A. Hak-hak konsumen yang dilanggar pelaku usaha dalam kasus mie kuning
dengan konsumen. Keinginan itu akan terwujud jika kedua konsumen dan pelaku
usaha menjalankan hak dan kewajibannya dengan benar dan berlandaskan itikad
baik. Jika konsumen dan pelaku usaha tersebut tidak menjalankan kewajibannya
Perlindungan Konsumen acuan untuk lebih pintar dan bijak sebelum membeli,
namun pelaku usaha juga dapat menjadikan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
40
tentang Perlindungan Konsumen ini sebuah acuan mengenai kewajiban-kewajiban
dan hak-haknya.
Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan, formalin dan boraks adalahan bahan
tambahan pangan yang tidak boleh digunakan karena formalin pada umumnya
lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga lain,
bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak,
pengawet mayat, sehingga benda apapun yang biasanya busuk, menjadi tidak
busuk, sedangkan boraks itu zat aktifnya Asam boraks yang gunanya untuk
tersebut.83 Namun masih banyak pelaku usaha yang bergerak di bidang pangan
Seperti pada kasus mie kuning yang mengandung formalin dan boraks di
Jatinegara. Pada dasarnya Mie kuning dibuat dari tepung terigu dan telur, dimana
kedua komposisi utama ini kaya akan karbohidrat serta protein yang sangat disukai
oleh mikroorganisme selain itu kandungan Aw (activity water)/air bebas pada mie
kuning yang tinggi serta pH mie kuning yang ada di range 4,5-5 (berasam rendah),
oleh karena beberapa faktor diatas, mie kuning menjadi produk yang berisiko
83
Fatmawati Maria, Op. Cit., Pasal 3
41
mie kuning/busuk.84 Sehingga diperlukan bahan tambahan pangan berupa formalin
dan boraks agar mie kuning tersebut tidak mudah rusak/busuk. Hal ini tentu sangat
Konsumen.
pangan berupa boraks dan formalin pelaku usaha sudah melakukan perbuatan yang
dilarang bagi pelaku usaha sebagaimana tertuang pada Pasal 8 ayat (3) UUPK
yaitu: “Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau memberikan informasi secara
lengkap dan benar”. Sejalan dengan perbuatan yang dilakukan pelaku usaha atas
dilanggarnya Pasal 8 ayat (3) UUPK tersebut artinya pelaku usaha sudah tidak
tersebut, terdapat hak-hak konsumen yang diciderai yaitu mengenai hak atas
jasa sebagaimana tercantum pada Pasal 4 huruf a UUPK. Akibat Tindakan pelaku
usaha yang menambahkan bahan pangan berupa formalin dan boraks tersebut akan
mengkonsumsi mie kuning yang mengandung formalin dan boraks adalah bentuk
84
Wawancara dengan BPOM pada 29 Desember 2022.
42
tidak dipenuhinya hak-hak konsumen sebagaimana Pasal 4 huruf a UUPK.
pada Pasal 7 huruf a yaitu menjalankan kewajibannya dengan beritikad baik dalam
Hak konsumen lainnya yang tidak terpenuhi akibat mie yang mengandung
formalin dan boraks ini adalah sebagaimana tercantum pada Pasal 4 huruf c UUPK
yang berbunyi ha katas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa.86 Pelaku usaha cenderung tidak memperdulikan hak
tercantum pada Pasal 7 huruf b, yaitu pelaku usaha tidak memberikan informasi
yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta
semestinya.87
dan/atau penggantian, jika barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjajian atau tidak sebagaimana mestinya. Hal tersebut tertuang pada Pasal 4 huruf
h UUPK. Hak tersebut wajib dipenuhi oleh pelaku usaha, dilihat dari dampak yang
85
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999, Op. Cit,, Pasal 7
86
Ibid. Pasal 4.
87
Ibid. Pasal 7.
43
ditimbulkan dari efek formalin dan boraks yang dikonsumsi konsumen dan
sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran. Pada kasus mie kuning yang
mengandung formalin dan boraks ini, pelaku usaha pun melanggar ketentuan
mengenai perbuatan yang dilarang pelaku usaha yang diatur pada Pasal 8 huruf a,
dengan tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
Perlindungan Konsumen ini memiliki tujuan yang mulia dan sudah seharusnya kita
sebagai warga negara yang baik untuk mewujudkan tujuan mulia tersebut.
dalam kasus mie kuning yang mengandung formalin dan boraks terhadap
88
Ibid. Pasal 8 huruf a
44
penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan
konsumen dan menghindari para pelaku usaha yang tidak memiliki itikad baik dan
dan makanan. BPOM dan Balai Besar Pengawasan Obat and Makanan (BBPOM)
adalah lembaga pemerintahan yang memiliki fungsi dan tugas yang sama dalam hal
pengawasan obat dan makanan. Tugas dan fungsi kedua lembaga tersebut tertuang
di dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019 tentang
Bahan Tambahan Pangan yang bertujuan agar Bahan Tambahan Pangan (BTP)
dapat mempunyai nilai gizi, yang sengaja ditambahkan ke dalam pangan untuk
89
Ibid. Pasal 30.
45
tersebut, baik secara langsung atau tidak langsung.90 Berdasarkan ketentuan
tersebut, sudah jelas bahwa formalin bukan sebuah zat gizi yang dapat
pemeliharaan Kesehatan. Pada kasus mie kuning yang mengandung boraks dan
formalin ini artinya BPOM menyampaikan bahwa boraks dan formalin tidak
menyatakan boraks dan formalin adalah bahan berbahaya dan dilarang untuk
jabarkan, terkait upaya pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
mengenai Bahan Tambahan Pangan telah disusun dan diatur sedemikian rupa di
dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019 Tentang
Bahan Tambahan Pangan mengenai pengawasan terhadap BTP yang dilakukan oleh
temuan mie kuning mengandung formalin dan boraks di Jatinegara, BPOM bekerja
sama dengan Korwas PPNS Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Timur melakukan
90
Indonesia, Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019
Tentang Bahan Tambahan Pangan, BNRI. 723 Tahun 2019, Pasal 2 ayat (2)
46
penindakan terhadap sarana produksi yang memproduksi mie kuning berformalin
dan boraks tersebut pada 22 Maret 2022, Dari hasil penindakan tersebut, berhasil
disita barang bukti berupa ratusan kilogram mie kuning mengandung formalin dan
boraks, serbuk boraks dan formalin serta peralatan terkait yang digunakan dalam
produksi mie tersebut. Selain, itu penyidik juga menyita sisa cairan yang
berbagai pasar tradisional di sekitar Jakarta Timur. Terhadap barang bukti mie
sarana produksi dengan disaksikan oleh penyidik BPOM maupun kepolisian ; dan
terhadap barang bukti formalin dan boraks yang ditemukan di sarana produksi
dilakukan penyitaan.91
teknis terkait Cara-Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) termasuk
berbahaya seperti formalin dan boraks diatas, contohnya Palata yang terbuat dari
91
Wawancara dengan BPOM pada 29 Desember 2022.
92
Ibid.
47