ARTIKEL
Kajian Linguistik II
Oleh
SALSADILA HAIRULNISA SUMPENA
043119004
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Analisis Sinonim Verba Taberu, Shokuji suru dan Kuu Pada Kalimat
Bahasa Jepang. Fokus utama penelitian ini adalah makna kata verba Verba Taberu, Shokuji suru
dan Kuu dalam kalimat bahasa Jepang. Ketiga verba tersebut memiliki makna yang sama yaitu
‘makan’. Adanya sinonim kata ini membuat para pelajar bahasa Jepang tidak bisa membedakan kata
yang memiliki arti serupa dengan baik. Jika membuka kamus bahasa Jepang-Indonesia, hampir tidak
ada kamus yang memberikan informasi setiap kata secara lengkap, hanya dicantumkan arti dan jenis
kata saja. Penelitian ini ditinjau dari segi semantik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis deskriptif. Sumber data berasal dari studi kepustakaan. Data yang diambil
menggunakan teknik catat.
Berdasarkan penggunaan analisis makna dan analisis substitusi, ditemukan hasil analisis data.
Pada analisis makna ditemukan perbedaan makna berdasarkan kelas kata. Verba Taberu selalu
membutuhkan objek supaya kalimatnya jelas dan termasuk dalam verba transitif. Sedangkan Verba
Shokuji suru termasuk verba intransitif yang artinya tidak memerlukan objek. Dan Kuu adalah
bahasa informal dari Taberu dan biasa digunakan oleh para pria kepada teman sebayanya.
Berdasarkan hasil analisis substitusi bahwa verba shokuji suru dan taberu tidak selamanya dapat
saling menggantikan satu sama lain. Dikarenakan kedua verba tersebut memiliki nuansa makna yang
sedikit berbeda. Sedangkan verba Taberu dan Kuu dapat saling menggantikan satu sama lain dalam
beberapa kondisi yang lebih luas dari shokuji suru. Dari kedua analisis di atas maka peneliti dapat
mengetahui persamaan dan perbedaan verba Taberu, Shokuji suru dan Kuu.
Kata kunci : taberu, shokuji suru, kuu, sinonim, ruigigo, analisis deskripsi, kalimat bahasa Jepang.
BAB I
PENDAHULUAN
登る (noboru) yang sama-sama memiliki arti ‘naik’ namun ada beberapa situasi
yang tidak bisa menggunakan salah satu dari verba yang memiliki arti kata naik
tersebut. Hal inilah yang menjadi masalah bagi pengguna bahasa.
Kesalahpahaman dapat muncul dikarenakan ada beberapa masalah. Seperti
adanya makna ganda, ucapan yang sama, makna yang sama dan lain sebagainya.
Kesamaan makna sering muncul dalam penggunaan bahasa, tidak jarang
kesamaan makna ini menimbulkan kesalahpahaman. Contohnya verba agaru
dan noboru yang memiliki arti naik, tetapi penggunaan dan kesannya berbeda.
Begitu juga pada verba Taberu, Shokuji suru dan Kuu yang memiliki makna
yang serupa. Ketiga verba tersebut memiliki arti ‘makan’ dalam bahasa Jepang.
Perhatikan kalimat dibawah ini :
1) テレビを見ながら、スナックを食べています。
Banana wo taberu ◯
5) レストランで食事をする
Berdasarkan kalimat (7) dan (8) memiliki makna yang sama yaitu makan
bersama teman di suatu tempat. Hanya saja kesan yang di dapat lebih
kasual jika menggunakan verba taberu. Jika dilihat dari kedua contoh di atas
kedua verba tersebut dapat saling menggantikan satu sama lain. Tetapi
apakah dalam semua situasi makan verba taberu, shokuji suru dan kuu
memungkinkan saling menggantikan satu sama lain.
Pembelajar asing bahasa Jepang yang tidak tahu jika kedua verba bisa
saling menggantikan atau tidak, maka pembelajar akan merasa kebingungan
bahkan salah dalam menggunakan ketiga verba tersebut. Dapat dikatakan
bahwa sulit untuk membedakan verba taberu, shokuji suru dan kuu. Padahal
ketiga verba tersebut sering digunakan oleh pembelajar asing bahasa Jepang.
Biasanya ketiga verba tersebut digunakan pada saat berbicara bahasa Jepang
maupun saat membuat kalimat atau karangan.
Bedasarkan masalah yang telah dipaparkan, peneliti merasa perlu untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai makna sinonim verba taberu,
shokuji suru dan kuu. Penelitian ini berhubungan dengan makna sinonim
yang berjudul ANALISIS MAKNA SINONIM VERBA TABERU, SHOKUJI
SURU DAN KUU PADA KALIMAT BAHASA JEPANG.
B. Rumusan Masalah
a. Apa makna kata pada verba taberu, shokuji suru dan kuu pada kalimat
bahasa Jepang ?
b. Apakah verba taberu, shokuji suru dan kuu bisa saling menggantikan
dalam kalimat bahasa Jepang ?
C. Batasan Masalah
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui makna kata yang terkandung pada verba taberu,
shokuji suru dan kuu pada kalimat.
b. Untuk mengetahui kemungkinan taberu, shokuji suru dan kuu saling
menggantikan dalam kalimat bahasa Jepang.
E. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Memberikan informasi terhadap pembaca mengenai makna,
perbedaan dan persamaan, serta saling menggantikan pada verba taberu,
shokuji suru dan kuu. Selain itu, dapat menambah pengetahuan dalam
bidang semantik bahasa Jepang.
b. Manfaat Praktis
Bagi pembelajar bahasa Jepang, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi referensi dalam memahami verba bersinonim seperti verba
taberu, shokuji suru dan kuu. Sedangkan bagi pengajar, penelitian ini
diharapkan menjadi sebuah masukan dalam pembelajaran bahasa pada
mata kuliah goi dan bunkei.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab III menyajikan pembahasan yang terdiri dari beberapa sub judul
sesuai dengan apa yang ada di rumusan masalah.
BAB IV PENUTUP
KAJIAN TEORI
A. Semantik
Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, yaitu sema yang memiliki arti
‘menandai’ atau ‘melambangkan’. Tetapi tidak semua tanda atau lambang yang
menandai sesuatu menjadi cakupan semantik. Cakupan semantik berupa tanda
atau lambang yang berhubungan dengan bahasa sebagai alat komunikasi.
Kemudian kata semantik disepakati sebagai istilah yang digunakan dalam
linguistik yang mempelajari tanda-tanda linguistik.
B. Makna
Makna adalah objek studi semantik, makna yang terdapat dalam satuan
ujaran seperti kata, frasa, klausa, dan kalimat. Unsur bahasa tidak pernah lepas
dari sebuah makna. Dalam KBBI makna yaitu ‘maksud pembicara atau penulis’
dan ‘pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan’.
1. Jenis Makna
Makna leksikal adalah makna yang bersifat tetap. Oleh karena itu,
makna ini sering disebut dengan makna yang sesuai dengan kamus. Sutedi
menyebutkan makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut jishoteki imi
atau goiteki imi adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan
referensinya atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata.
2. Relasi Makna
Relasi makna adalah hubungan antara kata atau satuan bahasa dengan
kata atau satuan bahasa lainnya. Macam-macam ralasi makna ada sinonim,
sinonim adalah kata yang mempunyai bentuk yang berbeda namun
mempunyai arti atau pengertian yang sama. Sinonim dapat disebut juga
dengan persamaan kata atau padanan kata. Contohnya kata kredit dan
mencicil, bunga dan kembang. Lalu ada antonym, antonim adalah kata yang
mempunyai arti berlawanan antara satu dengan yang lain. Antonim itu
disebut juga dengan lawan kata. Contohnya kata suami dengan istri, muda
dengan tua. Polisemi adalah satu buah kata atau juga ujaran yang memiliki
makna yang lebih dari satu. Pada tiap satu entri kata di dalam kamus yang
mempunyai makna leksikal lebih dari satu ialah polisemi. Contohnya dari
kata buah maka ujarannya buah tangan, buah bibir, buah hati dan
sebagainya.
C. Sinonim
Sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’
dan syn yang berarti ‘dengan’. Dengan kata lain, sinonim dapat diartikan ‘nama
lain untuk benda atau hal yang sama’. Chaer mendefinisikan sinonim sebagai
ungkapan yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lainnya.
Sedangkan, Parera (2004: 61) menyebutkan sinonim ialah dua ujaran, apakah
ujaran dalam bentuk morfem terikat, kata, frase, atau kalimat yang menunjukan
kesamaan makna.
D. Verba
Verba dalam bahasa Jepang disebut doushi. Doushi adalah kata kerja yang
berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami perubahan bentuk
(katsuyou) dan bisa berdiri sendiri. Verba (doushi) adalah salah satu kelas kata
dalam bahasa Jepang, sama dengan kata sifat i dan kata sifat na menjadi salah
satu jenis yougen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas,
keberadaan atau suatu keadaan. verba (doushi) adalah kata kerja yang berfungsi
sebagai predikat yang digunakan untuk mewakili inti kalimat. Selain itu, doushi
juga menyatakan suatu aktivitas atau keadaan.
1. Jenis Verba
(nagasu) ‘mengalirkan’.
c. Shodoushi (所動詞)
2. Kelompok Verba
a. Kelompok I
Verba kelompok satu disebut dengan 五段動詞 (godan-doushi)
(u, tsu, ru, bu, nu, mu, ku, su, gu). Contohnya: 買う ka-u (membeli),
perubahan hanya pada satu deretan bunyi saja. Ciri umum dari verba
ini adalah yang berakhiran suara e - る (e, ru) yang disebut kami
寝る ne-ru (tidur).
c. Kelompok III
Verba kelompok tiga ini merupakan verba yang perubahannya
tidak beraturan, sehingga disebut 変 格 動 詞 (henkaku-doushi)
kuru (datang).
Fokus penelitian ini adalah verba taberu, shokuji suru dan kuu.
Berdasarkan teori di atas verba shokuji suru termasuk ke dalam verba intransitif
karena verba shokuji suru dapat berdiri sendiri. Sedangkan verba taberu dan
kuu termasuk ke dalam verba transitif karena verba taberu daan kuu tidak dapat
berdiri sendiri. Sedangkan menurut pegelompokan yang dipaparkan oleh Sutedi,
bahwa verba taberu temasuk kelompok dua (ichidan-doushi) karena memiliki
akhiran e - る (e, ru), lalu verba shokuji suru termasuk kelompok tiga (henkaku-
E. Verba Taberu
Menurut Ayu Sakamoto (Sakamoto, 2021), Kata kerja atau verba taberu
termasuk ke dalam golongan kata kerja 2 atau ichidan doushi. Secara umum
digunakan untuk menunjukkan kegiatan atau aktivitas ‘makan’. Kata taberu
sendiri berasal dari bahasa lama tabu yang maknanya menunjukkan ‘menerima
atau mendapatkan sesuatu dari atasan dengan rendah hati’. Adapun makna
taberu dalam kamus bahasa Jepang dijelaskan sebagai berikut.
Makna ‘makan’ pada kata shokuji suru mengacu pada sesuatu yang
memiliki keteraturan waktu, budaya dan sosial, seperti sarapan, makan malam,
dan sebagainya, bukan hanya sekadar menunjukkan kegiatan ‘mengunyah
makanan di mulut’.
G. Verba Kuu
Menurut Ayu Sakamoto (Sakamoto, 2021), secara garis besar makna kuu
sama dengan taberu, yaitu menunjukkan kegiatan ‘makan’ yang sesungguhnya
dan juga digunakan untuk menunjukkan kegiatan mencari nafkah. Akan tetapi,
kata kuu dianggap lebih kasar dibandingkan taberu, dan lebih banyak
digunakan oleh pria. Kuu termasuk ke dalam kata kerja golongan 1 atau godan
doushi. Dijelakan dalam dictionary goone (Goojisho, 2020) saat ini verba kuu
digunakan sebagai bahasa slang atau wakamono kotoba oleh anak muda Jepang.
Selain kedua makna di atas, makna kuu jauh lebih luas dibandingkan taberu.
Yaitu sebagai berikut:
A. Metode Penelitian
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah suatu hal yang akan diteliti. Berdasarkan KBBI
subjek penelitian adalah orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka
melakukan sebuah penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi subjek yaitu
kalimat bahasa Jepang yang terdapat verba taberu, shokuji suru dan kuu.
Sehingga dapat mengetahui makna, dan saling menggantikan dari kedua verba
tersebut.
Pada penelitian ini, kalimat verba bikkuri suru dan odoroku diambil dari
buku, novel, majalah, cerita rakyat, dongeng, sosial media, tulisan ilmiah atau
jurnal dan data akurat yang berasal dari internet. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa peneliti mencatat kalimat taberu, shokuji suru dan kuu. Sumber pertama
dari dokumentasi (jitsurei) yaitu buku, novel, majalah, cerita rakyat, dongeng,
tulisan ilmiah dan data akurat yang berasal dari internet.
1. Analisis Data
Pada bagian ini akan membahas mengenai analisis dari verba taberu,
shokuji suru dan kuu. Analisis ketiga verba terbagi menjadi dua analisis.
Analisis pertama mengenai makna verba taberu, shokuji suru dan kuu.
Analisis kedua yaitu substitusi dengan mengganti unsur taberu dengan ,
shokuji suru atau kuu maupun sebaliknya. Analisis tersebut, untuk
mengetahui ketiga verba tersebut memiliki kemungkinan untuk saling
menggantikan atau tidak. Data yang diperoleh berjumlah 27 data, peneliti
menyajikan data berjumlah 15 data yang terdiri dari 6 data taberu, 8 data
shokuji suru dan 5 data kuu
a. Makna Taberu
Verba taberu awalnya dimaksudkan untuk sesuatu yang diterima
dari atasan. Kata yang bermaksud menyatakan niat untuk bersyukur
atas makanan yang diterima, dan selanjutnya verba taberu berubah
menjadi cara yang sopan untuk mengatakan ‘makan’ dengan lembut.
Dalam bahasa modern, ini lebih sopan daripada ‘kuu’. Tetapi, verba
taberu bukan termasuk kata yang hormat. Selain itu, tidak umum
digunakan untuk mewakili kegiatan minum di zaman modern seperti
sekarang ini.
Verba taberu termasuk kedalam kata kerja Tadoushi atau transitif,
yaitu kata kerja yang tidak dapat berdiri sendiri dan selalu memerlukan
objek sebagai pelengkap agar maksud dari kalimat nya jelas.
9) A : 昨日、何を食べましたか
chūkaryōri o tabemasu.
Saya makan makanan Cina.
13) 今夜は外で食べましょう。
した。
(Weblio, 2022b)
21) 忙しくて食事するひまもない。
Jikan o kuu
Makan waktu
(Goojisho, 2020)
25) 年を食うにつれて
Banana wo taberu
‘Makan Pisang’
Kalimat (4) diatas adalah kegiatan makan yang disertai oleh objek
yang berupa makanan dari kegiatan tersebut. Verba taberu pada
kalimat diatas akan disubtitusikan dengan verba shokuji suru.
Perhatikan kalimat berikut ini.
(4a) バナナを食事する
2. Hasil Penelitian
Jadi hasilnya adalah, bahwa makna verba taberu, shokuji suru dan kuu
yang memiliki arti makan ini hampir serupa ini bisa menggantikan dalam
beberapa situasi, walaupun nuansa dan kandungannya agak berbeda.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil analisis verba taberu, shokuji suru dan kuu dalam kalimat
Bahasa Jepang, persamaan dan perbedaan ketiga verba tersebut dapat dilihat
dari makna, penggunaan objek dan jenis kata kerja. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada table dibawah ini.
2. Pada umumnya verba taberu dan kuu dapat saling menggantikan dalam makna
makan yang sesungguhnya (mengunyah makanan dalam mulut), hanya saja
terfokus di satu pelaku kegiatan yaitu manusia. Karena verba kuu bisa
digunakan untuk hewan sekaligus, maka dalam beberapa makna verba taberu
dan kuu tidak dapat saling menggantikan. Berdasarkan hasil analisis, verba kuu
memiliki makna yang lebih luas dan universal disbanding dengan verba taberu,
namun tentu saja verba taberu lebih banyak dikenal oleh kalangan pelajar asing
Bahasa Jepang. Sedangkan verba taberu dan verba shokuji suru dapat saling
menggantikan dalam makna makan di suatu tempat atau dengan kata lain
disertai dengan keterangan tempat terjadinya kegiatan makan tersebut, tapi akan
ada satu perbedaan yang muncul dalam situasi tersebut yaitu penggunaan verba
taberu menyebabkan suasa yang dihasilkan menjadi lebih casual. Makna verba
shokuji suru yang disertai keterangan tempat ini juga dapat digantikan oleh
verba kuu, namun kita hanya bisa menggunakannya kepada orang yang posisi
nya setara atau ada dibawah kita karena makna verba kuu memiliki arti yang
cenderung kasar dan tidak sopan. Verba shokuji suru jarang digunakan untuk
kegiatan makan yang mengandung objek jenis makanan, oleh karena itu dalam
makna makan yang sesungguhnya (taberu) yang terdapat partikel wo tidak
dapat digantikan atau disubsitusikan dengan verba shokuji suru.
DAFTAR PUSTAKA
from https://とhinative.com/ja/questions/14659538
https://dictionary.goo.ne.jp/word/食う/
ょう
Widhiatuti, A. (2017). Analisis Sinonim Verba Bikkuri Suru Dan Odoroku Pada
Kalimat Bahasa Jepang. 2. Retrieved from http://repository.umy.ac.id/