Anda di halaman 1dari 10

PRODUK ILLEGAL CINA DOMINASI TANGKAPAN BPOM

NUR AZIZAH SIMAMORA


Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155
PENDAHULUAN
Persaingan dalam dunia bisnis kini makin ketat dengan banyaknya pesaing
yang bermain dengan produk-produknya, tak terkecuali di Indonesia. Perusahaan
dalam negeri maupun perusahaan asing menawarkan produk yang diharapkan
dapat diterima pasar. Era perdagangan bebas membuka peluang masuknya
produk-produk asing ke negara lain. Begitu pula produk-produk Cina yang masuk
ke Indonesia. Keberadaan kawasan perdagangan bebas RI-Cina (CAFTA)
memungkinkan masuknya produk Cina ke pasar Indonesia. Kerja sama antara dua
negara bahkan makin membaik. Produk-produk Cina yang masuk ke pasar
Indonesia seperti bahan-bahan baku, pangan, mainan, kosmetik, otomotif (mobil
dan sepeda motor) dan elektronik seperti televisi, AC, kulkas, tape, dan
handphone. BPOM menemukan produk makanan olahan impor dari Cina seperti
permen, manisan dan buah-buahan kering yang ternyata mengandung formalin
serta susu formula bayi yang mengandung melamin, yang berdampak
menimbulkan gangguan metabolisme pada bayi dan anak, sehingga BPOM
mengeluarkan warning untuk dilakukan pengamanan.
Hasil penelitian BPOM ini tentu mengejutkan, karena yang sering
diberitakan selama ini justru produk makanan dalam negeri, seperti tahu, bakso,
juga ikan asin yang di sinyalir mengandung formalin. Tidak disangka produk
impor yang di kenal telah memenuhi standarisasi tinggi serta memiliki izin
beredar di Indonesia juga mengandung formalin yang membahayakan untuk
dikonsumsi masyarakat. Produk impor yang masuk ke Indonesia harus memiliki

standarisasi yang ditetapkan. Biro Hukum BPOM, Adam P.W.A Wibowo


menegaskan, semua produk baik produk olahan pangan maupun bahan baku,
kosmetik, mainan, otomotif, dan alat elektronik yang beredar di Indonesia
maupun yang di ekspor

ke luar negeri harus mengantongi izin dari BPOM

terlebih dahulu.
Adapun strategi yang dikembangkan BPOM yakni dengan melakukan
pemutusan mata rantai suplay dan demand. Untuk memperkuat sistem
pengawasan obat dan makanan BPOM melakukan koordinasi aktif dengan
instalansi pemerintahan penegak hukum yang salah satunya melalui pembentukan
Satuan Tugas (satgas) pemberantasan obat-obatan dan makanan ilegal.
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana predaran produk
illegal yang masuk ke Indonesia serta peran pemerintah dalam mengawasi
predaran produk-produk illegal tersebut. Hal yang akan dibahas dalam makalah
ini ialah Efektivitas Pengawasan Predaran Produk Pangan Olahan Impor oleh
BPOM, Kendala Yang Di hadapi Badan POM dam Pengawasan Produk Pangan
Olahan Impor, dan Predaran Produk Impor Semakin Marak di Indonesia.

PERMASALAHAN
PRODUK ILLEGAL CINA DOMINASI TANGKAPAN BPOM
Era

perdagangan

bebas

Masyarakat

Ekonomi

Asean

(MEA),

dimanfaatkan sejumlah negara Asia untuk memasok produk makanan dan obatobatan ke Indonesia secara bebas. Ironisnya, tidak semua produk obat dan
makanan yang masuk dengan cara legal atau melalui Pengawasan BPOM.
Terbukti dari hasil tangkapan BPOM Medan, sebanyak 346 jenis produk obat dan
makanan illegal berhasil diamankan dari berbagai lokasi yang dipasarkan
dimasyrakat. Dari produk-produk tersebut, produk-produk illegal asal negara Cina
mendominasi, yakni sekitar 50%. Selebihnya dari Jepang, Taiwan, dan Korea.
Berdasarkan laporan BPOM Medan, produk-produk yang dimusnahkan
pada hari itu berjumlah 346 jenis, dengan kemasan 396.849 yang terdiri dari 122
jenis jamu tradisional atau 30.791 kemasan, 164 jenis kosmetik atau 27.781
kemasan dan 60 jenis pangan olahan impor atau 338.277 kemasan. Semua produk
yang dimusnahkan dari hasil pengawasan terhadap 25 sarana dari tahun 2015
sampai tahun 2016, dan nilainya mencapai RP. 6,4 Milliar lebih.
Hasil pengawasan BPOM di Medan selama 2015, menunjukkan bahwa
pelanggaran dibidang pengawasan obat dan makanan didominasi oleh temuan
obat tradisional dan kosmetik tanpa izin edar. Selama periode tersebut BPOM
telah menangani 19 kasus yang ditindak lanjuti secara projustitia, dengan hasil 20
kasus P21. Diantaranya 18 kasus tahap II dilimpahkan kepengadilan dan 2 kasus
diserahkan ke JPU. Pada tahun 2016 BPOM Medan telah menangani 19 kasus.
Diantaranya 11 kasus telah P21,1 kasus P19, 1 kasus tahap I dan 6 kasus masih
dalam proses penyelidikan. Produk obat dan makanan yang disita tahun 2015 nilai
ekonominya sebesar RP. 3.302.439.000, dan hasil pengawasan 2016 nilai
ekonominya sebesar RP. 7.147.720.000.

PEMBAHASAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan (BPOM) adalah lembaga
pemerintah yang bertugas melakukan regulasi, standardisasi, dan sertifikasi
produk makanan dan obat yang mencakup keseluruhan aspek pembuatan,
penjualan, penggunaan, dan keamanan makanan, obat-obatan, kosmetik, dan
produk lainnya baik impor maupun ekspor. Badan Pengawas Obat dan Makanan
atau disingkat Badan POM adalah sebuah lembaga di Indonesia yang bertugas
mengawasi peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia. Fungsi dan tugas
badan ini menyerupai fungsi dan tugas Food and Drug Administration (FDA) di
Amerika Serikat.
Badan POM berfungsi antara lain :
1. Pengaturan, regulasi, dan standardisasi.
2. Lisensi dan sertifikasi industri di bidang farmasi berdasarkan cara-cara
produksi yang baik.
3. Evaluasi produk sebelum diizinkan beredar.
4. Post marketing vigilance termasuk sampling dan pengujian laboratorium,
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, penyidikan dan penegakan
5.
6.
7.
8.

hukum.
Pre-audit dan pasca-audit iklan dan promosi produk.
Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan obat dan makanan.
Komunikasi, informasi dan edukasi publik termasuk peringatan publik.
Badan Pengawas Obat Makanan adalah lembaga non departemen yang
bertanggung jawab langsung pada Presiden RI dalam menjalankan tugas
dan fungsinya.
Dengan memakai atribut Obat dan Makanan, sudah pasti pengawasan

yang di fokuskan oleh BPOM ini adalah dua komiditi tersebut.


Tujuan dari dibentuknya BPOM : Kepastian perlindungan kepada
konsumen masyarakat terhadap produksi, peredaran dan penggunaan sediaan
farmasi dan makanan yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan, khasiat,
dan memperkokoh perekonomian nasional dengan meningkatkan daya saing
industri farmasi dan makanan yang berbasis pada keunggulan. Dalam hal ini

BPOM memiliki Efektivitas Pengawasan Predaran Produk Pangan Olahan Impor,


Kendala Yang Di hadapi Badan POM dam Pengawasan Produk Pangan Olahan
Impor, dan Predaran Produk Impor Semakin Marak di Indonesia.
EFEKTIVITAS

PENGAWASAN

PREDARAN

PRODUK

PANGAN

OLAHAN IMPOR
Produk pangan olahan impor harus melewati pendaftaran di Badan POM
untuk mendapatkan ijin masuk dan beredar di Indonesia. Pangan olahan diartikan
sebagai makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu
dengan atau tanpa bahan tambahan. Produk pangan olahan ini ada yang
menyatakan mampu bertahan selama 7 hari dalam suhu kamar. Terkait dengan
label pangan (Peraturan Pemerintah RI No. 6 Tahun 1999), maksudnya adalah
setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi
keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Pengawasan yang
dilakukan Badan POM terdiri 2 bentuk, yaitu: Pre Market dan Post Market. Pre
Market di antaranya dilakukan saat pelaku usaha/importir mengurus pendaftaran
di Badan POM dan saat pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen dan
barang di pintu gerbang pelabuhan/bandara yang dilakukan oleh petugas Bea dan
Cukai.
Menurut ketentuan Pasal 36 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan,
disebutkan bahwa setiap pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah RI untuk
diedarkan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam undangundang ini dan peraturan pelaksanaannya.

Terkait pelaksanaan fungsi

pengawasan Badan POM tersebut telah dikeluarkan Peraturan Kepala Badan


POM RI No. HK.00.05.23.1455 Tanggal 24 Maret 2008 Tentang Pengawasan
Pemasukan Pangan Olahan, yang di dalam Pasal 3 diatur hal berikut :
a. Pangan olahan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia harus
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mendapatkan persetujuan pemasukan dari Kepala Badan.

c. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku pula
untuk pemasukan bahan baku, bahan tambahan pangan, bahan penolong,
ingredient pangan dan bahan lain.
Selanjutnya Pasal 4, Pasal 5 Peraturan Kepala Badan POM RI No.
HK.00.05.23.1455 tersebut mengatur sebagai berikut :
Pasal 4:
Pangan Olahan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia harus memenuhi
persyaratan :
a. Telah diuji dan atau diperiksa serta dinyatakan lulus dari segi keamanan,
mutu dan gizi oleh instansi yang berwenang di negara asal.
b. Pengujian dan atau pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a
harus dibuktikan dengan sertifikasi analisis dari laboratorium yang
terakreditasi.
c. Terhadap pangan olahan sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat dan atau
diperiksa kembali di Indonesia dari segi keamanan, mutu dan atau gizi
sebelum diedarkan.
Pasal 5 :
1. Setiap pangan olahan yang dimasukkan ke wilayah Indonesia untuk
diperdagangkan dalam kemasan eceran wajib memiliki surat persetujuan
pendaftaran dari Kepala Badan.
2. Dikecualikan, untuk :
a. Mempunyai masa simpan kurang dari 7 (tujuh) hari pada suhu kamar
dan atau
b. dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia dalam jumlah kecil untuk
keperluan :
- Permohonan surat pendaftaran
- Penelitian, konsumsi sendiri

KENDALA YANG DIHADAPI BADAN POM DALAM PENGAWASAN


PRODUK PANGAN OLAHAN IMPOR
Kendala-kendala yang dihadapi Badan POM dalam pengawasan terhadap
peredaran produk pangan olahan impor di Indonesia bersifat internal dan
eksternal. Kendala internal dan eksternal.
Kendala Internal meliputi :

a. Keterbatasan staf Badan POM baik yang berada di pusat maupun di propinsi
sehingga menjadikan kinerja Badan POM tidak maksimal. Jumlah staf yang
terbatas ini tentu mempengaruhi pelaksanaan tugas pengawasan dari Badan
POM, apalagi ditambah dengan wilayah kerja yang sangat luas, sehingga akan
berpengaruh pada intensitas pengawasan yang rendah ataupun lingkup
pengawasan produk yang lebih sempit.
b. Pengawasan Badan POM yang dilakukan secara berkala dan acak, sehingga
menyebabkan adanya produk

pangan olahan impor yang lepas dari

pengawasan. Sistem pengawasan secara berkala dan acak ini tentu akan
berpengaruh pada luas lingkup produk pangan olahan yang dapat diawasi,
karena akan berpengaruh pada adanya produk ilegal maupun produk yang
membahayakan yang beredar di pasar pada saat tidak dilakukan pengawasan,
serta akan adanya produk yang mungkin ilegal dan atau mengandung bahan
yang berbahaya yang beredar di pasar karena tidak mendapatkan giliran
pemeriksaan oleh Badan POM. Pengawasan yang dilakukan secara berkala
oleh Badan POM ini sering disalahgunakan oleh pengusaha untuk mengambil
kesempatan dalam kesempitan untuk memasukkan produk ke Indonesia pada
periode saat tidak dilakukan pengawasan.
Kendala Eksternal meliputi :
a. Kurang ketatnya sistem pengawasan yang dilakukan oleh instansi terkait
sebagai penunjang pengawasan yang dilakukan Badan POM, sehingga pada
akhirnya ini mempengaruhi tidak efektifnya pengawasan oleh Badan POM
b. Kurang dipatuhinya persyaratan-persyaratan impor produk pangan olahan
impor oleh importir, seperti tidak jelasnya informasi yang tertera pada label
yang dicantumkan pada produk impor tersebut. Para importir terkadang tidak
mencantumkan label sesuai dengan yang telah terdaftar. Hal ini meragukan
bagi Badan POM untuk memberikan izin edar ataukah tidak. Hal yang patut
disayangkan adalah bahwa Badan POM lebih sering memberikan izin beredar
kepada produk pangan olahan impor tersebut daripada menolaknya untuk
masuk dan beredar di Indonesia. Selain itu juga banyaknya ditemukan produk
impor yang beredar di Indonesia yang belum memiliki izin edar (ML), jadi
hanya berupa stiker, sehingga sulit diketahui izin edar tersebut asli atau palsu.

c. Masih rendahnya kesadaran hukum konsumen untuk melakukan pengaduan


atau laporan kepada pemerintah ataupun lembaga perlindungan konsumen
swadaya masyarakat terkait adanya produk pangan olahan impor yang
mengandung bahan berbahaya bagi konsumen.
PEREDARAN PRODUK IMPOR ILLEGAL SEMAKIN MARAK DI
INDONESIA
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kerap melakukan
pemusnahan obat, kosmetik, dan makanan illegal, tetapi kasus peredaran barang
illegal tetap marak. Selain itu rendahnya hukuman terhadap kasus kejahatan
tersebut tidak menimbulkan efek jera. Untuk kasus tindak pidana obat tradisional
tanpa izin edar hanya 4 bulan 15 hari dengan denda 50 juta subside pidana
kurungan 1 tahun. Tercapat dari tahun 2009 sampai tahun 2011 BPOM berhasil
memusnahkan produk impor illegal senilai Rp. 2 milliar.
Barang illegal tersebut merupakan hasil sitaan dari provinsi DKI Jakarta,
Jawa barat, dan Banten. Produk-produk tersebut tidak memenuhi standar dan
persyaratan yang ditetapkan perundang-undangan, seperti tidak terdaftar atau
mencantumkan izin edar fiktif. Produk impor illegal yang ditemukan ditiga
provinsi mayoritasnya ialah pangan dan kosmetik.
Produk yang dimusnahkan terdiri dari 400 jenis produk pangan illegal
dalam 600 kemasan, 429 jenis kosmetik illegal dalam 400 ribu kemasan illegal,
100 jenis obat illegal dalam 160 kemasan, dan 525 jenis obat tradisional
mengandung bahan kimia dalam 5.200 kemasan.
Di antara barang yang di musnahkan tersebut adalah ABC acai berry
kapsul lunak, pegal linu prono jiwo cairan obat dalam, labaik kapsul, remasya
produk, obat kuat dan tahan lama sarang, madu, asam urat flu tulang, raga prima
asam urat, neorematik, teratai putih kapsul, penyehat badan cap kuda laut, alfa
salam batuk pilek, dan kupu-kupu malam serbuk. Biasanya barang illegal tersebut
banyak dikirimkan dari Cina, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Uni Eropa.
BPOM telah melakukan pencegahan masuknya produk obat dan makanan
ke Indonesia dan melakukan pengamanan pasar dalam negeri untuk melindungi

kesehatan masyarakat dari risiko produk obat dan makanan yang tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu. Sedangkan dalam rangka
memperkuat sistem pengawasan obat dan makanan, khususnya memusat pada
rantai pasokan dan permintaan obat dan makanan illegal. BPOM melakukan
koordinasi aktif dengan instansi pemerintah penegak hukum yang salah satunya
melalui pembentukan Satuan Tugas (SATGAS) Pemberantasan Obat dan
Makanan illegal.
BPOM mengimbau kepada pelaku usaha agar menaati peraturan-peraturan
yang berlaku terkait pengawasan obat dan makanan. Sedangkan untuk masyarakat
dihimbau untuk tidak mengonsumsi produk yang tidak memenuhi standar dan
persyaratan obat dan makanan.

KESIMPULAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah lembaga pemerintah
yang bertugas melakukan regulasi, standardisasi, dan sertifikasi produk makanan
dan obat yang mencakup keseluruhan aspek pembuatan, penjualan, penggunaan,
dan keamanan makanan, obat-obatan, kosmetik, dan produk lainnya baik impor
mapun ekspor. Dalam tugasnya Badan POM telah menangani banyak kasus

produk obat dan makanan illegal dan telah memusnahkan banyak produk. Namun,
masih saja banyak pedagang-pedagang yang menjual produk-produk illegal
dikarenakan hukuman untuk tindakan tersebut yang dapat dikatakan terlalu ringan
sehingga tidak memberikan efek jerah kepada para pedagang dan ekonomi
masyarakat yang terlalu rendah sehingga memilih produk obat dan makanan
illegal yang lebih murah. Kendala yang dihadapi Badan POM dalam pengawasan
produk obat dan makanan juga menyebabkan maraknya prduk illegal Cina yang
mendominasi perdagangan di pasar Indonesia. Dalam tugasnya Badan POM
memerlukan kerjasama antara pedagang dan masyarakat agar produk-produk
illegal di pasar Indonesia tidak semakin marak dan kesehatan masyarakat juga
dapat dijamin.
SARAN
Seharusnya pemerintah memberikan hukuman yang berat untuk pedagang
yang menjual obat dan makanan illegal untuk memberikan efek jerah,dan
melindungi kesehatan masyarakat dari produk-produk illegal asal negara Cina.
Pemerintah

juga harus semakin teliti, dan sigap dalam menangani kasus

produk-produk illegal yang masuk ke pasar Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Anda mungkin juga menyukai