Anda di halaman 1dari 79

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri


PROFESIONAL MODUL 2

Nama : Renia Astriyani, S. Pd.


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Unit Kerja : SMK Negeri 4 Garut

Kegiatan Belajar 1 : HUBUNGAN BENTUK DAN MAKNA KATA


Judul Modul Modul 2 Profesional
Judul Kegiatan Belajar (KB) HUBUNGAN BENTUK DAN MAKNA KATA
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. Modul ini membekali saya pemahaman
dipelajari tentang konsep dasar semantik karena
semantik berkaitan dengan makna.
Modul ini mengajak saya memahami
berbagai jenis makna, hubungan bentuk
dan makna, seperti sinonim, antonim,
homonim, dan polisemi. Sehingga
mengembalikan kembali pemahaman
saya mengenai jenis-jenis makna dan
hubungan bentuk dan makna.
2. Bapak linguistik modern, Ferdinand de
Saussure mengatakan bahwa setiap
tanda linguistik terdiri dari dua unsur,
yaitu signifie dan signifiant. Signifie
mengacu pada konsep atau makna dari
suatu tanda bunyi, sedangkan signifiant
mengacu pada bunyi-bunyi yang
terbentuk dari fonem-fonem dalam
bahasa yang bersangkutan. Oleh karena
itu, setiap bentuk kebahasaan terdiri dari
dua unsur, yaitu bentuk dan makna.
Bentuk berupa elemen fisik sebuah
tuturan. Bentuk mempunyai tataran dari
mulai yang terkecil hingga terbesar, yaitu
dimulai dari fonem, morfem, kata, frasa,
klausa, kalimat, paragraf, dan wacana.
Berbagai bentuk kebahasaan tersebut
ada yang memiliki konsep yang bersifat
mental yang disebut sebagai makna.
3. Saussure mengatakan bahwa hubungan
bentuk dan makna bersifat arbitrer dan
konvensional. Bahasa bersifat arbitrer
artinya semaunya/sesukanya. Tidak ada
hubungan yang wajib antara bentuk dan
makna. Bahasa bersifat arbitrer
menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan klausal, logis, alamiah atau
sejarah. Bahasa bersifat konvensional
menunjukkan adanya kesepakatan
bersama antarpenutur. Ini menunjukkan
bahwa bahasa sebagai alat komunikasi
juga diatur dalam konvensi tertentu.
4. Makna adalah konsep abstrak
pengalaman manusia tentang sesuatu,
tetapi makna bukan pengalaman setiap
individu (Wijana dan Rohmadi, 2008: 11).
Makna digunakan sebagai penghubung
bahasa dengan dunia luar sesuai dengan
kesepakatan penutur bahasa sehingga
antarindividu dapat saling mengerti
(Djayasudarma, 2012: 7).
5. Jenis-jenis makna yang dikemukan oleh
para ahli.
Makna Leksikal, leksem adalah satuan
dari leksikon. Jika leksikon disamakan
dengan kata atau perbendaharaan kata,
maka leksem juga dapat disamakan
dengan kata (Chaer, 1995: 60). Makna
leksikal adalah makna yang makna
sesungguhnya, sesuai dengan
referennya, sesuai dengan penglihatan
pancaindra.
Makna Gramatikal, berbeda dengan
makna leksikal yang dapat diidentifikasi
tanpa menggabungkan unsur lain,
makna gramatikal baru dapat
diidentifikasi setelah unsur kebahasaan
yang satu digabungkan dengan unsur
kebahasaan yang lainnya. Makna
gramatikal muncul karena adanya proses
gramatikal. Makna ini terjadi karena
adanya hubungan antarunsur bahasa
dalam satuan yang lebih besar, misalnya
kata turunan, frasa, atau klausa.
Makna Referensial, referensi
berhubungan dengan sumber acuan.
Makna referensial berkaitan langsung
dengan sumber yang menjadi acuan.
Makna ini mempunyai hubungan dengan
makna yang telah disepakati bersama.
Misalnya, kata air termasuk dalam
makna referensial. Makna air mengacu
pada cairan jernih yang tidak berwarna,
tidak berasa, dan tidak berbau,
diperlukan oleh manusia, hewan, dan
tumbuhan, secara kimiawi mengandung
hidrogen dan oksigen.
Makna kata kertas memiliki makna
referensial, yaitu mengacu pada sebuah
lembaran yang terbuat dari bubur kayu,
jerami, rumput, dan sebagainya yang
biasanya digunakan untuk menulis atau
dijadikan pembungkus.
Makna Nonreferensial, makna
nonreferensial adalah makna yang tidak
memiliki acuan. Misalnya, kata dan,
atau, karena termasuk dalam makna
nonreferensial karena tidak memiliki
acuan atau referen.
Makna Denotatif, makna denotatif
adalah makna yang sesungguhnya,
makna dasar yang merujuk pada makna
yang lugas atau dasar dan sesuai dengan
kesepakatan masyarakat pemakai
bahasa (Suwandi, 2008: 80). Makna
denotasional berhubungan dengan
informasi faktual yang objektif. Kata ibu
dan mak, kata ayah dan bapak memiliki
makna denotasi yang sama, namun
memiliki nilai yang berbeda. Dalam
penggunaannya di masyarakat, kata ibu
memiliki nilai rasa yang lebih tinggi
dibandingkan kata mak. Kata ayah juga
memiliki nilai rasa yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kata bapak.
Mungkin kita akan bertanya mengapa
dalam penggunaanya bisa terjadi
demikian. Dalam masyarakat makna
sebuah kata dapat memiliki nilai rasa
tambahan karena pandangan dan nilai
rasa yang dimiliki budaya masyarakat.
Akibatnya, ada beberapa makna yang
memiliki makna tambahan karena
dipengaruhi faktor nilai rasa dan budaya
pemakainnya.
Makna Konotatif, makna denotasi sering
disandingkan dengan makna konotasi.
Konotasi sebagai sebuah leksem,
merupakan seperangkat gagasan atau
perasaan yang mengelilingi leksem
tersebut dan juga berhubungan dengan
nilai rasa yang ditimbulkan oleh leksem
tersebut. Nilai rasa berhubungan dengan
rasa hormat, suka/senang, jengkel,
benji, dan sebagainya (Suwandi, 2008:
83). Lebih lanjut Suwandi memberikan
contoh pemakaian kata langsing dan
kurus yang memiliki makna denotatif
yang sama.
Makna Literal, dalam makna literal,
makna sebuah satuan bahasa belum
mengalami perpindahan makna pada
referen yang lain.
Makna Figuratif, makna figuratif adalah
makna yang menyimpang dari
referennya. Dalam makna figuratif,
makna satuan disimpangkan dari referen
yang sesunggunya.
Makna Primer, Wijana dan Rohmadi
(2008: 26) menjelaskan bahwa makna-
makna yang dapat diketahui tanpa
bantuan konteks disebut makna primer.
Makna primer misalnya terdapat pada
kata lantai, tembok, jendela yang
mengacu pada bagian dari sebuah
rumah.
Makna Sekunder, Makna satuan
kebahasaan yang baru dapat
didentifikasikan dengan bantuan konteks
disebut makna sekunder. Makna
sekunder misalnya terdapat pada kata
benalu yang merujuk pada orang yang
menumpang hidup kepada orang lain.
Makna ini tidak mengacu pada makna
primer.

6. Hubungan Bentuk dan Makna


Ketika kita melakukan tindak berbahasa,
kita kadangkala menemukan adanya
relasi atau hubungan antara satuan
bahasa yang satu dengan yang lainnya.
Relasi makna ini dapat berkaitan dengan
kesamaan makna (sinonim), kebalikan
makna (antonim), perbedaan makna
(homonim), kegandaan makna (polisemi
atau ambiguitas), ketercakupan makna
(hiponim), dan kelebihan makna
(rudundansi).
Sinonim, sinonim adalah bentuk bentuk
bahasa yang memiliki makna kurang
lebih sama atau mirip, atau sama dengan
bentuk lain. Kesamaan makna tersebut
berada pada tataran kata, frasa, klausa,
atau kalimat (Kridalaksana, 1984: 179).
Kadangkala kita sering mendengar
pernyataan bahwa sinonim adalah dua
buah kata atau lebih yang memiliki
kesamaan makna. Menurut Suwandi
(2008: 102) pernyatan tersebut kurang
tepat. Alasannya adalah makna dalam
sinonim belum tentu sama persis. Selain
itu, pasangan satuan bahasa yang
bersinonim itu beragam, mulai morfem,
kata, frasa, hingga kalimat.
Antonim, antonimi merupakan
hubungan di antara kata-kata yang
dianggap memiliki pertentangan makna
(Djayasudarma, 2012: 73). Adanya
pertentangan makna dalam antonimi
menunjukkan bahwa hubungan dua
buah kata yang berlawan bersifat dua
arah. Misalnya, kata baik berantonim
dengan buruk, maka kata buruk
berantonim dengan baik; kata jauh
berantonim dengan dekat, maka kata
dekat berantonim dengan jauh.
Homonim, homonimi berasal dari kata
Yunani kuno onoma ‘nama’ dan homo
‘sama’. Hominimi berarti nama yang
sama untuk benda atau hal yang lain’.
Dengan kata lain, homonimi adalah
hubungan antara kata yang ditulis dan
atau dilafalkan dengan cara yang sama
dengan kata yang lain, tetapi maknanya
tidak saling berhubungan (Kridalaksana,
1984: 68). Misalnya kata buku yang
memiliki dua makna: 1) lembar kertas
yang berjilid, biasanya berisi tulisan, 2)
tempat pertemuan dua ruas (jari, buluh,
tebu). Relasi antara lembar kertas dan
tempat pertemun dua ruas disebut
sebagai homonim.
Polisemi, polisemi adalah satuan bahasa
yang memiliki lebih dari satu. Misalnya,
misalnya kata ibu bermakna: 1) wanita
yang melahirkan seorang anak, 2) sapaan
untuk wanita yang sudah bersuami, 3)
bagian yang pokok;--jari 4) yang utama di
antara beberapa hal yang lain Perbedaan
homonimi dengan polisemi terletak pada
hubungan makna di dalamnya. Dalam
KBBI, penulisan kata yang berpolisemi
berbeda dengan kata yang berhomonim.
Jika homonim ditulis dengan entri yang
terpisah, maka makna kata yang
berpolisemi penulisannya dijadikan satu
dengan makna yang lainnnya.
Ambiguitas, dapat diartikan dengan
‘makna ganda’. Ambiguitas kadang
disamakan dengan polisemi. Lalu apakah
sama antara ambiguitas dengan polsemi?
Polisemi dan ambiguitas memang sama-
sama memiliki makna lebih dari satu,
namun keduanya memiliki perbedaan.
Makna dalam polisemi berada pada
tataran kata, sedangkan makna dalam
ambiguitas berasal dari frasa atau
kalimat yang terjadi karena penafsiran
yang berbeda.
Redundansi, istilah redundansi sering
diartikan sebagai sesuatu yang belebih-
lebihan, misalnya berlebihan pemakaian
unsur segmental dalam kalimat
2 Daftar materi yang sulit 1. Antonim
dipahami di modul ini 2. Sinonim
3 Daftar materi yang sering 1. Ambiguitas, dapat diartikan dengan
mengalami miskonsepsi ‘makna ganda’. Ambiguitas kadang
disamakan dengan polisemi. Lalu apakah
sama antara ambiguitas dengan polsemi?
Polisemi dan ambiguitas memang sama-
sama memiliki makna lebih dari satu,
namun keduanya memiliki perbedaan.
Makna dalam polisemi berada pada
tataran kata, sedangkan makna dalam
ambiguitas berasal dari frasa atau
kalimat yang terjadi karena penafsiran
yang berbeda.
2. Redundansi, istilah redundansi sering
diartikan sebagai sesuatu yang belebih-
lebihan, misalnya berlebihan pemakaian
unsur segmental dalam kalimat

JAWABAN TUGAS TERSTRUKRUKTUR/LATIHAN/FORUM DISKUSI


KEGIATAN BELAJAR 1
HUBUNGAN BENTUK DAN MAKNA KATA

Forum Diskusi
Setelah Anda mempelajari materi tentang jenis-jenis makna dan hubungan antara bentuk dan
makna, bentuklah kelompok diskusi di dalam kelas.
Diskusikanlah hal-hal berikut.
1. Jelaskan siapa saja atau profesi apa saja yang dapat memanfaatkan pengetahuannya
mengenai jenis-jenis makna dan hubungan bentuk dan makna?
2. Jelaskan satuan bahasa yang memiliki bentuk yang sama, namun makna berbeda dan
bentuk berbeda, namun memiliki makna yang sama!
Kegiatan Belajar 2 : EUFEMISME

Judul Modul Modul 2 Profesional


Judul Kegiatan Belajar (KB) EUFEMISME
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. Perubahan Makna
dipelajari 2. Faktor Penyebab Perubahan Makna:
Faktor Kebahasaan, Faktor Kesejarahan,
Faktor Sosial, Faktor Sosial, Faktor
Psikologi, Pengaruh Bahasa Asing, dan
Kebutuhan Kosakata Baru.
3. Jenis-Jenis Perubahan Makna: perluasan
makna, penyempitan makna, peninggian
makna, penurunan makna, pertukaran
makna, persamaan makna, dan metafora.
4. Eufemisme, secara etimologi, eufemisme
berasal dari bahasa Yunani eu bermakna
‘bagus’ dan phemeoo bermakna
‘berbicara’. Dengan demikian, eufemisme
bermakna berbicara dengan
menggunakan perkataan yang halus dan
sopan sehingga memberikan kesan yang
baik. Konsep eufemisme mengacu pada
penggantian suatu bentuk yang bernilai
rasa kasar dengan bentuk yang dirasa
lebih halus dan sopan. Dengan kata lain,
eufemisme digunakan dalam
berkonumikasi agar tuturan menjadi
sopan dan halus sehingga dapat
memberikan kesan yang baik (Fromklin
dan Rodman melalui Ohuiwutun, 1997:
96).

2 Daftar materi yang sulit Disfemisme berhubungan dengan


dipahami di modul ini pengasaran, tuturan yang dapat
menyakitkan mitra tutur. Pengasaran ini
terjadi ketika seorang penutur berada.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan makna adalah sebagai berikut:
1) faktor kebahasaan,
2) faktor kesejarahaan,
3) faktor sosial,
4) faktor psikologis,
5) pengaruh bahasa asing, dan
5) kebutuhan kosakata baru.

3 Daftar materi yang sering Jenis-jenis perubahan makna, yaitu:


mengalami miskonsepsi 1) perluasan makna,
2) penyempitan makna,
3) peninggian makna,
4) penurunan makna,
5) pertukaran makna, dan
6) metafora.
TUGAS TERSTRUKTUR/ LATIHAN/FORUM DISKUSI

Forum Diskusi
Setelah Anda mempelajari materi perubahan makna, eufemisme, dan disfemisme.
Lakukanlah hal-hal berikut. 1.
1. Bukalah salah satu tayangan video yang viral di youtube, kemudian buka bagian
komentar. Diskusikan penggunaan bahasa yang digunakan oleh para komentator.
Kaitkan dengan materi yang telah Anda pelajari! 2.
2. Diskusikan apa manfaat seorang siswa atau guru mempelajari perubahan makna!
Kegiatan Belajar 3 : WACANA
Judul Modul Modul 2 Profesional
Judul Kegiatan Belajar (KB) WACANA
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. Wacana melibatkan unsur segmental dan
dipelajari nonsegmental. Sebagai wujud penggunaan
bahasa dalam kegiatan berkomunikasi, wacana
tidak hanya menggunakan seperangkat alat
linguistik, seperti: fonem, morfem, kata, frasa,
klausa, dan kalimat, tetapi juga memperhatikan
konteks tuturan. Agar tercipta wacana yang
padu dan utuh, aspek kohesi dan koherensi juga
perlu diperhatikan agar wacana agar terbentuk
teks yang baik.
2. Kohesi, kohesi merupakan aspek formal dalam
sebuah teks. Kohesi digunakan sebagai
penanda hubungan antarkalimat dalam teks.
Alwi dkk. (2014: 440) menyatakan bahwa
kohesi merupakan hubungan perkaitan
antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit
oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik
dalam kalimat-kalimat yang membentuk
wacana
2 Daftar materi yang sulit 1. Proposisi-proposisi dapat membentuk wacana
dipahami di modul ini yang koheren dengan memanfaatkan piranti
kohesi.
3 Daftar materi yang sering 1.
mengalami miskonsepsi

Forum Diskusi
Setelah Anda mempelajari materi tentang konsep wacana, kohesi dan koherensi, langkah
berikutnya lakukanlah hal-hal berikut
1. Carilah iklan baris di koran, lakukan analisis apakah iklan baris tersebut termasuk
wacana atau bukan.
2. Analisis iklan baris tersebut dengan menggunakan teori kohesi dan koherensi.
Kegiatan Belajar 4 : PRAGMATIK
Judul Modul Modul 2 Profesional
Judul Kegiatan Belajar (KB) PRAGMATIK
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. Berkaitan dengan pragmatik, Brown &
dipelajari Yule (1983: 27) menjelaskan bahwa
dalam menganalisis wacana semestinya
menggunakan pendekatan pragmatis
untuk memahami pemakaian bahasa.
Sementara itu, Levinson (1985: 1)
menjelaskan bahwa pragmatik adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara
lambang dengan penafsirannya.
Berdasarkan definisi ini dapat
disimpulkan bahwa untuk memahami
sebuah ungkapan atau ujaran bahasa,
diperlukan juga suatu pengetahuan di
luar makna dan hubungan tata
bahasanya, yaitu hubungan dengan
konteks pemakai bahasa.
2. Prinsip kesantunan yang dikemukakan
oleh Leech (1983) direalisasikan ke
dalam enam maksim, yaitu 1) maksim
kebijaksanaan mengatur penutur
meminimalkan kerugian pada atau
memberikan keuntungan kepada orang
lain sebesar mungkin, 2) maksim
kedermawanan mengatur agar penutur
membuat keuntungan diri sendiri sekecil
mungkin dan membuat kerugian diri
sebesar mungkin, 3) maksim pujian
mengatur agar penutur sedikit
memberikan kecaman dan banyak
memberikan pujian kepada orang lain,
4) kerendahan hati mengatur mengatur
peserta tutur untuk bersikap rendah
hati, yaitu mengurangi pujian terhadap
diri sendiri, dan 5) maksim kesepakatan
mengatur peserta tutur untuk
memberikan kesepakatan antara diri
sendiri dan orang lain sebanyak
mungkin.
2 Daftar materi yang sulit 1. Prinsip kesantunan yang dikemukakan
dipahami di modul ini oleh Leech (1983) direalisasikan ke
dalam enam maksim, yaitu maksim
kearifan, kedermawanan, pujian,
kerendahan hati, dan kesepakatan.
3 Daftar materi yang sering Prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh
mengalami miskonsepsi Leech (1983) direalisasikan ke dalam enam
maksim, yaitu maksim kearifan,
kedermawanan, pujian, kerendahan hati,
dan kesepakatan
Forum Diskusi
Setelah Saudara mempelajari konsep pragmatik, prinsip kerja sama, dan kesantunan, maka
lakukanlah hal-hal berikut ini.
1. Buatlah kelompok diskusi kelas. Diskusikan topik tentang pengangkatan Nadiem
Makarim, pemilik Gojek, menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Perhatikan
para peserta kelompok diskusi ketika melakukan tuturan. Analisis prinsip kerja sama
dan kesopanan para peserta diskusi.
2. Tontonlah sebuah acara hiburan di youtube. Simak baik-baik percakapan antartokoh.
Berikan kesimpulan mengenai prinsip kerja sama dan kesantuan yang dilakukan
antartokoh.
LK : Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Profesional Modul 6

Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar Teks Berbasis Genre


No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari 1. . Genre adalah konsep
pengorganisasian untuk praktik budaya.

2. Kajian teks berbasis genre menjadi


penting dipelajari dan diintegrasikan
dalam kurikulum, dalam Kurikulum
2013, Kompetensi Dasar 3 dan 4 disusun
berdasarkan genre teks. Pada setiap
teks, kompetensi dimulai dari
mengidentifikasi unsur, menelaah
struktur dan aspek kebahasaan teks,
menyimpulkan, serta menyajikan teks.
Dari peta sebaran genre teks pada
kurikulum jenjang SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK ada berbagai jenis teks
yang dipelajari. Ada tujuh jenis teks yang
dipelajari pada kedua jenjang tersebut,
yakni teks laporan hasil observasi,
eksposisi, prosedur, eksplanasi,
cerpen, puisi, dan drama.

3. Teks laporan hasil observasi merupakan


teks yang memberikan informasi secara
umum tentang sesuatu berdasarkan fakta
dari hasil pengamatan secara langsung.

4. Teks eksposisi yaitu sebuah paragraf atau


karangan yang di dalamnya mengandung
sejumlah informasi yang isi dari paragraf
tersebut ditulis dengan tujuan untuk
menjabarkan atau memberikan
pengertian dengan gaya penulisan yang
singkat, padat dan akurat.

5. Teks prosedur diartikan sebagai teks yang


berisi cara, tujuan untuk membuat atau
melakukan sesuatu hal dengan langkah
demi langkah yang tepat secara berurutan
sehingga menghasilkan suatu tujuan yang
diinginkan.
6. Teks eksplanasi adalah teks yang berisi
tentang proses mengapa dan bagaimana
suatu peristiwa alam, ilmu pengetahuan,
sosial, budaya, dan juga lainnya bisa
terjadi.

7. teks cerpen atau cerita pendek adalah


bentuk karya fiksi berupa kisah tentang
manusia dan seluk beluknya lewat tulisan
pendek.

8. Puisi dikenal sebagai suatu karya sastra


tertulis dimana isinya merupakan
ungkapan perasaan seorang penyair
dengan menggunakan bahasa yang
bermakna semantis serta mengandung
irama, rima, dan ritma dalam penyusunan
larik dan baitnya.

9. Teks drama adalah suatu teks cerita


yang dipentaskan di atas panggung atau
biasa disebut teater ataupun tidak
dipentaskan di atas panggung seperti
drama radio, televisi, dan film.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. ….
di modul ini 2. …

3 Daftar materi yang sering 1. Beberapa pendapat para ahli


mengalami miskonsepsi tentang konsep genre
Judul Modul Profesional Modul 6

Judul Kegiatan Belajar (KB) 2. Genre Teks Fiksi dalam Kurikulum


2013
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari 1. Telaah genre teks berfokus pada
struktur retorik dan kaidah
kebahasaan serta contoh aplikasi
telaahnya untuk mengajarkan genre
teks fiksi
2. Adapun teks untuk jenjang SMP/MTs
antara lain: cerita imajinasi/fantasi,
puisi rakyat, fabel, puisi, drama,
cerpen, serta cerita inspirasi
3. Untuk jenjang SMA/MA/SMK genre
teks adalah anekdot, hikayat, puisi,
cerpen, drama, dan novel
4. Orientasi, konflik, resolusi, ending
merupakan struktur retorik cerita
imajinasi/fantasi.
5. Jumlah baris, jumlah kata,
pengulangan kata, jumlah baris dalam
setiap bait, rima merupakan
karakteristik unsur puisi (rakyat).
6. Struktur retorik fabel antara lain;
orientasi, komplikasi, resolusi
dan koda
7. Struktur lahir dan struktur batin
merupakan karakteristik teks puisi.
8. Prolog, dialog, epilog adalah struktur
retorik drama.
9. Abstrak, orientasi, komplikasi,
evaluasi, resolusi, koda adalah
struktur retorik cerpen dan novel.
10. Orientasi, rangkaian peristiwa,
komplikasi, resolusi, koda merupakan
struktur retorik cerita inspirasi.
11. Abstraksi, orientasi, event, krisis,
reaksi, koda adalah struktur teks
anekdot.
12. Tema, penokohan, latar, pertentangan,
sudut pandang merupakan struktur
teks hikayat.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 3. ….
di modul ini 4. …

3 Daftar materi yang sering Tiap-tiap genre teks memiliki struktur


mengalami miskonsepsi retorika yang menjadi ciri khas masing-
masing teks, sehingga menjadi dikan
mereka dapat di sebut teks fantasi,
atau drama atau bahkan hikayat. Oleh
sebab itu guru harus menyampaikan
pada peserta didik dengan teliti
sehingga peserta didik dapat
memahami dan membedakan tiap-tiap
teks tersebut berdasrkan struktur
retorikanya.

Judul Modul Profesional Modul 6

Judul Kegiatan Belajar (KB) 3. Genre Teks Nonfiksi dalam


Kurikulum 2013
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari 1. Telaah genre teks berfokus pada
struktur retorik dan kaidah kebahasaan
serta contoh aplikasi telaahnya untuk
mengajarkan genre teks nonfiksi.
2. teks untuk jenjang SMP/MTs antara
lain: teks deskripsi, prosedur,
laporan hasil observasi, berita,
eksposisi, eksplanasi, dan pidato
persuasif.
3. jenjang SMA/MA/SMK genre teks
yang akan dibahas adalah laporan
hasil observasi, eksposisi, negosiasi,
prosedur, eksplanasi, resensi, dan
editorial
4. Identifikasi, klasifikasi, deskripsi
bagian, dan penutup merupakan
struktur retorik teks deskripsi.
5. Tujuan, material, dan langkah-langkah
merupakan struktur retorik teks
prosedur.
6. Deskripsi umum, deskripsi bagian,
deskripsi manfaat, penutup
merupakan struktur retorik teks
laporan hasil observasi.
7. Teks berita memuat struktur
orientasi, peristiwa, sumber berita.
8. Judul, pernyataan umum,
argumentasi, penegasan ulang
merupakan struktur retorik teks
eksposisi.
9. Pernyataan umum, penjelas,
interpretasi/penutup adalah struktur
retorik teks eksplanasi.
10. Salam pembuka, pendahuluan, isi,
penutup adalah struktur retorik pidato
persuasif.
11. Negosiator, pembuka, isi, penutup
merupakan struktur retorik teks
negosiasi.
12. Struktur resensi memuat identitas,
orientasi, sinopsis, analisis, evaluasi.
13. Struktur retorika teks editorial
antara lain; penrnyataan
pendapat, argumentasi,
penegasan ulang pendapat
2 Daftar materi yang sulit dipahami
di modul ini
3 Daftar materi yang sering
mengalami miskonsepsi

Judul Modul Profesional Modul 6

Judul Kegiatan Belajar (KB) 4. Penyusunan Perangkat penbelajaran


Teks Be
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari 1. Penyusunan perangkat pembelajaran
teks berbasis genre harus
memperhatikan genre teks pada tiap
jenjang kelas.
2. Telaah struktur teks dan kaidah
kebahasaan menjadi tuntutan
kompetensi yang harus dikuasi siswa.
3. Pengembangan materi pembelajaran
harus sesuai dengan IPK.
4. Pengembangan media banyak
mengacu landasan teori penggunaan
media Dale’s Cone of Experience.
5. Langkah kegiatan pembelajaran
terdiri dari pendahuluan, inti, dan
penutup.
6. LKPD merupakan lembar-lembar
yang menilai capaian kompetensi.
LKPD harus disertai dengan petunjuk
atau langkah-langkah yang jelas.

7. Penilaian pembelajaran meliputi penilaian


proses dan hasil.

2 Daftar materi yang sulit dipahami


di modul ini
3 Daftar materi yang sering
mengalami miskonsepsi
LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri (Modul 5 Profesional)
Judul Modul KETRAMPILAN BERBAHASA
PRODUKTIF
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Keterampilan Berbicara
2. Pembelajaran Keterampilan Berbicara
3. Keterampilan Menulis
4. Pembelajaran Keterampilan Menulis
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah A. Peta Konsep
dan definisi) di modul ini Modul 5 yang berjudul Keterampilan
Berbahasa Produktif ini, disajikan
dalam 4 KB (Kegiatan Belajar) sebagai
berikut:
1. Keterampilan Berbicara
a. Hakikat Keterampilan Berbicara
b. Faktor-faktor Penunjang
Keterampilan Berbicara
c. Persiapan dan Strategi
Keterampilan Berbicara
d. Ragam Keterampilan Berbicara
2. Pembelajaran Keterampilan
Berbicara
a. Prinsip Pembelajaran
Keterampilan Berbicara
b. Metode Pembelajaran
Keterampilan Berbicara
c. Evaluasi Pembelajaran
Keterampilan Berbicara
d. Keterampilan Berbicara dalam
Pembelajaran
3. Keterampilan Menulis
a. Konsep Dasar Menulis
b. Ragam dan Faktor-faktor
Pendukung Menulis
c. Pendekatan Proses Menulis
d. Cara Penggalian Ide Menulis
4. Pembelajaran Keterampilan Menulis
a. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Keterampilan Menulis
b. Model Pembelajaran Menulis
c. Penilaian Keterampilan Menulis
Berbagai Ragam Teks
d. Keterampilan Menulis dalam
Pembelajaran
B. Istilah dan Definisi

KEGIATAN BELAJAR 1 KETERAMPILAN


BERBICARA

1. Berbicara merupakan kegiatan komunikasi


lisan yang mengikutsertakan sebagian besar
dari anggota tubuh kita
2. Menurut Dipodjojo (1982), komunikasi lisan
merupakan kegiatan individu dalam usaha
menyampaikan pesan secara lisan kepada
individu lain, sekelompok orang, yang disebut
audience atau majelis.
3. Tata Bunyi yaitu ketepatan ucapan
4. Tempo yaitu cepat lambat suara
5. Dinamik suara yaitu intonasi, tekanan, dan
aksen suara.
6. Kata berona, yaitu kata-kata yang dapat
melukiskan sikap dan perasaan, atau keadaan.
7. Bahasa yang figuratif, yaitu bahasa yang
dibentuk sedemikian rupa sehingga
menimbulkan kesan yang indah (gaya
bahasa).
8. Kata-kata tindak (action words), yaitu kata
kerja yang mendeskripsikan tindakan fisik dan
mental.
9. Kalimat adalah kata-kata yang mengandung
pengertian
10. Kalimat yang benar adalah kalimat yang
memenuhi persyaratan gramatikal, yaitu harus
disusun berdasarkan kaidah yang berlaku
11. Kalimat yang baik adalah kalimat yang
sesuai dengan konteks dan situasi yang
berlaku.
12. Kalimat yang tepat adalah kalimat yang
dibangun dari pilihan kata yang tepat, disusun
menurut kaidah yang benar, dan digunakan
dalam situasi yang tepat pula.
13. Mimik adalah ekspresi wajah yang
berhubungan dengan perasaan yang
terkandung dalam hati
14. Gestureadalah bahasa tubuh
15. Impromptu (spontan) adalah metode pidato
dimana pembicara tidak ada persiapan untuk
bicara, jadi sifatnya spontan.
16. Hafalan adalah metode pidato dimana
sebelum bicara pembicara telah
mempersiapkan naskah pidatonya, kemudian
menghafalkannya kata demi kata.
17. Naskah adalah metode pidato dimana
pembicara membacakan naskah/teks yang
telah disusunnya.
18. Ekstemporan (tanpa teks) adalah metode
pidato dimana pembicara hanya membawa
catatan-catatan penting yang akan
disampaikan ketika dipanggung.
19. Retorika yaitu kemampuan untuk memilih
dan menggunakan bahasa dalam situasi
tertentu secara efektif untuk mempersuasi
orang lain seseorang (Aristoteles)
20. Retorika adalah suatu istilah secara
tradisional yang diberikan pada suatu teknik
pemakaian bahasa sebagai seni yang
didasarkan pada suatu pengetahuan yang
tersusun baik. (Gorys Keraf)
21. Retorika adalah kesenian untuk berbicara
baik yang digunakan dalam proses
komunikasi antarmanusia(Hendrikus (1991))
22. Retorika adalah gabungan yang serasi
antara pengetahuan, pikiran, kesenian dan
kesanggupan berbicara
23. Dalam bahasa populer, retorika berarti
pada tempat yang tepat, pada waktu yang
tepat, atas cara yang lebih efektif,
mengucapkan kata-kata yang tepat, benar dan
mengesankan.
24. Retorika berarti kesenian untuk berbicara
dengan baik. (Dipodjojo, 1982:66).
25. Berpidato adalah jenis berbicara yang
bersifat satu arah.
26. Ceramah adalah keterampilan berbicara
satu arah.
27. Bercerita adalah rangkaian peristiwa yang
disampaikan secara lisan, baik dari kejadian
nyata (nonfiksi) ataupun tidak nyata (fiksi).
28. Deklamasi berasal dari bahasa Inggris
“declamation” yang terbentuk dari kata kerja
“to declaim” yang berarti berbicara dengan
penjiwaan dan perasaanyang mendalam.
29. Berdeklamasi adalah berbicara yang
memiliki sifat dan gaya yang khas.
30. Berbicara dialektika adalah keterampilan
menuangkan hasil pikiran secara teratur, logis,
dan teliti yang diawali dengan tesis, antitesis,
dan sintesis melalui Bahasa lisan.
31. Diskusi berasal dari kata discussus (Latin)
yang berarti bertukar pendapat.
32. Seminar adalah jenis berbicara yang
berlangsung antara seorang pembicara dengan
beberapa orang penyimak.
33. Wawancara adalah suatu percakapan
antara dua atau lebih yang dilakukan oleh
pewawancara dan narasumber
34. Percakapan (talkshow) dilakukan dua
orang atau lebih oleh moderator kepada
narasumber.
35. Debat adalah kegiatan berbicara dalam
bentuk dua arah.

KEGIATAN BELAJAR 2 PEMBELAJARAN


KETERAMPILAN BERBICARA

1. Metode pembelajaran merupakan teknik


penyajian yang dikuasai oleh seorang guru
untuk menyajikan materi pelajaran kepada
murid di dalam kelas baik secara individual
atau secara kelompok agar materi pelajaran
dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan
oleh peserta didik dengan baik. Ahmadi dan
Prastya (2005:52)
2. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai
cara atau pola yang khas dalam
memanfaatkan berbagai prinsip dasar
pendidikan serta berbagai teknik dan
sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses
pembelajaran pada diri pembelajar Ginting
(2008: 42)
3. Pendekatan Saintifik adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang supaya peserta
didik secara aktif mengkonstruksi konsep,
hukum, atau prinsip melalui kegiatan
mengamati, merumuskan masalah,
mengajukan/merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengkomunikasikan (Hosnan, 2014)
4. Metode Two Stay Two Stray, memungkinkan
setiap kelompok untuk saling berbagi
informasi dengan kelompok-kelompok lain
(Huda (2014: 140).
5. Main peran atau role playing merupakan
suatu kegiatan berupa penampilan tingkah
laku, sifat, watak, dan perangai suatu peran
tertentu untuk menciptakan suatu imajinasi
yang dapat melukiskan peristiwa yang
sebenarnya. Soeparno (2008: 101)
6. Media Kartu Bergambar (Flash card) Kartu
merupakan sebuah media yang terbuat dari
kertas dengan ukuran tertentu yang digunakan
sebagai alat peraga untuk keberhasilan proses
pembelajaran di sekolah
7. Flash card adalah kartu-kartu bergambar yang
dilengkapi kata-kata.
8. Penilaian merupakan suatu proses untuk
mengetahui apakah keluaran suatu program
telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang
sudah ditentukan,
9. Pengukuran adalah penilaian yang berupa
data-data kuantitatif.
10. Tes adalah cara untuk mendapatkan informasi
tentang peserta didik
11. Afektif adalah penilaian sikap
12. Aspek pengetahuan adalah aspek untuk
menilai kemampuan siswa atau pelajar
terhadap penguasaan suatu materi yang
diberikan.
13. Silabus merupakan acuan penyusunan
kerangka pembelajaran untuk setiap bahan
kajian mata pelajaran
14. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara
kategorial mengenai kompetensi dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
harus dipelajari peserta didik untuk suatu
jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran
15. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan
spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang terkait muatan atau
mata pelajaran,
16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap
muka untuk satu pertemuan atau lebih

Kegiatan Belajar 3
KETERAMPILAN MENULIS
1. Menulis merupakan kemampuan seseorang
menuangkan ide, gagasan atau gambaran yang
ada di dalam pikiran manusia dalam bentuk
karya tulis yang dapat dibaca, dipahami dan
dimengerti orang lain.
2. Esai adalah tulisan yang membahas satu
masalah berdasarkan pemikiran sudut pandang
penulisnya.
3. Makalah adalah karangan yang membahas
suatu masalah secara logis, sistematis, dan
lengkap
4. Artikel adalah karya tulis hasil pemikiran atau
penelitian yang disajikan secara jelas,
sistematis dan sesuai dengan kaidah penulisan
yang berlaku.
5. Proposal merupakan karya tulis yang berisi
rancangan kegiatan atau rancangan penelitian
sebelum kegiatan/penelitian dilaksanakan
6. Laporan merupakan suatu macam dokumen
yang menyampaikan informasi mengenai
sebuah masalah yang telah atau tengah
diselidiki, dalam bentuk fakta-fakta yang
diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang
akan diambil
7. Ragam karya tulis faktual merupakan sebuah
proses komunikasi atau pemberian ide,
gagasan, dan pikiran dalam bentuk bahasa tulis
berdasarkan fakta-fakta.
8. Teks deskripsi merupakan suatu bentuk
karangan yang melukiskan sesuatu sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya sehingga
pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar,
meraba, mencium, dan merasakan) apa yang
dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.
9. Teks narasi atau naratif merupakan karangan
yang menyajikan serangkaian peristiwa atau
kejadian menurut urutan terjadinya atau
kronologis dengan maksud memberi makna
kepada sebuah atau rentetan kejadian sehingga
pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.
10. Teks eksposisi merupakan karangan yang
bertujuan untuk mengklarifikasi, menjelaskan,
mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan
dalam rangka memberikan informasi kepada
pembaca.
11. Teks eksplanasi merupakan karangan yang
menyajikan proses terjadinya atau terbentuknya
suatu fenomena alam atau sosial.
12. Teks prosedur merupakan karangan yang
berisi rangkaian kejadian atau peristiwa yang
disajikan secara runtut
13. Kata adalah unsur bebas terkecil yang
bermakna.
14. Keraf (2004:21) menyatakan bahwa kata
merupakan suatu unit dalam bahasa yang
memiliki stabilitas inter dan mobilitas
posisional, yang berarti ia memiliki komposisi
tertentu (fonologi atau morfologi) dan secara
relatif memiliki distribusi yang bebas.
15. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan
penulis membedakan secara tepat nuansa
makna dengan gagasan yang ingin disampaikan
kepada pembaca
16. Kalimat efektif merupakan satuan bahasa
(kata-kata) untuk menyampaikan pesan,
gagasan, dan perasaan sesuai dengan maksud
penulis dan kaidah penulisan kalimat.
17. Kesatuan kalimat adalah terdapatnya satu
ide pokok dalam sebuah kalimat.
18. Kepaduan kalimat adalah hubungan timbal
balik yang tepat antarunsur pembentuk kalimat.
19. Kesejajaran atau kepararelan adalah
pemakaian bentuk gramatikal yang sama untuk
bagian-bagian kalimat tertentu atau terdapatnya
unsur-unsur yang sama derajatnya dengan pola
kalimat yang sama.
20. Ketepatan adalah kesesuaian pemakaian
unsur-unsur yang membangun suatu kalimat
sehingga terbentuk pengertian bulat dan pasti.
21. Kelogisan adalah penalaran atau alur
berpikir yang masuk akal
22. Paragraf merupakan sekumpulan kalimat
yang dirangkai atau dihubungkan sehingga
membentuk suatu gagasan tertentu.
23. Kalimat pokok adalah kalimat inti yang
memuat ide atau gagasan dari sebuah paragraf.
24. Kalimat inti berisi suatu pernyataan yang
akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat
lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.
25. Kalimat penjelas adalah kalimat yang
memberikan penjelasan tambahan atau detail
rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.
26. Pengembangan gagasan secara
internal/deduktif adalah pengembangan
paragraf yang terjadi di dalam satu paragraf
dalam bentuk pengembangan gagasan dasar ke
dalam gagasan pengembang yang dilanjutkan
dengan pengembangan kalimat topik ke dalam
kalimat-kalimat pengembang.
27. Paragraf secara eksternal/induktif adalah
pembentukan paragraf dalam teks dikaitkan
dengan paragraf yang lain
28. The appeal target audience yaitu
menentukan target pembaca
29. A coherent structure yaitu struktur tulisan
yang koheren
30. A smooth, detailed development
(ketuntasan pengembangan masalah tulisan),
dan
31. An appropriate, well articulated style
(gaya tulisan yang menarik)
32. Pramenulis adalah tahap persiapan untuk
menulis.
33. Kegiatan menulis adalah mengungkapkan
fakta-fakta, gagasan, sikap, pikiran, argumen,
perasaan dengan jelas dan efektif kepada
pembaca (Keraf, 63 2004:34)
34. Pascapenulisan merupakan tahap
penghalusan dan penyempurnaan tulisan kasar
yang dihasilkan.
35. Tompkins dan Hosskisson (1995:57)
menyatakan bahwa penyuntingan adalah
pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik
karangan seperti ejaan, puntuasi, diksi,
pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, dan
konvensi penulisan lainnya.
36. Penyuntingan merupakan kegiatan
merevisi atau perbaikan tulisan.
37. Kevin Byron merangkum kiat untuk
menemukan ide yaitu SCAMPER, dengan
(1) substitusi (substitute),
(2) kombinasi (combine),
(3) adaptasi (adapt),
(4) modifikasi (modify),
(5) gunakan untuk hal lain (Put to other uses),
(6) menghilangkan (eliminate),
(7) melakukan sebaliknya (reverse).
38. Model pembelajaran adalah prosedur atau
pola sistematis yang digunakan sebagai
pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang didalamnya terdapat strategi, teknik,
metode, bahan, media dan alat penilaian
pembelajaran

Kegiatan Belajar 4
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN
MENULIS

1. Model pembelajaran adalah prosedur atau pola


sistematis yang digunakan sebagai pedoman
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
didalamnya terdapat strategi, teknik, metode,
bahan, media dan alat penilaian pembelajaran.
2. Model pembelajaran memiliki lima unsur dasar,
yaitu
(1) syntax, yaitu langkah-langkah operasional
pembelajaran,
(2) social system, yakni suasana dan norma
yang berlaku dalam pembelajaran,
(3) principles of reaction, menggambarkan
bagaimana seharusnya guru memandang,
memperlakukan, dan merespons siswa,
(4) support system, segala sarana, bahan, alat,
atau lingkungan belajar yang mendukung
pembelajaran,
(5) instructional dan nurturant effects—hasil
belajar yang diperoleh langsung
berdasarkan tujuan yang disasar
(instructional effects) dan hasil belajar di
luar yang disasar (nurturant effects) (Joyce
& Weil, 1980).
3. Pendekatan Saintifik adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang agar peserta didik
secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum,
atau prinsip melalui kegiatan mengamati,
merumuskan masalah,
mengajukan/merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis data,
menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan
(Hosnan, 2014).
4. Model pembelajaran berbasis proyek
merupakan model pembelajaran yang
diorientasikan untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilan belajar siswa
melalui serangkaian kegiatan merencanakan,
melaksanakan penelitian, dan menghasilkan
produk tertentu yang dibingkai dalam suatu
wadah bernama proyek pembelajaran.
5. Inquiry didefinisikan sebagai “bertanya
tentang” atau “mencari informasi dengan cara
bertanya”, sedangkan dalam kamus American
Heritage,
6. Discovery disebut sebagai “tindakan
menemukan”, atau “sesuatu yang ditemukan
lewat suatu tindakan”.
7. CIRC merupakan salah satu strategi kooperatif
yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran
menulis dan seni berbahasa.
8. Model pembelajaran think pair and share
merupakan sebuah kegiatan pembelajaran
diskusi kelas yang dapat memberi kesempatan
peserta didik untuk berpikir, menanggapi dan
saling membantu

2 Daftar materi yang sulit 1. Metode pembelajaran keterampilan


dipahami di modul ini berbicara
2. Penerapan keterampilan berbicara
dalam proses pembelajaran
3. Cara penggalian ide dalam menulis
4. Penilaian keterampilan menulis dalam
berbgi ragm teks
5. Model-model pembelajaran bahasa

3 Daftar materi yang sering 1. Perbedaan antara pendekatan


mengalami miskonsepsi pembelajaran saintifik, inkuiri dan
discovery
2. Perbedaan antara artikel, jurnal,
makalah, esai
3. Perbedaan teks eksposisi dan ekplanasi
4. Perbedaan model pembelajaran problem
based learning dan model project based
learning
LK 0.1 : Lembar Kerja Belajar Mandiri

Modul 4 Profesional Modul 4 - Keterampilan


Berbahasa Reseptif
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1 1. Pengertian/Hakikat Menyimak
2. Proses Menyimak
3. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Menyimak
4. Jenis-jenis Menyimak
5. Strategi dan Teknik menyimak

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Butir Refleksi Daftar Peta 1. Keterampilan berbahasa adalah
Konsep (Istilah dan Definisi) di kemampuan bahasa yang meliputi,
modul ini. menyimak/memirsa, berbicara,
membaca, dan menulis.

2. Konsep menyimak biasanya identik


Pengertian/Hakikat Menyimak dengan “mendengarkan”. Akan tetapi,
sedikit berbeda dengan konsep
“mendengar”. Menyimak didefinisikan
sebagai kegiatan mendengarkan bunyi
bahasa secara sungguh-sungguh,
seksama, sebagai upaya untuk
memahami ujaran itu sebagaimana
yang dimaksudkan oleh pembicara
dengan melibatkan seluruh aspek
mental kejiwaan seperti
mengidentifikasi, menginterpretasi,
dan mereaksinya.

1. Proses menyimak merupakan proses


Proses Menyimak yang tidak saja melibatkan aspek fisik
tetapi juga aspek mental. Pandangan
kognitif menyatakan bahwa dalam
proses menyimak informasi linguistik
diproses oleh sejumlah kognitif:
perhatian 6 (attention), persepsi
(perception), dan ingatan (memory).
Informasi linguistik atau pesan yang
diperoleh diolah atau dipersepsi dan
dimaknai dengan cara
menghubungkan apa yang didengan
dan dilihat oleh penyimak dengan
pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya oleh penyimak (Goh,
2004).
Faktor-Faktor yang 1. Secara umum faktor-faktor tersebut
Mempengaruhi Menyimak dapat digolongkan ke dalam dua
golongan besar yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal,
yaitu penyimak sebagai penerima
pesan dan faktor eksternal berupa
segala sesuatu di luar penyimak yang
dapat memengaruhi pemahaman
terhadap pesan yang disampaikan di
dalam kegiatan menyimak tersebut
yaitu: pembicara, media yang
digunakan dalam menyampaikan
pesan dapat berupa bahasa
lisan/audio maupun gambar/visual,
serta lingkungan di sekitar
berlangsungnya proses menyimak.

2. Menyimak seperti halnya membaca


adalah keterampilan reseptif yaitu
keterampilan komunikasi yang
didominasi oleh pemahaman pesan
yang sampai.

Jenis-jenis Menyimak 1. Wolvin & Coakely menngolongkan


jenis menyimak dalam lima tipe yaitu:
a. Diskriminatif (discriminative)
bertujuan untuk membedakan
rangsang bunyi atau visual yang
merupakan dasar dari tujuan
menyimak.
b. Komprehensif (comprehensive)
bertujuan untuk memahami pesan,
dan merupakan menyimak yang
mendasari jenis menyimak yang
lain yaitu menyimak terapeutik,
menyimak kritis, dan menyimak
apresiatif.
c. Terapeutik (therapeutic),
menyimak untuk menyediakan
kesempatan untuk berbicara
melalui sebuah pemasalahan.
Contoh percakapan dokter debfab
pasien.
d. Kritis (critical), bertujuan untuk
mengevaluasi pesan.
e. Apresiatif (apreciative) bertujuan
untuk memperoleh kesenangan
melalui karya atau pengalaman
orang lain
Strategi dan Teknik menyimak 1. Terdapat tiga kategori strategi di dalam
pembelajaran menyimak yaitu
kognitif, metakognitif, dan sosial-
afektif (Goh, 2002: 7).

2. Strategi kognitif di dalam menyimak


merupakan strategi yang fokus pada
proses, interpretasi, penyimpanan dan
recall (pemanfaatan) ingatan dalam
menyimak. strategi metakognitif
(metacognitive), yaitu strategi yang
berfungsi untuk mengelola dan
memfasilitasi proses mental, serta
mengatasi kesulitan selama
menyimak. Strategi sosial-afektif
merupakan strategi menyimak yang
melibatkan pihak lain dalam
prosesnya. Dalam hal ini selama
proses menyimak, penyimak
memerlukan bantuan orang lain
untuk membantu pemahaman

2 Daftar materi yang sulit 1. Faktor -faktor menyimak.


dipahami di modul ini 2. Strategi menyimak.

3 Daftar materi yang sering Faktor menyimak internal.


mengalami miskonsepsi
LK 0.1 : Lembar Kerja Belajar Mandiri

Modul 4 Profesional Keterampilan Berbahasa


Reseptif
Kegiatan Belajar (KB) 2 1. Prinsip-Prinsip
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Keterampilan Pembelajaran
Menyimak Keterampilan Menyimak
2. Strategi Pembelajaran
Menyimak dalam
Kurikulum 2013
3. Penilaian Keterampilan
Menyimak
4. Implementasi Keterampilan
Menyimak dalam
Pembelajaran
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Butir Refleksi Daftar Peta 1. Pembelajaran menyimak dalam
Konsep (Istilah dan Definisi) di kurikulum 2013 terkemas dalam
modul ini. pembelajaran teks yang beragam, dan
tidak diajarkan secara terpisah.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran 2. Pemahaman terhadap kompetensi


Keterampilan Menyimak dasar akan mengarahkan pada fokus
pembelajaran keterampilan yang
diinginkan /dimasukkan oleh
kurikulum.

Salah satu strategi yang dapat


Strategi Pembelajaran diterapkan dalam pembelajaran
Menyimak dalam Kurikulum keterampilan menyimak adalah
2013 penerapan strategi metakogniktif yang
dapat diimplementasikan menjadi tiga
tahapan yaitu, kegiatan
pramenyimak, pada saat menyimak,
dan pasca menyimak. Ketiga tahapan
ini dapat dijabarkan dalam Rencana
Program pembelajaran yang merupkan
bentuk persiapan , kontrol
pelaksanaan dan rencana evaluasi
pembelajaran.

Penilaian Keterampilan 1. Sebuah proses pembelajaran bahasa


Menyimak akan menghasilkan perubahan
perilaku dalam berbahasa yang dapat
diamati dari performansi kebahasaan
dan pemahaman bahasa dan budaya
pembelajar.

2. Untuk penilaian pembelajaran


keterampilan perlu dirumuskan rubrik
penilaian sesuai dengan kompetensi
dasar terkait dengan kata kerja
operasional, dan jenis teks yang
digunakan dalam proses
menyimak/memirsa.

3. Dalam prinsip penilaian reseptif


pengukuran kompetensi menyimak
dapat berupa tagihan pemahaman dan
tanggapan terhadap pesan yang
disampaikan dengan cara merespon
jawaban (Nurgiyantiro, 2011:57).
Rubrik disesuaikan dengan genre teks
sehingga evaluasi yang digunakan
menjadi valid.

4. Penilaian keterampilan dapat berupa


penilaian kinerja pemahaman secara
lisan atau tulis.

Implementasi Keterampilan Implementasi pembelajaran


Menyimak dalam keterampilan menyimak mengacu
Pembelajaran pada implementasi proses
pembelajaran yang direncanakan
dalam sebuah RPP yang sudah
disusun sebelumnya.

2 Daftar materi yang sulit


dipahami di modul ini Strategi Pembelajaran Menyimak dalam
Kurikulum 2013

3 Daftar materi yang sering


mengalami miskonsepsi
LK 0.1 : Lembar Kerja Belajar Mandiri

Modul 4 Profesional Keterampilan Berbahasa


Reseptif
Kegiatan Belajar (KB) 3 1. Pengertian Membaca
Dasar dan Prinsip Keterampilan Membaca 2. Tujuan Membaca
3. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Membaca
4. Jenis-Jenis Membaca
5. Berbagai Jenis Membaca
dalam Pembelajaran
Keterampilan Membaca di
Sekolah
6. Metode dan Strategi
Membaca

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Butir Refleksi Daftar Peta 1. Membaca merupakan salah satu
Konsep (Istilah dan Definisi) di keterampilan berbahasa yang bersifat
modul ini. reseptif dan berperan penting bagi
kehidupan seseorang sebagai sarana
komunikasi serta komunikasi dalam
Pengertian Membaca rangka pengembangan pengetahuan.
Membaca merupakan proses kogniktif
untuk menemukan informasi yang
terkandung dalam tulisan.

2. Soedarso (2010:7) mengemukakan


bahwa membaca adalah aktivitas
kompleks yang mengarahkan
sejumlah besar tindakan yang
terpisah-pisah.

3. Snow (2002: 11) mendefinisikan


membaca sebagai proses menyadap
(extracing) dan mengontruksi
(construcing) makna melalui interaksi
dan keterlibatan dengan bahasa tulis.

4. Zuchdi (2008:22) mengemukakan


bahwa kemampuan membaca
pemahaman terdiri dari tiga komponen
utama komperhensif, yaitu pengodean
kembali, pemerolehan makna leksikal,
dan organisasi teks.

Tujuan Membaca 1. Sebagai sebuah keterampilan reseptif


secara umum membaca bertujuan
untuk memperoleh informasi atau
pesan melalui bahasa tulis. Tujuan
membaca dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain informasi
yang diperlukan oleh pembaca dan
jenis bacaan yang dipilih.

2. Tujuan lain membaca sesuai dengan


tujuan yang ingin dicapai oleh
pembaca, antara lain

a. Memahami secara detail dan


menyeluruh isi bacaan
b. Menangkap ide pokok/gagasan
utama buku secara cepat
c. Mendapatkan informasi tentang
sesuatu
d. Mengenai makna kata
e. Ingin mengetahui peristiwa penting
yang terjadi di seluruh dunia
f. Ingin mengetahui peristiwa penting
yang terjadi di masyarakat sekitar.

Faktor-Faktor yang 1. Snow (2002:11-12) mengemukakan


Mempengaruhi Membaca ada tiga elemen utama yang
memengaruhi pemahaman membaca ,
yaitu pembaca, teks, aktivitas di mana
pemahaman menjadi bagiannya.

2. Menurut Jhonson dan Pearson


(melalui Zuchdi,2008:23)
mengemukakan bahwa secara garis
besar komprehensi membaca
dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu dari dalam dan luar diri
pembaca)

Faktor dari dalam diri pembaca


meliputi, kemampuan
linguistik/kebahasaan, minat,
motivasi, dan kemampuan membaca.
Sedangkan faktor dari luar yaitu unsur
bacaan dan lingkungan pembaca.

3. Tampubolon (2015;11) menyatakan


ada enam faktor utama yang
memengaruhi pembaca, yaitu 1)
Kompetensi kebahasaan,2)
Kemampuan mata, 3) Penentuan
informasi fokus, 4) Teknik dan metode
membaca, 5)Fleksibilitas membaca,
dan 6) Kebiasaan membaca.

Jenis-Jenis Membaca Klasifikasi jenis membaca


a. Berdasarkan bersuara dan
tidaknya, membaca dikelompokkan
menjadi dua yaitu membaca
nyaring dan membaca dalam hati.
b. Berdasarkan keintensifannya
dibedakan atas membaca ekstensif
dan intensif.
c. Membaca telaah dibedakan
menjadi dua yaitu, membaca
bahasa dan membaca sastra.

Berbagai Jenis Membaca Jenis membaca dalam pembelajaran


dalam Pembelajaran keterampilan membaca di sekolah
Keterampilan Membaca di anatara lain,
Sekolah a. Membaca cepat merupakan
bagian dari membaca ekstensif
yaitu kegiatan membaca yang
mengutamakan kecepatan dengan
tanpa mengabaikan pemahaman.
b. Membaca pemahaman
merupakan keterampilan reseptif
yang bertujuan untuk memahami
informasi yang disampaikan oleh
penulis melalui bahan bacaan.
Membaca pemahaman adalah
membaca dengan cara memahami
materi bacaan dengan melibatkan
asosiasi (kaitan) yang benar antara
makna dan pengorganisasian ide,
penyimpangan gagasan dan
pemakaiannya dalam berbagai
aktvitas saat ini atau yang akan
datang. Membaca pemahaman
merupakan proses menyadap
(extracting), makna melalui
interaksi dan keterlibatan dengan
bahasa penulis.
c. Membaca kritis adalah
kemampuan pembaca mengolah
bahan bacaan secara kritis untuk
menemukan keseluruhan makna
bahan bacaan, baik makna
tersurat maupun tersirat.
Metode dan Strategi Membaca Ada berbagai metode strategi membaca
yang dapat digunakan dalam
pembelajaran membaca di sekolah
yaitu,
a. DRTA (Directed-reading-thinking-
activity) mrupakan strategi
pengajaran yang dirancang untuk
memberikan pengalaman kepada
anak dalam memprediksi apa yang
akan dikatakan penulis, membaca
teks untuk mengonformasi atau
meninjau kembali prediksi dan
mengelaborasi respon.
b. KWL (Know –want know- learned)
merupakan strategi yang
direkomendasikan di dalam
berbagai teks metodologi membaca,
dab bisa digunakan secara
klasikal, kelompok kecil, atau
secara individual dengan persiapan
berupa peta KWL/ Grafik.
c. 3H (Her, Hidden, in my head)dan
strategi. Adalah strategi yang
bertujuan untuk mengajari anak di
mana jawaban terhadap
pertanyaan yang dibuatnya dapat
ditemukan secara eksplisit, tersirat
dan dapat ditarik kesimpulannya.
d. PQRS (priview/meninjau,
question/mempertanyakan,
Read/membaca,
summarise/meringkas)
2 Daftar materi yang sulit Metode dan strategi membaca
dipahami di modul ini
3 Daftar materi yang sering
mengalami miskonsepsi Metode dan strategi membaca
LK 0.1 : Lembar Kerja Belajar Mandiri

Modul 4 Profesional Keterampilan Berbahasa


Reseptif
Kegiatan Belajar (KB) 4 1. Pembelajaran
Pembelajaran Keterampilan Membaca di Keterampilan Membaca
Sekolah dalam Kurikulum 2013
2. Penilaian Pembelajaran
Keterampilan Membaca
3. Implementasi Keterampilan
Membaca dalam
Pembelajaran Bahasa
Indonesia

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Butir Refleksi Daftar Peta 1. Pembelajaran keterampilan membaca
Konsep (Istilah dan Definisi) di dalam kurikulum 2013
modul ini. diimplementasikan ke dalam berbagai
genre teks baik fiksi maupun nonfiksi.

Pembelajaran Keterampilan 2. Pembelajaran keterampilan membaca


Membaca dalam Kurikulum disajikan secra mandiri, bersama-
2013 sama, atau sebgai alternatif ppilihan.
Hal ini dapat dicermati dalam KD.

1. Penilaian pembelajaran dilakukan


Penilaian Pembelajaran dalam rangka mengukur keterampilan
Keterampilan Membaca kopetensi yang telah ditetapkan dalam
KI KD. Penilaian pembelajaran diatur
dalam peraturan menteri
Permendikbud Nomor 23 tahun 2016.

2. Standar penilaian pendidikan


merupakan kriteria mengenai lingkup,
tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian
hasil belajar peserta didik yang
digunakan sebagai dasar dalam
penilaian peserta didik pada
pendidikan dasar dan menengah.

3. Penilaian hasil belajar oleh satuan


pendidikan bertujuan menilai
pencapaian standar kompetensi
lulusan (SKL). Sedangkan penilain
hasil belajar oleh pendidik bertujuan
memantau dan mengevaluasi proses,
kemajuan belajar, dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara
berkesinambungan.

Implementasi Keterampilan 1. Pelaksanaan pembelajaran pada


Membaca dalam Pembelajaran jenjang pendidikan dasar dan
Bahasa Indonesia menengah di atur dalam standar
proses pendidikan dasar dan
menengah yang tertuang dalam
Kemendikbud Nomor 26 Tahun 2016.

2. Dalam mengimplementasikan
pembelajaran pendidik/guru dituntut
untuk memahami standar proses
pendidikan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian hasil belajar.

2 Daftar materi yang sulit


dipahami di modul ini
3 Daftar materi yang sering
mengalami miskonsepsi
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Kesastraan


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Genre Puisi Dalam Kurikulum
2013
2. Genre Prosa Fiksi Dalam
Kurikulum 2013
3. Genre Drama Dalam
Kurikulum 2013
4. Perangkat Pembelajaran
Sastra Dalam Kurikulum
2013
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang A. Genre Puisi Dalam Kurikulum 2013
dipelajari 1. Hakikat Puisi
fungsi sastra menurut Aristoteles, yaitu
dulce et utile yang berarti menghibur
dan bermanfaat, puisi dapat menghibur
sekaligus bermanfaat bagi manusia.
Puisi menggunakan medium bahasa.
Bahasa dalam konteks ini tidak selalu
dalam bentuk kata, frase, kalimat, atau
paragraf. Bahasa juga bisa berupa
simbol, tipografi yang bermaksan. Puisi
mengungkapkan pengalaman
imajinatif, emosional, dan intelektual
penyair. Untuk menulis puisi, gagasan
penyair bersumber dari
pengetahuannya tentang sesuatu.
2. Ciri, Struktur, dan Isi Puisi Rakyat
Puisi rakyat adalah kesusastraan
rakyat yang memiliki bentuk tertentu,
biasanya terdiri dari beberapa deret
kalimat, ada yang berdasarkan mantra,
ada yang berdasarkan panjang pendek
suku kata, lemah tekanan suara, atau
hanya berdasarkan irama. Puisi rakyat
bersifat anonim atau tidak diketahui
pengarangnya dan berkembang
dikalangan rakyat secara lisan. Puisi
rakyat diantaranya, adalah :
a. Pantun, merupakan salah satu
warisan nenek moyang. Pantun
sering digunakan untuk sambutan,
ceramah, dan khotbah sehingga
menarik.
b. Karmina, merupakan pantun pendek
yang hanya terdiri dari 2 baris. Baris
pertama merupakan sampiran, baris
kedua adalah isi.
c. Gurindam, erupakan puisi yang
terdiri dari dua baris yang
kesemuanya merupakan isi dan
menunjukkan hubungan sebab
akibat. Kebanyakan gurindam
bersajak sempurna a-a, namun ada
pula yang bersajak paruh a-b.
d. Syair merupakan puisi lama yang
berasal dari Arab dan berkembang di
kalangan masyarakat Melayu. Setiap
bait syair terdiri atas 4 baris. Setiap
baris terdiri atas 8-12 suku kata.
Syair bersajak sama a-a-a-a dan
tidak memiliki sampiran.
3. Unsur Pembangun Puisi
Unsur pembangun puisi terdiri dari
unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik
adalah unsur yang secara fisik tampak
dapat dilihat, seperti rima, gaya bahasa,
imaji, diksi, struktur, dan perwajahan.
Rima, gaya bahasa, imaji, dan diksi
tampak melalui kata atau frase yang
digunakan dalam puisi. Sedangkan,
Unsur batin adalah unsur yang ada
dalam batin puisi, yaitu berupa tema,
feeling (perasaan), nada, dan amanat.
Unsur fisik dan unsur batin tersebut
saling berkaitan.
a. Unsur fisik puisi
1) Rima (persajakan) merupakan
perulangan bunyi yang sama
dalam puisi. Pengertian ini dapat
diperluas sehingga persajakan
dapat diartikan sebagai kesamaan
dan atau kemiripan bunyi tertentu
dalam dua kata atau lebih, baik
yang berada di akhir kata,
maupun yang berupa perulangan
bunyi-bunyi yang sama yang
disusun pada jarak atau
rentangan tertentu secara teratur.
2) Diksi, merupakan pemilihan kata
yang dilakukan oleh penyair
untuk mengekspresikan gagasan
dan perasaan-perasaan. Fungsi
diksi dalam puisi merupakan
sarana yang menghubungkan
pembaca dengan gagasan penyair
dan dunia intuisi penyair,
menciptakan kesan hidup dalam
puisi. Bahasa puisi bersifat
konotatif dan estetis.
3) Gaya bahasa, merupakan bahasa
seseorang dalam bertutur atau
menulis. Salah satu keindahan
puisi terletak pada gaya
bahasanya. Gaya bahasa yang
sering muncul dalam puisi antara
lain :
 Simile
 Metafora
 Metonimi
 Sinekdok
 Personifikasi
 Repetisi
 Pertanyaan retoris
 Ironi
4) Imaji atau citraan merupakan
rangkaian kata yang mampu
menggugah pengalaman
keindraan (membentuk gambaran
angan-angan). Gambar yang
muncul dalam angan-angan
disebut citra (imaji). Berikut ini,
enam jenis citraan dalam puisi :
 Citraan visual (visual imagery)
 Citraan auditif (auditory
imagery)
 Citraan kinestetik / gerak (
kinaesthetic / movement
imagery)
 Citraan peraba (thermal
imagery)
 Citraan penciuman
 Citraan pencecapan
5) Perwajahan merupakan bagian
dari wujud visual puisi. Hal ini
terkait dengan pengaturan bait
dan baris dalam puisi. Ada puisi
yang terdiri dari beberapa bait
dengan jumlah baris yang sama.
Ada puisi yang hanya terdiri dari
satu bait yang sangat panjang.
Ada juga puisi yang hanya terdiri
dari satu bait yang sangat pendek.
b. Unsur batin puisi merupakan pikiran
perasaan yang diungkapkan
penyairnya. Unsur batin ini
merupakan makna yang ingin
disampaikan penyair dalam
puisinya. Makna puisi ini tersurat di
balik unsur fisiknya. Stuktur batin
puisi itu ada empat yaitu :
1) Tema, merupakan gagasan pokok
atau subject matter yang
dikemukakan penyair
2) Perasaan (Feeling), merupakan
sikap penyair terhadap pokok
persoalan yang ditampilkannya.
3) Nada ((Tone), Nada berhubungan
dengan suasana karena nada
menimbulkan suasana tertentu
pada pembacanya. Suasana
adalah keadaan jiwa pembaca
(sikap pembaca) setelah membaca
puisi atau akibat psikologis yang
ditimbulkan puisi terhadap
pembaca
4) Amanat (Intention), adalah pesan
yang ingin disampaikan penyair
kepada pembaca.
4. Menulis Puisi dengan Memperhatikan
Unsur Pembangun
Menulis puisi dapat dimulai dengan
menemukan gagasan yang akan ditulis.
Gagasan itu dapat diperoleh melalui
berbagai sarana, seperti objek gambar
pemandangan, video, lagu, kisah
inspiratif, dan sebagainya. Dari objek-
objek itu kita dapat menginventaris
kata
5. Mendemonstrasikan Puisi
Untuk melakukan pembacaan puisi
dengan baik, kita perlu memahami isi
puisi tersebut. Aktivitas menemukan
unsur batin puisi, baik berupa tama,
perasaaan, nada, maupun amanat, di
atas dapat menjadi bekal untuk
membaca puisi. Dengan memahami isi
dan suasana puisi, kita dapat
melakukan penghayatan atau
penjiwaan. Selanjutnya, kita bisa
berlatih mengucapkan baris-baris puisi
dengan lafal dan intonasi yang jelas,
tempo yang tepat, ekspresi wajah yang
sesuai dengan isi puisi, dan melatih
gerak atau gestur tubuh.

B. Genre Prosa Fiksi dalam Kurikulum


2013
1. Hakikat Prosa Fiksi
Prosa fiksi sering juga disebut cerita
rekaan atau cerita khayalan, artinya
cerita yang tidak sungguh-sungguh
terjadi atau bersifat imajinatif.
2. Unsur-Unsur Prosa Fiksi
Unsur pembangun prosa fiksi terdiri
dari fakta cerita, sarana cerita, dan
tema. Fakta cerita merupakan fakta
yang ada dalam cerita, terdiri dari alur,
tokoh, dan latar. Sarana cerita
merupakan alat untuk bercerita, terdiri
dari antara lain sudut pandang, judul,
dan bahasa.
a. Alur cerita merupakan rangkaian
peristiwa yang disusun berdasar
hubungan kausalitas atau hubungan
sebab akibat. Secara sederhana, alur
cerita dapat kita bagi menjadi tiga
bagian, yaitu bagian awal, tengah,
dan akhir.
b. Tokoh cerita bisa berupa manusia,
binatang, mainan, hantu, dan
sebagainya. Berdasarkan
keterlibatannya, tokoh dibagi
menjadi dua, yaitu tokoh utama dan
tokoh tambahan.
c. Latar cerita merupakan unsur fiksi
yang mengacu pada tempat, waktu,
dan konsisi sosial cerita itu terjadi.
Hal ini sejalan dengan pembagian
latar, yaitu latar temoat, latar waktu,
dan latar sosial.
3. Jenis-Jenis Fiksi dalam Kurikulum
2013
Jenis fiksi yang mengacu pada
kurikulum 2013 tingkat SMP/MTs :
a. Fabel, merupakan prosa fiksi yang
menggunakan tokoh binatang. Cerita
fabel termasuk cerita rakyat kategori
dongeng.
b. Legenda setempat, adalah cerita
prosa rakyat yang dianggap sebagai
kejadian yang sungguh-sungguh
terjadi. Legenda ini bersifat
keduniawian (bukan di dunia gaib),
bertempat di dunia seperti yang kita
kenal sekarang.
c. Cerita rakyat (hikayat), adalah karya
sastra lama melayu berbentuk prosa
yang berisi cerita, undang-undang
dan silsilah bersifat rekaan,
keagamaan, historis, biografis, atau
gabungan sifat-sifat itu, dibaca
untuk pelipur lara, pembangkit
semangat juang, atau sekadar untuk
meramaikan pesta.
d. Anekdot, merupakan cerita singkat
yang menarik karena lucu dan
mengesankan, biasanya mengenai
orang penting atau terkenal dan
berdasarkan kejadian yang
sebenarnya.
e. Cerpen, novelet, dan novel
Cerpen berkisar 1000-1500 kata,
novelet 15.000-45.000 kata,
sedangkan novel diatas 45.000 kata.
f. Cerita fantasi menghadirkan dunia
khayal atau imajinatif yang
diciptakan oleh pengarang. Khayalan
atau fantasi pengarang membuat
cerita tampak tidak masuk akal.
g. Cerita sejarah
Fiksi sejarah berbeda dengan teks
sejarah. Fiksi sejarah bersifat
imajinatif, sedangkan teks sejarah
bersifat faktual. Fiksi sejarah dapat
memanfaatkan teks sejarah sebagai
sumber inspirasi ceritanya
4. Menulis Prosa Fiksi
Ada lima tahapan menulis, yaitu :
a. Tahap pramenulis (pre writing), yaitu
penulis menentukan tujuan
penulisan, sasaran pembaca, ide
atau gagasan tulisan, dan kerangka
tulisan.
b. Tahap menulis draf (drafting), adalah
tahap menulis ide-ide ke dalam
bentuk tulisan yang kasar.
c. Tahap merevisi (revising) adalah
tahao memperbaiki ulang atau
menambahkan ide-ide baru terhadap
karya.
d. Tahap menyunting (editing), penulis
memperbaiki karangan pada aspek
kebahasaan dan kesalahan mekanik
yang lainnya.
e. Tahap publikasi (publishing).

C. Genre Drama dalam Kurikulum 2013


1. Drama merupakan salah satu genre
sastra dengan kekhasan pada unsur
dialog. Suryaman (2010: 10) yang
menyatakan drama sebagai karya
sastra yang berupa dialog-dialog dan
memungkinkan untuk
dipertunjukkan sebagai tontonan.
2. Unsur-unsur drama meliputi : alur
atau plot, tokoh, latar, tema, amanat,
dialog, lakuan, teks samping
3. Unsur pementasan drama,
diantaranya, yaitu naskah drama,
pemain (aktor dan aktris), sutradara,
tata rias, tata busana, tata pentas,
tata lampu, tata suara, dan penonton.
4. Jenis-jenis drama, diantaranya;
drama tradisional, drama modern.
D. Perangkat Pembelajaran dalam
kurikulum
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) memuat rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih, sesuai dengan
KD yang akan diajarkan. Perangkat
RPP mengikuti Permendikbud No. 22
Tahun 2016 tentang Standar Proses
dan Permendikbud No. 24 Tahun 2016
tentang Kompetensi Inti/Kompetensi
Dasar.
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK) merupakan rumusan
kemampuan yang menunjukkan
ketercapaian KD. IPK ini menjabarkan
KD ke dalam unit-unit yang lebih kecil
dan rinci. IPK ini akan menjadi acuan
untuk menentukan tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran,
langkah pembelajaran, lembar kerja
peserta didik, dan instrumen
penilaian.
3. Materi pembelajaran harus
dirumuskan dalam materi faktual,
konseptual, prosedural, dan
metakognitif. Secara lengkap, materi-
materi tersebut dijabarkan dalam
lampiran RPP.
4. Media/alat pembelajaran merupakan
sarana bagi guru untuk
melaksanakan pembelajaran di kelas.
Media ini harus relevan dengan
kompetensi yang ingin dicapai.\
5. Secara umum langkah pembelajaran
meliputi bagian pendahuluan, inti,
dan penutup. Metode pembelajaran
yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran sastra antara lain
scientific learning dan discovery
learning dengan sintak yang tepat.
6. Penilaian dalam pembelajaran
meliputi penilaian proses dan
penilaian hasil belajar. Penilaian
proses pembelajaran menggunakan
pendekatan penilaian otentik
(authentic assesment) yang menilai
kesiapan peserta didik, proses, dan
hasil belajar secara utuh.
7. Evaluasi proses pembelajaran
dilakukan saat proses pembelajaran
dengan menggunakan alat: lembar
pengamatan, angket sebaya, rekaman,
catatan anekdot, dan refleksi.
Evaluasi hasil pembelajaran
dilakukan saat proses pembelajaran
dan di akhir satuan pelajaran dengan
menggunakan metode dan alat: tes
lisan/perbuatan, dan tes tulis. Hasil
evaluasi akhir diperoleh dari
gabungan evaluasi proses dan
evaluasi hasil pembelajaran.

2 Daftar materi yang sulit 1. Menentukan IPK


dipahami di modul ini 2. Mengembangkan LKPD
3.
3 Daftar materi yang sering 1. Menentukan IPK
mengalami miskonsepsi 2. Mengembangkan LKPD
3.
LK 0.2 : Lembar Kerja Belajar Mandiri
Judul Modul Modul 2 : Semantik dan wacana
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Hubungan bentuk dan makna
2. Eufemisme
3. Wacana
4. Pragmatik
N Butir Respon/jawaban
o refleksi
1 Garis besar 1. Hubungan Bentuk Dan Makna
materi yang Setiap bentuk kebahasaan terdiri dari dua unsur, yaitu bentuk dan makna. Bentuk
dipelajari
berupa elemen fisik sebuah tuturan. Bentuk mempunyai tataran dari mulai yang
terkecil hingga terbesar, yaitu dimulai dari fonem, morfem, kata, frasa, klausa,
kalimat, paragraf, dan wacana. Berbagai bentuk kebahasaan tersebut ada yang
memiliki konsep yang bersifat mental yang disebut sebagai makna. Lebih lanjut,
Saussure mengatakan bahwa hubungan bentuk dan makna bersifat arbitrer dan
konvensional. Bahasa bersifat arbitrer artinya semaunya/sesukanya. Tidak ada
hubungan yang wajib antara bentuk dan makna

A. Jenis Makna
Pengelompokkan jenis makna yang dikemukakan oleh para ahli yaitu :
1. Makna leksikal
2. Makna gramatikal
3. Makna referensial
4. Makan nonreferensial
5. Makna denotatif
6. Makna konotatif
7. Makna literal
8. Makna figuratif
9. Makna primer
10. Makna sekunder

B. Hubungan Bentuk Dan Makna


1. Kesamaan makna (sinonim)
Bentuk sinonim :
a. Antarmorfem
b. Antarkata
c. Kata dengan frasa
d. Frasa dengan frasa
e. Kalimat dengan kalimat
Faktor yang melatarbelakangi penggunaan antonim :
a. Faktor waktu
b. Faktor sosial
c. Faktor tempat
d. Faktor gramatikal

2. Kebalikan makna (antonim)


Pengelompokan antonim menjadi beberapa jenis antara lain :
a. Antonim mutlak
b. Antonim bergradasi
c. Antonim relasional
d. Antonim hierarkial
e. Antonim resiprokal

3. Perbedaan makna (homonim)


Menurut chaer ada 2 hal penyebab terjadi homonimi yaitu :
a. Bentuk-bentuk hominimi terjadi karena berasal dari Bahasa atau
dialek yang berlainan
b. Bentuk-bentuk kata yang berhomonim terjadi akibat proses morfologi

4. Kegandaan makna (polisemi atau ambiguitas)


Polisemi adalah satuan bahasa yang memiliki makna lebih dari satu.

5. Ketercakupan makna (hiponim)

6. Kelebihan makna (redundansi)


Redundansi adalah pemakaian unsur segmental yang berlebihan

2. Eufemisme
A. Perubahan Makna
Bahasa sebagai bagian dari kehidupan manusia terus mengalami
perkembangan. Jika suatu bahasa mengalami perubahan yang sangat besar
dan penting, baik itu perubahan kosakata maupun bunyi dan strukturnya,
bahasa tersebut dapat berubah menjadi bahasa baru atau bahasa lain, seperti
bahasa Romawi Modern yang berasal dari bahasa Latin (Ohoiwutun, 2007: 19)
Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan makna antara lain sebagai
berikut (Ullman melalui Pateda, 2001: 163-168)
1) Faktor Kebahasaan
2) Faktor Kesejarahan
3) Faktor Sosial
4) Faktor Psikologis
5) Pengaruh Bahasa Asing
6) Kebutuhan Kosakata Baru

Jenis-Jenis Perubahan Makna


1) Perluasan Makna
2) Penyempitan Makna
3) Peninggian Makna
4) Penurunan Makna
5) Pertukaran Makna
6) Persamaan Makna
7) Metafora

B. Eufemisme
Secara etimologi, eufemisme berasal dari bahasa Yunani eu bermakna
‘bagus’ dan phemeoo bermakna ‘berbicara’. Dengan demikian, eufemisme
bermakna berbicara dengan menggunakan perkataan yang halus dan sopan
sehingga memberikan kesan yang baik. Konsep eufemisme mengacu pada
penggantian suatu bentuk yang bernilai rasa kasar dengan bentuk yang
dirasa lebih halus dan sopan. Dengan kata lain, eufemisme digunakan dalam
berkonumikasi agar tuturan menjadi sopan dan halus sehingga dapat
memberikan kesan yang baik (Fromklin dan Rodman melalui Ohuiwutun,
1997: 96). Oleh karena itu, tuturan yang sekiranya menyinggung dan kurang
menyenangkan perasaaan seseorang atau menghina dapat diganti dengan
bentuk lain yang lebih sopan.
Pembahasan mengenai eufemisme tidak terlepas dari referennya. Hal-hal
yang menjadi referen atau acuan eufemisme adalah sebagai berikut :
1) Referen Eufemisme
Referensi eufemisme tidak hanya nama hewan, tetapi juga mengacu pada
referen lainnya, seperti keadaan, pekerjaan, bagian tubuh, dan yang
lainnya. Berikut ini penjelasan Wijana dan Rohmadi (2008) terkait apa saja
yang menjadi referen eufemisme
a) Nama Binatang
b) Nama benda
c) Organ Vital Manusia
d) Peristiwa
e) Keadaan
f) Profesi
g) Penyakit
h) Aktivitas

2) Manfaat Eufemisme
Sebagai sebuah fenomena kebahasaan, secara umum penggunaan
eufemisme dimanfaatkan untuk menghaluskan tuturan agar tidak terkesan
kasar dan menyakiti perasaan orang lain. Dalam bidang-bidang tertentu,
eufemisme digunakan sebagai sarana pendidikan, alat untuk berdiplomasi,
merahasiakan sesuatu, dan sebagai penolak bahaya (Wijana dan
Rohmadi, 2008: 104-109)

C. Disfemisme
Pada bagian ini akan dibahas kebalikan dari eufemisme, yaitu disfemisme.
Jika eufemisme berhubungan dengan penghalusan, disfemisme
berhubungan dengan pengasaran. Keduanya merupakan bentuk perubahan
makna. Allan dan Burridge (melalui Meilasari, Nababan, Djatmika, 2016)
menjelaskan bahwa eufemisme digunakan oleh seorang penutur untuk
menghindari tuturan yang dapat menyakiti perasaan mitra tutur karena
tuturan tersebut tidak layak untuk diucapkan. Sebaliknya, disfemisme
adalah tuturan yang kasar dan juga menyakitkan mitra tutur.

3. Wacana
A. Konsep Wacana
wacana melibatkan unsur segmental dan nonsegmental. Sebagai wujud
penggunaan bahasa dalam kegiatan berkomunikasi, wacana tidak hanya
menggunakan seperangkat alat linguistik, seperti: fonem, morfem, kata, frasa,
klausa, dan kalimat, tetapi juga memperhatikan konteks tuturan. Agar tercipta
wacana yang padu dan utuh, aspek kohesi dan koherensi juga perlu
diperhatikan agar wacana agar terbentuk teks yang baik

B. Kohesi
Kohesi merupakan aspek formal dalam sebuah teks. Kohesi digunakan
sebagai penanda hubungan antarkalimat dalam teks. Alwi dkk. (2014: 440)
menyatakan bahwa kohesi merupakan hubungan perkaitan antarproposisi
yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik
dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana. Rani, dkk (2004: 94)
menyatakan bahwa hubungan kohesif ditandai dengan penggunaan piranti
formal yang berupa bentuk linguistik yang disebut piranti kohesi.
Piranti kohesi ini meliputi piranti kohesi leksikal dan piranti kohesi
gramatikal. Piranti kohesi leksikal meliputi reiterasi, dan kolokasi. Sementara
itu, piranti kohesi gramatikal meliputi referensi, penggantian, dan konjungsi

C. Koherensi

Kajian mengenai koherensi sangat berhubungan dengan makna. Oleh


karenanya, kajian koherensi berada berada pada ranah semantik. Kajian
mengenai koherensi juga sangat berhunbungan dengan kajian kohesi. Agar
terwujud hubungan antarproposisi yang padu dan utuh, maka dalam keherensi
memanfaatkan piranti kohesi.

Istilah koherensi menurut Widdowson (melalui Rani dkk, 2000: 134)


mengacu pada aspek tuturan, yaitu bagaimana proposisi yang terselubung
disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam
membentuk sebuah wacana. Proposisi-proposisi dalam suatu wacana dapat
membentuk suatu wacana yang runtut meskipun tidak terdapat pemarkah
penghubung kalimat yang digunakan. Dengan demikian, sebuah wacana dapat
koheren meskipun tanpa hadirnya piranti kohesi, Koherensi merupakan
pertalian atau jalinan antarkata, klausa, atau kalimat. dalam sebuah teks.
Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat
dihubungkan sehingga tampak koheren, sehingga fakta yang tidak
berhubungan pun dapat bertalian ketika seseorang menghubungkannya

4. Pragmatik
A. Konsep Pragmatik
Pragmatik sangat berkaitan erat dengan tindak tutur. Kajian pragmatik
akan selalu terkait dengan tindak atau kemampuan verbal yang terjadi dalam
situasi dan waktu tertentu. Selain itu, kajian ini berkaitan erat dengan fungsi
utama bahasa, yaitu sebagai alat komunikas

B. Prinsip Kerja Sama


Salah satu tujuan seseorang bertutur adalah untuk melakukan interaksi
sosial. Agar proses komunikasi berjalan dengan baik dan lancar, peserta tutur
diharapkan terlibat aktif dalam proses berkomunikasi tersebut. Jika salah satu
peserta tutur tidak terlibat aktif, bisa jadi proses komunikasi akan terhambat.
Bisa saja arah pembicaraan menjadi tidak jelas. Kerja sama antar peserta tutur
sangat diperlukan ketika berkomunikasi. Jika penutur dan mitra tutur tidak
saling bekerja sama ketika melakukan tindak tutur maka proses interaksi
menjadi terhambat. Jika itu terjadi, maka tujuan pragmatis sebuah tuturan
tidak akan tercapai. Oleh karena itu, agar pesan yang disampaikan oleh
penutur sampai dengan baik kepada mitra tutur, semua peserta tutur harus
memperhatikan prinsip kerja sama
Jenis- jenis maksim dalam prinsip kerja sebagai berikut :
1. Maksim Kuantitas (The Maxim of Quantity)
2. Maksim Kualitas (The Maxim of Quality)
3. Maksim Relevansi (The Maxim of Relevance)
4. Maksim Pelaksanaan/ Cara (The Maxim of Manner)

C. Prinsip Kesantunan
Dalam kegiatan bertutur, mematuhi prinsip kerja sama saja dirasa tidak
cukup. Prinsip lain yang harus diperhatikan adalah kesopanan. Prinsip
kesopanan (the politeness principle) menurut Nababan (1987: 33) dipandang
sebagai pelengkap bagi prinsip kerja sama. Prinsip ini dapat menambahkan
dan menjelaskan hal-hal yang sulit diterangkan dengan prinsip kerja sama
Kata kesantunan memiliki kata dasar santun. Kata ini biasanya
disandingkan dengan kata sopan. Lalu, apa perbedaan kedua kata ini.
Djatmika (2016: 75) membedakan dua kata ini. Menurutnya, orang yang
santun kemungkinan besar akan bersikap sopan. Akan tetapi, orang yang
sopan belum tentu santun. Untuk menilai seseorang bersikap sopan dapat
dilihat dari perilaku nonverbal, misalnya menundukkan kepala ketika lewat di
depan orang yang lebih tua, mencium tangan kedua orang tuanya ketika pamit
kuliah, berpakaian rapi ketika datang ke acara formal atau kuliah, dan
sebagainya. Konsep sopan berkaitan dengan penghormatan kepada orang lain
yang tidak direalisasikan dalam tindakan verbal
Macam-macam strategi kesantunan yang dapat digunakan oleh penutur:
1. Gunakan tuturan tidak langsung
2. Gunakan pagar (hedge)
3. Tunjukan sikap pesimis
4. Minimalkan paksaan
5. Berikan penghormatan
6. Mintalah maaf
7. Pakailah bentuk nonpersonal
8. Ujarkan tindak tutur sebagai kesantunan yang bersifat umum

Prinsip kesantunan yang dikemukakan oleh Leech (1983) direalisasikan ke


dalam enam maksim, yaitu maksim kearifan, kedermawanan, pujian,
kerendahan hati, dan kesepakatan
2 Daftar materi 1. Eufemisme
yang sulit
2. Pragmatik
dipahami di
modul ini

3 Daftar materi -
yang sering
mengalami
miskonseps
i
LK 1: Lembar Kerja Belajar Mandiri
Judul Modul Modul 1 TATA BAHASA
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Ejaan dan Tanda Baca
2. Kata dan Proses Pembentuknya
3. Kalimat dan Proses
Pembentuknya
4. Kalimat Efektif
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang dipelajari 1. Ejaan dan Tanda Baca
a. Ejaan terkait dengan kaidah cara
menggambarkan bunyi, seperti kata,
kalimat, frasa, dan sebagainya dalam
bentuk tulisan serta penggunaan tanda
baca. Ejaan diresmikan pada tanggal 16
Agustus 1972 oleh Presiden Republik
Indonesia berdasarkan Putusan Presiden
No. 57, Tahun 1972.
b. Penggunaan ejaan yang harus diperhatikan
antara lain pemakaian huruf, seperti: huruf
kapital, huruf miring, huruf cetak tebal.
Penggunaan ejaan yang juga harus
diperhatikan terkait penulisan gabungan
kata, partikel, singkatan, akronim, dan
penulisan istilah.
c. Seorang penulis harus tepat menggunakan
tanda baca dalam tulisannya. Tanda baca
yang dimaksud :
 Penggunaan Tanda Titik (.)
 Penggunaan Tanda Koma (,)
 Penggunaan Titik Koma (;)
 Penggunaan Titik Dua (:)
 Penggunan Tanda Hubung (-)
 Penggunaan Tanda Tanya (?)
 Penggunaan Tanda Seru (!)
 Penggunaan Tanda Petik Tunggal (‘…’)
 Penggunaan Tanda Petik Dua (“…”)
 Penggunaan Tanda Kurung ( (… ) )
 Penggunaan Tanda Garis Miring (/)

2. Kata dan Proses Pembentukannya


a. Kata merupakan satuan bahasa terkecil
yang dapat berdiri sendiri dengan makna
yang bebas. Kata terdiri atas kata dasar dan
kata berimbuhan. Dalam lingusitik, kata
dasar diartikan sebagai jenis kata yang
dapat berdiri sendiri dan tersusun atas
morfem atau gabungan morfem. Sedangkan
kata berimbuhan adalah kata dasar yang
telah diberi imbuhan
b. Pembentukan kata berimbuhan / turunan
terjadi melalui proses morfologis, yaitu :
afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan
1) Afiksasi merupakan proses yang
mengubah leksem menjadi kata
kompleks. Afiksasi terdiri atas :
 Prefiks yaitu imbuhan yang
ditambahkan pada bagian awal
bentuk kata dasar.
 Infiks yaitu sisipan yang ditambahkan
pada bagian tengah bentuk kata
dasar.
 Sufiks yaitu imbuhan yang
ditambahkan pada akhir bentuk kata
dasar.
 Konfiks yaitu imbuhan yang
ditambahkan pada awal dan akhir
bentuk kata dasar.
2) Reduplikasi (pengulangan) adalah proses
pembentukan kata dengan mengulang
satuan bahasa baik secara keseluruhan
maupun sebagian. Jenis kata ulang ada
lima :
 Kata ulang utuh/dwilingga adalah
pengulangan seluruh bentuk dasar.
 Kata ulang sebagian: membaca-baca
 Kata ulang berimbuhan: buah-buahan
 Kata ulang berubah bunyi: bolak-balik
 Kata ulang dwipurwa adalah
pengulangan sebagian atau seluruh
suku awal sebuah kata.
 Kata ulang fonologis adalah
pengulangan unsur fonologis, seperti
fonem, suku kata, atau bagian kata
yang tidak ditandai oleh perubahan
makna.
 Kata ulang idiomatis adalah
reduplikasi yang maknanya tidak
dapat dijabarkan dari bentuk yang
diulang.
 Kata ulang morfologis adalah
pengulangan morfem yang
menghasilkan kata.
 Kata ulang sintaksis adalah
pengulangan morfem karena
tuntutan kaidah sintaksis, seperti
pembentukan keterangan.
3) Pemajemukan adalah penggabungan
dua kata atau lebih dalam membentuk
kata yang menimbulkan makna baru.
Ciri-ciri kata majemuk, yaitu :
 Memiliki makna dan fungsi baru yang
tidak persis sama dengan fungsi
masing-masing unsurnya.
 Unsur-unsurnya tidak dapat
dipisahkan baik secara morfologis
maupun secara sintaksis.
c. Pengertian Kategorisasi kata
Kosakata adalah kumpulan beragam kata
dalam bahasa Indonesia. Dalam kajian
morfologis, kata merupakan satuan
terbesar dalam unit analisis, sedangkan
dalam kajian sintaksis, kata merupakan
satuan terbesar dalam unit analisis,
sedangkan dalam kajian sintaksis, kata
merupakan satuan analisis terkecil. Kata
memiliki kedudukan sebagai subjek,
predikat, objek, dan keterangan dalam
suatu kalimat.
1) Kategori verba merupakan kata yang
menyatakan makna perbuatan,
pekerjaan, tindakan, proses atau
keadaan.
Verba dapat diidentifikasi dengan ciri-
ciri berikut :
 Verba memiliki fungsi utama sebagai
predikat atau sebagai inti predikat
dalam kalimat.
 Verba mengandung makna inheren
perbuatan (aksi), proses atau keadaan
yang bukan sifat atau kausalitas.
 Verba khusus yang bermakna
keadaan, tidak dapat di beri prefiks
ter- yang berarti ‘paling’.
 Pada umumnya, verba tidak dapat
bergabung dengan kata-kata yang
menyatakan makna kesangatan.
Pada dasarnya, bahasa Indonesia
memiliki dua macam bentuk verba,
yakni:
 Verba asal, yaitu verba yang dapat
berdiri sendiri tanpa afiks. Verba ini
dapat dipakai dalam klausa atau
kalimat, baik bahasa formal maupun
nonformal.
 Verba turunan, yaitu verba yang
dibentuk melalui transposisi,
pengafiksasian, reduplikasi
(pengulangan), atau pemajemukan
(pemaduan).
2) Kategori nomina biasa di sebut kata
benda. Secara umum, nomina dapat
diidentifikasi dengan ciri-ciri berikut:
 Dalam kalimat yang predikatnya
verba, nomina cenderung menduduki
fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
 Nomina tidak dapat diingkarkan
dengan kata tidak. Kata
pengingkarnya adala bukan.
 Nomina umumnya dapat diikuti oleh
adjektiva, baik secara lengsung
maupun dengan di antara oleh kata
yang.
Berdasarkan bentuk morfologisnya,
nomina terdiri atas :
 Nomina dasar, terdiri dari satu
morfem.
 Nomina turunan dapat terbentuk
melalui afiksasi, perulangan, atau
pemajemukan.
3) Kategori adjektiva, adalah kata yang
berfungsi memberikan keterangan
khusus untuk nomina dalam kalimat.
Adjektiva adalah kata sifat atau keadaan
yang dipakai untuk mengungkapkan
sifat atau keadaan orang, benda, atau
binatang. Adjektiva terdiri atas dua
macam :
 Adjektiva predikatif adalah adjektiva
yang dapat menempati posisi predikat
dalam klausa, misalnya mahal.
 Adjektiva atribut yaitu adjektiva yang
mendampingi nomina dalam frase
nominal.
Berdasarkan pemakaiannya, adjektiva
dapat mengambil bentuk perbandingan.
Perbandingan itu dibagi menjadi empat
yaitu sebagai berikut :
 Tingkat positif yang menerangkan
nomina dalam kondisi biasa
 Tingkat komparatif yang
menerangkan keadaan nomina
melebihi keadaan nomina lain.
 Tingkat superiatif yaitu menerangkan
bahwa keadaan nomina melebihi
keadaan beberapa nomina lain yang
dibandingkannya.
 Tingkat eksesif yaitu menerangkan
bahwa keadaan nomina berlebih-
lebihan.
4) Kategori adverbia/ kata keterangan
merupakan kata yang menjelaskan
verba, adjektiva, atau adverbia lain.
Berdasarkan perilaku semantisnya.
Adverbia terbagi menjadi berikut ini :
 Adverbia kualitatif yaitu
menggambarkan makna yang
berhubungan dengan tingkat, derajat,
atau mutu.
 Adverbia kuantitatif yaitu
menggambarkan makna yang
berhubungan dengan jumlah.
 Adverbia limitatif yaitu kata
keterangan yang maknanya
berhubungan dengan pembatasan.
 Adverbia waktu, yaitu kata yang
maknanya berhubungan dengan
waktu terjadinya peristiwa.
 Adverbia cara, yaitu kata keterangan
yang maknanya berhubungan dengan
cara sesuatu peristiwa berlangsung
atau terjadi.
5) Kategori Preposisi merupakan kata
penunjuk arah atau tempat. Secara
sintaksis, preposisi digunakan di depan
kategori lain, terutama nomina. Jika
berada di depan nomina preposisi
membentuk frase eksosentris. Terdapat
tiga jenis preposisi :
 Preposisi dasar yang sebagai preposisi
tidak dapat mengalami proses
morfologis.
 Preposisi turunan terbagi atas
gabungan preposisi dan preposisi,
dan gabungan preposisi dan
nonpreposisi
 preposisi yang berupa kata berprefiks
se-.
6) Kategori Konjungsi merupakan kategori
yang berfungsi untuk meluaskan satuan
yang lain dalam konstruksi hipotasis,
dan selalu menghubungkan dua satuan
lain atau lebih dalam konstruksi.
Berdasarkan posisinya, konjungsi terdiri
dari :
 Konjungsi intrakalimat, yaitu
konjungsi yang menghubungkan
satuan-satuan kata dengan kata,
frase, atau klausa dengan klausa.
 Konjungsi ekstrakalimat terbagi atas
konjungsi intratekstual dan
konjungsi ekstratektual.
7) Kategori Pronomina merupakan kata
yang dipakai untuk mengacu pada
nomina lain. Jenis-jenis pronomina
sebagai berikut :
 Pronomina persona
 Pronomina penunjuk
 Pronomina penanya
8) Kata Tugas, merupakan istilah bagi kelas
kata yang tidak termasuk kelas kata
verba, nomina, adjektiva, dan numeralia.
Kata tugas terdiri sebagai berikut :
 Interjeksi adalah kategori yang
bertugas mengungkapkan perasaan
pembicara
 Artikula adalah kategori yang
mendampingi nomina dasar,
misalnya si, sang, hang, dan, para,
kaum, umat.
 Partikel adalah kata tugas yang tidak
dapat diterjemahkan secara pasti apa
maksudnya, misalnya ah, deh, kan,
aduh, kok, halo, hai.
 Interogatif atau kata-kata tanya.
Misalnya apa, siapa, bagaimana.
d. Kosakata baku dan tidak baku
1) Kata baku adalah kata yang digunakan
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
yang telah ditentukan. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan
sumber utama dan menjadi acuan untuk
menentukan kata baku bahasa
Indonesia.
2) Kata tidak baku adalah kata yang
digunakan tidak sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang ditentukan. Kata
tidak baku cenderung lebih sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan kata baku dan tidak baku
dihadapkan kepada dua ragam yaitu
ragam resmi dan tidak resmi. Ragam
resmi merupakan keadaan atau situasi
yang bersifat formal seperti penulisan
karya ilmiah, pidato kenegaraan, dan
lain-lain. Ragam tidak resmi merupakan
keadaan atau situasi yang bersifat tidak
formal seperti dalam percakapan sehari-
hari.

3. Kalimat dan Proses Pembentukannya


a. Fungtor adalah kata (butir gramatika
seperti penanda jamak-es atau-s dalam
bahasa Inggris) yang tidak mempunyai arti
sendiri dan biasanya hanya mempunyai
fungsi gramatikal dalam sintaksis. Fungtor
dalam bahasa Indonesia meliputi unsur-
unsur kalimat yaitu subjek, predikat, objek,
keterangan, dan pelengkap (S-P-O-K-Pel.)
1) Subjek merupakan unsur utama
kalimat. Subjek memiliki ciri-ciri yaitu
jawaban apa atau siapa dalam kalimat.
2) Predikat berfungsi sebagai unsur
penjelas. Ciri-cirinya yaitu jawaban
mengapa dan bagaimana.
3) Objek adalah benda, hal, dan sebagainya
yang dijadikan sasaran untuk diteliti,
diperhatikan, dan sebagainya. Ciri-
cirinya yaitu jawaban apa atau siapa
yang terletak dibelakang predikat
transitif.
4) Keterangan kalimat berfungsi
memperjelas atau melengkapi informasi
pesan-pesan kalimat. Tanpa keterangan,
informasi menjadi tidak jelas. Ciri-
cirinya dapat berupa keterangan waktu,
tujuan, tempat, sebab, akibat, syarat,
cara, posesif (posesif ditandai kata
meskipun, walaupun, atau biarpun), dan
pengganti nomina (menggunakan kata
bahwa).
b. Frasa adalah gabungan dua atau lebih yang
bersifat nonpredikatif. Frasa sering disebut
pula gabungan kata yang mengisi salah
satu fungsi kalimat. Fungsi yang dimaksud
adalah subjek, predikat, objek, dan
keterangan.
Berdasarkan kesetaraan distribusi unsur
unsurnya, frasa terdiri atas dua jenis, yaitu:
1) Frasa endosentris adalah frasa yang
memili unsur pusat. Frasa endosentris
terbagai atas tiga jenis, yaitu :
 Frasa endosentris koordinatif
 Frasa endosentris atributif
 Frasa endosentris apositif.
2) Frasa eksosentris adalah frasa yang
tidak mempunyai distribusi yang sama
dengan semua unsurnya.
Berdasarkan kesetaraan distribusi
dengan golongan atau kategori kata,
frasa terdiri atas :
 Frasa verba
 Frasa nomina
 Frasa adjektiva
 Frasa pronomina
 Frasa numeralia
 Frasa preposisi
 Frasa konjungsi
c. Klausa merupakan satuan gramatikal
berupa kelompok kata yang sekurang
kurangnya terdiri atas subjek (S) dan
predikat (P). Klausa berpotensi menjadi
kalimat.
Berdasarkan kategori tertentu, klausa
dapat dibagi menjadi beberapa jenis.
Penggolongan klausa didasarkan pada :
1) Struktur intern
2) Ada tidaknya kata negative
3) Kategori kata atau frasa yang
menduduki fungsi P.
d. Pengertian kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang memuat pikiran secara utuh
yang memiliki intonasi akhir.
Berdasarkan isi atau fungsinya, kalimat
dibedakan menjadi empat jenis sebagai
berikut :
1) Kalimat perintah bertujuan
meemberikan perintah kepada orang lain
untuk melakukan sesuatu.
2) Kalimat berita merupakan kalimat yang
sekadar memberikan informasi.
3) Kalimat tanya bertujuan memperoleh
suatu informasi atau reaksi (jawaban).
4) Kalimat seruan adalah kalimat yang
digunakan untuk mengungkapakan
perasaan ‘yang kuat’ atau ungkapan
untuk peristiwa mendadak.
Kalimat dapat digolongkan menjadi
beberapa kategori yaitu sebagai berikut.
1) Penggolongan kalimat berdasarkan
pengucapan yaitu sebagai berikut :
 Kalimat langsung adalah kalimat
yang secara cermat menirukan
ucapan orang.
 Kalimat tak langsung adalah kalimat
yang menceritakan kembali ucapan
atau perkataan orang lain.
2) Penggolongan kalimat berdasarkan
stuktur gramatikal (jumlah klausa) yaitu
sebagai berikut :
 Kalimat tunggal adalah kalimat yang
memiliki satu klausa dan terdiri atas
satu subjek serta satu predikat.
 Kalimat majemuk terdiri atas dua
atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik koordinasi
maupun subordinasi.
3) Penggolongan kalimat berdasarkan
unsur kalimat yaitu sebagai berikut :
 Kalimat lengkap sekurang-kurangnya
terdiri dari satu subjek dan satu
predikat.
 Kalimat tidak lengkap adalah kalimat
yang tidak sempurna karena hanya
memiliki subjek saja, atau predikat
saja, atau objek saja, atau keterangan
saja.
4) Penggolongan kalimat berdasarkan
susunan subjek dan predikat yaitu
sebagai berikut :
 Kalimat inversi adalah kalimat yang
predikatnya mendahului subjeknya.
Kalimat ini biasanya dipakai untuk
penekanan atau ketegasan makna.
 Kalimat versi adalah kalimat yang
susunan dari unsur-unsur
kalimatnya sesuai dengan pola
kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-
O-K).

4. Kalimat Efektif
a. Kalimat efektif merupakan kalimat yang
mampu mengungkapkan pikiran pendengar
atau pembaca seperti apa yang terdapat
pada pikiran penulis atau pembicara.
Ciri-ciri kalimat efektif sebagai berikut :
1) Memiliki unsur pokok, minimal tersusun
atas subjek dan predikat.
2) Menggunakan diksi yang tepat.
3) Menggunakan kesepadanan antara
struktur bahasa dan jalan pikiran yang
logis serta sistematis.
4) Menggunakan tata aturan ejaan yang
berlaku.
5) Memperhatikan penggunaan kata, yaitu
penghematan penggunaan kata.
6) Menggunakan variasi struktur kalimat.
7) Menggunakan kesejajaran bentuk
bahasa.
Ada beberapa yang harus di perhataikan
sehingaga kalimat tersebut menjadi
sfektif yaitu kalimat tersebut sesuai
Ejaan yang Disempurnakan (EYD),
kalimatnya sistematis, tidak boros dan
bertele-tele yang terakhir adalah tidak
ambigu.
b. Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip
yang harus dipenuhi, yaitu kesepadanan,
kepararelan, kehematan kata, kecermatan,
ketegasan, kepaduan, dan kelogisan
kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif
adalah sebagai berikut :
1) Kesepadanan adalah keseimbangan
pikiran dan struktur kalimat yang
digunakan.
2) Keparalelan atau sering dikenal dengan
kesejajaran adalah kesamaan bentuk
dan struktur yang digunakan dalam
kalimat efektif harus paralel, sama, atau
sederajat.
3) Ketegasan adalah penekanan pada ide
pokok kalimat.
4) Kehematan dalam kalimat efektif adalah
hemat mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
5) Kecermatan artinya kalimat yang dibuat
tidak menimbulkan tafsiran ganda
(ambigu).
6) Kepaduan berkaitan dengan keselerasan
pernyataan dalam kalimat agar
informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah.
7) Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu
dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku.
2 Daftar materi yang sulit dipahami 1. Kalimat dan proses pembentukannya
di modul ini 2. Frasa
3. Klausa
4. Penggolongan kalimat berdasarkan struktur
gramatikal
5. Pronomina, nomina, verba

3 Daftar materi yang sering 1. Kalimat baku dan tidak baku


mengalami miskonsepsi 2. Kalimat efektif
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri
PROFESIONAL MODUL 1

Nama : Renia Astriyani, S. Pd.


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Unit Kerja : SMK Negeri 4 Garut

Kegiatan Belajar 1 : EJAAN


Judul Modul Modul 1 Profesional
Judul Kegiatan Belajar (KB) EJAAN
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. Menurut pemahaman saya berdasarkan
dipelajari hasil bacaan garis besar materi yang
dipelajari pada kegiatan belajar 1 adalah
panduan penggunaan ejaan dan tanda
baca dalam menulis karya ilmiah
berdasarkan PUEBI yang baik dan benar.
Selain itu, dalam kegiatan belajar 1
terdapat latihan terstruktur untuk
didiskusikan mengenai perbaikan ejaan
dan tanda baca yang terdiri dari 10
latihan soal. Pada kegiatan belajar 1
diberikan pula Tes Formatif yang terdiri
dari 10 soal pilihan ganda.

2. Ejaan yang pernah berlaku di Indonesia


adalah sebagai berikut:
a) Ejaan van Opuijsen (1901);
b) Ejaan Soewandi (1947);
c) Ejaan Yang Disempurnakan (1972).

3. Ciri-ciri dari ejaan van Ophuijsen antara


lain sebagai berikut.
a) Terdapat huruf oe yang digunakan
untuk menulis kata-kata Soekarno,
boekoe, ramboet, dan yang lainnya.
b) Huruf j pada saat itu digunakan
untuk menulis kata-kata sajang,
sajap, sajoer, dan yang lainnya.
c) Tanda diakritik, seperti koma ain dan
tanda trema digunakan untuk
menulis kata pa’, ta’, ma’, dan yang
lainnya.
d) Huruf ï untuk membedakan antara
huruf i sebagai akhiran dan sebagai
diftong seperti mulaï dengan ramai.
Huruf ini juga digunakan untuk
menulis huruf y seperti dalam
Soerabaïa.
4. Ciri-ciri ejaan Soewandi diantaranya
sebagai berikut.
a) Huruf oe diganti dengan u pada kata-
kata buku, rambut, saku, dan
sebagainya.
b) Tanda diakritik, seperti koma ain dan
tanda trema tidak lagi digunakan
misalnya kata pa’ menjadi pak, ta’
menjadi tak, ma’ menjadi mak, dan
yang lainnya.
c) Kata ulang ditulis dengan angka 2
seperti pada rumah2, ibu2,
bapak2ber-jalan2, ke-barat2-an, dan
yang lainnya.
d) Awalan di- dan kata depan di kedua-
duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mendampinginya, misalnya kata
diDjakarta, diBali, ditulis, dirangkai,
dan yang lainnya.

5. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau


Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) digunakan
sampai saat ini. Ejaan ini diresmikan
pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh
Presiden Republik Indonesia berdasarkan
Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972.
Ejaan ini mengubah ejaan yang
sebelumnya. Perubahan itu antara lain
sebagai berikut:
a) huruf tj menjadi j,
b) huruf dj menjadi j,
c) huruf ch menjadi kh,
d) huruf nj menjadi ny,
e) huruf sj menjadi sy,
f) huruf j menjadi y, dan
g) penulisan di- sebagai awalan dan di
sebagai kata depan dibedakan.

6. Penggunaan ejaan yang harus


diperhatikan ketika menulis karya ilmiah
adalah pemakaian huruf, seperti: huruf
kapital, huruf miring, huruf cetak tebal.
Penggunaan ejaan yang berhubungan
dengan penulisan gabungan kata,
partikel, singkatan, akronim, dan
penulisan istilah.

2 Daftar materi yang sulit 1. Pemahaman penggunaan tanda baca


dipahami di modul ini koma (,) pada kepentingan tertentu
dalam keseharian masyarakat.

3 Daftar materi yang sering 1. Tanda Baca


mengalami miskonsepsi Penggunaan Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai di antara nama
orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya
dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Contoh:
Siti Badilah, M.A.
Dr. Nadhifa F.A., M.Si.
Berdasarkan temuan dalam sehari-hari
di lingkungan sekitar saya sering
ditemukan mengenai ketidaksesuaian ini.

2. Tanda koma dipakai di antara (a) nama


dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c)
tempat dan tanggal, serta (d) nama
tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Contoh:
Bpk. Ujang Juhari, Karangpawitan,
Karawang.

Kajur PBSI, Fakultas Bahasa dan Seni,


Universitas Negeri Yogyakarta.

JAWABAN TUGAS TERSTRUKRUKTUR/LATIHAN/FORUM DISKUSI


KEGIATAN BELAJAR 1
EJAAN
Perbaikan ejaan dan tanda baca. Suntinglah penulisan ejaan dan tanda baca pada
kalimat berikut!
Jawaban Perbaikan Ejaan dan Tanda
No. Kalimat Pada Soal Latihan
Baca
Surat itu di tandatangani oleh Ilham Surat itu ditandatangani oleh Ilham
1.
Listiady, MM a/n CV Sejahtera. Listiady, M.M. a.n. CV Sejahtera.
Pembatasan pembelian solar Pembatasan pembelian solar
2. memengaruhi harga barang-biaya memengaruhi harga barang, biaya
transportasi dan biaya kesehatan transportasi, dan biaya kesehatan.
Peringkat tertinggi yang pernah dicapai Peringkat tertinggi yang pernah dicapai
3. ialah posisi ke; 19 untuk kelas tunggal ialah posisi ke-19 untuk kelas tunggal
dan ke (9) untuk kelas ganda dan ke-9 untuk kelas ganda.
Putra, lahir di sukabumi Bandung Putra, lahir di Sukabumi-Bandung
4.
pada juni 2013. pada bulan Juni tahun 2013.
Diana membawa: keripik singkong; roti Diana membawa keripik singkong, roti
5.
kukus; dan arem-arem. kukus, dan arem-arem.
Buku sebuah seni untuk bersikap bodo Buku sebuah seni untuk bersikap bodo
6. amat yang di tulis Mark Manson amat yang ditulis Mark Manson
sangat di sukai masyarakar. sangat disukai masyarakat.
‘Film Gundala merupakan bukti bahwa “Film Gundala merupakan bukti
7.
Indonesia memiliki tokoh superhero bahwa Indonesia memiliki tokoh
yang dapat dikagumi’ kata Joko Anwar superhero yang dapat dikagumi” kata
Joko Anwar.
Jumlah tabungan Susi mencapai Jumlah tabungan Susi mencapai Rp.
8.
2500000 di akhir tahun. 2. 500. 000,- di akhir tahun.
Lomba mendongeng tingkat SMP
Lomba mendongeng tingkat smp
9. dilaksanakan
dilaksanakan se jawa barat.
se-Jawa Barat.
Perusahaan itu mencari sepuluh Perusahaan itu mencari sepuluh
10. Pegawai Baru untuk mengisi beberapa ‘Pegawai Baru’ untuk mengisi beberapa
formasi yang kosong formasi yang kosong.

Kegiatan Belajar 2 : KATA DAN PROSES PEMBENTUKANNYA


Judul Modul Modul 1 Profesional
Judul Kegiatan Belajar (KB) Kata dan Proses Pembentukannya
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. Agar dapat berkomunikasi dengan baik
dipelajari dan benar, diperlukan alat komunikasi
yakni bahasa. Unsur bahasa yang
digunakan pertama adalah kata.
Pemilihan kata yang tepat tentu menjadi
wajib diketahui oleh para guru,
setidaknya tentang kata dan proses
pembentukannya.

2. Sebagai guru Bahasa Indonesia,


diharapkan memiliki pengetahuan
tentang teori kata dan pembentukan
kata secara tepat dan benar. Selain itu,
guru juga diharapkan mampu
menjelaskan kata dan proses
pembentukannya serta dapat
menggunakannya secara lisan dan
tulisan sesuai kaidah bahasa Indonesia.

3. Dalam istilah linguistik, kata dasar


diartikan sebagai dasar dari
pembentukan kata yang lebih besar.
Kata dasar merupakan jenis kata yang
dapat berdiri sendiri dan tersusun atas
morfem atau gabungan morfem.

4. Kata berimbuhan adalah kata dasar


yang telah diberi imbuhan, baik itu
awalan, sisipan, akhiran, maupun
awalan-akhiran. Nama lain dari kata
berimbuhan adalah kata turunan. Kata
dasar berubah menjadi kata berimbuhan
melalui proses morfologis. Proses ini
dapat mengubah kategorisasi kata dari
kelas tertentu ke kelas lain.
Pembentukan kata berimbuhan/
turunan terjadi melalui proses
morfologis. Terdapat tiga proses
morfologis yaitu proses afiksasi,
reduplikasi, dan pemajemukan.
Harimurti (2007:28) mengemukakan
afiksasi merupakan proses yang
mengubah leksem menjadi kata
kompleks. Afiksasi terdiri atas:
a) Prefiks yaitu imbuhan yang
ditambahkan pada bagian awal
bentuk kata dasar. Prefiks atau
awalan antara lain: {meN-}, {ber-}, {ter-
}, {pe-}, {per-}, {di-}, dan {se-}.
b) Infiks yaitu sisipan yang ditambahkan
pada bagian tengah bentuk kata
dasar. Infiks antara lain: {-el-}, {-er-}, {-
em-}, dan {-in-}.
c) Sufiks yaitu imbuhan yang
ditambahkan pada akhir bentuk kata
dasar. Sufiks sering disebut pula
akhiran. Contoh sufiks antara lain: {-
an}, {- kan}, dan {-i}.
d) Konfiks yaitu imbuhan yang
ditambahkan pada awal dan akhir
bentuk kata dasar. Contoh konfiks
antara lain: {ke-an}, {peN-an}, {per-an},
{ber-an}.
5. Reduplikasi adalah proses pembentukan
kata dengan mengulang satuan bahasa
baik secara keseluruhan maupun
sebagian. Reduplikasi adalah proses
pembentukan kata kompleks dengan
cara pengulangan bentuk kata. Jenis
kata ulang ada lima, yaitu sebagai
berikut.
a. Kata ulang utuh/dwilingga adalah
pengulangan seluruh bentuk dasar.
Contoh: tamu-tamu, mobil-mobil, dll.
b. Kata ulang sebagian: membaca-baca,
tulis-menulis, membuka-buka, dll.
c. Kata ulang berimbuhan: buah-
buahan, rumah-rumahan,
kebaratbaratan, dll.
d. Kata ulang berubah bunyi/dwilingga
salin suara: bolak-balik, sayurmayur,
lauk-pauk, dll.
e. Kata ulang dwipurwa adalah
pengulangan sebagian atau seluruh
suku awal sebuah kata. Contoh: tamu
menjadi tetamu, laki menjadi lelaki,
dll.
f. Kata ulang fonologis adalah
pengulangan unsur fonologis, seperti
fonem, suku kata, atau bagian kata
yang tidak ditandai oleh perubahan
makna. Contoh: lelaki, pipi, kupu-
kupu.
g. Kata ulang idiomatis adalah
reduplikasi yang maknanya tidak
dapat dijabarkan dari bentuk yang
diulang. Contoh: mata-mata artinya
detektif, tidak ada hubungannya
dengan mata.
h. Kata ulang morfologis adalah
pengulangan morfem yang
menghasilkan kata. Contoh: rumah-
rumah, mengobar-ngobarkan.
i. Kata ulang sintaksis adalah
pengulangan morfem karena tuntutan
kaidah sintaksis, seperti
pembentukan keterangan. Contoh:
jauh-jauh, didatanginya = walaupun
jauh, didatanginya.

6. Pemajemukan adalah penggabungan


dua kata atau lebih dalam membentuk
kata yang menimbulkan makna baru.
Penggabungan dua morfem bebas atau
lebih membentuk kata kompleks (kata
majemuk).
Ciri-ciri kata mejemuk yaitu sebagai
berikut.
1) Memiliki makna dan fungsi baru yang
tidak persis sama dengan fungsi masing-
masing unsurnya.
2) Unsur-unsurnya tidak dapat
dipisahkan baik secara morfologis
maupun secara sintaksis.
Perhatikan contoh berikut!
1) kambing+hitam → kambing hitam
2) rumah+sakit → rumah sakit
3) kaki+tangan → kaki tangan
4) orang+tua → orang tua
5) kepala + batu → kepala batu
6) mata + pelajaran → mata pelajaran.

7. Kategorisasi Kata
Kata dirujuk sebagai satuan bahasa yang
dapat berdiri sendiri. Satuan bahasa itu
dapat berupa morfem bebas atau morfem
terikat. Dalam kajian morfologi, kata
merupakan satuan terbesar dalam unit
analisis, sedangkan dalam kajian sintaksis,
kata merupakan satuan analisis terkecil.
Kata memiliki kedudukan sebagai subjek,
predikat, objek, dan keterangan dalam suatu
kalimat. Dalam ranah sintaksis, kata dibagi
menjadi beberapa kategorisasi atau kelas.
Berdasarkan deskripsi sintaksis, kata
dikategorisasi menjadi sembilan, yaitu:
1) verba;
2) nomina;
3) adjektiva;
4) numeralia;
5) adverbia;
6) preposisi;
7) konjungsi;
8) pronomina, dan;
9) kata tugas.
Kategorisasi kata dapat berubah karena
proses afiksasi. Contoh: kata dasar hadir
yang masuk dalam kategori adjektiva
berubah menjadi nomina karena mendapat
konfiks ke – an sehingga menjadi kemiripan.

8. Kosakata baku dan tidak baku.


Kata baku adalah kata yang digunakan
sudah sesuai dengan pedoman atau kaidah
bahasa yang telah di tentukan atau kata
baku merupakan kata yang sudah benar
dengan aturan maupun ejaan kaidah bahasa
Indonesia dan sumber utama dari bahasa
baku yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI). Kata baku umumnya sering
digunakan pada kalimat yang resmi, baik itu
dalam suatu tulisan maupun dalam
pengungkapan kata-kata.
Kata baku biasanya digunakan untuk
kegiatan berikut.
a. Membuat karya ilmiah.
b. Membuat surat lamaran pekerjaan.
c. Membuat surat dinas, surat edaran, dan
surat resmi lainnya.
d. Membuat laporan.
e. Membuat nota dinas.
f. Saat berpidato dan rapat dinas.
g. Saat musyawarah atau diskusi.
Kata tidak baku adalah kata yang
digunakan tidak sesuai dengan pedoman
atau kaidah bahasa sudah ditentukan.
Biasanya kata tidak baku sering digunakan
saat percakapan sehari-hari atau dalam
bahasa tutur. Ketidakbakuan suatu kata
bukan hanya ditimbulkan oleh salah
penulisan saja, akan tetapi bisa juga
disebabkan oleh pengucapan yang salah dan
penyusunan suatu kalimat yang tidak
benar.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
munculnya kata tidak baku yang
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Yang menggunakan bahasa tidak
mengetahui bentuk penulisan dari kata
yang dia maksud.
b. Yang menggunakan bahasa tidak
memperbaiki kesalahan dari
penggunaan suatu kata, itulah yang
menyebabkan kata tidak baku selalu
ada.
c. Yang menggunakan bahasa sudah
terpengaruh oleh orang-orang yang
terbiasa menggunakan kata yang tidak
baku.
d. Yang menggunakan bahasa sudah
terbiasa memakai kata tidak baku.

2 Daftar materi yang sulit Infiks yaitu sisipan yang ditambahkan pada
dipahami di modul ini bagian tengah bentuk kata dasar. Infiks
antara lain: {-el-}, {-er-}, {-em-}, dan {-in-}.
Perhatikan contoh berikut.
Infiks -el-
Kata dasar: tapak
Kata bentukan telapak
Infiks -er-
Kata dasar gerlap
Kata bentukan gemerlap
Infiks -em-
Kata dasar tali
Kata bentukan temali
Infiks -in-
Kata dasar sambung
Kata bentukan sinambung
3 Daftar materi yang sering Penggunaan Kata Baku dan Tidak Baku di
mengalami miskonsepsi lingkungan sekolah dan masyarakat.
Banyak anak-anak yang belum mengetahui
mana yang menjadi kata baku dan mana
yang menjadi kata tidak baku dari sebuah
kata. Hal ini dikarenakan penggunaan kata
baku tidak begitu sering diterapkan kepada
anak dalam bentuk penulisan. Selain pada
anak-anak, penggunaan kata baku juga
sering salah penggunaannya oleh orang yang
sudah dewasa, akan tetapi kesalahan
tersebut sudah lebih minim daripada
kesalahan yang ditemukan pada anak yang
berusia 9 sampai 15 tahun.

TUGAS TERSTRUKTUR/ LATIHAN/FORUM DISKUSI


Mengidentifikasi Proses Afiksasi Kata Bentukan Pada Paragraf Di Bawah Ini.
Kerusuhan warga di Manokwari, Sorong, dan kota lain di Papua awal pekan
ini kembali memberi pelajaran kepada kita sebagai bangsa yang majemuk.
Peristiwa ini menjadi kemelut bangsa Indonesia. Di tengah kenyataan kita
sebagai bangsa dengan kebudayaan yang beragam, rupanya persatuan kita
masih cukup rentan. Isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) masih
mudah mengoyak tenun kebangsaan kita hari ini.Beruntung, situasi di
beberapa kota di Papua serta kota lain saat ini berangsur pulih. Harapan besar
seluruh anak bangsa saat ini adalah konflik ini bisa segera berakhir.
Gemerlap peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-74 yang baru-baru ini kita
laksanakan seyogianya memberi semangat kepada kita untuk tetap menjaga
semangat persaudaraan dan persatuan. Apresiasi tinggi perlu disampaikan
kepada aparat keamanan yang terus bekerja keras meredakan situasi,
terutama di wilayah Papua.Presiden Joko Widodo juga sudah meminta kepada
seluruh masyarakat untuk saling memaafkan. Pernyataan Kepala Negara ini
juga layak diapresiasi dan diharapkan bisa makin menciptakan ketenangan di
masyarakat. Namun, pemerintah juga perlu menyadari bahwa setiap perkara
konflik warga, terutama yang dilatari isu SARA, perlu penanganan yang sangat
serius. Tidak cukup hanya dengan saling memaafkan, maka masalah lantas
dianggap sepenuhnya selesai. Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana
menemukan akar permasalahan setiap konflik yang berdimensi rasial. Akar
permasalahan penting diurai agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

Sumber: https://nasional.sindonews.co

a. Tabel Proses Afiksasi Kata Bentukan


Kata Proses Afiksasi
No. Kata Bentukan
Dasar Prefiks Infiks Sufiks Konfiks
1. kerusuhan rusuh ke-an
2. memberi beri meN-
3. pelajaran ajar peN-an
4. sebagai bagai se-
5. menjadi jadi meN-
6. kenyataan nyata ke-an
7. kebudayaan budaya ke-an
8. persatuan satu per-an
9. mengoyak koyak meN-
10. kebangsaan bangsa ke- an
11. beruntung untung ber-
12. berangsur angsur ber-
13. berakhir akhir ber-
14. gemerlap gerlap -er-
15. peringatan ingat per- an
16. kemerdekaan merdeka ke- an
17. laksanakan laksana -kan
18. seyogianya yogia se- nya
19. memberi beri mem-
20. menjaga jaga meN-
21. persaudaraan saudara per- an
22. persatuan. satu per- an
23. disampaikan sampai di- kan
24. keamanan aman ke- an
25. bekerja kerja be-
26. meredakan reda me- an
27. terutama utama ter-
28. meminta pinta meN-
29. memaafkan maaf meN- kan
30. pernyataan nyata per- an
31. diapresiasi apresiasi di-
32. diharapkan harap di- kan
33. menciptakan cipta meN- kan
34. ketenangan tenang ke- an
35. pemerintah perintah -em-
36. menyadari sadar meN-
37. terutama utama ter-
38. dilatari latar di- i
39. penanganan tangan peN- an
40. memaafkan maaf meN- kan
41. dianggap anggap di-
42. sepenuhnya penuh se- nya
43. menemukan temu meN- kan
44. permasalahan masalah per- an
45. berdimensi dimensi ber-
46. diurai urai di-
47. kejadian jadi ke- an
48. serupa rupa se-
49. terulang ulang ter-

b. Tabel kategorisasi kata


No. Kata Dasar Kategori Kata Bentukan
kata Nomina Verba Adjektiva
Jauh Adjektiva Kejauhan Berjauhan Terjauh
Sejauh Menjauh
Menjauhi
1. Sinar Nomina Sinaran Bersinar
Penyinaran Menyinari
Menyinarkan

2. Abadi Adjektiva Pengabdian Mengabadi


Keabadian mengabadikan
3. Abai Adjektiva Abaian Mengabaikan
Pengabai Terabai
pengabaian Terabaikan
4. Acap Adjektiva mengacapkan
5. Campur Verba Campuran Bercampur
Pencampuran Bercampuran
Mencampur
Mencampuri
Mencampurkan
Tercampur
Kegiatan Belajar 3 : KALIMAT DAN PROSES PEMBENTUKKANNYA
Judul Modul Modul 1 Profesional
Judul Kegiatan Belajar (KB) Kalimat dan Proses Pembentukannya
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. Agar dapat berkomunikasi dengan baik
dipelajari dan benar, diperlukan alat komunikasi
yakni bahasa. Pemilihan kalimat yang
efektif tentu menjadi wajib diketahui oleh
para guru. Oleh karenanya sebagai guru
Bahasa Indonesia, diharapkan memiliki
pengetahuan tentang teori secara tepat
dan benar, serta mampu memahami dan
menjelaskan kalimat dan proses
pembentukannya. Selain itu, harus
mampu menggunakan kalimat dalam
bahasa Indonesia secara baik dan benar
secara tulis maupun lisan.
2. Fungtor
Fungtor adalah kata (butir gramatika
seperti penanda jamak-es atau-s dalam
bahasa Inggris) yang tidak mempunyai
arti sendiri dan biasanya hanya
mempunyai fungsi gramatikal dalam
sintaksis. Fungtor dalam bahasa
Indonesia meliputi unsurunsur kalimat
yaitu subjek, predikat, objek, keterangan,
dan pelengkap (S-P-O-KPel.). Berikut
uraian fungtor dalam bahasa
1. Subjek
2. Predikat
3. Objek
4. Keterangan
3. Frasa
Frasa adalah gabungan dua atau lebih
yang bersifat nonpredikatif. Frasa sering
disebut pula gabungan kata yang mengisi
salah satu fungsi kalimat. Fungsi yang
dimaksud adalah subjek, predikat, objek,
dan keterangan. Berdasarkan kesetaraan
distribusi unsur-unsurnya, frasa terdiri
atas dua jenis, yaitu frasa endosentrik
dan frasa eksosentrik.

4. Klausa
Ramlan (1981: 62) mengemukakan
sebagai berikut. “Klausa dijelaskan
sebagai satuan gramatik yang terdiri atas
dari P, baik disertai S, O, PEL, dan KET
atau tidak. Dengan ringkas klausa ialah
(S), (P), (O), (PEL) (KET). Tanda kurung
menandakan bahwa apa yang terletak
dalam kurung itu bersifat manasuka,
artinya boleh ada, boleh juga tidak ada.”
Berdasarkan pengertian tersebut, klausa
adalah satuan gramatik yang
unsurunsurnya minimal terdiri atas
subjek-predikat dan maksimal terdiri atas
subjekpredikat-objek-pelengkap-
keterangan.
Contohnya sebagai berikut.
· Saya menulis
· Saya sedang menulis surat
· Saya sedang menulis surat kemarin
Klausa dapat dibagi menjadi beberapa
jenis. Penggolongan klausa didasarkan
pada 1) Struktur intern, 2) Ada tidaknya
kata negative, dan 3) Kategori kata atau
frasa yang menduduki fungsi P.

5. Kalimat
Alwi, dkk (2013: 317) mengemukakan
kalimat merupakan satuan terkecil
wacana. Dilihat dari segi bentuknya,
kalimat dapat dirumuskan sebagai
konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri
atas dua kata atau lebih. Menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia), kalimat
yaitu:
1) kesatuan ujar yang mengungkapkan
suatu konsep pikiran dan perasaan;
2) perkataan; linguistik;
3) satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi final dan secara aktual
maupun potensial terdiri atas klausa.
Kalimat dibagi menjadi berberapa jenis.
Berdasarkan isi atau fungsinya, kalimat
dibedakan menjadi empat jenis yakni:
kalimat perintah, kalimat berita, kalimat
tanya, kalimat seruan.

6. Penggolongan kalimat berdasarkan


pengucapan yaitu kalimat langsung dan
kalimat tak langsung, sedangkan
penggolongan kalimat berdasarkan
stuktur gramatikal (jumlah klausa) yaitu
kalimat tunggal, kalimat majemuk,
kalimat majemuk bertingkat. Berikutnya
dalah penggolongan kalimat berdasarkan
unsur kalimat yaitu kalimat lengkap dan
kalimat tidak lengkap. Selanjutnya,
penggolongan kalimat berdasarkan
susunan subjek dan predikat yakni
kalimat inversi dan kalimat versi.

2 Daftar materi yang sulit Fungtor


dipahami di modul ini Fungtor adalah kata (butir gramatika seperti
penanda jamak-es atau-s dalam bahasa
Inggris) yang tidak mempunyai arti sendiri
dan biasanya hanya mempunyai fungsi
gramatikal dalam sintaksis. Fungtor dalam
bahasa Indonesia meliputi unsurunsur
kalimat yaitu subjek, predikat, objek,
keterangan, dan pelengkap (S-P-O-KPel.).
Berikut uraian fungtor dalam bahasa
1. Subjek
2. Predikat
3. Objek
4. Keterangan

3 Daftar materi yang sering 1. Pengucapan: kalimat langsung dan tidak


mengalami miskonsepsi langsung.
2. Struktur gramatikal (jumlah klausa):
kalimat tunggal, majemuk setara, dan
majemuk tidak setara.
3. Unsur kalimat: kalimat lengkap dan tidak
lengkap.
4. Susunan Subjek – Predikat: kalimat
inversi dan versi

TUGAS TERSTRUKTUR/ LATIHAN

A. FRASA
Identifikasilah jenis frasa yang terdapat pada kalimat-kalimat berikut!
1. Koperasi dan bulog membeli gabah dengan murah.
2. Baik gitar maupun suling dominan dalam tarling.
3. Aneka kerajinan dari daerah sedang dipamerkan di PRJ.
4. Pimpinan memperlihatkan ketegasan kepada rakyat.
5. Mereka menerima bingkisan dengan riang gembira.

B. KLAUSA
Tentukanlah klausa yang terdapat pada kalimat-kalimat berikut!
1. Adik sedang bermain boneka beruang di teras.
2. Rina sedang belajar matematika di ruang belajar.
3. Ibu sedang menggoreng tempe di dapur.
4. Ayah sedang minum kopi di ruang tamu.
5. Kakak sedang bermain komputer di kamar.

C. KALIMAT
1. Ubahlah kalimat langsung berikut menjadi kalimat tidak langsung!
a. “Jangan menyakiti orang lain demi kepentinganmu, Nak!” nasihat Ibu padaku.
b. “Jangan terlalu banyak minum kopi!” kata Sabela pada Diana.
c. “Besok kamu menjemput aku ya?” pinta Viola kepada Isnain.
2. Buatlah tiga kalimat tunggal!
3. Buatlah tiga kalimat majemuk setara!
4. Buatlah tiga kalimat majemuk bertingkat!
5. Identifikasilah unsur kalimat tersebut (S-P-O-K)!
a. Arya berangkat kuliah sedangkan Citra mencuci piring di dapur.
b. Nurlita sangat senang membantu orang lain sedangkan Hikmah tidak suka
membantu orang lain.
c. Citra suka sekali menjahili teman-temannya di kelas, akibatnya dia tidak mempunyai
teman.
Kegiatan Belajar 4 : KALIMAT EFEKTIF
Judul Modul Modul 1 Profesional
Judul Kegiatan Belajar (KB) Kalimat Efektif
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. Agar dapat berkomunikasi dengan baik
dipelajari dan benar, diperlukan alat komunikasi
yakni bahasa. Pemilihan kalimat yang
efektif tentu menjadi wajib diketahui
oleh para guru. Oleh karenanya sebagai
guru Bahasa Indonesia, diharapkan
memiliki pengetahuan tentang teori
tersebut secara tepat dan benar. Selain
itu, diharapkan juga memiliki beberapa
kompetensi sebagai berikut: 1)
Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan kalimat efektif dan
prinsipprinsipnya. 2) Peserta mampu
menggunakan kalimat efektif dalam
bahasa Indonesia secara baik dan benar
secara tulis maupun lisan. 3) Peseta
mampu menganalisis kalimat efektif
dalam sebuah karya ilmiah (abstrak).
2. Kalimat Efektif
Kalimat efektif merupakan kalimat yang
mampu mengungkapkan pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa
yang terdapat pada pikiran penulis atau
pembicara.

3. Ciri-ciri kalimat efektif antara lain


sebagai berikut.
1) Memiliki unsur pokok, minimal
tersusun atas subjek dan predikat.
2) Menggunakan diksi yang tepat.
3) Menggunakan kesepadanan antara
struktur bahasa dan jalan pikiran
yang logis serta sistematis.
4) Menggunakan tata aturan ejaan
yang berlaku.
5) Memperhatikan penggunaan kata,
yaitu penghematan penggunaan
kata.
6) Menggunakan variasi struktur
kalimat.
7) Menggunakan kesejajaran bentuk
bahasa.
4. Kalimat efektif memiliki beberapa syarat
yaitu sebagai berikut.
1) Sesuai Ejaan yang Disempurnakan
(EYD)
2) Sistematis
3) Tidak boros dan bertele-tele
4) Tidak ambigu

5. Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip


yang harus dipenuhi, yaitu
kesepadanan, kepararelan, kehematan
kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan,
dan kelogisan kalimat.
2 Daftar materi yang sulit 1. Menggunakan kesepadanan antara
dipahami di modul ini struktur bahasa dan jalan pikiran yang
logis serta sistematis.
2. Menggunakan tata aturan ejaan yang
berlaku. Memperhatikan penggunaan
kata yaitu penghematan penggunaan
kata.
3. Menggunakan variasi struktur kalima
3 Daftar materi yang sering Syarat kalimat efektif yaitu sesuai dengan
mengalami miskonsepsi EYD, Sistematis, idak boros kata, tidak
ambigu. Berdasarkan identifikasi saya di
kelas, siswa kurang mahir membuat kalimat
efektif karena minat baca yang lemah
sehingga kosa kata yang mereka miliki
terbatas. Pada akhirnya mereka membuat
kalimat dengan apa adanya tanpa
mengupayakan atau mengusahakan untuk
bisa.

TUGAS TERSTRUKTUR/ LATIHAN

1. Perbaikilah kalimat tidak efektif berikut sehingga menjadi kalimat efektif!


a. Untuk mengetahui baik atau buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah
lakunya sehari-hari.
b. Semoga dimaklumi.
c. Pekerjaan itu dia tidak cocok.
d. Perkara yang diajukan ke meja hijau berjumlah 51 buah. Sedangkan perkara yang
telah selesai disidang-kan berjumlah 23 buah.
e. Halamannya sangat luas, rumah paman saya di Cibubur.
f. Kepada para mahasiswa diharap mendaftarkan diri di subbagian akademik.
g. Dengan ransum yang memiliki keseimbangan nutrisi mempengaruhi pertambahan
bobot badan ternak babi.
h. Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan. Sedangkan data sekunder adalah
data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan.
i. Proposal ini saya harus perbaiki secepatnya.
j. Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, pencarian bahan
bacaan, dan menyusun rancangan.
2. Cobalah membuat lima kalimat efektif berdasarkan syarat dan prinsip yang benar!
3. Bacalah dengan saksama paragraf berikut! Analisislah kalimat tidak efektif yang
Anda temukan dalam paragraf tersebut!
Bangsa Indonesia ditakdirkan lahir dengan beragam suku, agama, bahasa,
dan budaya. Keragaman ini terus terpelihara dengan baik hingga kini sekarang
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perekat dari
keragaman itu bernama Bhinneka Tunggal Ika. Namun, belakangan kita mulai
cemas karena ada upaya gangguan terhadap kemajemukan bangsa tersebut.
Pada akhir hari-hari ini kita semua melihat politik identitas seringkali dijadikan
komoditas untuk mencapai kepentingan tertentu. Perebutan kekuasaan dalam
kontestasi politik di tanah air tak jarang seringkali menjadikan isu identitas
sebagai alat demi agar untuk mendapatkan kemenangan.
Sumber: https://nasional.sindonews.com

4. Bacalah dengan saksama paragraf berikut! Perbaikilah kalimat tidak efektif yang
Anda temukan dalam paragraf tersebut!
Progres kemajuan pembangunan prasarana LRT Jakarta – Bogor – Depok –
Bekasi (Jabodebek) untuk tahap pertama hingga 4 Oktober 2019 telah mencapai
sekitar 66,23%. Untuk tahap pertama terdapat tiga lintasan. Lintas pelayanan
pertama adalah rute Cawang – Cibubur (85,7%), selanjutnya kemudian adalah
lintas pelayanan kedua dari Cawang – Kuningan hingga Dukuh Atas (56,1%), dan
lintas pelayanan ketiga meliputi Cawang – Bekasi Timur (59,5%). Proyek LRT
Jabodebek tahap pertama dijadwalkan beroperasi penuh pada November 2021.
Sejak akhir pekan lalu kereta lintas rel terpadu (LRT) yang diproduksi PT INKA di
Madiun, Jawa Timur sudah bertengger di lintasan kereta Stasiun LRT Harjamukti,
Cibubur. Kereta LRT dikirim ke Jakarta lewat jalur darat dengan menggunakan
Multi-Axle Truck yang awalnya diparkir pada depo sementara yang ada di Cibubur.
Hal ini kemudian menarik antusias warga yang tinggi. Tidak hanya itu, dengan
adanya angin segar rel kereta ini, masyarakat berharap agar supaya transportasi
Indonesia semakin lebih tertata dengan baik.
Sumber: https://nasional.sindonews.com

Anda mungkin juga menyukai