Anda di halaman 1dari 10

KAPSEL HAPER

1. Membicarakan perkembangan hal-hal terkait HAPER di Indonesia.


Sports Law (Hukum Olahraga) Aristo Pangaribuan, S.H., LL.M.

Olahraga menjangkau berbagai disiplin hukum, diantaranya: hukum persaingan usaha,

hukum perikatan, hukum administrasi, dsb.


Hukum dan Olahraga:
o Hukum mempengaruhi dunia olahraga (transfer atlet, penggabungan klub,
badan hukum yg mengatur olahraga), misal: financial fair play di
persepakbolaan Eropa yg didasarkan pada hukum persaingan usaha.
o Hukum dan olahraga: aplikasi doktrin hukum yg unik pada aktivitas olahraga

sehingga butuh analisis khusus.


Sebagai disiplin hukum, hukum olahraga telah bergerak melewati kaidah hukum biasa

sehingga membutuhkan keseriusan intelektual tertentu.


UU Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional: permasalahan terkait
olahraga diselesaikan di federasi masing-masing menandai hukum privat jg ada

dalam hukum olahraga.


2 bagian besar dalam hukum olahraga:
o Lex sportiva: hukum tentang olahraga seperti persoalan transfer pemain,

bossman rule dll. Bersifat diluar lapangan dan doktrinnya sudah ada.
o Lex ludica: hukum olahraga murni, misal: regulasi waktu pertandingan.
Olahraga & Persengketaan
a. Mengapa perlu ada peradilan olahraga?
Banyak kejadian persengketaan olahraga terjadi di bidang lex sportiva

misal kasus larangan tanding Neymar Jr.


Urgensi UU Nomor 3 tahun 2005 yg mana persengketaan olahraga
diselesaikan menurut yurisdiksi federasi masing-masing atau lewat
peradilan arbitrasi karena memiliki basis kontraktual dan legitimasinya
berasal dari persetujuan yang bersifat sukarela. Pada dasarnya,
keputusan dari yurisdiksi ini bersifat tidak dapat diganggu gugat
kecuali ada kondisi luar biasa sehingga perkara keolahragaan ini

masuk ke ranah peradilan umum.


b. Persengketaan keolahragaan pada umumnya diselesaikan dengan cara
arbitrasi. Lembaga tertingginya adalah Court of Arbitration for Sports (CAS).

Bagaimana hukum olahraga di Indonesia?


o Di Indonesia, hukum olahraga punya segmen tersendiri (niche market), namun
masih relatif baru sehingga belum terlalu dikenal.

PERMASALAHAN PERSENGKETAAN HAKI Prof. Insan Budi Maulana.

Membahas mengenai berbagai intangible assets/benda-benda tak berwujud, yg

meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mengapa

Paten
Merek
Hak Cipta
Desain industri
Rahasia dagang
Desain tata letak sirkuit terpadu/integrated circuit (IC)
Perlindungan varietas tanaman
intangible assets dianggap sebagai aset? Karena intangible assets,

sebagaimana aset-aset lain, hak atas kekayaan intelektual dapat dialihkan, dijadikan

objek perikatan (perjanjian lisensi), diwariskan dsb.


Dasar hukum:
a. Hak Cipta: UU Nomor 19 tahun 2002 jo UU Nomor 28 tahun 2014.
b. Paten: UU Nomor 13 tahun 2016.
c. Merek: UU Nomor 15 tahun 2001.
Cara mendapatkan hak:
a. Hak Cipta: otomatis tanpa kewajiban mendaftar (Berlaku seumur hidup + 70
tahun setelah si pencipta wafat, dengan pengecualian tertentu menurut UU).
Dalam hal si pencipta wafat, dan ciptaannya hendak dipergunakan untuk halhal lain, maka pihak yang hendak mempergunakannya harus meminta izin ke
ahli warisnya dan ahli waris.
b. Paten: mengajukan permohonan paten ke Kantor Paten Ditjen HaKI (Berlaku
20 tahun sejak tanggal penerimaan untuk paten biasa atau 10 tahun sejak
tanggal penerimaan untuk paten sederhana).
c. Merek: Mengajukan permintaan daftar merek (Berlaku 10 tahun sejak tanggal
penerimaan permohonan tapi dapat berlangsung terus bila diperpanjang dan

digunakan).
Dalam hak cipta, jika suatu karya cipta dibuat >1 orang (misal: lagu yang aransemen
dan liriknya dibuat oleh orang yang berbeda), maka pembagian royaltinya harus
diperjanjikan terlebih dahulu. Hal-hal yang harus diperjanjikan meliputi persentase
pembagiannya, jangka waktu perjanjian pembagian royaltinya, serta pihak mana saja

yang boleh menikmati karya cipta tersebut.


Penyelesaian sengketa keperdataan mengenai HaKI dilaksanakan melalui Pengadilan
Niaga. Apabila yang dipersengketakan itu adalah merek/paten yang belum terdaftar,
dapat digunakan Pasal 1365 KUH Perdata/Pasal 382 KUH Pidana sebagai dasar
hukum. Upaya hukum untuk perkara ini dilakukan dengan kasasi langsung ke
Mahkamah Agung. Apabila terjadi tindak pidana mengenai Hak atas Kekayaan

Intelektual, diselesaikan menurut acara pidana yang berlaku di Indonesia. Terdapat


lima Pengadilan Niaga di Indonesia, yaitu di Medan (lokasi: PN Medan), Jakarta
(lokasi: PN Jakarta Pusat), Semarang (lokasi: PN Semarang), Surabaya (lokasi: PN
Surabaya) dan Makassar (lokasi: PN Makassar). Apabila pihak-pihaknya berasal dari
luar Indonesia, maka perkara diselesaikan di Pengadilan Niaga Jakarta. Perkara
diselesaikan dalam waktu 90 hari di Pengadilan Niaga, meskipun dapat saja lebih
lama apabila pihak-pihaknya berasal dari luar Indonesia. Dalam hal terjadi sengketa
yang berkenaan dengan rahasia dagang diselesaikan melalui Pengadilan Negeri.

PERMASALAHAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH Gemala Dewi


1. Dasar Hukum: UU Nomor 10 tahun 1998 tentang Pokok-Pokok Perbankan jo. UU
Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Pembagian menurut UU Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah:
Bank Umum Syariah.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
3. Perihal perkreditan/utang-piutang: niatnya didasarkan tabarru (tolong-menolong)
bukan tijari (bisnis/perniagaan), karena posisi para pihak tidak seimbang, ada pihak
yang kelebihan dana dan ada pihak lain yang kekurangan dana.
4. Konsep Bank Syariah:
Penghimpunan

dana:

Al-Wadiah

(simpanan/giro)/Mudharabah

(tabungan/deposit).
Penyaluran dana: Mudharabah & Musyarakah (bagi hasil pemodal dengan
pelaksana), Murabahah (bagi hasil), Istishna (jual-beli manufaktur) dan Salam
(jual-beli berdasarkan pesanan). serta Ijarah (Ijarah/Leasing/Sewa Guna dan
Ijarah Muntahiyah Bitamlik/Sewa Beli). Bank berperan sebagai manajer
investasi yang mengusahakan dana yang dihimpun masyarakat, berbeda
dengan bank umum yang berperan sebagai perantara antara pemilik dana

dengan orang yg memerlukan dana.


Perbedaan nisbah dengan bunga: nisbah baru dibagikan apabila ada hasil dari

usaha yang dijalankan bank, sementara bunga didapat dari pokok pinjaman.
5. Fungsi Bank Syariah:
Penghimpunan dana (wadiah dan mudharabah).
Penyaluran dana (murabahah, istishna, salam).
Penyedia jasa layanan keuangan (rahn, hiwalah, dll).
Fungsi sosial melalui dana kebajikan (layanan zakat, infaq, shadaqah, dll).
6. Penyelesaian sengketa didasarkan pasal 55 UU Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah jo Putusan MK Nomor 93/PUU-X/2012 (isi putusan ini
membatalkan penjelasan pasal 55 ayat (2) UU Nomor 21 tahun 2008).

PERBANDINGAN HAPER INDONESIA DGN AMERIKA SERIKAT Choky


Ramadhan.
1. Terdapat perbedaan sistem hukum (Indonesia yang menganut sistem hukum a la
Eropa Kontinental vs Amerika yang menganut sistem hukum a la Anglo-Saxon):
Penekanan/emphasis pada kodifikasi pada sistem Eropa Kontinental vs
penekanan pada yurisprudensi hakim pada sistem Anglo-Saxon, walau tetap

ada undang-undang/kodifikasi.
Tata kehakiman: dalam sistem hukum Anglo-Saxon, hakim bisa lebih aktif
dalam menemukan hukum, sementara dalam sistem hukum Eropa Kontinental,
hakim cenderung jadi corong undang-undang meski bisa saja ada mekanisme

penemuan hukum.
Tata acara peradilan: Negara bersistem hukum a la Anglo-Saxon acara
peradilannya adversarial (hakim berperan sbg wasit dan para pihak aktif dalam
beracara dan menemukan fakta persidangan). Dalam tata cara bersidang,
negara bersistem hukum a la anglo saxon juga mengenal suatu pihak yang
disebut dewan juri yang menilai berdasarkan common sense, sementara dalam
negara bersistem hukum a la Eropa Kontinental, acara peradilannya
inquisitorial yang menekankan pada peranan hakim dalam menemukan fakta

persidangan dan ketiadaan dewan juri.


Level pengadilan di USA:
a. Federal Court: pengadilan di tingkat pusat/pemerintah federal.
Beberapa ruang lingkup federal law: gedung-gedung federal dan jalanjalan antar negara bagian (interstate highway). Kewenangan
pengadilan federal meliputi perihal konstitusi, traktat-traktat dan
masalah keperdataan antar warga yang berbeda negara bagian dengan
nilai minimal $75.000.
b. State Court: pengadilan di masing-masing negara bagian. Dalam ranah
keperdataan kewenangannya meliputi: PMH, wanprestasi, personal
injury/cidera pribadi atas kelalaian pihak lain, perikatan, hukum

keluarga sipil, bisnis, dll.


Tahapan beracara di USA:
o Telaah pra-sidang/discovery: Para pihak diharuskan menelaah
gugatan dengan mencari alat bukti, informasi dan saksi untuk
memperkuat gugatan serta menyeimbangkan posisi para pihak
dalam berperkara, karena para pihak diharuskan berbagi informasi

mengenai segala hal terkait gugatan, seperti membuka berkasberkas yang berkaitan dengan perkara dan seberapa kuat posisi
penggugat dibandingkan posisi tergugat, memungkinkan tergugat
menghadirkan saksi yang dianggap seimbang dengan saksi yang
dihadirkan penggugat dan menunjuk kuasa hukum yang dianggap
seimbang dengan kuasa hukum penggugat. Namun, tahap ini punya
kelemahan yaitu boros waktu dan dapat berbiaya tinggi.
Kecenderungan boros biaya ini yang membuat suatu perkara
seringkali diselesaikan diluar pengadilan.
o Deposisi: dialog dari para pihak dan pemberian penawaran
penyelesaian (diluar pengadilan/dalam pengadilan). Keterangan
yang disampaikan dalam deposisi berada dibawah sumpah, dicatat

oleh pengadilan dan dapat dijadikan bukti bila naik ke persidangan.


Telaah pra-sidang memungkinkan para pihak punya pemahaman yang utuh
mengenai gugatan dan mempercepat penyelesaian diluar peradilan bila

memang memungkinkan.
Tahap sidang:
o Pernyataan pembuka. Penggugat diharuskan menjelaskan gugatan
secara singkat dan memberikan informasi mengenai bukti dan saksi
yang hendak dihadirkan dan menggali informasi keterlibatan saksi.
Tergugat diharuskan membantah kesaksian dari saksi di pihak
penggugat. Tahap ini akan menjadi acuan bagi hakim maupun juri
dalam sidang, jadi berhati-hatilah dalam memberikan pernyataan
pembuka.
o Presentasi bukti dan saksi.
o Pernyataan penutup harus memperhatikan seluruh bukti yang
dipresentasikan

dan

saksi

yang

dihadirkan

dalam

sidang

pengadilan.
o Putusan, dengan dua kemungkinan: diputus juri (sesegera mungkin
setelah tahap sidang dengan metode pembacaan) atau diputus
hakim, yang mana putusan hakim biasanya turun beberapa pekan
setelah sidang berlangsung.
2. Perihal PMH: PMH dapat didefinisikan sebagai sengketa perdata yang mana satu
pihak dianggap mencederai hak keperdataan pihak lain. Tujuan dari PMH ini agar
pihak tergugat mendapatkan kompensasi finansial. Di Amerika PMH terbagi dua:

Statutory law: gugatan PMH yang didasarkan pada pelanggaran undang-

undang federal.
Common law: gugatan PMH yang tidak didasarkan pada pelanggaran UU
melainkan putusan hakim terdahulu atas kasus yang kurang lebih sama.
Dalam kasus tertentu, gugatan PMH bisa masuk ke ranah pidana, contoh
perkara O.J. Simpson yang didakwa membunuh mantan isterinya
(kemudian diputus bebas) sekaligus dianggap bertanggungjawab secara

perdata atas kematian mantan isterinya.


Elemen PMH:
o PMH disengaja.
o PMH tanpa sengaja (kelalaian).
Punitive Damage (dalam konsep HAPER Indonesia kurang lebih mirip
kerugian immateriil) dapat dikenakan apabila perbuatan tergugat dinilai
sangat berbahaya. Punitive Damage ini dapat bermanfaat secara sosial
dalam hal mencegah tergugat atau pihak lain di luar sana melakukan
kelalaian yang sama. Contoh: kasus nenek vs McDonalds yang mana
seorang nenek menggugat McDonalds atas luka bakar yang disebabkan
kopi McDonalds yang kepanasan. Pengadilan kemudian mengabulkan
gugatan beliau sehingga McDonalds harus membayar ratusan ribu dolar

ganti rugi materil (biaya medis) dan punitive damage senilai jutaan dolar.
Perlu diketahui bahwa sistem adversarial punya kelemahan tertentu:
o Mengarah ke ketidakadilan.
o Biayanya kadang terlalu tinggi sehingga kurang terjangkau.
o (dan lain lain).

CLASS ACTION Sri Laksmi Anindita

1. Sejarah: berawal dari negara Inggris Raya, namun baru diatur secara rinci di Amerika
Serikat.
2. Persamaan class action dengan penggabungan dan kumulasi gugatan yaitu dilakukan
>1 orang penggugat.
3. Perbedaan class action dengan penggabungan dan kumulasi gugatan: dalam hal
penggabungan dan kumulasi, hanya pihak yang berkepentingan yang diperkenankan
mengajukan gugatan dan apabila ada pihak yang mau ikut maka harus ada surat kuasa
(point dinteret & point daction). Hal demikian tidak dikenal di class action,
sepanjang yang maju dalam gugatan adalah wakil dari anggota kelas (Pasal 123 HIR).
4. Praktik class action di Indonesia mengenal sistem notifikasi opt out yaitu apabila satu
atau lebih orang tidak mau dilibatkan dalam gugatan, maka ia harus mendeklarasikan
dirinya keluar dari kelas.
5. Dasar class action adalah kesamaan fakta dan kesamaan hukum antara para anggota
kelas.
6. Prasyarat class action: numerosity (seberapa banyak jumlah anggota kelas) &
commonality (seberapa umum perkara yang akan digugat dikenal di antara anggota
kelas).
7. Kelas yang berperkara dalam class action kemudian dibagi ke dalam sub-sub kelas.
8. Yang harus ditentukan dalam class action:
Siapa yang akan mewakili kelas tersebut.
Ganti rugi yang diinginkan kelas tersebut.
9. KELAS TIDAK MELULU ORANG. Kelas dalam class action dapat berupa orang,
benda, kualitas atau kegiatan, sepanjang punya kesamaan sifat/ciri.
10. Perkembangan class action:
India: diatur pertama kali pada kitab undang-undang HAPER setempat tahun
1908 yang kemudian disempurnakan tahun 1976. Per definisi setempat, class
action tidak melulu segerombolan penggugat dalam kelas vs satu pihak
tergugat, namun bisa sebaliknya (satu pihak penggugat vs segerombolan
tergugat dalam satu kelas). Contoh kasus: class action terkait pencemaran di
Sungai Gangga, class action terkait kasus kebocoran gas di Bhopal, Madhya
Pradesh, India, serta kasus Kodika Goundar vs. Velandi Goundar (persamaa

kepentingan umum).
Australia: dalam HAPER setempat, agar class action bisa jalan apabila
minimum 7 orang. Tidak ada kewajiban notifikasi kecuali ada tuntutan ganti
rugi, namun pada dasarnya notifikasinya bersifat opt-out dengan pengecualian

tertentu bagi pihak tertentu. Kasus: Esanda Finance Corporation Ltd terkait
klausul perjanjian kredit (FYI, salah satu class action yang sedang
berlangsung: class action perlindungan konsumen antara konsumen vs Ford

terkait transmisi semi-otomatis kopling ganda PowerShift).


Amerika: lihat Pasal 23 Federal Rule. Ada tahap preliminary yang mana
seorang pengacara yang mewakili kelas berupaya meyakinkan hakim agar
gugatan class action nya lolos ke tahap persidangan serta menguji kelayakan
si pengacara untuk mewakili kelas, sebelum diselenggarakan tahap notifikasi.
Contoh: kasus Agent Orange (gugatan PMH terkait disabilitas yang diderita
veteran Perang Vietnam akibat Agent Orange), Dalkon Shield (gugatan class
action terkait cacat kelahiran akibat alat kontrasepsi IUD buatan Dalkon Corp.
bocor dan kasus penyakit kelamin dan kehilangan kesuburan), dan Smokers vs
Tobacco Companies (kasus gugatan class action yang diajukan sejumlah
pramugara dan pramugari pesawat melawan pabrik rokok terkait penyakit

yang diderita akibat perokok di pesawat).


California: Lihat Class Action Fairness Act 2005 yang memperluas yurisdiksi

federal California terkait class action.


Canada: setidaknya diatur di 3 negara bagian: Quebec, Ontario dan British
Columbia. Minimal 2 orang atas masalah bersama dan wakil kelas yang
mewakili kepentingan kelasnya tidak pernah berkonflik terkait masalah

bersama dengan anggota kelas dan berencana menjalankan gugatan.


Singapore: 2 tahap: yuridis dan diskresional, dengan mekanisme opt in

berjangka waktu 8 hari apabila ada pihak diluar kelas yang mau ikut gugatan.
11. Praktik Class Action di Indonesia: Lihat Perma Nomor 1 tahun 2002. Contoh kasus:
gugatan class action terkait kenaikan harga gas elpiji dan kasus Mandalawangi.

Anda mungkin juga menyukai