Berikut ada beberapa contoh risiko yang dapat dicover dan akan disetujui oleh pihak
asuransi apabila tertanggung ingin mengalihkan kerugian akibat suatu risiko.
a) Risiko yang terjadi harus dalam risiko murni atau tidak direkayasa dan termasuk
dalam risiko khusus adalah risiko yang tiba-tiba muncul secara tidak terduga dan bisa
menimpa siapa saja. Contoh risiko meninggal dunia maupun risiko kecelakaan.
b) Risiko yang bisa diukur dengan uang artinya adalah pengalihan risiko yang dinilai
dari segi pembiayaan, bukan dari segi emosional tertanggung. Contoh yang terjadi
pada asuransi jiwa, pihak asuransi hanya bisa melakukan pengalihan berupa sejumlah
uang yang telah disepakati dalam perjanjian konrak polis atau yang disebut
dengan Uang Santunan, namun tidak bisa untuk menghidupkan kembali pihak
tertanggung yang sudah meninggal.
c) Terjadi Secara Tiba-tiba dan Tidak Disengaja. Pihak perusahaan asuransi tidak akan
bertanggung jawab dalam pengalihan risiko kerugian yang ditimbulkan akibat unsur
kesengajaan. Contoh, seperti percobaan bunuh diri bagi seseorang. Hal ini tidak akan
ada nilai pertanggungan sejumlah uang, bahkan biaya perawatan rumah sakit pun
tidak ada.
d) Sama Sifatnya dan Dalam Jumlah yang Besar. Dari sekian banyak risiko yang ada,
menjadi sebuah penilaian bagi pihak asuransi untuk menentukan berapa besar
perkiraan biaya kerugian yang terjadi. Contoh seperti pada koleksi perangko, hal ini
akan sulit diasuransikan karena dari pihak asuransi akan sulit untuk menentukan
besarnya nilai pertanggungan dalam kontrak polis, semua itu disebabkan karena
nilainya tergantung dari kesukaan subjektif.
e) Harus Dapat Dibuktikan. Pihak asuransi sebagai pihak penanggung akan meminta
bukti yang sah akibat dari kerugian yang dialami nasabahnya sebelum menyetujui
pengajuan klaim. Sebagai contoh, ketika pihak tertanggung kehilangan sebuah unit
mobil yang diasuransikan, pihak tertanggung diharuskan mempunyai surat keterangan
dari polisi yang menyatakan hilangnya mobil tersebut sampai pada akhirnya baru bisa
melakukan pengajuan klaim kepada pihak penanggung, dalam hal ini adalah
perusahaan asuransi.
f) Mengandung Unsur Kerugian Bagi Tertanggung yang Diasuransikan. Risiko yang
diasuransikan harusnya menyangkut risiko diri sendiri. Apabila risiko tersebutnya
ternyata berdampak pada orang lain, maka perusahaan asuransi sebagai pihak
penanggung tidak akan mengalihkan risikonya. Misal, pihak tertanggung tidak dapat
mengasuransikan motor tetangganya, sebab apabila motor tersebut hilang atau rusak,
maka yang akan mengalami kerugian adalah tetangganya, bukan pihak tertanggung
itu sendiri.
a) Insured (Pihak Tertanggung)
Definsi dari unsur yang pertama ini adalah, seseorang atau badan atau organisasi yang
berjanji untuk membayar sejumlah uang (disebut premi) kepada pihak penanggung.
Pembayaran ini bisa dilakukan secara berturut-turut (diangsur) atau sekaligus tunai.
Yang selanjutnya dengan membayar premi ini maka pihak insured akan mendapatkan
hak mendapatkan klaim asuransi. Bersama dengan hak tersebut melekat juga
kewajiban untuk tetap membayar premi sesuai dengan kesepakatan.
b) Insure (Pihak Penanggung)
Sesuai dengan definisinya, maka unsur yang kedua ini adalah badan atau lembaga,
atau organisasi tertentu yang dalam skema perjanjian akan membayarkan sejumlah
uang (bisa disebut sebagai uang santunan atau penggantian) baik secara berangsur-
angsur ataupun secara tunai (sekaligus), kepada pihak pertama apabila terjadi sesuatu
hal yang terjadi sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Hak insure adalah
mendapatkan pembayaran premi. Sedangkan kewajibannya adalah membayar
sejumlah uang sesuai klaim yang ada dalam skema perjanjian.
c) Objek Asuransi
Unsur yang ketiga ini meliputi antara lain : benda, beserta hak dan atau kepentingan
yang melekat pada benda tersebut, hal yang terkait dengan nyawa, bagian tubuh
(termasuk kesehatan) serta lainnya yang termasuk dalam objek asuransi sesuai dengan
yang dijanjikan pihak insure (uang pensiun, pendapatan bulanan serta lainnya).
Dimana pihak insured membayar uang premi dengan tujuan bebas dari risiko
kerusakan, kehilangan, serta kerugian lainnya.
d) Peristiwa Asuransi
Secara definitif unsur keempat ini bisa dijabarkan sebagai satu peristiwa tidak pasti
(evenement) yang mengancam objek asuransi, dan didalamnya terjadi persetujuan
antara pihak insure dan insured sehingga menjadi satu perbuatan hukum berupa
kesepakatan antara kedua belah pihak.