Anda di halaman 1dari 4

1. Asuransi dapat mengcover risiko-risiko yang akan dihadapi.

Jelaskan risiko-risiko yang dapat


dicover oleh asuransi dan berikan contohnya.
Jawaban :
Tidak semua risiko dapat dicover oleh asuransi. Hanya risiko fundamental dan risiko
murni saja yang bisa diasuransikan dengan syarat-syarat tertentu sebagai berikut:
- Risiko harus terjadi dengan ketidaksengajaan dan tidak bisa diprediksi.
- Risiko yang dapat ditanggung harus berisifat homogen dan umum terjadi.
- Dampak dari risiko tersebut bisa dinilai dengan uang atau secara financial.
- Harus ada obyek yang dipertanggungkan atau yang diasuransikan misalnya harta benda, sakit,
kerugian dan lain sebagainya.
- Obyek yang diasuransikan tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku dan kepentingan
umum. Misalnya, narkoba tidak bisa dijadikan sebagai obyek asuransi.
- Premi yang dibebankan harus sesuai dengan tingkat risiko yang diasuransikan. Meskipun
pertanggungan boleh melebihi harga atau kepentingan yang sebenarnya, namun hanya dalam
batas tertentu saja (asuransi ganda).
Berikut ini adalah risiko-risiko yang dapat dicover oleh asuransi dan contohnya.
1) Kerugian karena risiko bisa ditentukan dan diukur. Jika kerugian tidak bisa diukur maka
perusahaan asuransi tidak akan bisa membuat kontrak asuransi. Secara teoritis sebagian besar
risiko bisa ditentukan dan diukur, tetapi dalam praktik, penentuan, dan pengukuran risiko
tidak semudah yang dibayangkan.
Contohnya perusahaan asuransi bersedia menanggung asuransi ketidakmampuan bekerja lagi
(disability) dengan menerima premi tertentu. Kemudian, orang tersebut mengalami
kecelakaan dan mengklaim tidak bisa lagi bekerja, dan karena itu menuntut uang
pertanggungan. Nilai atau kerugian dari penderitaan atau kesedihan
semacam itu akan sangat sulit ditentukan. Biasanya pengadilan yang akan memutuskan
seberapa besar ganti rugi yang pantas (meskipun mungkin juga tidak ada dasar yang
memuaskan untuk sampai pada angka ganti rugi tersebut).
2) Risiko yang mempunyai kemiripan dan banyak. Salah satu persyaratan penting dari sudut
pandang perusahaan asuransi adalah risiko yang diasuransikan bisa diperkirakan di muka.
Perusahaan asuransi bisa memperkirakan lebih baik jika risiko tersebut cukup banyak dan
mirip satu sama lain. Jika hanya satu risiko terjadi dalam waktu sekian lama, maka
perusahaan asuransi akan menghadapi ketidakpastian yang sama dengan pihak yang
mengasuransikan (insured).
Contohnya adalah risiko kematian manusia.
3) Kerugian harus terjadi karena ketidaksengajaan atau karena kecelakaan. Ketidaksengajaan
merupakan persyaratan dari asuransi. Perusahaan asuransi biasanya mengeluarkan kerugian
yang disengaja dalam polis asuransi mereka. Kerugian semacam itu tidak akan ditanggung
oleh perusahaan asuransi. Dari sudut pandang perusahaan asuransi, kesengajaan semacam itu
akan mendorong timbulnya moral hazard.
Contoh, misalkan seseorang membeli asuransi kecelakaan. Misalkan ia sudah bosan dengan
mobil tersebut, dan ingin mengganti dengan yang baru. Salah satu cara yang bisa dilakukan
adalah menabrakkan mobil tersebut sampai rusak, kemudian memperoleh ganti rugi
kerusakan tersebut dari perusahaan asuransi. Uang ganti rugi tersebut digunakan untuk
membeli mobil baru.
4) Kerugian yang tidak diakibatkan oleh bencana. Salah satu tujuan mengumpulkan eksposur
risiko adalah agar terjadi diversifikasi yaitu kerugian yang muncul bisa ditanggung oleh premi
dari nasabah lainnya yang tidak mengalami risiko tersebut. Jika sebagian risiko ternyata
muncul pada saat yang bersamaan, maka prinsip diversifikasi atau pengumpulan eksposur
semacam itu tidak terjadi. Perusahaan asuransi menghadapi risiko membayar tanggungan
yang sangat besar, yang bisa mengakibatkan kebangkrutan perusahaan asuransi tersebut.
Contoh, misal perusahaan asuransi menjual risiko kerusakan rumah kepada banyak penduduk
di suatu kota. Kemudian, terjadi gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan pada rumah-
rumah di kota tersebut, sehingga perusahaan asuransi akan menanggung kerugian yang sangat
besar (bisa mengakibatkan kebangkrutan) karena risiko tersebut muncul pada saat yang
bersamaan. Dalam situasi tersebut, risiko yang bersifat bencana (cathastrophic) semacam itu
tidak ideal lagi untuk diasuransikan. Perusahaan asuransi bisa mendiversifikasikan lebih
lanjut, misal dengan memperluas asuransi ke negara lain, atau dengan mengasuransikan lagi
ke perusahaan asuransi lain (reinsurance).
5) Kerugian yang besar. Perusahaan atau individu seharusnya mengasuransikan risiko yang
mempunyai potensi kerugian yang besar. Tidak akan ekonomis jika perusahaan atau individu
mengasuransikan risiko yang potensi kerugiannya kecil. Untuk risiko tersebut, perusahaan
atau individu bisa menanggung risiko tersebut dengan dana internal, misal menyiapkan
cadangan kerugian, atau individu menggunakan sebagian penghasilannya untuk mendanai
kerugian tersebut.
Contoh, kerugian karena ban mobil pecah barangkali tidak ekonomis untuk diasuransikan,
karena biaya untuk memperbaiki ban pecah tidak akan terlalu tinggi. Premi untuk risiko
tersebut justru akan lebih tinggi dibandingkan dengan cadangan dari tabungan seseorang.
Tetapi risiko kecelakaan mobil, di mana kerugiannya bisa mencapai puluhan juta rupiah, akan
lebih layak untuk diasuransikan.
6) Probabilitas terjadinya kerugian tidak terlalu tinggi. Jika probabilitas terjadinya kerugian
terlalu tinggi maka premi yang dibebankan oleh perusahaan asuransi menjadi sangat tinggi.
Premi total tersebut menjadi sama dengan kerugian yang akan ditanggung oleh perusahaan
asuransi karena risiko tersebut, ditambah dengan biaya overhead perusahaan asuransi dan
target keuntungan perusahaan asuransi tersebut. Dalam situasi semacam itu, pihak yang
mengasuransikan (insured) akan lebih baik jika tidak usah membeli asuransi, dan
menanggung sendiri kerugian tersebut. Kerugian yang akan ditanggung tersebut akan lebih
kecil dibandingkan dengan total premi yang dibayarkan ke perusahaan asuransi. Dengan
demikian, kontrak asuransi tidak akan terjadi.

2. Identifikasi dan jelaskan risiko yang tidak dapat dicover asuransi dan berikan contohnya.
Jawaban :
Risiko yang tidak dapat diasuransikan adalah suatu kondisi yang menimbulkan risiko kerugian
yang tidak dapat diketahui atau tidak dapat diterima untuk ditanggung oleh perusahaan asuransi.
Risiko yang tidak dapat diasuransikan dapat mencakup situasi di mana asuransi bertentangan
dengan hukum, seperti pertanggungan untuk hukuman pidana. Risiko yang tidak dapat
diasuransikan dapat berupa peristiwa yang sangat mungkin terjadi, seperti badai atau banjir, di
daerah yang sering terjadi bencana tersebut. Pertanggungan berisiko tinggi tersedia dari beberapa
perusahaan asuransi, tetapi pertanggungan tersebut mungkin terbatas dan mahal.
Meskipun setiap perusahaan asuransi mungkin memiliki kebijakannya sendiri mengenai apa yang
mereka anggap dapat diasuransikan dan tidak dapat diasuransikan, di bawah ini adalah contoh
risiko yang mungkin dianggap tidak dapat diasuransikan oleh banyak perusahaan.
1) Risiko kerugian bisnis selama periode depresi. Hal tersebut tidak bisa diasuransikan karena
bersifat cathastropluc. Jika terjadi depresi, semua bisnis akan merugi. Perusahaan asuransi
akan membayar pertanggungan yang terlalu tinggi. Selain itu, pada kondisi depresi semua
membeli asuransi. Pada kondisi baik, tidak ada yang membeli asuransi. Perusahaan asuransi
tidak bisa menyeimbangkan rugi pada depresi dan laba pada kondisi ekonomi baik.
Perusahaan asuransi akan selalu rugi.
2) Kerugian karena informasi rahasia bocor ke pesaing. Sulit ditentukan dan diukur besarnya
kerugian karena peristiwa tersebut. Karena sulit, problem moral hazard bisa muncul.
Perusahaan bisa mengaku-aku bahwa informasi penting bocor, padahal tidak ada kejadian
seperti itu.
3) Kerugian perdagangan di bursa saham. Sulit ditentukan dan diukur karena kondisi bursa
saham bisa berubah dengan sangat cepat. Bersifat cathastophic, jika kondisi ekonomi jelek
maka bursa saham semuanya mengalami kerugian. Jika kondisi ekonomi baik, bursa baik,
tidak ada yang beli asuransi.
4) Terlalu mungkin terjadi. Jika perusahaan asuransi menganggap suatu peristiwa, seperti
bencana alam atau bencana, terlalu mungkin terjadi, peristiwa tersebut kemungkinan besar
tidak dapat diasuransikan.
5) Risiko reputasi. Suatu perusahaan dapat mengalami kerusakan pada reputasinya. Misalnya,
penarikan kembali produk perusahaan karena bahaya keselamatan dapat merusak nama dan
reputasi perusahaan. Perusahaan asuransi akan menghadapi tantangan yang sulit dalam
menentukan nilai moneter dari reputasi perusahaan untuk memastikan jumlah tersebut. Ada
terlalu banyak faktor dan variabel yang terlibat bagi perusahaan asuransi untuk menilai
reputasi satu perusahaan versus yang lain, dan terlalu banyak hal yang bisa salah.
6) Risiko regulasi. Regulasi adalah undang-undang yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah
yang dirancang untuk melindungi warganya dari tindakan tidak sah yang dilakukan oleh
perusahaan atau pihak lain. Peraturan dapat sering berubah, dan banyak bisnis berjuang untuk
mengikuti lanskap peraturan yang dinamis. Contoh peraturan termasuk undang-undang baru
untuk melindungi lingkungan atau perubahan undang-undang keamanan pangan tentang
bagaimana makanan harus diproses. Perusahaan asuransi akan memiliki tugas yang sulit
dalam memprediksi kemungkinan perubahan peraturan dan menetapkan nilai moneter untuk
kerusakan yang ditimbulkan pada perusahaan sebagai akibat dari perubahan itu.
7) Risiko rahasia dagang. Risiko rahasia dagang dapat melibatkan keamanan nasional ketika
pegawai pemerintah mengambil informasi dari komputer. Risiko juga dapat terjadi di
perusahaan ketika seorang karyawan mungkin membawa pulang daftar klien dan
menawarkannya ke kompetisi dengan imbalan pekerjaan. Perusahaan akan kesulitan
menemukan perusahaan asuransi yang akan menutupi kerusakan jika rahasia dagangnya
dicuri atau diberikan.
8) Resiko politik. Perusahaan multinasional menghadapi tantangan ketika mereka membuka
operasi di luar negeri. Perusahaan yang berlokasi di negara berkembang dapat mengalami
risiko politik, seperti pergolakan politik jika pemerintah digulingkan atau bangkrut. default
atau tidak dapat membayar kewajiban finansialnya. Default nasional mungkin termasuk
ketidakmampuan untuk membayar layanan publik atau negara yang tidak mampu membayar
hutang nasionalnya. Perusahaan asuransi tidak akan dapat meramalkan kemungkinan
terjadinya peristiwa politik dan biaya untuk mengasuransikan peristiwa tersebut kemungkinan
besar akan menjadi penghalang.
9) Risiko pandemi. Pandemi adalah wabah penyakit yang menyebar ke seluruh negara atau
seluruh dunia. Risiko pandemi, seperti virus corona, hampir tidak mungkin bagi perusahaan
asuransi untuk memprediksi dan memperkirakan kerusakan yang dapat ditimbulkan pada
individu maupun perusahaan. Bisnis mungkin dapat menggunakan polis asuransi lain untuk
menutup sebagian biaya pandemi. Misalnya, perusahaan mungkin memiliki asuransi yang
menanggung penghentian dalam rantai pasokan mereka, seperti tidak dapat membeli bahan
mentah atau inventaris.
Seperti risiko lain yang tidak dapat diasuransikan, ada beberapa perusahaan asuransi yang
bersedia menanggung risiko yang terkait dengan pandemi. Namun, mungkin ada batasan
untuk pertanggungan dalam polis tersebut dan premi yang besar.
3. Industri asuransi memiliki karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya. Salah satu yang
membedakan adalah dalam hal menentukan tarif. Pada saat menentukan tarif, sebaiknya harus
memperhatikan beberapa faktor-faktor agar diperoleh tarif ideal.
a. Jelaskan perbedaan tersebut.
b. Jelaskan unsur-unsur apa saja agar dapat menetapkan tarif yang ideal.
Jawaban :
a. Salah satu perbedaan mendasar antara penetapan harga pada asuransi dengan penetapan harga
pada industri lainnya disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
1) Harga asuransi didasarkan atas suatu perkiraan. Proses itu dimulai dengan perkiraan biaya,
perkiraan kerugian, dan menggolongkan biaya itu di antara berbagai kelas polis.
2) Adanya Peraturan Pemerintah atau Undang-undang. Undang-undang menghendaki agar
tarif asuransi wajar, tidak terlalu tinggi dan tidak bersifat diskriminatif. Untuk itu terdapat
beberapa karakteristik tertentu yang harus dipertimbangkan. Misalnya, tarif itu sebaiknya
relatif stabil agar masyarakat tidak gusar oleh bervariasinya biaya hidup secara mencolok
dari tahun ke tahun. Pada saat yang sama, tarif harus bersifat peka terhadap kondisi yang
sedang berubah untuk menghindari terjadinya ketidaktepatan penetapan kerugian. Jika
mungkin, juga diinginkan bahwa rate tersebut menyediakan sejenis insentif bagi
tertanggung (pemegang polis) untuk mencegah kerugian.
3) Persaingan (competition). Penentuan tarif bagi perusahaan asuransi harus berhati-hati.
Apabila dalam penentuan tarif terlalu rendah maka perusahaan tidak bisa menutupi biaya
operasi (cost of operations), sedangkan bila tarif terlalu tinggi, mungkin pembeli akan
berkurang. Para pembeli akan melihat perusahaan asuransi sejenis yang menawarkan jenis
asuransi yang sama dengan tarif yang lebih rendah karena banyaknya persaingan antara
perusahaan-perusahaan asuransi.
4) Perubahan struktur perekonomian.

b. Tarif ideal adalah tarif yang dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, untuk
mengganti kerugian yang terjadi dan memberikan sedikit keuntungan untuk
kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan.
Tarif yang ideal harus memenuhi beberapa unsur sebagai berikut ini.
1) Adequate, berarti harus cukup uang untuk membayar kerugian-kerugian dari uang yang
diperoleh dari pengumpulan uang tersebut.
2) Notexcessive, yang berarti tarif jangan berlebih-lebihan, harus memerhatikan pembeli,
kompetitor, dan sebagainya.
3) Equity, yang berarti dengan tidak membeda-bedakan risiko yang sama kualitasnya (adil).
4) Flexible, artinya tarif harus disesuaikan dengan keadaan, bilamana keadaan berubah, tarif
menghendaki perubahan pula.

Anda mungkin juga menyukai