Anda di halaman 1dari 40

ANALISIS FUNGSI JOSHI NI DALAM BUKU

CERITA URASHIMATAROU

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


memperoleh gelarSarjana Pendidikan

ZIA UL HAQ

1305547/2013

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Hendri Zalman, S.Hum., MPd. Meira Anggia Putri, S.S., M.Pd.


NIP. 19810408 200604 1 001 NIP. 19870513 201404 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya hubungan antar negara, kebutuhan terhadap

penguasaan bahasa menjadi semakin penting. Hal ini merupakan salah satu

penyebab pentingnya mempelajari bahasa asing. Pada umumnya, bahasa asing

pertama yang dipelajari oleh masyarakat di Indonesia adalahbahasa Inggris. Selain

bahasa Inggris, ada pula bahasa asing lain yang dipelajari olehkebanyakan

masyarakat di Indonesia, salah satunya bahasa Jepang. Di Indonesia, bahasa

Jepang lebih banyak dipelajari oleh kalangan mahasiswa, atau tenaga kerja

Indonesia yang akan bekerja di Jepang.Bahasa Jepang banyak dikenal di

Indonesia melalui film animasi, cerita rakyat Jepang, komik Jepang dan lagu

Jepang.

Secara garis besar, cerita rakyat di Jepang di bagi menjadi 3 berdasarkan

isi dan bentuknya yaitu, cerita zaman dulu (mukashibanashi), legenda (densetsu)

dan cerita masyarakat (sekembanashi). Lokasi dan tokoh-tokoh dalam cerita

bersifat fiktif, sedangkan waktu kejadian adalah masa lampau yang tidak

dijelaskan secara pasti. Ciri khas dalam setiap cerita rakyat adalah kata mukashi

yang artinya zaman dahulu yang sering digunakan dalam setiap kalimat pembuka.

Dalam folklore isi cerita umumnya tentang kepercayaan, dan peristiwa tentang

asal-usul tempat, bangunan, kuil, desa, pohon, batu, gunung atau bukit yang
dipercaya orang pernah ada. Selain itu, ada pula cerita tentang tokoh terkenal atau

keluarga.

Bahasa Jepang adalah bahasa yang unik, seperti pada rumpun bahasanya.

Bahasa-bahasa yang ada di dunia ini pada umumnya jelas rumpun bahasanya.

Sedangkan rumpun bahasa Jepang, sampai sekarang masih diperdebatkan oleh

para ahlinya. Hal ini dapat disadari apabila kita melihat klasifikasi bahasa-bahasa

yang ada di dunia ini berdasarkan rumpun bahasanya seperti berikut

Shimizu(2000:14) menyatakan rumpun bahasa tersebut adalah seperti berikut ini.

1. Rumpun bahasa Indo-Eropa (bahasa Hindi, bahasa Persia, bahasa Bulgaria,

bahasa Polandia, bahasa Rusia, bahasa Italia, bahasa Perancis, bahasa Spanyol,

bahasa Portugal, bahasa Irlandia, bahasa Wales, bahasa Norwegia, bahasa

Swedia, bahasa Jerman, bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan sebagainya).

2. Rumpun bahasa Semite (bahasa Hebrew, bahasa Arab, bahasa Etiopia, dan

sebagainya).

3. Rumpun bahasa Ural (bahasa Finlandia, bahasa Estonia, bahasa Hungaria, dan

sebagainya).

4. Rumpun bahasa Altaik ( bahasa Turki, bahasa Mongol, bahasa Manchuria, dan

sebagainya).

5. Rumpun bahasa Sino-Tibetan (bahasa Cina, bahasa Tibet, bahasa Thailand, dan

sebagainya).

6. Rumpun bahasa Malayo-Polynesian (bahasa Indonesia, bahasa Tagalog, bahasa

Fiji, bahasa Tahiti, dan sebagainya).

7. Rumpun bahasa Astrotiatic (bahasa Vietnam, bahasa Khmer, dan sebagainya).


8. Rumpun bahasa Dravida (bahasa Tamil, bahasa Terugu, dan sebagainya).

Tanimitsu Tadahiko (1995:8) menjelaskan bahwa bahasa Jepang

Sebelumnya dikatakan sebagai rumpun bahasa-bahasa Altaik. Tetapi, sampai

sekarang pun masih tetap diadakan penelitian. Sehingga sekarang ini dikatakan

bahasa Jepang ada hubungannya dengan rumpun bahasa Malayo-

PolynesianSelatan. Walaupun demikian, masih banyak persoalan yang belum

terpecahkan, dan diantara bahasa-bahasa di dunia ini pun masih kuat

kecendrungan bahwa bahasa Jepang merupakan bahasa yang terisolasi.

Dilihat dari aspek-aspek kebahasaannya, bahasa Jepang memiliki

karakteristik tertentu yang dapat kita amati dari huruf yang dipakainya, kosakata,

gramatika, dan ragam bahasanya. Apabila melihat huruf yang dipakai untuk

menuliskan bahasa Jepang, kita telah tahu bahwa bahasa Jepang memiliki sistem

penulisan yang sangat kompleks. Selain hyooi moji yaitu huruf yang

melambangkan bunyi pengucapannya (huruf kanji), di dalam bahasa Jepang

dipakai juga hyoo’on moji yaitu huruf yang melambangkan bentuk-bentuk

pengucapan yang tidak memiliki arti tertentu. Hyoo’on moji terdiri dari onsetsu

moji (hiragana dan katakana, yaitu huruf yang melambangkan bunyi silabel) dan

tan’on moji (roomaji), yaitu huruf Latin yang pada dasarnya melambangkan

sebuah fonem). Selain itu dipakai juga suuji (numeralia, yaitu tulisan-tulisan yang

melambangkan bilangan) baik kansuuji (lambang bilangan yang ditulis dengan

huruf kanji) ataupun san’yooji suuji atau Arabia suuji (lambang bilangan yang

biasa dipakai untuk menuliskan sistem penghitungan). Karakteristik bahasa

Jepang yang berkaitan dengan kosakatanya dapat dilihat dari jenis-jenisnya.


Berdasarkan asal usulnya, kosakata bahasa Jepang dibagi menjadi 3 macam yakni

wago, kango dan gairaigo. Kosakata bahasa Jepang dapat diklasifikasikan ke

dalam 10 kelompok kelas kata yaknidooshi ‘verba’, i-keiyooshi ‘ajektiva-i’, atau

ada juga yang menyebutnya keiyooshi, nakeiyooshi ‘ajektiva-na’ atau ada juga

yang menyebutnya keiyoodoshi, meishi ‘nomina’, fukushi ‘adverbia’, rentaishi

‘prenomina’, kandooshi ‘interjeksi’, jodooshi ‘verba bantu’, dan joshi ‘partikel’.

Di antara kosakata di atas, ada yang mengalami perubahan bentuk. Perubahan

kosakata tersebut susah dikuasai.

Selanjutnya, struktur kalimat bahasa Indonesia dan bahasa Jepang juga

sangat berbeda, jika bahasa Indonesia menggunakan pola SPO (Subjek, Prediket,

Objek) serta frase yang berpola DM (Diterangkan Menerangkan). Sedangkan

bahasaJepang menggunakan pola SOP (Subjek, Objek, Prediket)dan adanya

partikel dalam kalimat serta pola frasanya yaitu MD (Menerangkan Diterangkan).

Di samping, itu kelas katajoshijuga sulit dikuasai.Penyebabnya

adalahjoshi dalam bahasa Jepang mempunyai jumlah yang banyak serta peran

yang sangat beragam.Joshidalam kalimat bahasa Jepang merupakan hal yang

harus diperhatikankeberadaannya,jika penggunaan joshi pada kalimat tidak tepat

maka maksud dari kalimat tersebut kurang tersampaikan atau bahkan dapat

menjadi kalimat yang tidak mempunyai arti.Bahasa Jepang mempunyai kaidah

sendiri untuk memperjelas arti kalimat, yakni dengan menambahkan joshi pada

unsur-unsur pokok frasa, sehingga membentuk sebuah makna dalam kalimat.

Hayashi (dalam Zulaikha, 2015) menjelaskan bahwa joshi adalah jenis

kata yang penting yang menjadi tiang sebuah kalimat, bersama dengan kata kerja
bantu.Koujien (dalam Dini Maulia dkk, 2009) menjelaskan pengertian joshi

adalah sebagai berikut:

“品詞の一つ。常に他の語のあとに付いて使われる語のち、活用しない
語。前の語が他の語とどのような関係にあるかを示したり、語句と語
句を接続したり、文が表す内容に一定の性質を付加したりする働きが
ある。
Hinshi no hitotsu. Tsune ni hoka no ago no ato ni tsuite tsukawarerugo no
uchi, katsuyoo shinai go. Mae no go ga hoka no go to dono yoona kankei ni
aru ka o shimeshitari, goku to goku wo setsuzoku shitari,bun ga arawasu
naiyoo ni ittei no seishitsu o fuka shitari suruhataraki ga aru.
Salah satu kelas kata.Di antara kata-kata yang digunakan. Umumnya melekat
dibelakang kata lain dan tidak memiliki perubahan. Berfungsi Menunjukan
bagaimana hubungan kata yang di depan dengan kata lain, menghubungkan
frasa dengan frasa dan menambahkan makna yang diungkapkan kalimat”.

Joshi adalah kelas kata yang termasuk fuzokugo yang dipakai setelah suatu

kata untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta

untuk menambah arti kata tersebut lebih jelas lagi.Kelas kata joshi tidak

mengalami perubahan bentuknya (Hirai, 1982:161).Beberapa contoh joshi yang

sering digunakan dalam bahasa Jepang antara lain:wa, ga, no, ni, de, kara, made,

dan lain sebagainya. Setiap joshi dalam bahasa Jepang memiliki fungsi atau

kegunaan yang berbeda-beda.Salah satunya adalah joshini.

Fungsi joshi ni diantaranya adalahmenyatakan tempat beradanya

seseorang, binatang, binatang atau benda-benda lainnya. Dipakai setelah kata-kata

yang menyatakan waktu. memiliki fungsi yang sama dengan partikel he.

Dipakaistelah kata-kata yang menyatakan jumlah sesuatu untuk menunjukkan

batas, standar, atau taraf-taraf tertentu. Dapat dipakai untuk menyatakan suatu

objek aktivitas. Memiliki fungsi yang sama dengan partikel kara yang dapat

dipkaiuntuk menyatakan asal suatu benda/perkara. Dipakai untuk menyatakan


tujuan dilkakukannya suatu aktivitas. Dipakai stelah nomina untuk menyatakan

sebab-sebab atau alasan. Dipakai setelah kata-kata yang menyatakan hasil suatu

perbuatan. Sudjianto (2007:Gramatika bahasa jepang modern). Berikut beberapa

contoh mengenai joshi ni.

(1) あなたはどこにすんでいますか。(Chandra,2009:22)

Anata wa doko ni sunde imasu ka

Anda tinggal di mana ?

(2) くじにしゅっぱつします。(Sudjianto,2007:42)

Kuji ni shuppatsu shimasu.

Saya sampai pada pukul 9.

(3) へやにはいる。(Sudjianto,2007:42)

Heya ni hairu.

Saya masuk ke dalam kamar.

Fungsi yang beragam itu lah yang menyulitkan dalam menterjemah atau

memahami fungsi joshitersebut,penggunaan joshinijuga banyak ditemui dalam

karya sastra, misalnya cerita rakyat seperti Urashimatarou. Sebagai karya sastra

di dalam Urashimatarou juga terdapat banyak penggunaan joshi ni yang tidak

dipelajari oleh pelajar di kelas.

Hal inilah yang mendasari penulis mengangkat temaAnalisis

FungsiJoshiNidalam Buku Cerita Urashimatarousebagai judul penelitian.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalahpertama, pembelajar bahasa Jepang kesulitan dalam


memahami huruf.Kedua, pembelajar bahasa Jepang sulit dalam memahami

kosakata. Ketiga,pembelajar bahasa jepang kesulitam dalam memahami joshi

niyang terdapat pada buku cerita Urashimatarou.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka penelitian ini

hanya membahasfungsi joshi nidalam buku cerita anak Urashimataroumenurut

teori Sudjianto.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang danidentifikasi masalah di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah apa saja fungsi joshi ni dalam buku cerita anak

Urashimatarou.

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan ini yaitu :

1. Apa saja fungsi joshi ni yang terdapat dalam buku cerita anak

Urashimatarou?

2. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menambah ilmu pengetahuan

tentangfungsijoshi nidalam buku cerita Urashimatarou.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber

pengetahuan untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan

mengenai fungsijoshinidalam buku cerita Urashimatarou..


b. Bagi peneliti lain, dapat menambah referensi dalam menganalisis

fungsijoshinidalam buku cerita Urashimatarou.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kelas Kata Bahasa Jepang

Penggolongan kelas kata dalam bahasa Jepang bermacam-macam

berdasarkan pada cara-cara, standar, atau sudut pandang kita melihatnya. Dalam

sebuah kalimat bahasa Jepang terdapat bagian-bagian terkecil yang membentuk

sebuah kalimat yang disebut goi atau tango, tango dibagi menjadi dua kelompok

besar yaitu jiritsugo dan fuzokugo. Kelas kata yang dengan sendirinya dapat

menjadi honsetsu disebut jiritsugo, sedangkan kelas kata yang dengan sendirinya

tidak dapat menjadi bunsetsu disebut fuzokugo, menurut (Sudjianto, 2004;149).

Dalam bahasa Jepang terdapat sepuluh kelas kata, delapan kelas kata

diantaranya termasuk jiritsugo sedangkan sisanya yakni dua kelas kata termasuk

fuzokugo.

2. Jenis Kata Bahasa Jepang

1. Meishi

Meishiadalah kata-kata yang menyatakan orang, benda, peristiwa, dan

sebagainya. Meishi juga menerangkan nama suatu perkara keadaan yang tidak

mengalami konjugasi. Dalam kalimat ia dapat menjadi subjek, predikat, kata

keterangan dan sebagainya (Hirai dalam Sudjianto, 2004:156)

Menurut Takanao (dalam Sudjianto dan Dahidi, 2004:158), meishi dibagi

menjadi lima jenis yaitu:


a. Futsuu meishi, yaitu nomina yang menyatakan nama-nama benda,

barang, peristiwa, dan sebagainya yang bersifat umum.

Contoh :yama(gunung), hon (buku), gakkou (sekolah), dan lain-

lain.

b. Koyuu meishi, yaitu nomina yang menyatakan nama-nama yang

menunjukkan benda secara khusus seperti nama daerah, nama

negara, nama orang, nama buku, dan sebagainya.

Contoh :Yamato(Yamato), Taiheiyoo (Samudera Pasifik), Fujisan

( Gunung Fuji), dan lain-lain.

c. Suushi, yaitu nomina yang menyatakan bilangan, jumlah,

kuantitas, urutan, dan sebagainya. Contoh :ichi(satu), niban

(nomor dua), yottsu (empat buah), dan lain-lain.

d. Keishiki meishi, yaitu nomina yang menerangkan fungsinya

secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang

sebenarnya sebagai nomina. Contoh :koto (hal), tame (untuk),

wake, dan lain-lain.

e. Daimeishi, yaitu kata-kata yang menunjukkan sesuatu secara

langsung tanpa menyebutkan nama orang, benda, barang, perkara,

arah, tempat, dan sebagainya.

Contoh :それはたなかさんのじてんしゃよ

 Sore wa Tanaka-san no jitensha yo

Itu sepeda Tanaka

2.Dooshi
Dooshi adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama

dengan i-keiyooshi atau na-keiyooshi menjadi salah satu jenis yoogen, yaitu

kelas kata yang termasuk jiritsugo yang dapat mengalami Perubahan dan

dapat menjadi predikat (Sudjianto, 2004:148). Kelas kata ini dipakai untuk

menyatakan aktivitas atau keberadaan, atau keadaan sesuatu.Dooshi dapat

mengalami perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat (Nomura

dalam Sudjianto, 1992:158).Diantaranya ada yang menunjukkan jenis dooshi

sebagai berikut :

a. Jidooshi adalah kata-kata yang menunjukkan kelompok dooshi

yang tidakberarti mempengaruhi pihak lain. Contoh: iku (pergi),

neru (tidur), deru (keluar), dan lain-lain.

b. Tadooshi adalah kata-kata yang menunjukkan kelompok dooshi

yangmenyatakan arti mempengaruhi pihak lain. Contoh: okosu

(membangunkan), shimeru (menutup), dasu (mengeluarkan), dan

lain lain.

c. Shodooshi adalah kelompok dooshi yang

memasukkanpertimbanganpembicara dan tidak dapat di ubah ke

dalam bentuk pasif dan kausatif. Contoh: mieru (terlihat), kikoeru

(terdengar), ikeru (dapat pergi), dan lain-lain.

Contoh :ホンコンへかいものにいきます

 Hongkong e kaimono ni ikimasu

Pergi ke Hongkong untuk berbelanja


3. i-keiyooshi

i-keiyooshi yaitu kelas kata yang menyatakan sifat atau keadaan sesuatu,

dengan sendirinya dapat menjadi predikat dan dapat mengalami perubahan bentuk

(Kitahara dalam Sudjianto, 2004:154) juga dapat menjadi kata keterangan yang

menerangkan kata lain dalam suatu kalimat. I-keiyooshi sendiri dibagi menjadi

dua :

 Zokusei keiyooshi yaitu kelompok kata sifat i yang menyatakan sifat atau

keadaan secara objektif, misalnya takai (tinggi), nagai (panjang), hayai(cepat),

toii (jauh).

Contoh :カリナさんはせがたかいです

  Karina-san wa se ga takai desu

Karina badannya tinggi

 Kanjoo keiyooshi yaitu kelompok kata sifat i yang menyatakan emosi secara

subjektif, misal ureshii (gembira), kanashii (sedih), kowaii (takut), sabishii

(kesepian).

Contoh :わたしはさびしいときよくオルゴールをききます

  Watashi wa sabishii toki yoku orugooru wo kikimasu

Saat kesepian saya sering mendengarkan kotak musik

4. na-keiyooshi

Sering disebut keiyoodooshi, yaitu kelas kata yang dengan sendirinya

dapatmembentuk sebuah bunsetsu, oleh karena itu perubahannya mirip dengan

dooshisedangkan artinya mirip dengan keiyooshi, maka kelas kata ini diberi nama
keiyoodooshi (iwabuchi dalam Sudjianto, 2004;155). Selain menjadi predikat na-

keiyooshi pun dapat menjadi kata keterangan yang menerangkan kata lain pada

suatu kalimat. Seperti pada i-keiyooshi, na-keiyooshi juga dapat dibedakan

menjadi berikut:

 Na-keiyooshi yang menyatakan sifat, misal shizuka (sunyi, tenang),

kirei (cantik, indah).

Contoh :おきなわのうみはあおくてきれいです

  Okinawa no umi wa aokute kireidesu

Laut Okinawa selain biru juga indah

 Na-keiyooshi yang menyatakan perasaan, misal zannen (menyesal), fushigi

(aneh), kirai (benci), suki (suka).

Contoh :わたしはいちねんでなつがいちばんすきです

 watashi wa ichinen de natsu ga ichiban suki desu

 dalam satu tahun yang paling saya sukai adalah musim panas

5. Fukushi (kata keterangan)

Fukushi adalah kelas katayang tidak mengalami perubahan bentuk dan

dengan sendiri dapat menjadi kata keterangan bagi yoogen (Sudjianto,2004:165).

Fukushi tidak dapat menjadi subjek, predikt dan pelengkap (Jiido Gengo

Kenkyuukai dalam Sudjianto,2004:165).Fukushi adalah kata-kata yang

menerangkan verba, adjiktiva dan adverbial lainnya, tidak dapat berubah dan

berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana atau perasaan
pembicara (Matsuoka dalam Sudjianto, 2004:165). Fukushi juga dapat

menerangkan meishi.

Contoh :きのうはとてもさむかった

 Kinou wa totemo samukatta

kemarin sangat dikin

6. Rentaishi(prenomina)

Rentaishi adalah kelas kata yang termasuk jiritsugoyang tidak mengenal

yang digunakan hanya untuk menerangkan nomina (Sudjianto, 2004:162) oleh

karena itu kelas kata ini tidak dapat menjadi subjek atau predikat dan tidak dapat

untuk menerangkan yoogen (Jiido kenkyuukai dalam Sudjianto, 2004:162)

Contoh :このコンピュータはこしょうしています

 Kono konpyuuta wa koshooshiteimasu

Komputer ini rusak

7. Setsuzokushi (kata sambung)

Pengertian setsuzokushi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang

misalnya, berdasarkan cara pemakaian, berdasarkan fungsinya. Setsuzokushi

berfungsi menyambung suatu kalimat dengan kalimat lain atau menghubungkan

bagian kalimat dengan kalimat lain (Sudjianto,2004:170) misal :demo (tapi),

matawa (atau), dakara (karena itu) , tokorode (omong-omong), sorede (lalu,jadi).

Contoh :あめがふりましたそれでうんどうかいはちゅうしになりました

 Ame ga furimashita sorede undookai ha chuusini narimashita


8.Kandooshi

Menurut Shimizu Yoshiaki dalam Sudjianto (2004:169) sesuai dengan

hurufyang dipakai untuk menuliskannya di dalam kandooshi terkandung kata-kata

yang mengungkapkan perasaan seperti rasa terkejut dan rasa gembira, namun

selain itu juga terkandung kata-kata yang menyatakan panggilan ataujawaban

terhadap orang lain.

Contoh : A : いいてんきですね、おでかくですか

  Ii tenki desune, odekaku desuka ?

Cuacanya bagus ya, mau pergi kemana ?

B : ええ、ちょっとゆびんきょうくまで

  Ee, chotto yubinkyoku made

Ya, akan pergi ke kantor pos

Kata “ee” di atas merupakan “kandooshi” dan juga merupakan tanggapan

dari pertanyaan “odekaku desuka” (mau pergi kemana?).

9. Jodooshi

Adalah kelas kata yang termasuk fuzokugo yang dapat berubah

bentuknya, jodooshi dengan sendirinya tidak dapat membentuk sebuah bunsetsu

(Sudjianto, 2004:175). Beberapa kata yang termasukjodooshi menurut jidoo

gengo kenkyoukai dalam buku pengantar linguistik bahasa Jepang karya Sudjianto

adalah reru, rareru, da, desu, nai, nu, ta (kako), rashi(suitei).

Contoh : みちこがたろうにつかれる

 Michiko ga Taro ni tsukareru


Michiko ditolong oleh Taro

10. Joshi

Kalimat dalam bahasa Jepang terbentuk dari gabungan beberapa jenis kata

yang disusun berdasarkan aturan gramatikal.Salah satu jenis kata pembentuk

kalimat tersebut adalah joshi atau joshi. Dalam ragam bahasa lisan tulisan dan

bahasa Jepang akan ditemukan joshi atau kata bantu yang berfungsi sebagai

penghubung kata satu dengan kata lainnya. Kridalaksana (dalam Marion, 2008)

menjelaskan bahwa joshi adalah kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau

diinfleksikan, yang mengandung makna gramatikal. Dalam Bahasa Jepang, joshi

disebut dengan joshi. Joshi (助詞) terdiri dari dua huruf jo (助) dan shi (詞).Jo

melambangkan makna verba ‘membantu’, ‘menolong’, ‘tertolong’ (Oobunsha

dalam Rosliyah, 1984: 159).Shi melambangkan makna kata nomina ‘kata’

(Oobunsha dalam Rosliyah, 1984: 687). Dengan demikian joshi berarti kata bantu.

Adapun definisi joshi menurut Koujien (dalam Maulia dkk, 2009) adalah

sebagai berikut:

“品詞の一つ。常に他の語のあとに付いて使われる語のち、活用しない語。前
の語が他の語とどのような関係にあるかを示したり、語句と語句を接続した
り、文が表す内容に一定の性質を付加したりする働きがある。
Hinshi no hitotsu. Tsune ni hoka no ago no ato ni tsuite tsukawarerugo no
uchi, katsuyoo shinai go. Mae no go ga hoka no go to dono yoona kankei ni
aru ka o shimeshitari, goku to goku wo setsuzoku shitari,bun ga arawasu
naiyoo ni ittei no seishitsu o fuka shitari suruhataraki ga aru.
“Salah satu kelas kata.Di antara kata-kata yang digunakan. Umumnya melekat
dibelakang kata lain dan tidak memiliki perubahan. Berfungsi Menunjukan
bagaimana hubungan kata yang di depan dengan kata lain, menghubungkan
frasa dengan frasa dan menambahkan makna yang diungkapkan kalimat”.
Sedangkan menurut Tamamura (dalam Diner, 2013) 助詞は、活用しない、

語 と 語 の 関 係 を 示 し た り 、 意 味 を 付 け 加 え た り す る (Joshi wa,

katsuyoushinai, go to go no kankei o shimeshitari, imi o tsuke kuwaetari suru).

Joshi akan memiliki makna apabila menjadi penghubung kata yang satu dengan

yang lain, joshi tidak menunjukkan aktivitas. Hayashi (dalam Zulaikha, 2015)

juga mengungkapkan bahwa joshi adalah jenis kata yang penting yang menjadi

tiang sebuah kalimat, bersama dengan kata kerja bantu.

Joshi termasuk kelas kata yang termasuk ke dalam kelompok fuzokugo

(tidak dapat berdiri sendiri), yakni kelas kata yang dipakai setelah suatu kata

untuk menunjukkan hubungan antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk

menambah arti kata tersebut lebih jelas lagi (Sudjianto, 2009: 181). Kelas kata

yang dapat disisipi joshi diantaranya meishi, dooshi, keiyoushi, dan sebagainya.

Secara umum menurut Situmorang(2015: 50),joshi memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Tidak dapat berdiri sendiri. Joshi harus digabungkan dengan kata lain

sehingga bisa jelas maknanya.

b. Tidak berkonjugasi

c. Dalam kalimat tidak menjadi subjek, prediket, objek dan keterangan.

d. Selalu mengikuti kata lain atau berada di belakang kata lain.

e. Ada yang mempunyai arti sendiri, tetapi ada juga yang member arti pada

kata lain.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa joshi adalah

kata yang tidak dapat berdiri sendiri, tidak mengalami perubahan serta berfungsi
untuk menghubungkan antara satu kata dengan kata lain.

2. Jenis – Jenis Joshi

Berdasarkan fungsinya menurut Hirai (dalam Sudjianto, 2009: 181) joshi

dapat dibagi menjadi empat macam sebagai berikut:

1) Kakujoshi

Joshi yang termasuk kakujoshi pada umumnya dipakai setelah nomina

untuk menunjukkan hubungan antara nomina tersebut dengan kata lainnya.Joshi

yang termasuk kelompok ini misalnya ga, no, o, ni, e, to, yori, kara, de, dan ya.

contoh:

a. 明日は田中さんと一緒に学校へ行く。

Ashita wa Tanaka san to isshoni gakkou e iku

(Besok pergi ke sekolah bersama Tanaka)

b. 机の上にかばんがある。

Tsukue no ue nikaban ga aru

(Di atas meja ada tas)

c. 毎朝スポーツをする。

Mai asa, supotsuo suru

(Setiap pagi, melakukan olahraga)

Kakujoshi melekat pada kata benda dan juga menunjukkan hubungan

potongan kata dengan potongan kata lainnya dalam kalimat. Tanpa kakujoshi ini

sebuah kalimat tidak akan terbentuk.

2) Setsuzokujoshi
Joshi yang termasuk setsuzokujoshi dipakai setelah yoogen (dooshi,

ikeiyooshi, na-keiyooshi) atau setelah jodoushi untuk melanjutkan kata-kata yang

ada sebelumnya terhadap kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Joshi yang

termasuk kelompok ini misalnya ba, to, keredo, keredemo, ga, kara, shi, temo

(demo), te (de), nagara, tari (dari), noni, dan node.

Contoh :

a. 明日天気が悪くてもドライブに行こう。

Ashita tenki ga warukutemo, doraibu ni ikou

(Meskipun besok cuaca buruk, mari kita berkendaraan keliling)

b. 風がありませんが花が落とす。

Kaze ga arimasenga, hana ga otosu

(Tidak ada angin tetapi bunganya gugur)

c. 早ければ、早いほどいいである。

Hayakereba hayai hodo ii de aru

(Lebih cepat lebih baik)

Setsuzukoshi juga merupakan kata bantu yang berfungsi untuk

menyambung kalimat antara induk kalimat dan anak kalimat.

3) Fukujoshi

Joshi yang termasuk fukujoshi dipakai setelah berbagai macam

kata.Seperti kelas kata fukushi, fukujoshi berkaitan erat dengan bagian kata

berikutnya.Joshi yang termasuk kelompok ini misalnya wa, mo, koso, sae, demo,

shika, made, bakari, dake, hodo, kurai (gurai), nado, nari, yara, ka dan zutsu.
Contoh :

a. 会議が終わったばかりである

Kaigi ga owatta bakari de aru

(Rapat baru saja selesai)

b. 山田さんも田中さんも学生である

Yamada san mo Tanaka san mo gakusei de aru

(Tanaka dan Yamada adalah murid)

c. 彼は毎晩二時間ぐらい日本語を勉強する

Kare wa maiban nijikan gurai nihongo o benkyou suru

(Dia setiap malam 2 jam belajar bahasa Jepang)

4) Shuujoshi

Joshi yang termasuk shuujoshi pada umumnya dipakai setelah berbagai

macam kata pada bagian akhir kalimat untuk menyatakan suatu pernyataan,

larangan, seruan, rasa haru, dan sebagainya. Joshi yang termasuk kelompok ini

misalnya ka, kashira, na, naa, zo, tomo, yo, ne, wa, no dan sa.

Contoh :

a. 早く見たいなあ。

Hayaku mitai naa

(Ingin cepat-cepat lihat)

b. どうしたの?

Doushita no

(Kenapa?)
c. 知らないわ。

Shiranai wa

(Tidak tahu)

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa jenis-jenis joshi dalam bahasa

Jepang terdiri dari kakujoshi, setsuzokujoshi, fukujoshi dan shuujoshi.

JoshiNi (に)

Menurut Harjo (2011, 95) secara bahasa Indonesia partikel ni artinya dapat

dipadankan dengan dari, ke, pada, dalam, di, kepada, dan dengan. Apabila

menemukan kalimat yang menggunakan partikel ni hendaknya mengetahui

konteks kalimatnya karena dalam mengartikan atau mencari padanan dalam

bahasa Indonesia, arti partikel ni dapat mengalami perubahan tergantung dari

konteks kalimat atau verba yang mengikutinya.MenurutSudjianto

(2007:Gramatika bahasa jepang modern) partikel ni mempunyai beberapa fungsi,

diantaranya:

a) Partikel ni dapat dipakai dapat dipakai untuk menyatakan tempat

beradanya seseorang, binatang atau benda-benda lainnya.

Contoh :わたしはバンヅンにすんでいます。

Watashi wa Bandungni sundeimasu.

Saya tinggal di Bandung

つくえのうえにかばんがあります。

Tsukue no ue nikaban ga arimasu


Di atas meja ada tas

えきのちかくにデパートがいる。

Eki no chikaku ni depaato ga iru

Di depan stasiun ada departemen store

門の前に犬がある。

Mon no mae niinu ga aru

Di depan gerbang ada anjing

瀬戸は学校の前に集まっています。

Seito wa gakkoo no mae ni atsumatte imasu

Siswa sedang berkumpul di depan sekolah

b) Partikel nidapat dipakai setelah kata-kata yang menyatakan waktu

(jam/pukul, hari, tanggal, bulan, atau tahun). Partikel nipada kalimat

tersebut berfungsi untuk menunjukkan bahwa kata yang ada sebelumnya

adalah waktu dilakukannya suatu aktivitas atau waktu terjadinya sesuatu.

Contoh :九時にすっぱつします。

Kuji ni shuppatsu shimasu

Saya sampai pada pukul 9

あなたは今週の土曜日にどこかへ行きますか

Anata wa konshuu no doyoobi ni doko ka e ikimasuka

Kira-kira pada sabtu minggu ini anda akan pergi kemana ?

あなたは何月何日に生まれましたか

Anata wa nangatsu nannnichi ni umaremashita ka

Anda lahir pada bulan dan tanggal berapa ?


わたしは来年の二月に日本へ行くつもりです

Watashi wa rainen no nigatsu niNihon e iku tsumori desu

Padafebruari tahun depan saya bermaksud ke Jepang

わたしは千九百五十九年にうまれました。

watashi wa senkyuuhyaku gojuukyuunen niumaremashita

Saya lahir pada tahun 1959

c) Partikel ni memeliki fungsi yang sama dengan partikel e yang dipakai

untuk menyatakan tempat tujuan (kalimat 1), tempat pulangnya kembali

(kalimat 2), atau tempat kedatangan

Contoh :へやにはいる。

Heya ni hairu

Masuk ke dalam kamar

だいどころにもどってきた。

Daidokoro ni modotte kita.

Sudah kembali ke dapur

七時にうちを出て、八字に会社につきました。

Shichiji niuchi wo dete, hachiji kaishani tsukimashita

Keluar rumah pada pukul 7, sampai di perusahaan pada pukul 8

d) Partikel nidapat dipakai setelah kata-kata yang menyatakan jumlah sesuatu

untuk menunjukkan batas, standar, atau taraf-taraf tertentu.

Contoh :さんかげつにいちど集まります。

Sankagetsu ni ichido atsumarimasu

Kami berkumpul dalam 3 bulan

十五分に一本電車が来る。
Juugofun ni ippon densha ga kuru

Dalam 5 menit satu kereta datang

e) Partikel ni dapat dipakai untuk menyatakan objek suatu aktivitas

Contoh :先生にしつもんする。

Sensei nisitsumon suru

Tanyakan pada guru

社長にほこくします。

Sachoo ni hookoku shimasu

Laporkan pada Presiden Direktur

f) Partikel ni memiliki fungsi yang sama dengan partikel kara yang dapat

dipakai untuk menyatakan asal suatu benda/perkara.

Contoh :友達に手紙をもらたった。

Tomodachi nitegami wo moratta.

Menerima surat dari teman

g) Partikel nidapat dipakai untuk menyatakan tujuan dilakukannya suatu

aktivitas.

Contoh :ゴロフにいく。

 Gorofu niiku

Pergi bermain golf

日本語を勉強しに学校へ行った。

Nihongo wo benkyoo shi ni itta.

Saya pergi untuk belajar bahasa Jepang


h) Partikel nidapat dipakai setelah nomina untuk menyatakan sebab-sebab

atau alasan.

Contoh :うれしさにないている。

 Ureshisa ni naite iru

Saya menangis karena bahagia

i) Partikel nidapat dipakai setelah kata-kata yang menyatakan hasil suatu

perbuatan atau pekerjaan.

Contoh :日本語の先生になる。

Nihongo no Sensei ni naru

Akan menjadi guru bahasa Jepang

信号が赤に変わる。

Shingoo ga aka nikawaru

Lampunya berubah menjadi warna merah

3. Pengertian cerita rakyat

Cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dari masyarakat dan

berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas disetiap

bangsa yang mempunyai kultur budaya yang beraneka ragam yang mencakup

kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada

umumnya cerita rakyat ini mengisahkan mengenai suatu kejadian di suatu tempat

atau asal muasal suatu tempat.Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat

umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia dan dewa.


Cerita rakyat disebut juga folklore yang merupakan kata serapan dari bahasa

Inggris, berasal dari dua kata yaitu folk dan lore. Kata folk berarti sekelompok

orang yang memiliki ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan sehingga dapat

dibedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Ciri pengenal itu antara lain :

warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian dan sebagainya. Kata lore

merupakan tradisio dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara

lisan atau melalui salah satu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat

bantu pengingat. Folklor adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau

diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang

disertai isyarat atau alat bantu pengingat. Sedangkan Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang

diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan. Cerita rakyat

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Disampaikan turun-menurun

 Tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya

 Kaya nilai-nilai luhur

 Bersifat tradisional

 Memiliki banyak versi dan variasi

 Mempunyai bentuk-bentuk klise dalam sususan atau cara

pengungkapannya

 Bersifat anonim artinya nama pengarangnya tidak ada

 Berkembang dari mulut ke mulut

 Cerita rakyat disampaikan secara lisan.


 Memiliki fungsi penting penting dalam masyarakat dalam masyarakat.

Selain sebagai hiburan, pendididkan nilai, menyampaikan proses sosial

dan untuk menyampaikan keinginan

 Merupakan milik bersama masyarakat pendukungnya.

Menurut Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat

digolongkan menjadi tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu :

1) Folklor Lisan

Merupakan folklor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan,

disebarluaskan, secara lisan. Folklor jenis ini terlihat pada :

 Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi

diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan

sebagai sarana pergaulan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti : logat,

dialek, kosakata bahasanya dan julukan.

 Ungkapan tradisional adalah kalimat pendek yang disarikan dari

pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran

dan kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah dan lain-lain.

 Pertanyaan tradisional (teka-teki) menurut Alan Dundes, teka-teki adalah

ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur

pelukisan dan jawabannya harus diterka.

 Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk

tertentu. Fungsinya adalah sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan,

untuk memulai suatu permainan, menggangu orang lain. Seperti, pantun,

syair, sajak dan lain-lain.


 Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun

temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat. Seperti, mite, legenda

dan dongeng.

 Nyanyian rakyat adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang

diungkapkan melalui atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi

rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari mauoun untuk

menghindari dari kesukaran hidup sehingga dapat menjadi pelipur lara.

Seperti, lagu-lagu dari berbagai daerah.

2) Folklor Sebagian Lisan

Merupakan folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan

bukan lisan. Folklor ini dikenal juga sebagai fakta sosial, yang termasuk dalam

sebagian lisan adalah :

 Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering di anggap tidak

berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara

ilmiah, menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan

melalui media tutur kata.

 Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan

melalui bantuan orang dewasa. Contoh : congkak, teplak, galasin, bekel,

main tali dan sebagainya.

 Teater rakyat

 Tari rakyat

 Pesta rakyat
 Upacara adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya

keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat

biasanya dilakukan sebagai ungkapan terima kasih pada kekuataan-

kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan

kepada mereka.

3) Folklor Bukan Lisan

Merupakan Folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya

diajarkan secara lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil (artefak), yang

termasuk dalam folkor bukan lisan adalah :

 Arsitektur rakyat, (prasasti, bangunan-bangunan suci), arsitektur

merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.

 Kerajinan tangan rakyat, awalnya dibuat hanya untuk sekedar mengisi

waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah tangga.

 Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah.

 Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)

 Masakan dan minuman tradisional.

Cerita rakyat Jepang adalah cerita dari folklor lisan yang lahir dan beredar

di kalangan rakyat Jepang. Istilah yang digunakan di Jepang yang diterbitkan

sesudah zaman Meijihingga awal zaman Showa adalah minwa, mindanritan (cerita

rakyat), koohi(cerita yang ditulis di batu),densetsu (legenda), doowa (cerita anak),

otogibanashi (dongeng fantasi), dan mukashibanashi (cerita zaman dulu) dan

sebagainya.
Secara garis besar, cerita rakyat Jepang berdasarkan isi dan bentuk dibagi

menjadi 3 kelompok : mukashibanashi (cerita zaman dulu), densetsu (legenda),

sekembanashi (cerita masyarakat)

a) Mukashibanashi (cerita zaman dulu)

Lokasi cerita dan tokoh-tokoh dalam cerita bersifat fiktif, sedangkan

waktu kejadian adalah masa lampauyang tidak dijelaskan secara pasti. Ciri khas

adalah kata “mukashi” atau “mukashi, mukashi” (zaman dulu kala) yang

digunakan untuk kalimat pembuka kalimat dalam cerita sering menggunakan kata

“attasoona” atau “atta to sa” yang berarti ”konon” atau “kabarnya menurut

orang zaman dulu”.

Pencerita tidakmemandang perlu untuk meyakinkan pendengarnya bahwa

cerita yang disampaikannya benar-benar terjadi. Kebenaran cerita tidak diketahui

pasti. Beberapa judul cerita zaman dulu :

 Momotaro

 Kakek pemekar bunga

 Kintaro

 Pertarungan Monyet dan Kepiting

 Gunung Kachi-kachi

 Balas Budi Burung Bangau

 Urashima Taro

 Patung Jizo Bertopi Bambu

 Periuk Bunbuku

 Issun Booshi
 Saudagar Jerami

 Shita-kiri Suzume

b) Densetsu (Legenda)

Isi cerita umumnya tentang kepercayaan, dan peristiwa tentang asal usul

tempat, bangunan, kuil, desa, pohon, batu, mata air, gunung atau bukit yang

dipercaya orang pernah ada. Selain itu, cerita bisa berupa legenda sejarah, tokoh

sejarah, asal usul adat istiadat, dan hal-hal tabu. Tokoh, waktu dan lokasi

diceritakan dengan pasti.

Tokoh utama biasanya adalah tokoh sejarah yang benar-benar ada seperti

Kobo Daishi,Minamoto no Yoshitsune,Minamoto no Yoshitsune, tokoh yang

kalah perang dan melarikan diri untuk bersembunyi (Ochuudo), atau golongan

hantu (Yookai) seperti oni, tengu dan kappa.

Pencerita sedikitnya ingin pendengar percaya dengan cerita yang

dituturkan dan sebagian orang percaya bahwa cerita mengandung kebenaran.

Beberapa judul legenda bisa digolongkan sebagai cerita zaman dulu :

 Putri Kaguya

 Tanabata

 Banchoo Sarayaki

c) Sekembanashi (Cerita Masyarakat)

Isi Cerita berupa desas-desus tentang tokoh terkenal, keluarga atau desa.

Selain itu, cerita dapat berupa “kisah nyata” dari kejadian sehari-hari yang dialami

orang yang bercerita (misalnya pengalaman hantu), cerita aneh, cerita lucu atau
cerita erotis. Cerita harus sudah dituturkan berulang-ulang dan tidak termasuk

gosip yang sewaktu mengobrol yang umumnya hanya diceritakan sekali.

Orang yang bercerita mengaku dirinya mengalami sendiri kejadian yang

diceritakan atau menuturkan kisah yang menurutnya yang menurutnya benar-

benar pernah terjadi. Selain orang yang bercerita, tokoh utama bisa berupa

tetangga, sanak keluarga, kenalan. Legenda urban dapat disebut cerita masyarakat

modern. Sumber dari cerita mulut ke mulut biasanya pengalana yang bepergian

dari suatu tempat ke tempat lain atau orang desa yang bekerja di kota. Cerita jenis

ini tidak memiliki judul yang baku dan bisa berupa apa saja seperti pengalaman di

tipu kitsune atau cerita hantu hanako di toilet sekolah.

4. Urashimatarou

Seorang nelayan bernama Urashima Taro menolong seekor penyu yang

sedang disiksa sekawanan anak-anak.Sebagai rasa terima kasih telah ditolong,

penyu mengajak Taro berkunjung ke Istana Laut.Dengan menunggang penyu,

Taro pergi ke Istana Laut yang ada di dasar laut. Di sana, Taro bertemu putri jelita

di Istana Laut yang bernama Putri Oto. Bagaikan mimpi, Taro ditemani Putri Oto

selama beberapa hari.Hingga akhirnya Tarō ingin pulang. Putri Oto mencegahnya,

tetapi tahu usahanya akan sia-sia. Putri Oto memberinya sebuah kotak perhiasan

(tamatebako), dan berpesan agar kotak tidak dibuka.Dengan menunggang seekor

penyu, Taro tiba kembali di kampung halamannya.Namun semua orang yang

dikenalnya sudah tidak ada.Taro merasa heran, lalu membuka kotak hadiah dari

Putri Oto.Asap keluar dari dalam kotak, dan seketika Taro berubah menjadi

seorang laki-laki yang sangat tua. Menurut perhitungan waktu di dasar samudera,


Taro hanya tinggal selama beberapa hari saja.Namun menurut waktu di daratan,

Taro pergi selama 700 tahun.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh

Kenneth Yasuhiro Keynes Panelewen (2015) dalam penelitian yang

berjudul “ Analisis Makna Partikel NI Dalam Cerita Momotaro Karya Tsubota

Jouji”.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggunaan partikel “ni” ada 15 yaitu :1) menyatakan waktu, 2) menyatakan

objek sasaran dari suatu tindakan searah, 3) menyatakan sumber dari suatu

tindakan, 4) menyatakan suatu keberadaan, 5) menyatakan suatu posisi, 6)

menyatakan suatu titik tiba atau keberangkatan, 7) menyatakan standart atau

frekwensi, 8) menyatakan tujuan dari suatu tindakan, 9) menyatakan tempat, 10)

menyatakan cakupan, batas, atau range, 11) menyatakan tujuan dari suatu

pergerakan atau perpindahan, 12) menyatakan objek sasaran dari penilaian, 13)

menyatakan hasil, 14) menyatakan keputusan atau pilihan, dan 15) dipakai dalam

idiom.

Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa penggunaan partikel “ni”

dalam cerita Momotaro adalah sebagai berikut : 1) partikel “ni” yang berfungsi

untuk menyatakan tempat, 2) partikel “ni” yang menyatakan objek sasaran dari

suatu tindakan searah, 3) partikel “ni” yang menyatakan sumber dari suatu

tindakan, 4) partikel “ni” yang menyatakan waktu, 5) partikel“ni” yang

bermaknakan tujuan dari suatu pergerakan atau perpindahan, 6) partikel “ni” yang

bermaknakan hasil, 7) partikel “ni” yang menyatakan putusan atau pilihan. Dari
data yang ada, partiel “ni” yang menyatakan tempat yang paling dominan, dan

paling sedikit, yaitu partikel “ni” yang menyatakan waktu.Partikel “ni” yang

menyatakan penerima/pemberi suatu barang.

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dibahas

sebelumnya, telah dijelaskan bahwa salah satu unsur pembentuk kalimat dalam

bahasa jepang adalah joshi atau joshi. Jumlah joshi dalam bahasa Jepang cukup

banyak dan beragamnya fungsi joshi itu sendiri.Joshi に (ni)yang dalam

pembentukan kalimat bahasa Jepang sering membuat kebingungan pada penulis.

Terkadang kebingungan tersebut terjadi ketika akan menterjemah suatu kalimat,

apakah harus menggunakan に (ni) sebagaipetunjuk letak atau beradanya sesuatu

atau menunjukan pada apa kita melakukan sesuatu atau untuk menunjukan waktu

atau juga menunjukan menghadap/menujukesuatu arah, karena jika tidak tepat

dalam menterjemahjoshi tersebut dapat menimbulkan salah arti. Maka dari itu

dirumuskan kerangka berpikir penelitian ini yaitu untuk melihat penggunan joshi

ni dalam suatu bacaan buku cerita.

Bagan 1
Kerangka Berpikir

Buku
CeritaUrashimatarou
JoshiNi (に)

Fungsi

Joshi Ni (に)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Menurut Sugiyono(2014:9), penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, teknik pengumpulan dilakukan secara gabungan, analisis data

bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

dari pada generalisasi. Adapun menurut Moleong(2014:6), Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan

prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Arikunto(2010:269-

270)mengatakan penelitian kualitatif adalah memberikan predikat kepada variabel

yang diteliti sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan, penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang meneliti

kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci untuk

pengumpulan data sampai analisis data sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif yaitu setiap kalimat yang terdapat joshiniyang terdapat dalam buku

ceritaUrashimataroudijelaskan mengenai penggunaannya dalam kalimat tersebut.

B. Data dan Sumber Data

Menurut Zaim (2014:66) data merupakan kumpulan fakta-fakta yang

diolah oleh ilmuwan menjadi sesuatu yang bermakna. Data dalam penelitian

merupakan bahan dasar atau bahan baku utama untuk menjelaskan suatu

fenomena. Data juga merupakan bahan penelitian yang diperoleh dengan metoda
dan teknik tertentu dari sumber data berdasarkan apa yang dipaparkan di atas

maka data dari penelitian ini adalah partikel ni yang terdapat dalam buku

ceritaUrashimatarou.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan

peneliti dalam mengumpulkan data Menurut Sugiyono (2009:149) instrumen

penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti

sendiri. Selain itu juga digunakan format-format untuk pencatatan data dan

format-format inventaris data sebagai alat bantu dalam penelitian ini. Format

tersebut digunakan dalam pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan

menganalisis data yang berhubungan dengan Danseigo dan Joseigo dalam komik

fairy tail karya Hiro Mashima.

D. Teknik Pengumpulan Data

Arikunto(2010:100-101), mengatakan teknik pengumpulan data adalah

cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka yaitu menulis

menggunakan sumber tertulis berupa buku cerita berjudulUrashimatarouuntuk

mengumpulkan data tentang fungsijoshiniyang terdapat dalam buku cerita

tersebut.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Moleong(2014:248), analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-


milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Disini penulis memilah-milah setiap kalimat yang ada dalam buku

ceritaUrashimatarouyang di dalamnya terdapat joshinikemudian menganalisis

fungsijoshi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rinneka Cipta.


Japan Foundation. 2009. Buku Pelakaran Jepang 1 Sakura. Jakarta: Japan
Foundation.
Moleong, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rinneka Cipta.
Situmorang, Hamzon. 2015. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan: USU
Press.
Sudjianto dan Ahmad Dahidi. 2009. Pengantar Linguistik Jepang. Jakarta:
Kesaint Blanc.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung:
Humaniora Utama Press.
Zulaikha, Siti. 2015. “Analisis Kesalahan Penggunaan Joshi (Joshi) pada
Mahasiswa Semester Tiga”. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai