bossman rule dll. Bersifat diluar lapangan dan doktrinnya sudah ada.
o Lex ludica: hukum olahraga murni, misal: regulasi waktu pertandingan.
Olahraga & Persengketaan
a. Mengapa perlu ada peradilan olahraga?
Banyak kejadian persengketaan olahraga terjadi di bidang lex sportiva
meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mengapa
Paten
Merek
Hak Cipta
Desain industri
Rahasia dagang
Desain tata letak sirkuit terpadu/integrated circuit (IC)
Perlindungan varietas tanaman
intangible assets dianggap sebagai aset? Karena intangible assets,
sebagaimana aset-aset lain, hak atas kekayaan intelektual dapat dialihkan, dijadikan
digunakan).
Dalam hak cipta, jika suatu karya cipta dibuat >1 orang (misal: lagu yang aransemen
dan liriknya dibuat oleh orang yang berbeda), maka pembagian royaltinya harus
diperjanjikan terlebih dahulu. Hal-hal yang harus diperjanjikan meliputi persentase
pembagiannya, jangka waktu perjanjian pembagian royaltinya, serta pihak mana saja
dana:
Al-Wadiah
(simpanan/giro)/Mudharabah
(tabungan/deposit).
Penyaluran dana: Mudharabah & Musyarakah (bagi hasil pemodal dengan
pelaksana), Murabahah (bagi hasil), Istishna (jual-beli manufaktur) dan Salam
(jual-beli berdasarkan pesanan). serta Ijarah (Ijarah/Leasing/Sewa Guna dan
Ijarah Muntahiyah Bitamlik/Sewa Beli). Bank berperan sebagai manajer
investasi yang mengusahakan dana yang dihimpun masyarakat, berbeda
dengan bank umum yang berperan sebagai perantara antara pemilik dana
usaha yang dijalankan bank, sementara bunga didapat dari pokok pinjaman.
5. Fungsi Bank Syariah:
Penghimpunan dana (wadiah dan mudharabah).
Penyaluran dana (murabahah, istishna, salam).
Penyedia jasa layanan keuangan (rahn, hiwalah, dll).
Fungsi sosial melalui dana kebajikan (layanan zakat, infaq, shadaqah, dll).
6. Penyelesaian sengketa didasarkan pasal 55 UU Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah jo Putusan MK Nomor 93/PUU-X/2012 (isi putusan ini
membatalkan penjelasan pasal 55 ayat (2) UU Nomor 21 tahun 2008).
ada undang-undang/kodifikasi.
Tata kehakiman: dalam sistem hukum Anglo-Saxon, hakim bisa lebih aktif
dalam menemukan hukum, sementara dalam sistem hukum Eropa Kontinental,
hakim cenderung jadi corong undang-undang meski bisa saja ada mekanisme
penemuan hukum.
Tata acara peradilan: Negara bersistem hukum a la Anglo-Saxon acara
peradilannya adversarial (hakim berperan sbg wasit dan para pihak aktif dalam
beracara dan menemukan fakta persidangan). Dalam tata cara bersidang,
negara bersistem hukum a la anglo saxon juga mengenal suatu pihak yang
disebut dewan juri yang menilai berdasarkan common sense, sementara dalam
negara bersistem hukum a la Eropa Kontinental, acara peradilannya
inquisitorial yang menekankan pada peranan hakim dalam menemukan fakta
mengenai segala hal terkait gugatan, seperti membuka berkasberkas yang berkaitan dengan perkara dan seberapa kuat posisi
penggugat dibandingkan posisi tergugat, memungkinkan tergugat
menghadirkan saksi yang dianggap seimbang dengan saksi yang
dihadirkan penggugat dan menunjuk kuasa hukum yang dianggap
seimbang dengan kuasa hukum penggugat. Namun, tahap ini punya
kelemahan yaitu boros waktu dan dapat berbiaya tinggi.
Kecenderungan boros biaya ini yang membuat suatu perkara
seringkali diselesaikan diluar pengadilan.
o Deposisi: dialog dari para pihak dan pemberian penawaran
penyelesaian (diluar pengadilan/dalam pengadilan). Keterangan
yang disampaikan dalam deposisi berada dibawah sumpah, dicatat
memang memungkinkan.
Tahap sidang:
o Pernyataan pembuka. Penggugat diharuskan menjelaskan gugatan
secara singkat dan memberikan informasi mengenai bukti dan saksi
yang hendak dihadirkan dan menggali informasi keterlibatan saksi.
Tergugat diharuskan membantah kesaksian dari saksi di pihak
penggugat. Tahap ini akan menjadi acuan bagi hakim maupun juri
dalam sidang, jadi berhati-hatilah dalam memberikan pernyataan
pembuka.
o Presentasi bukti dan saksi.
o Pernyataan penutup harus memperhatikan seluruh bukti yang
dipresentasikan
dan
saksi
yang
dihadirkan
dalam
sidang
pengadilan.
o Putusan, dengan dua kemungkinan: diputus juri (sesegera mungkin
setelah tahap sidang dengan metode pembacaan) atau diputus
hakim, yang mana putusan hakim biasanya turun beberapa pekan
setelah sidang berlangsung.
2. Perihal PMH: PMH dapat didefinisikan sebagai sengketa perdata yang mana satu
pihak dianggap mencederai hak keperdataan pihak lain. Tujuan dari PMH ini agar
pihak tergugat mendapatkan kompensasi finansial. Di Amerika PMH terbagi dua:
undang federal.
Common law: gugatan PMH yang tidak didasarkan pada pelanggaran UU
melainkan putusan hakim terdahulu atas kasus yang kurang lebih sama.
Dalam kasus tertentu, gugatan PMH bisa masuk ke ranah pidana, contoh
perkara O.J. Simpson yang didakwa membunuh mantan isterinya
(kemudian diputus bebas) sekaligus dianggap bertanggungjawab secara
ganti rugi materil (biaya medis) dan punitive damage senilai jutaan dolar.
Perlu diketahui bahwa sistem adversarial punya kelemahan tertentu:
o Mengarah ke ketidakadilan.
o Biayanya kadang terlalu tinggi sehingga kurang terjangkau.
o (dan lain lain).
1. Sejarah: berawal dari negara Inggris Raya, namun baru diatur secara rinci di Amerika
Serikat.
2. Persamaan class action dengan penggabungan dan kumulasi gugatan yaitu dilakukan
>1 orang penggugat.
3. Perbedaan class action dengan penggabungan dan kumulasi gugatan: dalam hal
penggabungan dan kumulasi, hanya pihak yang berkepentingan yang diperkenankan
mengajukan gugatan dan apabila ada pihak yang mau ikut maka harus ada surat kuasa
(point dinteret & point daction). Hal demikian tidak dikenal di class action,
sepanjang yang maju dalam gugatan adalah wakil dari anggota kelas (Pasal 123 HIR).
4. Praktik class action di Indonesia mengenal sistem notifikasi opt out yaitu apabila satu
atau lebih orang tidak mau dilibatkan dalam gugatan, maka ia harus mendeklarasikan
dirinya keluar dari kelas.
5. Dasar class action adalah kesamaan fakta dan kesamaan hukum antara para anggota
kelas.
6. Prasyarat class action: numerosity (seberapa banyak jumlah anggota kelas) &
commonality (seberapa umum perkara yang akan digugat dikenal di antara anggota
kelas).
7. Kelas yang berperkara dalam class action kemudian dibagi ke dalam sub-sub kelas.
8. Yang harus ditentukan dalam class action:
Siapa yang akan mewakili kelas tersebut.
Ganti rugi yang diinginkan kelas tersebut.
9. KELAS TIDAK MELULU ORANG. Kelas dalam class action dapat berupa orang,
benda, kualitas atau kegiatan, sepanjang punya kesamaan sifat/ciri.
10. Perkembangan class action:
India: diatur pertama kali pada kitab undang-undang HAPER setempat tahun
1908 yang kemudian disempurnakan tahun 1976. Per definisi setempat, class
action tidak melulu segerombolan penggugat dalam kelas vs satu pihak
tergugat, namun bisa sebaliknya (satu pihak penggugat vs segerombolan
tergugat dalam satu kelas). Contoh kasus: class action terkait pencemaran di
Sungai Gangga, class action terkait kasus kebocoran gas di Bhopal, Madhya
Pradesh, India, serta kasus Kodika Goundar vs. Velandi Goundar (persamaa
kepentingan umum).
Australia: dalam HAPER setempat, agar class action bisa jalan apabila
minimum 7 orang. Tidak ada kewajiban notifikasi kecuali ada tuntutan ganti
rugi, namun pada dasarnya notifikasinya bersifat opt-out dengan pengecualian
tertentu bagi pihak tertentu. Kasus: Esanda Finance Corporation Ltd terkait
klausul perjanjian kredit (FYI, salah satu class action yang sedang
berlangsung: class action perlindungan konsumen antara konsumen vs Ford
berjangka waktu 8 hari apabila ada pihak diluar kelas yang mau ikut gugatan.
11. Praktik Class Action di Indonesia: Lihat Perma Nomor 1 tahun 2002. Contoh kasus:
gugatan class action terkait kenaikan harga gas elpiji dan kasus Mandalawangi.