hal yang telah dilihat atau didengarnya. Yang
termasuk suitei adalah : ( rashi ).
Contoh :
Verba bantu ini dipakai setelah verba/ adjektiva-i, adjektiva-na, verba bantu lain ( seru,
saseru, reru, rareru, tai, ta, nai), partikel ( no ) dan dapat juga dipakai setelah
prenomina ( kono, sono, ano dan dono ). Yang termasuk tatoe/ futashikana dantei/
reiji adalah : ( youda )
a) Untuk menyatakan suatu perumpamaan.
( tatoe )
( futashikana dantei )
( reiji )
Contoh :
Teinei
Verba bantu ini melekat pada verba atau verba bantu lain seperti : reru, rareru, seru
dan saseru. Verba bantu ini adalah :
Contoh :
( masu ).
Uchikeshi
Verba bantu ini dipakai setelah verba dan verba bantu lain seperti : seru, saseru, reru
dan rareru. Dipakai untuk menyatakan bentuk negatif atau bentuk menyangkal bagi
kata sebelumnya. Yang termasuk verba bantu jenis uchikeshi adalah :
( nai, me ).
Contoh :
Ukemi
Verba bantu reru melekat pada verba bantu golongan I dan verba suru, sedangkan
verba bantu rareru melekat pada verba golongan II, verba kuru dan verba bantu lain
( seru dan saseru ). Dipakai untuk menyatakan bntuk pasif dari verba dan ( verba
bantu ) sebelumnya.
Contoh :
Youtai
Verba bantu jenis ini dipakai setelah verba bantu masu ( yang telah dihilangkan masunya ), verba bentuk tai dan nai ( yang telah dihilangkan suku kata akhir i-nya ),
adjektiva-na ( suku kata akhir na- nya dihilangkan ) atau setelah adjektiva-i ( yang
telah dihilangkan suku kata akhir i- nya ).
Dipakai untuk menyatakan atau mengungkapkan kembali tentang suatu hal sesuai
dengan keadaan yang telah dilihatnya. Yang termasuk verba jenis youtai adalah :
( souda ).
Contoh :
tabetakereba tabenasai.
( kalau ingin makan silahkan makan )
5.
juusu ga nomitai.
( ingin minum jus )
Seperti dapat kita lihat pada contoh kalimat-kalimat di atas, verba bantu -tai
dipakai untuk menyatakan keinginan atau harapan pembicara dan lawan bicara.
Dalam buku Minna No Nihongo Shokyu I Indonesian Version (1998 : 88 ), kata kerja
( bentuk ) -. Pernyataan ini menunjukkan keinginan dari si pembicara,
juga dipakai untuk menanyakan keinginan lawan bicara. Pada ungkapan ini setelah
kata benda dapat dipakai partikel pengganti partikel seperti contoh pada kalimat
no 2 dibawah. Tetapi kalau bukan untuk partikel yang menunjukkan objek dari
kata kerja transitif, maka partikelnya tidak dapat diganti dengan . Kata kerja
( bentuk masu ) - perubahannya sama dengan kata sifat .
Contoh :
1.
()
.
2.3.2 Verba Bantu -Tagaru
Untuk menyatakan keinginan atau harapan orang ketiga dan kata benda ketiga
yang dibicarakan dipakai verba bantu -tagaru ( -tagatte iru ). Digunakan setelah verba
(kata kerja). Tagaru adalah keinginan yang masih akan, sedangkan tagatte iru adalah
keinginan yang sudah terjadi. Sudjianto ( 1999 : 133 ) dalam buku Gramatika Bahasa
Jepang Modern.
Contoh :
1.
untuk harapan atau keinginan yang lampau atau keinginan sedang. Morfem ini ada
dua buah, satu berbentuk kata sifat ( tai ), dan satu lagi berbentuk kata kerja ( tagaru ).
Contoh :
a) Kata kerja golongan pertama
yo-mu
yomi
tabe
= ki + tai, ki + tagaru
ki
si pembicara dan lawan bicara. Sudjianto ( 1999 : 132 ) dalam buku Gramatika
Bahasa Jepang Modern. Contoh :
1.
tabetakereba tabenasai.
( kalau ingin makan silahkan makan )
Kalimat diatas yang ingin makan adalah si lawan bicara, sebagai pelaku atau
pemakainya.
3.
Kalimat diatas yang ingin pergi ke Bali adalah si Ali ( orang ketiga ), sebagai pelaku
atau pemakainya.
2.