Berikut adalah jawaban yang disampaikan pihak BPOM atas pertanyaan yang
penulis ajukan:
38
TELAAH / JAWABAN ATAS PERTANYAAN MAHASISWA TERKAIT
MIE KUNING MENGANDUNG FORMALIN DAN BORAKS
LATAR BELAKANG
Mie kuning utamanya dibuat dari tepung terigu dan telur, dimana kedua
komposisi utama ini kaya akan karbohidrat serta protein yang sangat disukai oleh
mikroorganisme selain itu kandungan Aw (activity water)/air bebas pada mie
kuning yang tinggi serta pH mie kuning yang ada di range 4,5-5 (berasam
rendah), oleh karena beberapa factor diatas, mie kuning menjadi produk yang
berisiko ditumbuhi mikroorganisme yang berikutnya akan menyebabkan
kerusakan pada mie kuning/busuk. Oleh karena beberapa penjelasan diatas, mie
kuning basah idealnya disimpan di suhu dingin/refrige (suhu 2-9 derajat celcius),
namun beberapa pedagang nakal menyiasati hal tersebut dengan menambahkan
formalin dengan tujuan mengawetkan mie kuning basah sehingga dalam
distribusi/penjualannya dapat dilakukan di suhu ruang serta umur simpan mie
kuning basah yang lebih Panjang Adapun tujuan penambahan boraks yang
merupakan bahan yang dilarang ditambahkan pada makanan (seperti terdapat
Peraturan BPOM Nomor 7 tahun 2018 tentang Bahan Baku yang dilarang dalam
bahan pangan), yaitu untuk membuat tekstur mie kuning lebih kenyal sehingga
lebih disukai oleh konsumen.
39
TINDAK LANJUT BPOM
1. Terhadap temuan mie kuning mengandung formalin dan boraks di
Jatinegara Jakarta Timur, BPOM bekerja sama dengan Korwas PPNS
Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Timur melakukan penindakan
terhadap sarana produksi yang memproduksi mie kuning berformalin dan
boraks tersebut pada 22 Maret 2022, Dari hasil penindakan tersebut,
berhasil disita barang bukti berupa ratusan kilogram mie kuning
mengandung formalin dan boraks, serbuk boraks dan formalin serta
peralatan terkait yang digunakan dalam produksi mie tersebut. Selain, itu
penyidik juga menyita sisa cairan yang mengandung formalin. Mie
mengandung formalin dan boraks tersebut dijual ke berbagai pasar
tradisional di sekitar Jakarta Timur. Terhadap barang bukti mie kuning
mengandung formalin dan boraks dilakukan pemusnahan oleh pemilik
sarana produksi dengan disaksikan oleh penyidik BPOM maupun
kepolisian ; dan terhadap barang bukti formalin dan boraks yang
ditemukan di sarana produksi dilakukan penyitaan.
Terhadap pelaku usaha yang memproduksi mie kuning berformalin dan
boraks tersebut diatas dilakukan ProJustisia dengan dugaan tindak pidana
Pasal 136 huruf (b) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan.
Pasal 136
Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan untuk diedarkan yang
dengan sengaja menggunakan: a. bahan tambahan Pangan melampaui
ambang batas maksimal yang ditetapkan; atau b. bahan yang dilarang
digunakan sebagai bahan tambahan Pangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun atau denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
40
2. Terhadap pelaku usaha mie kuning, tahu, bakso atau produk lainnya yang
berpotensi menggunakan formalin atau boraks dalam produksinya, BPOM
secara rutin/berkala malakukan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE),
pendampingan, bimbingan teknis terkait Cara-Cara Produksi Pangan
Olahan yang Baik (CPPOB) termasuk penggunaan bahan-bahan yang
diizinkan digunakan dalam pangan.
3. BPOM juga secara rutin mensosialisasikan bahan pengganti/subtitusi
bahanbahan berbahaya seperti formalin dan boraks diatas, contohnya
Palata yang terbuat dari bahan alami dari fermentasi pisang.
PENGAWASAN
Dalam pengawasan pangan modern terdapat tiga pilar pengawasan pangan
yaitu:
1. Produsen, merupakan penanggung jawab utama keamanan pangan
dimana produsen harus melakukan pengendalian terhadap bahan yang
digunakan, pengendalian terhadap proses maupun pengendalian
terhadap lingkungan produksi.
2. Regulator/Pemerintah. merupakan pihak yang mengeluarkan
peraturan/regulasi dalam hal pengawasan pangan ; selain itu
pemerintah juga berperan dalam hal melakukan verifikasi penerapan
cara produksi pangan yang baik terhadap proses produksi pangan yang
dilakukan oleh produsen.
3. Konsumen/Masyarakat, masyarakat yang juga sebagai konsumen
berperan dalam melakukan pengawasan secara mandiri terhadap
makanan yang dikonsumsinya misalnya dengan melakukan cek KLIK
(Kemasan, Label, Izin edar dan Kedaluwarsa) Masyarakat/Konsumen
dapat secara aktif melaporkan produk-produk yang dicurigai ke BPOM
melalui HaloBPOM 1500533 atau dapat melaporkan ke UPT(Unit
Pelaksana Teknis) BPOM : BBPOM, BPOM dan Loka POM terdekat.
41