Anda di halaman 1dari 5

Tugas Kelompok ke-2

Week 4/ Sesi 5

Bacalah artikel berikut, kemudian jawablah pertanyaannya.


Badan POM Tindak Tegas Sarana Produksi Tahu Berformalin
Beromset Ratusan Juta di Parung
https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/653/Badan-POM-Tindak-Tegas-Sarana-Produksi-Tahu-Berformalin-
Beromset-Ratusan-Juta-di-Parung.html
diakses pada 05/08/2022

Bogor – Badan POM masih temukan adanya pelaku usaha yang memproduksi dan
mengedarkan tahu berformalin. Rabu (08/06/2022), petugas Badan POM melakukan operasi
penindakan terhadap sarana produksi pangan olahan yang memproduksi tahu mengandung
bahan kimia berbahaya Formalin di 2 (dua) Tempat Kejadian Perkara (TKP) di daerah Parung,
Kabupaten Bogor. Operasi ini dilakukan berkoordinasi dengan Kepolisian Daerah Jawa Barat
dan Kejaksaan Tinggi Provinsi Jawa Barat.
Lokasi pertama bertempat di Jl. H. Mawi Waru Gang Serius RT. 003/RW 003,
Kelurahan Desa Waru, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Dari lokasi ini, petugas
mengamankan produk berupa tahu kecil 11.500 pieces, tahu besar 2.455 pieces, dan bubur
tahu 36 drum, serta menemukan barang bukti berupa Formalin seberat 60 Kg. Kapasitas
produksi per hari pabrik ini mencapai 2 ton dengan nilai omset sebesar Rp300 juta per bulan
atau Rp3,6 miliar per tahun.
Lokasi kedua bertempat di Kampung Waru Kaum RT. 008/RW. 002 Desa Waru Jaya,
Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor. Di lokasi kedua, petugas menemukan Formalin bentuk
cair yang diencerkan dalam jerigen 30 Kg dan Formalin bentuk serbuk seberat 8 Kg, serta
mengamankan produk berupa tahu kecil 4.000 pieces, tahu besar 700 pieces, dan bubur tahu
sebanyak 18 drum kecil (@100Liter) dan 5 drum besar (@200L), dan 1 tanki (@500L).
Kapasitas produksi per hari adalah 700 Kg kedelai, omset Rp120 juta per bulan atau Rp1,44
miliar per tahun. Tahu hasil produksi dari kedua sarana produksi tersebut diketahui banyak
didistribusikan ke pasar-pasar di wilayah Jakarta, Tangerang, dan Bogor.
Dalam keterangannya kepada pers, Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito
menjelaskan bahwa pelanggaran yang dilakukan tersangka akan dipersangkakan terkait unsur
pasal memproduksi dan mengedarkan pangan yang mengandung bahan berbahaya,
sebagaimana diatur dalam Pasal 136 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

“Tersangka dapat dijatuhi sanksi pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling
banyak Rp10 miliar”, papar Kepala Badan POM.
Kepala Badan POM kembali mengingatkan bahwa pelanggaran ini merupakan tindakan
yang sangat berisiko membahayakan kesehatan masyarakat. “Bahaya formalin mungkin tidak
dapat terlihat langsung mengganggu kesehatan karena tergantung dari jumlah dan waktu
paparan formalin yang masuk ke dalam tubuh. Namun dalam jangka panjang, formalin

Business Ethics & Sustainability – R0


berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan, antara lain iritasi saluran napas,
sesak napas, pusing, gangguan pernapasan, rusaknya organ penting manusia, hingga
menyebabkan kematian”, terangnya.
Badan POM telah berupaya melakukan penertiban terhadap pelaku usaha produksi
pangan olahan yang masih menggunakan bahan berbahaya dilarang sejak beberapa tahun yang
lalu. Contohnya di Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Riau. Namun pada
saat ini, masih ditemukan pelaku usaha produksi pangan yang menggunakan bahan berbahaya
atau bahan yang dilarang dalam proses produksi. Untuk wilayah Jawa Barat, dari tahun 2021
sd 2022 telah dilakukan upaya penertiban terhadap 5 (lima) pelaku usaha produksi pangan
olahan yang menggunakan bahan berbahaya dilarang dalam proses produksinya.
Khusus untuk kasus penggunaan formalin pada produksi pangan, selama pelaksanaan
intensifikasi penindakan pangan yang mengandung formalin sejak Januari hingga Juni 2022,
ditemukan 22 sarana produksi pangan yang menyalahgunakan formalin sebagai pengawet.
Sarana ini tersebar di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Riau,
Sumatera Barat, dan Kalimantan Timur. Jenis pangan olahan yang ditemukan mengandung
formalin yaitu produk tahu dan mie basah.
Langkah pencegahan dan penindakan terhadap produsen makanan nakal yang
menggunakan formalin juga sebenarnya telah dilakukan sejak lama. Pada tahun 2016, Badan
POM bekerja sama dengan salah satu distributor di Indonesia, melakukan uji coba untuk
menambahkan zat pemahit pada formalin, yaitu Denatonium Sakarida. Zat pemahit ini,
ditambahkan pada cairan formalin atau paraformalin yang akan dijual di Indonesia dengan
maksud agar formalin menjadi berasa pahit dan mudah dikenali oleh konsumen.
Badan POM juga bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan secara rutin
melakukan evaluasi bersama terhadap penambahan pemahit pada formalin atau paraformalin
yang akan didistribusikan oleh pelaku usaha Distributor Terbatas Bahan Berbahaya (DT-B2).
Upaya ini dilakukan untuk mereduksi terjadinya kebocoran kedua bahan berbahaya tersebut ke
rantai pangan.
Badan POM berkomitmen untuk senantiasa mengawal keamanan pangan dan nutrisi
untuk meningkatkan kualitas hidup dan melindungi kesehatan masyarakat.

Hal ini diwujudkan salah satunya dengan terus mengedukasi masyarakat melalui Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi (KIE), serta melakukan operasi penindakan terhadap penyalahgunaan
bahan berbahaya pada pangan, seperti penambahan formalin pada tahu.
“Kami juga kembali mengimbau kepada pelaku usaha agar mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku, menerapkan cara produksi yang baik, dan menggunakan
bahan yang aman. Tidak hanya mengejar keuntungan semata, namun juga memperhatikan
kesehatan masyarakat”, pungkas Kepala Badan POM.

Masing-masing soal dengan bobot 20%.


1. Tuangkan pandangan Anda mengenai penerapan etika bisnis pada usaha kecil dan menengah
di Indonesia seperti contoh kasus produsen tahu dalam artikel di atas?

Business Ethics & Sustainability – R0


2. Bagaimana cara menangani pelanggaran etika yang dilakukan produsen makanan seperti
contoh kasus produsen tahu dalam artikel di atas?
3. Jelaskan tanggung jawab ekonomi, hukum, dan etika perusahaan produsen makanan (dapat
digambarkan dalam model diagram Venn).

Jawab:

Tanggungjawab ekonomi, hukum dan etika berkaitan dengan bagaimana suatu organisasi
atau bisnis membuat suatu keputusan dan kebijakan serta melakukan tindakan atau praktik
yang berhubungan dengan kelangsungan aktivitas organisasi tersebut dengan memenuhi
satu, dua atau ketiga aspek tanggungjawab tersebut.

Tanggungjawab etis merupakan pembuatan suatu keputusan dan kebijakan serta


melakukan tindakan atau praktik dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan
moral atau prinsip-prinsip dari moralitas dan juga berkaitan dengan sesuatu yang benar
ataupun salah dalam melaksanakan sesuatu.
Contoh pelaksanaan dalam tanggungjawab etis bagi produsen makanan adalah dengan
mencuci bersih semua bahan-bahan serta menjaga kebersihan peralatan dan tempat yang
dipergunakan dalam produksi makanan. Contoh lainnya adalah memberi informasi tanggal
kadaluarsa pada produk makanan yang dihasilkan agar tidak dikonsumsi setelah tanggal
tersebut.

Tanggungjawab hukum merupakan pembuatan suatu keputusan dan kebijakan serta


melakukan tindakan atau praktik yang patuh terhadap peraturan atau adat yang secara resmi
dianggap mengikat yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.
Contoh pelaksanaan dalam tanggungjawab hukum bagi produsen makanan adalah apabila
produksi makanan dilakukan dengan membentuk usaha berbadan hukum, misalnya
Perseroan Terbatas (PT), maka pembentukan PT harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

Tanggungjawab ekonomi merupakan pembuatan suatu keputusan dan kebijakan serta


melakukan tindakan atau praktik guna mendukung usaha yang dilakukan organisasi dengan
menawarkan barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan (laba).
Contoh pelaksanaan dalam tanggungjawab ekonomi bagi produsen makanan adalah untuk
memberikan keuntungan yang bisa diperoleh maka dibuat kebijakan terkait pemilihan
supplier bahan baku dengan harga yang lebih kompetitif namun kualitas tetap terjaga.

Dalam menjalani bisnis yang berkelanjutan, Schwartz dan Carroll (2012) menjelaskan
bahwa bisnis, etika dan hukum memiliki peran yang bisa saling beririsan dalam tiga
lingkaran diagram venn sebagai berikut:

Business Ethics & Sustainability – R0


Area 1 - merupakan kondisi dimana keputusan atau kebijakan yang sedang
dipertimbangkan, serta tindakan atau praktik yang akan dilakukan organisasi memenuhi
tanggungjawab etis, hukum maupun ekonomi. Kondisi ini direkomendasikan secara kuat
untuk dapat dilakukan.
Contoh kondisi di Area 1 untuk produsen makanan adalah memberikan pelatihan dan
kontrak kerjasama kepada warga sekitar untuk memiliki keterampilan dalam menghasilkan
atau mensuplai bahan baku yang dibutuhkan perusahaan sebagai produsen makanan,
sehingga diharapkan perusahaan mampu mendapatkan bahan baku yang lebih murah karena
tidak adanya biaya pengiriman, kualitas yang terjaga karena pelatihan dan standar bahan
baku yang dibutuhkan diajarkan langsung kepada warga sekitar serta kerjasama yang sah
secara hukum karena dilengkapi dengan kontrak yang disepakati para pihak.

Area 2 - merupakan kondisi dimana keputusan atau kebijakan yang sedang


dipertimbangkan, serta tindakan atau praktik yang akan dilakukan organisasi memenuhi
tanggungjawab etis dan hukum namun tidak memenuhi tanggungjawab ekonomi atau tidak
menguntungkan. Apabila kondisi ini terjadi maka rekomendasinya menjadi sangat relatif
tergantung hal apa yang sedang dibutuhkan organisasi. Pada tahap yang paling awal bisa
dilakukan eksplorasi ulang sehingga menjadi menguntungkan dan memenuhi tanggungjawab
ekonomi, namun jika hal ini tidak memungkinkan maka pilihannya adalah apakah tidak
dijalankan karena tidak menguntungkan atau tetap dijalankan untuk mewakili hal yang benar
untu dilakukan.
Contoh kondisi di Area 2 untuk produsen makanan adalah memberikan hak lembur sesuai
dengan peraturan perusahaan dan/atau ketentuan perundang-undangan apabila karyawan
bekerja melebihi jam kerja akibat pekerjaannya seringkali tidak selesai pada jam kerja.
Kondisi ini seharusnya disertai dengan evaluasi mengapa pekerjaan tidak selesai di jam kerja
sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya lebih banyak yang berpotensi menurunkan
keuntungan atau bahkan merugikan.

Business Ethics & Sustainability – R0


Area 3 - merupakan kondisi dimana keputusan atau kebijakan yang sedang
dipertimbangkan, serta tindakan atau praktik yang akan dilakukan organisasi memenuhi
tanggungjawab hukum dan ekonomi namun tidak memenuhi tanggungjawab etis atau secara
etis kebenarannya diragukan. Jika kondisi ini terjadi maka keputusan atau kebijakan yang
sedang dipertimbangkan, serta tindakan atau praktik yang akan dilakukan organisasi
direkomendasikan dengan sangat hati-hati.
Contoh kondisi di Area 3 untuk produsen makanan adalah melayangkan gugatan secara
hukum terhadap warga sekitar yang tertangkap mencuri bahan atau produk makanan karena
kelaparan, dimana hal ini dilakukan untuk memberikan efek jera agar kerugian material
akibat kasus hilangnya bahan atau produk makanan dapat ditekan dan mempengaruhi laba
perusahaan secara positif.

Area 4 - merupakan kondisi dimana keputusan atau kebijakan yang sedang


dipertimbangkan, serta tindakan atau praktik yang akan dilakukan organisasi memenuhi
tanggungjawab ekonomi dan etis namun kepatuhannya terhadap hukum belum bisa
didefinisikan. Jika kondisi ini terjadi maka keputusan atau kebijakan yang sedang
dipertimbangkan, serta tindakan atau praktik yang akan dilakukan organisasi
direkomendasikan dengan sangat hati-hati.
Contoh kondisi di Area 4 untuk produsen makanan adalah memberikan bantuan produk
makanan terhadap warga yang diungsikan akibat musibah gempa bumi kemudian
menggunakan dokumentasi pemberian bantuan tersebut sebagai media promosi untuk yang
bertujuan untuk membuat produk lebih dikenal sehingga meningkatkan penjualan di
kemudian hari.

4. Tindakan, strategi, atau praktik terbaik apa yang mungkin digunakan manajemen untuk
meningkatkan iklim etika perusahaan?
5. Bagaimana cara meningkatkan budaya etis perusahaan?

Business Ethics & Sustainability – R0

Anda mungkin juga menyukai