Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS SINONIM VERBA TABERU, SHOKUJI SURU DAN KUU

PADA KALIMAT BAHASA JEPANG

ARTIKEL

Diajukan kepada Ibu Alo Karyati M.Pd

untuk memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh nilai UTS

Kajian Linguistik II

Oleh
SALSADILA HAIRULNISA SUMPENA
043119004

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
2022
ANALISIS SINONIM VERBA TABERU, SHOKUJI SURU DAN KUU

PADA KALIMAT BAHASA JEPANG

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Analisis Sinonim Verba Taberu, Shokuji suru dan Kuu Pada Kalimat
Bahasa Jepang. Fokus utama penelitian ini adalah makna kata verba Verba Taberu, Shokuji suru
dan Kuu dalam kalimat bahasa Jepang. Ketiga verba tersebut memiliki makna yang sama yaitu
‘makan’. Adanya sinonim kata ini membuat para pelajar bahasa Jepang tidak bisa membedakan kata
yang memiliki arti serupa dengan baik. Jika membuka kamus bahasa Jepang-Indonesia, hampir tidak
ada kamus yang memberikan informasi setiap kata secara lengkap, hanya dicantumkan arti dan jenis
kata saja. Penelitian ini ditinjau dari segi semantik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis deskriptif. Sumber data berasal dari studi kepustakaan. Data yang diambil
menggunakan teknik catat.
Berdasarkan penggunaan analisis makna dan analisis substitusi, ditemukan hasil analisis data.
Pada analisis makna ditemukan perbedaan makna berdasarkan kelas kata. Verba Taberu selalu
membutuhkan objek supaya kalimatnya jelas dan termasuk dalam verba transitif. Sedangkan Verba
Shokuji suru termasuk verba intransitif yang artinya tidak memerlukan objek. Dan Kuu adalah
bahasa informal dari Taberu dan biasa digunakan oleh para pria kepada teman sebayanya.
Berdasarkan hasil analisis substitusi bahwa verba shokuji suru dan taberu tidak selamanya dapat
saling menggantikan satu sama lain. Dikarenakan kedua verba tersebut memiliki nuansa makna yang
sedikit berbeda. Sedangkan verba Taberu dan Kuu dapat saling menggantikan satu sama lain dalam
beberapa kondisi yang lebih luas dari shokuji suru. Dari kedua analisis di atas maka peneliti dapat
mengetahui persamaan dan perbedaan verba Taberu, Shokuji suru dan Kuu.
Kata kunci : taberu, shokuji suru, kuu, sinonim, ruigigo, analisis deskripsi, kalimat bahasa Jepang.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa termasuk ke dalam unsur terpenting dalam komunikasi antar


manusia. Bahasa digunakan oleh suatu masyarakat atau sekumpulan manusia
untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Hal ini yang menyebabkan
bahasa menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan maksud atau informasi
antar sesama manusia. Sama halnya dengan bahasa asing, jika tidak mengerti
informasi yang diberikan, maka akan merasa kesulitan dalam berkomunikasi.
Kesulitan berkomunikasi dalam bahasa asing muncul karena masalah
perbedaan berbahasa. Masalah yang sering muncul dalam berbahasa ini
biasanya disebabkan oleh bunyi yang sama tetapi makna yang berbeda atau
bunyi berbeda tapi maknanya sama. Dengan adanya Makna dan juga bunyi yang
sama akan membuat pembelajar bahasa asing keliru dalam menggunakan kata.
Menurut beberapa pendapat ahli, permasalahan yang sering muncul dalam
berbahasa biasanya berupa makna. Masalah mengenai makna kata akan sering
muncul ketika belajar bahasa asing. Contohnya ketika ada dua kata yang
berbeda tetapi memiliki makna yang sama dalam bahasa ibu atau akar makna
kata, maka pembelajar bahasa asing akan merasa kesulitan untuk menggunakan
kata tersebut (Widhiatuti, 2017).
Makna-makna kata tersebut dapat dipelajari dalam kajian semantik atau
dalam bahasa Jepang disebut dengan imiron. Secara umum kajian semantik
mencakup masalah kesamaan makna, kebalikan makna, ketercakupan makna
dan juga keberlainan makna (Chaer, 2013). Pada semantik banyak kajian yang
dapat dipelajari, salah satunya kajian tentang sinonim atau dalam bahasa Jepang
disebut dengan ruigigo. Sinonim adalah dua ujaran, baik ujaran dalam bentuk
morfem terikat, kata, frasa, atau kalimat yang menunjukkan kesamaan makna
(Parera, 2004).
Bahasa Jepang memiliki banyak kosakata juga kata kerja dan kata sifat yang
maknanya hampir serupa dan bahkan sama. Seperti, verba 上がる (agaru) dan

登る (noboru) yang sama-sama memiliki arti ‘naik’ namun ada beberapa situasi

yang tidak bisa menggunakan salah satu dari verba yang memiliki arti kata naik
tersebut. Hal inilah yang menjadi masalah bagi pengguna bahasa.
Kesalahpahaman dapat muncul dikarenakan ada beberapa masalah. Seperti
adanya makna ganda, ucapan yang sama, makna yang sama dan lain sebagainya.
Kesamaan makna sering muncul dalam penggunaan bahasa, tidak jarang
kesamaan makna ini menimbulkan kesalahpahaman. Contohnya verba agaru
dan noboru yang memiliki arti naik, tetapi penggunaan dan kesannya berbeda.
Begitu juga pada verba Taberu, Shokuji suru dan Kuu yang memiliki makna
yang serupa. Ketiga verba tersebut memiliki arti ‘makan’ dalam bahasa Jepang.
Perhatikan kalimat dibawah ini :
1) テレビを見ながら、スナックを食べています。

Terebi wo minagara, sunakku wo tabete imasu.


‘Saya makan snack sambil menonton TV’
2) 食事する前に、お祈りをしましょう。

Shokuji suru mae ni, oinori wo shimashou.


‘Mari berdoa sebelum makan’
3) えさを替えたら、魚がよく食う。

Esa wo kaetara, sakana ga yoku kuu.


‘Jika pakannya diganti, ikan akan makan dengan baik’
(Sakamoto, 2021)
Pada kalimat (1) kata makan di sertai dengan keterangan objek yang
ditandai dengan partikel wo yaitu sunakku yang berarti snack. Sedangkan
kalimat (2) kata makan mengacu pada sesuatu yang memiliki keteraturan
waktu. Dan kalimat (3) kata makan digunakan untuk menyatakan kegiatan
‘makan’ binatang. Dapat dikatakan ketiga kalimat di atas secara umum
menggambarkan kegiatan makan, namun dalam situasi yang berbeda.
Dari contoh kalimat di atas arti dari verba taberu, shokuji suru dan kuu
adalah makan. Tapi makan sendiri memiliki makna yang berbeda-beda,
misalnya makan dengan menunjukan hal apa yang dimakan dan hanya
makan yang menunjukan suatu kegiatan yang sedang dijalani. Sebagian
pembelajar bahasa Jepang belum tahu verba taberu, shokuji suru dan kuu
termasuk makan yang bagaimana. Perhatikan kalimat berikut :
4) ◯ バナナを食べる × バナナを食事する

Banana wo taberu ◯

Banana wo shokuji suru ×

5) レストランで食事をする

Resutoran de shokuji suru


‘Makan di restoran’
(Chico, 2019)
6) 凄いアイスを食う (@dddab071, Twitter, 08 April 2022)

Sugoi aisu wo kuu


‘Makan es krim yang enak’
(Sumpena, 2022)
Pada kalimat (4) verba makan tersebut dilengkapi dengan objek.
Sedangkan kalimat (5) memiliki makna makan dengan keterangan tempat.
Dan pada kalimat (6) mengandung makna yang lebih kasual dan termasuk
hanasu kotoba atau bahasa lisan. Verba shokuji suru dapat saling
menggantikan degan verba taberu hanya saja kesan yang terasa akan lebih
kasual. Namun jika ada partikel wo itu sudah mutlak tidak bisa menggunakan
verba shokuji.
Ini merupakan contoh kasus yang sering terjadi di mana pembelajar
bahasa Jepang hanya melihat arti kosakata maupun verba melalui kamus saja.
Ketika membuka kamus Jepang-Indonesia, kemudian mencari kata shokuji
suru maka hanya akan menemukan arti ‘makan’ saja tanpa keterangan lebih
jelas. Sehingga tidak bisa membedakan kata yang memiliki arti serupa
dengan baik. Jika membuka kamus bahasa Jepang-Indonesia, hampir tidak
ada kamus yang memberikan informasi setiap kata secara lengkap, hanya
dicantumkan arti dan jenis kata saja (Sutedi, 2008). Jika hanya menggunakan
makna kamus saja, tentu saja akan terjadi kesalahan dalam berbahasa. Ketika
menggunakan verba shokuji suru pada kalimat yang seharusnya
menggunakan taberu atau kuu dan sebaliknya. Namun, hal tersebut mungkin
tidak akan menjadi masalah jika kedua verba memungkinkan saling
menggantikan satu sama lain. Perhatikan kalimat berikut.
7) 友達とレストランで食べる

Tomodachi to resutoran de taberu


‘Makan di restoran bersama teman’
8) 友達とレストランで食事をする

Tomodachi to resutoran de shokuji suru


‘Makan di restoran bersama teman’
(Chico, 2019)

Berdasarkan kalimat (7) dan (8) memiliki makna yang sama yaitu makan
bersama teman di suatu tempat. Hanya saja kesan yang di dapat lebih
kasual jika menggunakan verba taberu. Jika dilihat dari kedua contoh di atas
kedua verba tersebut dapat saling menggantikan satu sama lain. Tetapi
apakah dalam semua situasi makan verba taberu, shokuji suru dan kuu
memungkinkan saling menggantikan satu sama lain.

Pembelajar asing bahasa Jepang yang tidak tahu jika kedua verba bisa
saling menggantikan atau tidak, maka pembelajar akan merasa kebingungan
bahkan salah dalam menggunakan ketiga verba tersebut. Dapat dikatakan
bahwa sulit untuk membedakan verba taberu, shokuji suru dan kuu. Padahal
ketiga verba tersebut sering digunakan oleh pembelajar asing bahasa Jepang.
Biasanya ketiga verba tersebut digunakan pada saat berbicara bahasa Jepang
maupun saat membuat kalimat atau karangan.
Bedasarkan masalah yang telah dipaparkan, peneliti merasa perlu untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai makna sinonim verba taberu,
shokuji suru dan kuu. Penelitian ini berhubungan dengan makna sinonim
yang berjudul ANALISIS MAKNA SINONIM VERBA TABERU, SHOKUJI
SURU DAN KUU PADA KALIMAT BAHASA JEPANG.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini :

a. Apa makna kata pada verba taberu, shokuji suru dan kuu pada kalimat
bahasa Jepang ?
b. Apakah verba taberu, shokuji suru dan kuu bisa saling menggantikan
dalam kalimat bahasa Jepang ?

C. Batasan Masalah

Penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.


Penulis membatasi penelitian ini hanya berdasarkan makna kata taberu,
shokuji suru dan kuu, dan saling menggantikan. Penelitian ini ditinjau dari
segi semantik. Dikarenakan penelitian ini membahas tentang makna kata.

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui makna kata yang terkandung pada verba taberu,
shokuji suru dan kuu pada kalimat.
b. Untuk mengetahui kemungkinan taberu, shokuji suru dan kuu saling
menggantikan dalam kalimat bahasa Jepang.

E. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Memberikan informasi terhadap pembaca mengenai makna,
perbedaan dan persamaan, serta saling menggantikan pada verba taberu,
shokuji suru dan kuu. Selain itu, dapat menambah pengetahuan dalam
bidang semantik bahasa Jepang.
b. Manfaat Praktis
Bagi pembelajar bahasa Jepang, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi dalam memahami verba bersinonim seperti verba
taberu, shokuji suru dan kuu. Sedangkan bagi pengajar, penelitian ini
diharapkan menjadi sebuah masukan dalam pembelajaran bahasa pada
mata kuliah goi dan bunkei.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dapat mempermudah memahami urutan-urutan atau


gambaran secara keseluruhan isi dalam artikel ini. Garis besar atau gambaran
artikel ini dibagi menjadi empat bagian yaitu BAB I, BAB II, BAB III dan BAB
IV.

BAB I PENDAHULUAN

Bab I mengemukakan latar belakang masalah yang berisi alasan


dilakukannya penelitian ini. Selain itu terdapat rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI

Bab II menyajikan berbagai macam teori yang mendukung dalam


penelitian ini, yaitu teori tentang semantik, makna, sinonim, verba, verba
taberu, shokuji suru dan kuu.

BAB III PEMBAHASAN

Bab III menyajikan pembahasan yang terdiri dari beberapa sub judul
sesuai dengan apa yang ada di rumusan masalah.

BAB IV PENUTUP

Bab IV penulis menyajikan kesimpulan tentang hasil penelitian verba


taberu, shokuji suru dan kuu, sehingga dapat menjawab permasalahan.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Semantik

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, yaitu sema yang memiliki arti
‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Tetapi tidak semua tanda atau lambang yang
menandai sesuatu menjadi cakupan semantik. Cakupan semantik berupa tanda
atau lambang yang berhubungan dengan bahasa sebagai alat komunikasi.
Kemudian kata semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam
linguistik yang mempelajari tanda-tanda linguistik.

Chaer (Chaer, 2018) mengungkapkan bahwa semantik bisa diartikan


sebagai ilmu tentang makna atau arti, yaitu salah satu dari tiga tataran bahasa
fonologi, morfologi, dan semantik. Objek studi semantik berupa makna bahasa
seperti kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana.

Semantik dalam bahasa Jepang disebut dengan imiron. Objek kajian


semantik dalam bahasa Jepang yaitu makna kata (go no imi), relasi makna (go
no imi kankei) antarkata dengan kata lainnya, makna frasa (ku no imi), dan
makna kalimat (bun no imi)

Berdasarkan teori yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa


penelitian ini termasuk dalam objek kajian semantik karena meneliti tentang
makna bahasa yaitu kata. Sedangkan objek kajian imiron pada penelitian ini
termasuk dalam go no imi kankei, karena menganalisis relasi makna antar kata
satu dengan kata lain.

B. Makna

Makna adalah objek studi semantik, makna yang terdapat dalam satuan
ujaran seperti kata, frasa, klausa, dan kalimat. Unsur bahasa tidak pernah lepas
dari sebuah makna. Dalam KBBI makna yaitu ‘maksud pembicara atau penulis’
dan ‘pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan’.
1. Jenis Makna

Makna leksikal adalah makna yang bersifat tetap. Oleh karena itu,
makna ini sering disebut dengan makna yang sesuai dengan kamus. Sutedi
menyebutkan makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut jishoteki imi
atau goiteki imi adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan
referensinya atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata.

Makna gramatikal adalah makna yang berubah-ubah sesuai dengan


konteks pemakainya. Kata ini sudah mengalami proses gramatikalisasi,
baik pengimbuhan, pengulangan, ataupun pemajemukan. Makna
gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpouteki imi adalah makna yang
muncul akibat proses gramatikalnya.

2. Relasi Makna

Relasi makna adalah hubungan antara kata atau satuan bahasa dengan
kata atau satuan bahasa lainnya. Macam-macam ralasi makna ada sinonim,
sinonim adalah kata yang mempunyai bentuk yang berbeda namun
mempunyai arti atau pengertian yang sama. Sinonim dapat disebut juga
dengan persamaan kata atau padanan kata. Contohnya kata kredit dan
mencicil, bunga dan kembang. Lalu ada antonym, antonim adalah kata yang
mempunyai arti berlawanan antara satu dengan yang lain. Antonim itu
disebut juga dengan lawan kata. Contohnya kata suami dengan istri, muda
dengan tua. Polisemi adalah satu buah kata atau juga ujaran yang memiliki
makna yang lebih dari satu. Pada tiap satu entri kata di dalam kamus yang
mempunyai makna leksikal lebih dari satu ialah polisemi. Contohnya dari
kata buah maka ujarannya buah tangan, buah bibir, buah hati dan
sebagainya.

C. Sinonim

Sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’
dan syn yang berarti ‘dengan’. Dengan kata lain, sinonim dapat diartikan ‘nama
lain untuk benda atau hal yang sama’. Chaer mendefinisikan sinonim sebagai
ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lainnya.
Sedangkan, Parera (2004: 61) menyebutkan sinonim ialah dua ujaran, apakah
ujaran dalam bentuk morfem terikat, kata, frase, atau kalimat yang menunjukan
kesamaan makna.

Akimoto dalam Alexander (Alexander, 2017) membagi sinonim menjadi


tiga jenis yaitu dougigo, housetsu kankei, dan shisateki tokuchou. Dougigo
merupakan jenis sinonim yang menunjukkan kata yang memiliki arti yang sama
atau sepadan. Sinonim ini mempunyai kemiripan secara menyeluruh dilihat dari
segi rasa atau nuansa bahasa. Contoh dari dougigo biasanya dapat dilihat dari
persamaan dengan kata lain yang merupakan terjemahan bahasa asing.
Misalnya pada kata eakon dan kuuchou yang sama-sama mempunyai arti
‘pendingin ruangan’. Selain itu, pada kata takkyuu dan pinpon. Keduanya
mempunyai arti ‘olahraga tenis meja’ dari arti tersebut mempunyai kesamaan
yang menyeluruh baik dari segi nuansa. Kata futago dan souseji yang masih
berada dalam ruang lingkup yang sama yang berarti ‘kembar’ atau ‘mirip’.
Biasanya dougigo muncul akibat dari pengaruh bahasa asing.

Housetsu kankei merupakan jenis sinonim yang menunjukkan kata yang


maknanya memiliki cakupan lebih sempit (khusus) dengan kata lainnya yang
bersinonim. Misalnya pada kata chichi dan oya sama-sama memiliki kemiripan
makna. Makna chichi merupakan makna sempit dari oya, artinya oya memiliki
cakupan makna yang lebih luas yaitu bisa chichi (ayah) atau haha (ibu). Selain
itu, pada kata sensei dan kyoushi. Kedua kata tersebut memiliki makna yang
sama, tapi kata sensei merupakan makna luas dan kyoushi sebagai makna sempit
(khusus).

Jisateki tokuchou merupakan jenis sinonim yang menunjukkan kata yang


memiliki arti yang sama atau sepadan dengan kata lainnya tetapi keduanya
memiliki perbedaan dalam penggunaannya. Misalnya pada kata noboru dan
agaru yang sama-sama bermakna ‘naik’. Misalnya pada kata utsukushii dan
kirei yang sama-sama memiliki makna ‘cantik’ atau ‘indah’. Kata mori dan
hayashi memiliki kesamaan arti yaitu ‘hutan’. Namun kedua kata tersebut
berbeda dari segi penggunaannya dan dapat saling menggantikan dalam situasi
tertentu.

Setiap kata yang bersinonim pasti mempunyai perbedaannya karena tidak


mungkin dua kata atau lebih sama sekali tidak memiliki perbedaan. Meskipun
sinonim adalah makna yang sama tetapi tidak semua sinonim dapat saling
menggantikan. Ada beberapa faktor yang membuat sinonim tidak dapat
disubstitusikan. Terdapat lima faktor yaitu faktor waktu, faktor tempat atau
daerah, faktor sosial, faktor bidang kegiatan, faktor nuansa makna. Pada faktor
nuansa makna diguakan untuk mengetahui nuansa makna yang terkandung
dalam kata atau kalimat. Misalnya kata melihat, melirik, melotot, meninjau, dan
mengintip adalah kata yang bersinonim.

D. Verba

Verba dalam bahasa Jepang disebut doushi. Doushi adalah kata kerja yang
berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami perubahan bentuk
(katsuyou) dan bisa berdiri sendiri. Verba (doushi) adalah salah satu kelas kata
dalam bahasa Jepang, sama dengan kata sifat i dan kata sifat na menjadi salah
satu jenis yougen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas,
keberadaan atau suatu keadaan. verba (doushi) adalah kata kerja yang berfungsi
sebagai predikat yang digunakan untuk mewakili inti kalimat. Selain itu, doushi
juga menyatakan suatu aktivitas atau keadaan.

1. Jenis Verba

Shimizu dalam Sudjianto (Sudjianto, 2004) menyebutkan bahwa verba


dalam bahasa Jepang dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Jidoushi (自動詞)

Jidoushi (kata kerja intransitif) yaitu kata kerja yang tidak


memerlukan objek atau kata kerja yang tidak berobjek. Contohnya 行

く(iku) ‘pergi’, 来る (kuru) ‘datang’, dan 起きる (okiru) ‘bangun’.


b. Tadoushi (他動詞)

Tadoushi yang dikenal dengan kata kerja transitif dalam bahasa


Indonesia adalah kata yang kerja yang memerlukan objek. Contohnya
閉める (shimeru) ‘menutup’, 出す (dasu) ‘mengeluarkan’, dan 流す

(nagasu) ‘mengalirkan’.
c. Shodoushi (所動詞)

Shodoushi merupakan verba (doushi) yang memasukkan


pertimbangan pembicara, sehingga tidak dapat diubah ke dalam bentuk
pasif maupun kausatif. Selain itu, Shodoushi tidak memiliki bentuk
perintah atau ungkapan kemauan (ishi hyougen). Di antara verba-verba
yang termasuk kelompok ini adalah kelompok doushi yang memiliki
makna potensial (verba potensial). Contohnya 行ける (Ikeru) ‘dapat

pergi’, 見える (mieru) ‘terlihat’, dan 聞こえる (kikoeru) ‘terdengar’.

2. Kelompok Verba

Dedi Sutedi menyatakan bahwa verba dalam bahasa Jepang


digolongkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan pada bentuk
konjugasinya.

a. Kelompok I
Verba kelompok satu disebut dengan 五段動詞 (godan-doushi)

karena kelompok ini mengalami perubahan dalam kalimat deretan


bunyi bahasa Jepang yaitu う、つ、る、ぶ、ぬ、む、く、す、ぐ

(u, tsu, ru, bu, nu, mu, ku, su, gu). Contohnya: 買う ka-u (membeli),

立つ ta-tsu (berdiri), 売る u-ru (menjual), 書く ka-ku (menulis), 泳ぐ

oyo-gu (berenang), 読む yo-mu (membaca), 死ぬ Shi-nu (mati), 遊ぶ

aso-bu (bermain), 話す hana-su (berbicara).


b. Kelompok II
Verba kelompok dua disebut 一 段 動 詞 (ichidan-doushi) karena

perubahan hanya pada satu deretan bunyi saja. Ciri umum dari verba
ini adalah yang berakhiran suara e - る (e, ru) yang disebut kami

ichidan-doushi atau yang berakhiran i - る (i, ru) yang disebut shimo-

ichidan-doushi. Contoh: 見る mi-ru (melihat), 起きる oki-ru (bangun),

寝る ne-ru (tidur).

c. Kelompok III
Verba kelompok tiga ini merupakan verba yang perubahannya
tidak beraturan, sehingga disebut 変 格 動 詞 (henkaku-doushi)

diantaranya terdiri dari dua verba yaitu: する suru (melakukan), 来る

kuru (datang).

Fokus penelitian ini adalah verba taberu, shokuji suru dan kuu.
Berdasarkan teori di atas verba shokuji suru termasuk ke dalam verba intransitif
karena verba shokuji suru dapat berdiri sendiri. Sedangkan verba taberu dan
kuu termasuk ke dalam verba transitif karena verba taberu daan kuu tidak dapat
berdiri sendiri. Sedangkan menurut pegelompokan yang dipaparkan oleh Sutedi,
bahwa verba taberu temasuk kelompok dua (ichidan-doushi) karena memiliki
akhiran e - る (e, ru), lalu verba shokuji suru termasuk kelompok tiga (henkaku-

doushi) karena shokuji merupakan kata keterangan (adverbia) yang ditambah


dengan suru, sehingga menjadi verba shokuji suru. Lalu kuu termasuk

kelompok satu (godan-doushi) karena verba kuu mempunyai akhiran う (u).

E. Verba Taberu

Menurut Ayu Sakamoto (Sakamoto, 2021), Kata kerja atau verba taberu
termasuk ke dalam golongan kata kerja 2 atau ichidan doushi. Secara umum
digunakan untuk menunjukkan kegiatan atau aktivitas ‘makan’. Kata taberu
sendiri berasal dari bahasa lama tabu yang maknanya menunjukkan ‘menerima
atau mendapatkan sesuatu dari atasan dengan rendah hati’. Adapun makna
taberu dalam kamus bahasa Jepang dijelaskan sebagai berikut.

a. Mengunyah sesuatu di dalam mulut dan menelannya.


b. Mencari nafkah untuk hidup.

Dengan melihat penjelasan makna di atas, dapat diketahui bahwa taberu


memiliki makna ‘makan’ yang sesungguhnya (makan makanan), dan juga
digunakan sebagai makna kiasan yang menunjukkan ‘kegiatan mencari nafkah’.
Sebagai tambahan, sebagai bahasa lama taberu digunakan tidak hanya untuk
‘makan’ saja, tetapi juga ditujukan untuk ‘minum’.

F. Verba Shokuji Suru

Menurut Ayu Sakamoto (Sakamoto, 2021) shokuji pada dasarnya


merupakan kata benda yang berarti ‘makanan’. Namun, kata benda ini bisa
diubah ke dalam bentuk kata kerja dengan menambahkan suru menjadi shokuji
suru, yang membuat artinya berubah menjadi ‘makan’.

Makna ‘makan’ pada kata shokuji suru mengacu pada sesuatu yang
memiliki keteraturan waktu, budaya dan sosial, seperti sarapan, makan malam,
dan sebagainya, bukan hanya sekadar menunjukkan kegiatan ‘mengunyah
makanan di mulut’.

G. Verba Kuu

Menurut Ayu Sakamoto (Sakamoto, 2021), secara garis besar makna kuu
sama dengan taberu, yaitu menunjukkan kegiatan ‘makan’ yang sesungguhnya
dan juga digunakan untuk menunjukkan kegiatan mencari nafkah. Akan tetapi,
kata kuu dianggap lebih kasar dibandingkan taberu, dan lebih banyak
digunakan oleh pria. Kuu termasuk ke dalam kata kerja golongan 1 atau godan
doushi. Dijelakan dalam dictionary goone (Goojisho, 2020) saat ini verba kuu
digunakan sebagai bahasa slang atau wakamono kotoba oleh anak muda Jepang.
Selain kedua makna di atas, makna kuu jauh lebih luas dibandingkan taberu.
Yaitu sebagai berikut:

a. Menangkap sesuatu dengan mulut (menggigit).


b. Digunakan untuk serangga yang menggigit dan merusak barang.
c. Digunakan untuk menunjukkan kegiatan “makan” binatang.
d. Menyisipkan sesuatu ke dalam benda.
e. Membelanjakan sesuatu yang membutuhkan uang, atau menghabiskan
waktu.
f. Menerima sesuatu (biasanya hal-hal yang tidak menyenangkan).
g. Digunakan ketika mengungkapkan usia yang semakin tua.
h. Mengalahkan atau mengancam posisi lawan (biasanya dalam olahraga).
i. Menyerbu wilayah tertentu.
j. Dalam pertunjukan teater dan film, digunakan untuk mengungkapkan
akting seorang aktor yang lebih unggul dari lawan mainnya.
k. Menipu dan memanfaatkan orang untuk keuntungan Anda sendiri.
l. Menggigit dengan mulut untuk menopang sesuatu.
m. Meminum obat.
BAB III

METODE PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Metode Penelitian

Sebuah metode diperlukan dalam melakukan penelitian untuk menjawab


permasalahan dalam penelitian. Metode penelitian merupakan prosedur yang
digunakan dalam penelitian mulai dari perencanaan, pengumpulan, pengolahan
hingga penarikan kesimpulan sesuai dengan jenis penelitiannya.

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode kualitatif dengan


pendekatan analisis deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiono, 2010). Sehingga dalam
penelitian verba taberu, shokuji suru dan kuu, peneliti lebih menekankan pada
makna.

Sedangkan analisis deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk


menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan
menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab permasalahan secara aktual.
Pada penelitian kualitatif ini, penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu
mendeskripsikan dan menjelaskan hasil analisis data dari makna verba taberu,
shokuji suru dan kuu dalam kalimat bahasa Jepang. Sehingga dapat mengetahui
makna, dan saling menggantikan antara verba taberu, shokuji suru dan kuu.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah suatu hal yang akan diteliti. Berdasarkan KBBI
subjek penelitian adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka
melakukan sebuah penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi subjek yaitu
kalimat bahasa Jepang yang terdapat verba taberu, shokuji suru dan kuu.
Sehingga dapat mengetahui makna, dan saling menggantikan dari kedua verba
tersebut.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


dengan teknik catat. Peneliti bisa langsung mencatat setiap data yang diperoleh.
Data-data tersebut berasal dari data dokumentasi atau studi kepustakaan.
Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan
sebagainya (Suharsimi, 2006).

Pada penelitian ini, kalimat verba bikkuri suru dan odoroku diambil dari
buku, novel, majalah, cerita rakyat, dongeng, sosial media, tulisan ilmiah atau
jurnal dan data akurat yang berasal dari internet. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa peneliti mencatat kalimat taberu, shokuji suru dan kuu. Sumber pertama
dari dokumentasi (jitsurei) yaitu buku, novel, majalah, cerita rakyat, dongeng,
tulisan ilmiah dan data akurat yang berasal dari internet.

D. Analisis Data dan Hasil Penelitian

1. Analisis Data
Pada bagian ini akan membahas mengenai analisis dari verba taberu,
shokuji suru dan kuu. Analisis ketiga verba terbagi menjadi dua analisis.
Analisis pertama mengenai makna verba taberu, shokuji suru dan kuu.
Analisis kedua yaitu substitusi dengan mengganti unsur taberu dengan ,
shokuji suru atau kuu maupun sebaliknya. Analisis tersebut, untuk
mengetahui ketiga verba tersebut memiliki kemungkinan untuk saling
menggantikan atau tidak. Data yang diperoleh berjumlah 27 data, peneliti
menyajikan data berjumlah 15 data yang terdiri dari 6 data taberu, 8 data
shokuji suru dan 5 data kuu
a. Makna Taberu
Verba taberu awalnya dimaksudkan untuk sesuatu yang diterima
dari atasan. Kata yang bermaksud menyatakan niat untuk bersyukur
atas makanan yang diterima, dan selanjutnya verba taberu berubah
menjadi cara yang sopan untuk mengatakan ‘makan’ dengan lembut.
Dalam bahasa modern, ini lebih sopan daripada ‘kuu’. Tetapi, verba
taberu bukan termasuk kata yang hormat. Selain itu, tidak umum
digunakan untuk mewakili kegiatan minum di zaman modern seperti
sekarang ini.
Verba taberu termasuk kedalam kata kerja Tadoushi atau transitif,
yaitu kata kerja yang tidak dapat berdiri sendiri dan selalu memerlukan
objek sebagai pelengkap agar maksud dari kalimat nya jelas.
9) A : 昨日、何を食べましたか

A : Kinou, nani wo tabemashitaka.


A : Kemarin makan apa?
B : 何も食べませんでした。

B : Nani mo tabemasen deshita.


B : Tidak makan apa-apa.
10) 私はベトナム料理を食べたことがありません。

Watashi wa betonamu ryouri wo tabeta koto ga arimasen.


Saya tidak pernah makan masakan Vietnam.
(Sakamoto, 2021)
Makna yang terkandung dalam verba taberu tidah hanya
‘makan’ tetapi juga nafkah atau rezeki yang didapat dari bekeja.
Makan adalah suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk
bertahan hidup dan memiliki tenaga dengan memauskan berbagai
macam bahan makanan kedalam tubuh, hal ini yang menjadi acuan
mengapa verba taberu dapat digunakan untuk mereferensikan kata
nafkah. Ini karena nafkah merupakan suatu kata yang mewakili
materi atau uang yang digunakan untuk bertahan hidup.
11) 夫の稼ぎだけでは食べていけない。

Otto no kasegi dakede wa tabete ikenai.


Kamu tidak bisa hanya mengandalkan penghasilan suami untuk
nafkah.
(ord-dictionary.jp, 2019)
Walaupun bisa digunakan untuk makna ‘nafkah’ tetapi verba
taberu lebih umum digunakan untuk mewakili kegiatan mengunyah
atau menikmati suatu hidangan yang bisa digigit.
12) 中華料理を食べます。

chūkaryōri o tabemasu.
Saya makan makanan Cina.
13) 今夜は外で食べましょう。

kon'ya wa soto de tabemashou.


Ayo makan di luar malam ini.
(Weblio, 2022a)
14) 日本人は 100 年ぐらい前から、牛肉や豚肉を食べるようになりま

した。

Nihonjin wa 100-nen gurai mae kara, gyūniku ya butaniku o taberu


yō ni narimashita.
Orang Jepang telah makan daging sapi dan babi selama sekitar 100
tahun.
(Hirai, 2014)
b. Makna Shokuji suru
Verba taberu masuk kedalam serangkaian verba shokuji suru. Jika
taberu merupakan transitif atau kata kerja yang tidak dapat berdiri
sendiri, maka verba shokuji suru masuk kedalam kata kerja intransitif.
Shokuji suru lebih ke cakupan waktu makan dan tempat dimana kita
makan, tentu saja verba taberu juga bisa digunakan untuk hal seperti
itu namun nuansa yang dihasilkan lebih kasual.Verba shokuji suru
tidak memerlukan objek, artinya verba ini menyatakan makan secara
umum, tidak menjelaskan apa yang dia makan, verba ini berasal dari
kata benda shokuji yang artinya makanan itulah kenapa artinya bukan
merajuk pada menggit suatu objek makanan tapi membuat kata benda
makanan menjadi kata kerja.
15) 今度食事しましょう

Kondo shokuji shimashou


Ayo makan lain kali
16) 日に三度食事する

Hi ni san-do shokuji suru


Makan tiga kali sehari
17) 昼食は勤務先の飯田橋周辺で食事します。

Chūshoku wa kinmusaki no īdabashi shūhen de shokuji shimasu.


Makan siang akan disajikan di sekitar Iidabashi, tempat saya kerja.
18) 私は花子と今日、デパートで食事しました。

Watashi wa Hanako to kyō, depāto de shokuji shimashita.


Saya makan dengan Hanako di department store hari ini.
19) 今から家族と一緒に食事します。

Ima kara kazoku to issho ni shokuji shimasu


Sekarang aku akan makan bersama keluargaku.
20) 私は週末は友達と食事しました。

Watashi wa shūmatsu wa tomodachi to shokuji shimashita.


Saya makan dengan teman-teman saya di akhir pekan.

(Weblio, 2022b)
21) 忙しくて食事するひまもない。

Isogashikute shokuji suru hima mo nai.


Saya sibuk sampai tidak ada waktu untuk makan.
(Sakamoto, 2021)
22) 日曜日は、家族みんなで食事をする

nichiyōbi wa, kazoku min'nade shokuji o suru


Pada hari Minggu, seluruh keluarga makan
(Chico, 2019)
c. Makna Kuu
Verba kuu adalah verba yang paling mirim dengan taberu, sama-
sama memerlukan objek untuk memperjelas hal apa yang dijelaskan.
Kuu merupakan bahasa informal yang biasa digunakan ke orang sebaya
dan merupakan wakamono kotoba. Verba kuu juga banyak digunakan
untuk istilah ideomatik dalam bahasa jepang.
23) この車はガソリンを食う

Kono kuruma wa gasorin o kuu


Mobil ini memerlukan (makan) bensin
24) 時間を食う

Jikan o kuu
Makan waktu
(Goojisho, 2020)
25) 年を食うにつれて

Nen o kuu ni tsurete


Seiring bertambahnya usia
(Weblio, 2019)
26) 柿食うメジロ (@400tiakka, Twitter, 13 April 2022)

Kaki kuu mejiro


Burung kacamata yang makan kesemek
27) 親父「昼、家で食うか?」Oyaji (hiru, ie de kuu ka?)

(@centuryride0608, Twitter, 10 April 2022)


Ayah "Apakah kamu makan di rumah pada siang hari?"
(Sumpena, 2022)
d. Analisis Substitusi

Pada analisis substitusi ada beberapa kalimat dari verba taberu,


shokuji suru dan kuu yang akan disajikan dalam analisis substitusi.
Berikut ini substitusi antara verba bikkuri suru dan odoroku. Perhatikan
kalimat berikut
(7) 友達とレストランで食事する

Tomodachi to resutoran de shokuji suru


‘Makan di restoran bersama teman’
(Chico, 2019)
Kalimat (7) diatas adalah kegiatan makan yang disertai oleh tempat
dimana terjadinya kegiatan tersebut. Verba shokuji suru pada kalimat
diatas akan disubtitusikan dengan verba taberu. Perhatikan kalimat
berikut ini.
(7a) 昨日、友達とレストランで食べる。

Tomodachi to resutoran de taberu


‘Makan di restoran bersama teman’
Verba shokuji suru pada kalimat (7) disubstitusikan dengan verba
taberu seperti kalimat (7a). Pada kedua kalimat, nuansa atau arti makna
yang sama. Substitusi antara verba shokuji suru dan taberu di atas tidak
merubah makna kalimat. Sehingga verba shouji suru pada kalimat (7)
dan verba taberu dalam kalimat (7a) dapat saling menggantikan. Hanya
saja nuansa casual muncul pada saat penggunaan verba taberu.
(4) バナナを食べる

Banana wo taberu
‘Makan Pisang’
Kalimat (4) diatas adalah kegiatan makan yang disertai oleh objek
yang berupa makanan dari kegiatan tersebut. Verba taberu pada
kalimat diatas akan disubtitusikan dengan verba shokuji suru.
Perhatikan kalimat berikut ini.
(4a) バナナを食事する

Banana wo shokuji suru


(Chico, 2019)
Kalimat bersubstitusi ini tidak dapat diterima karena verba shokuji
suru merupakan verba yang bisa berdiri sendiri atau intransitif, dimana
verba intransitif ini tidak dapat mengandung partikel wo seperti diatas.
Jadi dalam kalimat yang mengandung objek makanan atau kalimat
yang disertai partikel wo, maka verba shokuji suru dan taberu tidak
dapat saling menggantikan. Verba taberu pada kalimat diatas akan
disubtitusikan dengan verba kuu. Perhatikan kalimat berikut ini.
(4b) バナナを食う

Banana wo shokuji suru


Verba taberu pada kalimat (4) disubstitusikan dengan verba kuu
seperti kalimat (4b). Pada kedua kalimat, memiliki arti yang sama,
tetapi nuansa makna berbeda. Kalimat yang menggunakan verba kuu
cenderung memiliki nuansa kasar dan biasa diucapkan oleh kaum laki-
laki, sedangkan yang menggunakan verba taberu terkesan lebih lembut
dan normal untuk digunakan. Kedua verba itu dapat saling
menggantikan namun nuansa yang dihasilakn berbeda
(27) 親父「昼、家で食うか?」。

Oyaji (hiru, ie de kuu ka?)


Ayah "Kamu makan siang dirumah ga?"
(Sumpena, 2022)
Verba kuu pada kalimat (27) akan disubtitusikan menjadi verba
taberu. Perhatikan kalimat dibawah ini.
(27a) 親父「昼、家で食べるか?」。

Oyaji (hiru, ie de taberu ka?)


Ayah "Apakah kamu makan di rumah pada siang hari?"
Verba kuu pada kalimat (27) disubstitusikan dengan verba taberu
seperti kalimat (27a). Pada kedua kalimat, memiliki arti yang sama,
tetapi nuansa makna berbeda. Kalimat yang menggunakan verba kuu
cenderung memiliki nuansa kasar dan biasa diucapkan oleh kaum laki-
laki, sedangkan yang menggunakan verba taberu terkesan lebih lembut
dan normal untuk digunakan. Kedua verba itu dapat saling
menggantikan namun nuansa yang dihasilakan berbeda tingkat
kesopanan dan lemah lembutnya.
Verba kuu pada kalimat (27) akan disubtitusikan menjadi verba
shokuji suru. Perhatikan kalimat dibawah ini.
(27b) 親父「昼、家で食事しますか。」

Oyaji (hiru, ie de shokuji shimasuka?)


Ayah "Apakah kamu makan di rumah pada siang hari?"
Verba kuu pada kalimat (27) disubstitusikan dengan verba shokuji
suru seperti kalimat (27b). Pada kedua kalimat, memiliki arti yang
sama, tetapi nuansa makna berbeda. Kalimat yang menggunakan verba
kuu cenderung memiliki nuansa kasar dan biasa diucapkan oleh kaum
laki-laki dan juga bisa menggunakan pola futsukei, sedangkan yang
menggunakan verba shokuji terkesan sangat formal untuk digunakan
terlebih untuk anggota keluarga. Kedua verba itu dapat saling
menggantikan namun nuansa yang dihasilakn sangat berbeda.
(26) 柿食うメジロ (@400tiakka, Twitter, 13 April 2022)

Kaki kuu mejiro


Burung kacamata yang makan kesemek
(Sumpena, 2022)
Verba kuu pada kalimat (26) akan disubtitusikan menjadi verba
taberu. Perhatikan kalimat dibawah ini.
(26) 柿食べるメジロ

Kaki taberu mejiro


Burung kacamata yang makan kesemek
Kalimat bersubstitusi ini tidak dapat diterima karena verba kuu
memiliki makna untuk mendeskripsikan makan yang dilakukan oleh
binatang, sedangkan verba taberu tidak memiliki makna seperti itu,
verba taberu hanya berfungsi untuk manusia saja.
(23) この車はガソリンを食う

Kono kuruma wa gasorin o kuu


Mobil ini memerlukan (makan) bensin
Verba kuu pada kalimat (23) akan disubtitusikan menjadi verba
shokuji suru. Perhatikan kalimat dibawah ini.
(23a) この車はガソリンを食事する

Kono kuruma wa gasorin o shokuji suru


Kalimat bersubstitusi ini tidak dapat diterima karena verba kuu
memiliki makna untuk mendeskripsikan makan atau menggunakan
untuk mesin atau motor atau mobil yang memerlukan bensin,
sedangkan verba shokuji suru tidak memiliki makna seperti itu, karena
verba shokuji suru hanya berfokus pada kegiatan makan yang terkait
keterangan waktu, keterangan tempat dan suatu yang beraturan

2. Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, peneliti


menggolongkan taberu, shokuji suru dan kuu menjadi sinonim sempurna
tantotal karena ketiga verba tersebut tidak dapat saling menggantikan dalam
semua konteks kalimat. Verba taberu yang lebih bersifat netral kepada
kedua verba lainnya dan memiliki penggunaan paling umum dalam
masyarakat. Namun verba ini hanya dapat mengartikan makan yang
dilakukan oleh manusia saja, selain itu verba taberu juga selalau
membutuhkan objek dalam setiap kalimatnya. Sama dengan verba taberu,
verba kuu juga selalu membutuhkan objek dalam setiap kalimatnya, maka
dengan makna verba taberu yang mengunyah atau menggit suatu makanan
sudah dipastikan dapat digantikan oleh verba kuu tetapi hanya bisa
digunakan untuk teman atau orang sebaya di sekitar kita, karena makna kuu
yang kasar dan termasuk kedalam wakamono kotoba yang sekarang banyak
digunakan oleh anak muda di Jepang.

Verba shokuji suru merupakan verba dengan penggunaan makna paling


sempit, selain itu verba shokuji suru juga dapat disubsitusikan kepada dua
verba lain asal tidak mengandung objek yang mengandung partikel wo,
namun tentu saja nuansa yang dihasilkan juga berbeda. Verba shokuji suru
cenderung formal dan kaku.

Verba kuu sebenanya memiliki lebih banyak makna dibanding verba


taberu dan shokuji suru, hanya saja cakupannya sangat berbeda dengan
taberu dam juga shokuji suru. Verba kuu digunakan bukan hanya makan
untuk manusia saja tapi juga untuk hewan, selai itu bisa digunakan untuk
suatu mesin yang membutuhkan bensin dll. Makna nya lebih luas, namun
banyak dari makna verba kuu yang tidak dapat di subtitusi kan kepada verba
taberu dan shokuji suru. Selain itu, nuansa yang dihasilkan oleh verba kuu
juga tidak formal malah cenderung kedalam bahasa kasar.

Jadi hasilnya adalah, bahwa makna verba taberu, shokuji suru dan kuu
yang memiliki arti makan ini hampir serupa ini bisa menggantikan dalam
beberapa situasi, walaupun nuansa dan kandungannya agak berbeda.
BAB IV

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil analisis verba taberu, shokuji suru dan kuu dalam kalimat
Bahasa Jepang, persamaan dan perbedaan ketiga verba tersebut dapat dilihat
dari makna, penggunaan objek dan jenis kata kerja. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada table dibawah ini.

Verba Taberu Shokuji suru Kuu


Makna • Mengunyah • Makan pada kata • Mengunyah atau
sesuatu di shokuji mengacu menggigit.
dalam mulut pada sesuatu yang • Serangga yang
dan memiliki menggigit dan
menelannya. keteraturan waktu, merusak barang.
• Makna 'makan' budaya dan sosial, • Kegiatan makan
yang seperti sarapan, binatang.
sesungguhnya makan malam, dan • Menghabiskan
(makan sebagainya. uang dan waktu.
makanan). • Verba shokuji bukan • Mengungkapkan
• Mencari nafkah hanya sekadar usia yang
untuk hidup. menunjukkan semakin tua.
kegiatan • Menyerbu
‘mengunyah wilayah tertentu.
makanan di mulut’. • Meminum obat.
Jenis objek Jenis objek yang Shokuji suru lebih sering Jenis objek yang
yang diikuti digunakan adalah menggunakan kata digunakan lebih
kata kerja yang berhubungan keterangan waktu beragam, mulai dari
dengan jenis ataupun tempat, bukan jenis makanan
makanan, contohnya objek makanan. hewan dan manusia,
daging ataupun usia, dan objek
sayuran, sesuatu yang dipakai
dapat habis.
Contohnya uang dan
bensin.
Jenis kata Kata kerja transitif Kata kerja intrasitif Kata kerja transitif
kerja (tadooshi) (jidooshi) (tadooshi)

2. Pada umumnya verba taberu dan kuu dapat saling menggantikan dalam makna
makan yang sesungguhnya (mengunyah makanan dalam mulut), hanya saja
terfokus di satu pelaku kegiatan yaitu manusia. Karena verba kuu bisa
digunakan untuk hewan sekaligus, maka dalam beberapa makna verba taberu
dan kuu tidak dapat saling menggantikan. Berdasarkan hasil analisis, verba kuu
memiliki makna yang lebih luas dan universal disbanding dengan verba taberu,
namun tentu saja verba taberu lebih banyak dikenal oleh kalangan pelajar asing
Bahasa Jepang. Sedangkan verba taberu dan verba shokuji suru dapat saling
menggantikan dalam makna makan di suatu tempat atau dengan kata lain
disertai dengan keterangan tempat terjadinya kegiatan makan tersebut, tapi akan
ada satu perbedaan yang muncul dalam situasi tersebut yaitu penggunaan verba
taberu menyebabkan suasa yang dihasilkan menjadi lebih casual. Makna verba
shokuji suru yang disertai keterangan tempat ini juga dapat digantikan oleh
verba kuu, namun kita hanya bisa menggunakannya kepada orang yang posisi
nya setara atau ada dibawah kita karena makna verba kuu memiliki arti yang
cenderung kasar dan tidak sopan. Verba shokuji suru jarang digunakan untuk
kegiatan makan yang mengandung objek jenis makanan, oleh karena itu dalam
makna makan yang sesungguhnya (taberu) yang terdapat partikel wo tidak
dapat digantikan atau disubsitusikan dengan verba shokuji suru.
DAFTAR PUSTAKA

Alexander, F. (2017). Relasi Makna Verba Tsukau, Mochiiru, dan Riyousuru


Dalam Kalimat Bahasa Jepang. Universitas Diponogoro.

Chaer, A. (2013). Kajian Bahasa : Struktur Internal, Pemakaian dan


Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. (2018). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chico. (2019). 【食べる】 と 【食事する】 はどう違いますか. Retrieved

from https://とhinative.com/ja/questions/14659538

Goojisho. (2020). 食う/喰う(くう)の意. Retrieved from

https://dictionary.goo.ne.jp/word/食う/

Hirai, E. (2014). みんなの日本語. Tokyo.

ord-dictionary.jp. (2019). 「食べる」とは?意味や使い方を類語を含めてご

紹介. Retrieved from https://word-dictionary.jp/posts/2616

Parera, J. . (2004). Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Sakamoto, A. (2021). Taberu (Makan) – Belajar Bahasa Jepang. Retrieved from


https://kepojepang.com/bahasa-jepang/taberu/

Sudjianto. (2004). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: KBI.

Sugiono. (2010). Metode penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&B.


Bandung: Alfa Beta.

Suharsimi, A. (2006). Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

Sumpena, S. H. (2022). Akun Pribadi Twitter. Retrieved from


https://twitter.com/dillaahs21?t=LN6JejxmKEgi_tR_LPijZA&s=08
Sutedi, D. (2008). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

Weblio. (2019). 食う. Retrieved from https://ejje.weblio.jp/

Weblio. (2022a). 食べる. Retrieved from https://ejje.weblio.jp/content/食べまし

ょう

Weblio. (2022b). 食事する. Retrieved from https://ejje.weblio.jp

Widhiatuti, A. (2017). Analisis Sinonim Verba Bikkuri Suru Dan Odoroku Pada
Kalimat Bahasa Jepang. 2. Retrieved from http://repository.umy.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai