PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
rasa yang tepat, penggunaan nada yang baik, serta agar suatu maksud
tersampaikan setiap orang harus mempelajari aspek makna agar tidak
terjadi kesalahan dalam komunikasi. Dalam makalah ini akan dibahas
secara rinci mengenai keempat aspek makna semantik tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
D. Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kempson dalam Pateda (2010: 79) memaparkan tiga hal yang coba
dijelaskan oleh para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha
menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu, yakni (i) menjelaskan makna
4
secara alamiah, (ii) mendeskripsikan kalimat secara alamiah, dan (iii)
menjelaskan makna dalam proses komunikasi. Dalam hubungan ini,
Kempson berpendapat untuk menjelaskan istilah makna harus dilihat
dari segi (i) kata; (ii) kalimat; dan (iii) apa yang dibutuhkan oleh
pembicara untuk berkomunikasi.
B. Aspek Makna
1. Sense (Pengertian)
2. Feeling (Perasaan)
3. Tone (Nada)
4. Intension (Tujuan)
1. Sense (Pengertian)
5
Pateda (2010: 89) menyatakan bahwa pengertian disebut juga tema.
Tiap hari orang berbicara dan tiap hari kita mendengarkan orang
berbicara bahkan berbicara dengan kawan bicara kita. Ketika orang
berbicara, ia menggunakan kata-kata atau kalimat yang mengandung ide
atau pesan yang dimaksud. Sebaliknya, kalau kita mendengarkan kawan
bicara kita, maka kita mendengar kata-kata yang mengandung ide atau
pesan seperti yang dimaksudkan oleh kawan bicara kita.
6
1. a. Ayah berlayar ke Jakarta kemarin.
Dilihat dari segi makna, kalimat (1a), (1b), (1c), (1d) mengandung
satu pengertian, kalimat (2) mengandung satu pengertian, kalimat (3)
mengandung satu pengertian, kalimat (4a) dan (4b) mengandung satu
pengertian, dan kalimat (5a), (5b), juga mengandung satu pengertian.
Kalimat (2) jelas berbeda maknanya dengan kalimat (3), tetapi kalimat
(4a) dan (4b), jelas mengandung satu pengertian meskipun kata pendek
diganti dengan urutan kata tidak panjang.
7
(ii) Anak ayah, dokter Ahmad, sakit.
8
oleh bahasa Indonesia memang tidak begitu banyak, hanya terbatas
kepada beberapa ratus kata saja.”
(Soepomo Poedjosoedarma, 1987: 19, Basis, Januari 1987-XXXVI-1).
Kita memahami tema di dalam informasi karena apa yang kita
katakan atau apa yang kita dengar memiliki pengertian dan tema. Kita
mengerti tema karena kita paham akan kata-kata yang melambangkan
tema tersebut.
2. Feeling (Perasaan)
9
Kadang-kadang pula apa yang dirasakan tanpa disadari terlompat
dari mulut. Kalau hal itu dirahasiakan atau akan membahayakan jiwa,
maka segera di-alihkan pembicaraan kepada hal-hal yang lain. Sering,
setelah mengujarkan kata yang salah, kita berkata, “E..e.. bukan begitu,
maaf saya salah, maksud saya… “ Dalam diri sadar bahwa apa yang
dikatakan sebenarnya tidak harus dikatakan.
10
(2) Ikut bersedih
11
penyapa terhadap tema atau pokok pembicaraan, misalnya: sedih,
gembira, dan marah. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perasaan
merupakan hasil atau perbuatan merasa dengan pancaindra. Jadi dapat
disimpulkan bahwa aspek makna rasa merupakan sikap pembicara yang
berhubungan dengan rasa yang sedang dialaminya.
3. Tone (Nada)
12
“Pak, silakan makan!” Kita tidak akan menggunakan kata-kata. “Pak,
makan!”
(4) Pergi!
4. Intensition (Tujuan)
14
Menurut Shipley dalam Pateda (2010: 94) menyatakan, aspek
makna maksud (intention) merupakan maksud, senang atau tidak senang,
efek usaha keras yang dilaksanakan. Biasanya kalau kita mengatakan
sesuatu, memang ada maksud yang kita inginkan. Apakah kata itu
bersifat deklaratif, imperatif, naratif, pedagogis, persuasive, rekreatif
atau politis, semuanya mengandung maksud tertentu. Kalau seseorang
berkata, “Kerbau!”, orang itu bermakud mengurangi kejengkelannya,
atau bermaksud mengubah perilaku orang yang kena kata tersebut.
Setiap kata yang digunakan pasti mengandung maksud.
15
Menurut Palmer dalam Fatimah (2013: 5) menyatakan, aspek makna
tujuan ini adalah “his aim, conscious or unconscious, the effect he is
endeavouring to promote” (tujuan atau maksud, baik disadari maupun
tidak, akibat dari usaha peningkatan). Apa yang kita ungkapkan di dalam
makna aspek tujuan memiliki tujuan tertentu, misalnya dengan
mengatakan “Penipu kau!” tujuannya supaya lawan berbica mengubah
kelakuannya (tindakan) yang tidak diinginkan tersebut.
16
Sejalan dengan pendapat Fatimah, Sudaryat (2014: 19) menyatakan,
Amanat adalah aspek makna yang berupa maksud dari tujuan yang ingin
dicapai oleh penyapa, berupa tersampainya ide penyapa kepada pesapa
secara tepat. Amanat berkaitan ide penyapa kepada dan penafsiran dari
pesapa. Jika amanat tidak diterima dengan tepat oleh pesapa, akan
timbul salah paham atau salah komunikasi. Oleh karena itu, amanat
sebenarnya pesan penyapa yang telah diterima oleh pesapa.
17
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal (Edisi Kedua). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudaryat, Yayat. 2014. Makna dalam Wacana. Bandung: CV. Yrama Widya.
19