Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhamad Sulaiman Al Farisi

NIM : B01220425

Prodi : Akuntansi

Studi kasus Hukum bisnis dan regulasi

1. Kepailitan:

Studi Kasus: Sebuah perusahaan besar mengalami kesulitan keuangan yang serius dan tidak
mampu membayar utangnya kepada kreditur. Perusahaan tersebut mengajukan permohonan
kepailitan untuk melindungi asetnya.

Penyelesaian: Pengadilan mengadakan proses kepailitan yang melibatkan peninjauan keuangan


perusahaan, pengelolaan aset, dan penyelesaian utang. Dalam beberapa kasus, perusahaan
dapat menjual asetnya untuk membayar kreditur atau mengajukan rencana restrukturisasi
untuk memperoleh dukungan dari para kreditur.

Dasar Hukum: Di Indonesia, Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran


Utang (UU Kepailitan) Nomor 37 Tahun 2004 menjadi dasar hukum dalam penyelesaian kasus
kepailitan. UU ini mengatur tentang proses kepailitan, perlindungan aset perusahaan,
pengelolaan keuangan, dan proses penyelesaian utang.

2. Paten:

Studi Kasus: Seorang penemu menciptakan produk inovatif dan mengajukan permohonan
paten untuk melindungi hak eksklusifnya. Namun, kemudian terungkap bahwa ada orang lain
yang telah mengajukan paten serupa sebelumnya.

Penyelesaian: Dalam kasus ini, pengadilan akan melakukan penelitian untuk menentukan siapa
yang berhak mendapatkan paten. Jika penemu asli dapat membuktikan bahwa mereka adalah
yang pertama kali menciptakan dan mengajukan permohonan paten, mereka berhak atas
perlindungan hukum dan mungkin dapat mengajukan gugatan terhadap orang lain yang
mengajukan paten dengan klaim serupa.

Dasar Hukum: Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten menjadi
dasar hukum dalam penyelesaian masalah paten. UU ini mengatur tentang hak dan
perlindungan paten, prosedur pengajuan paten, peninjauan paten, dan penyelesaian sengketa
paten.
3. Merek:

Studi Kasus: Sebuah perusahaan meluncurkan produk dengan merek dagang tertentu. Namun,
kemudian muncul perselisihan dengan perusahaan lain yang mengklaim memiliki merek serupa
atau terkait yang telah terdaftar terlebih dahulu.

Penyelesaian: Pihak yang menghadapi perselisihan merek dapat mengajukan gugatan ke


pengadilan untuk menyelesaikan sengketa merek dagang. Pengadilan akan meninjau bukti dan
argumen yang diajukan oleh kedua belah pihak untuk menentukan siapa yang memiliki hak
yang lebih kuat terhadap merek dagang tersebut.

Dasar Hukum: Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis menjadi dasar hukum dalam penyelesaian masalah merek. UU ini mengatur tentang
pendaftaran merek dagang, perlindungan merek, peninjauan merek, dan penyelesaian sengketa
merek.

4. Hak Cipta Dagang:

Studi Kasus: Seorang seniman menciptakan karya seni orisinal dan mengalami pelanggaran hak
cipta ketika karyanya digunakan atau didistribusikan tanpa izin oleh pihak lain.

Penyelesaian: Pemilik hak cipta dapat mengajukan gugatan perdata terhadap pelanggar hak
cipta di pengadilan. Jika pengadilan menemukan bahwa hak cipta telah dilanggar, pemilik hak
cipta dapat meminta ganti rugi atau larangan penggunaan lebih lanjut terhadap karya mereka.

Dasar Hukum: Di Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 menjadi dasar
hukum dalam penyelesaian masalah hak cipta dagang. UU ini mengatur tentang hak dan
perlindungan hak cipta, pendaftaran hak cipta, pelanggaran hak cipta, dan penyelesaian
sengketa hak cipta.

5. Pasar Modal:

Studi Kasus: Sebuah perusahaan publik diduga melakukan praktik penipuan dalam laporan
keuangan mereka untuk mempengaruhi harga saham dan menipu investor.

Penyelesaian: Dalam kasus seperti ini, otoritas pasar modal dan badan pengawas keuangan
akan melakukan penyelidikan terhadap dugaan praktik penipuan. Jika terbukti, perusahaan dan
individu yang terlibat dapat menghadapi tindakan hukum yang meliputi sanksi administratif,
denda, atau bahkan penuntutan pidana. Investor yang merasa dirugikan juga dapat
mengajukan gugatan perdata terhadap perusahaan untuk mendapatkan ganti rugi.

Dasar Hukum: Di Indonesia, pasar modal diatur oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. UU ini mengatur tentang penerbitan efek, perdagangan efek,
pengawasan pasar modal, serta perlindungan investor. Selain itu, Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (Otoritas Jasa Keuangan) juga memiliki peraturan dan peraturan lain
yang mengatur pasar modal.

6. Asuransi:

Studi Kasus: Seseorang mengalami kerugian properti yang dijamin oleh polis asuransi mereka.
Namun, perusahaan asuransi menolak untuk membayar klaim dengan mengklaim bahwa
kerugian tersebut tidak tercakup dalam polis asuransi atau ada pelanggaran ketentuan dalam
polis tersebut.

Penyelesaian: Pihak yang mengajukan klaim asuransi dapat mengajukan gugatan atau sengketa
kepada perusahaan asuransi. Proses penyelesaian dapat melibatkan negosiasi antara kedua
belah pihak atau melalui proses penyelesaian sengketa di pengadilan atau lembaga
penyelesaian sengketa lainnya. Pada akhirnya, pengadilan atau lembaga penyelesaian sengketa
akan meninjau bukti dan argumen yang diajukan oleh kedua belah pihak untuk mencapai
keputusan yang adil.

Dasar Hukum: Di Indonesia, asuransi diatur oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian. UU ini mengatur tentang persyaratan perasuransian, kewajiban
perusahaan asuransi, dan hak serta kewajiban tertanggung. Selain itu, polis asuransi yang
dikeluarkan oleh perusahaan asuransi juga menjadi dasar hukum dalam menyelesaikan masalah
asuransi.

Anda mungkin juga menyukai