Anda di halaman 1dari 2

Perkara Sengketa Perlindungan Konsumen Produk Pembalut Dan Pantyliner

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia mengungkapkan hasil investigasinya mengenai

produk pembalut dan pantyliner yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan. Menurut

YLKI, perempuan Indonesia terancam mengidap keputihan, kanker, dan infertilitas akibat

penggunaan pembalut dan pantyliner tersebut.

Penelitian terbaru dari YLKI menunjukkan bahwa sebagian besar pembalut yang terdaftar

di Kementerian Kesehatan dan beredar di pasaran ternyata mengandung klorin dengan kadar

yang beragam.

Pengujian kadar klorin dilakukan pada Januari-Maret 2015 di laboraturium independen

yang terakreditasi dengan mengambil sampel sembilan merek pembalut dan tujuh

merek pantyliner yang dijual di retail moderen (supermarket). Hasil pengujian lab menunjukkan

bahwa seluruh sampel mengandung klorin dengan rentang 5 sampai dengan 55 ppm.

ANALISIS dan Penyelesaian Masalah

Menurut analisis saya pada kasus diatas, pihak konsumen sangat dirugikan dan produk

yang dikeluarkan oleh produsen amat sangat membahayakan konsumen, hal tersebut sangat jelas

dilarang dan telah melanggar peraturan perundangan yang berlaku dalam hal ini UU No. 8 Tahun

99 Tentang Perlindungan Konsumen.

Berdasarkan kasus diatas pihak produsen melanggar:

 Pasal 8 Ayat 1 Butir a UUPK : Pelaku usaha dan/atau jasa dilarang

memproduksi/memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak

sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundangundangan.

 Pasal 8 Ayat 1 Butir e UUPK : Pelaku usaha dan/atau jasa dilarang

memproduksi/memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan mutu,


tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu

sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.

 Pasal 8 Ayat 4 UUPK : Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat

(2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari

peredaran.

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan diatas pembalut dan pantyliner yang

diproduksi oleh produsen tidak sesuai dan tidak memenuhi standar produksi pembalut dan

pantyliner karena jelas-jelas setelah diteliti oleh YLKI pembalut dan pantyliner tersebut

mengandung klorin suatu zat berbahaya yang bias menyebabkan keputihan, kanker, dan

infertilitas, karena standar suatu produk harus mengutamakan bahan-bahan yang aman untuk

dikonsumsi dan/atau digunakan oleh konsumen. Selanjutnya adalah tidak sesuai dengan

komposisi, bahwa pembalut yang diproduksi oleh pelaku usaha tidak mencantumkan komposisi

klorin tersebut dalam kemasan karena sudah jelas ketika kandungan atau komposisi tersebut

dicantumkan tidak akan mendapatkan izin dari BPOM.

Penyelesaian dari kasus tersebut adalah pihak produsen yang memproduksi maupun pelaku

usaha yang menjual pembalut dan pantyliner yang mengandung klorin tersebut wajib menarik

barang tersebut dari pasaran. Sesuai dengan Pasal 1 Ayat 4 UUPK.

Selain dari pelaku usaha dan/atau produsen, kasus ini pun harus mendapatkan perhatian

penting dalam hal pengawasan dan tanggungjawab dari pemerintah itu sendiri yang tercantum

dalam Pasal 29 dan 30 UUPK serta peran dari BADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

NASIONAL dalam rangka pengembangan upaya perlindungan konsumen di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai