Anda di halaman 1dari 2

1. Dasar pencatatan untuk Aktiva Tetap Berwujud adalah Harga Perolehan (cost).

pada
saat aktiva tetap diperoleh harus dicatat sebesar harga perolehannya.
Harga perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan
lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi.
Seluruh pengeluaran untuk memperoleh suatu aktiva tetap, baik yang berupa kas maupun
yang berupa setara kas, merupakan komponen harga perolehan. Menurut PSAK No. 16
Edisi Revisi Tahun 2002, Harga perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya,
termasuk bea impor dan PPN Masukan Tak Boleh Restitusi(non-refundable), dan setiap
biaya yang dapat diatribusikan secara langsung hingga aktiva tersebut dalam kondisi siap
pakai; setiap potongan dagang dan rabat yang dikurangkan dari harga pembelian.
Biaya perolehan aset ketika aset diperoleh dengan cara membangun sendiri meliputi : biaya
bahan pokok, gaji tenaga kerja perusahaan dan biaya overhead. Biaya overhead yang
dimaksud yaitu biaya listrik, air, asuransi, perlengkapan dan peralatan pabrik. Untuk
mengalokasikan dana perlu diperhatikan pembagiannya, misalnya memisahkan antara biaya
pembangunan dan biaya overhead.

2. Metode penyusutan yang dipilih hendaknya sesuai dan menggunakan sifat dan pola
penggunaan aktiva tetap yang akan di susut. Begitu pula, prinsip konsistensi harus
diperhatikan dalam pemilihan metode penyusutan yang akan dipilih untuk digunakan. Dilihat
dari kepentingan akuntansi untuk kelayakan laporan keuangan maka pembebanan biaya
penyusutan dilakukan melalui beberapa metode sesuai dengan penurunan manfaat aktiva
tetap. Metode penyusutan yang paling tepat untuk suatu perusahaan adalah metode garis
lurus. Metode penyusutan garis lurus atau dikenal sebagai straight line depreciation method
adalah yang paling sering digunakan oleh perusahaan. Metode ini menerapkan biaya
penyusutan yang nilainya sama setiap tahunnya, sampai usia ekonomisnya berakhir. Metode
ini digunakan apabila nilai ekonomis aset dianggap sama setiap tahunnya. Pada umumnya
metode ini digunakan untuk menyusutkan aset-aset yang manfaatnya tidak terpengaruh oleh
besar atau kecilnya volume produksi, seperti bangunan dan peralatan kantor. Metode ini lebih
menitikberatkan pada aspek waktu daripada aspek kegunaan. Kelebihannya adalah cara
menghitung yang lebih mudah. Metode penyusutan juga memiliki keunggulan sebagai
berikut:
 Pengaplikasian Mudah, karena metode garis lurus yang sering digunakan oleh
perusahaan, proses pengaplikasiannya tidak rumit alias mudah dalam bentuk perusahaan
apapun.
 Aset Dapat Dihapus. Aset yang mengalami depresiasi atau penyusutan mungkin tidak
akan memiliki nilai sisa setelah periode tertentu. Sebab nilai penyusutan yang sama juga
menyebar dengan rata.
 Nihilnya Kesenjangan. Pada tahun awal bisa saja tidak terjadi pemberatan pada suatu
perusahaan. Laba usaha pun tidak akan terpengaruh dengan hal ini.
Rumus untuk perhitungan ini adalah:
Biaya Penyusutan = Nilai Perolehan – Nilai Sisa Pemakaian (Residu)
Tingkat Penyusutan = Persentase : Estimasi Masa Pakai
Beban Penyusutan Garis Lurus = Biaya Penyusutan x Tingkat Penyusutan

3. Revaluasi merupakan suatu bentuk penyusuaian yang diciptakan agar nilai aset tetap Anda
bisa sesuai dengan nilai wajar atau nilai pasar yang saat ini berlaku. Saat pertama kali Anda
membeli suatu aset tetap, pencatatan nilai aset tetap tentunya akan selalu seusai dengan harga
perolehannya. Namun, aset tetap tersebut tentunya akan berubah dari waktu ke waktu jika
ditinjau dari nilai pasar. Aset yang bisa direvaluasi merupakan aset tetap berwujud yang ada
di Indonesia. Aset tersebut juga harus dimiliki dan digunakan agar bisa mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang didalamnya merupakan objek pajak, seperti aset
properti.
Konsekuensi yang timbul atas revaluasi aset tetap untuk tujuan perpajakan:

 Jumlah pajak yang telah dibayar diakui sebagai beban pajak dalam laba rugi.
 Timbul perbedaan pajak temporer yang dapat dikurangkan, karena dasar pengenaan aset
tetap menjadi lebih tinggi dari jumlah tercatat secara komersial. Jumlah pajak yang telah
dibayar diakui di penghasilan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada
bagian surplus revaluasi.

 Jumlah pajak yang telah dibayar diakui di penghasilan komprehensif lain dan
terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.
 Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menentukan perbedaan temporer yang
mungkin timbul atas nilai tercatat aset dalam laporan keuangan dan dasar pengenaan
pajaknya.

Sumber :

Modul 1 EKMA4313/Akuntansi Keuangan Menengah II

Teliti Cara Menghitung dan Contoh Soal Metode Penyusutan Garis Lurus - Saham Milenial
DAMPAK REVALUASI AKTIVA TETAP TERHADAP ASPEK PERPAJAKAN DAN
AKUNTANSI - THESMARTOGRE.COM
Harga Perolehan: Pengertian dan Cara Menghitungnya Pada Aktiva Tetap (accurate.id)

Anda mungkin juga menyukai