Anda di halaman 1dari 8

TANGGUNG JAWAB

PELAKU USAHA
DALAM MINUMAN
KEMASAN TANPA
IZIN BPOM DAN
BERLOGO HALAL
LATAR
BELAKANG
Perlindungan bagi konsumen merupakan jaminan yang didapatkan oleh para konsumen dari sebuah
produk yang telah diproduksi oleh para pelaku usaha didasarkan pada posisi tawar konsumen yang
lemah. Label pangen menjadi hal penitng untuk informasi bagi konsumen mengenai substansi dan
standar pemakaian yang dilabelkan. Tidak boleh ada informasi yang menjadi hak konsumen ditutupi.

Untuk menghindari timbulnya kerugian pada konsumen terhadap pencantuman label produk minuman
kemasan botol plastik, peraturan perundang-undangan mengatur tentang ketentuan pencantuman label
minuman kemasan botol plastik diatur dalam :
-Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
-Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
-Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
-Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.
03.1.23.06.10.5166 Tentang Pencantuman Informasi Asal Bahan Tertentu, Kandungan Alkohol, dan
Batas Kadaluarsa Pada Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional, Suplemen Makanan, Dan Pangan
- Peraturan Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 24/M-IND/PER/2/2010 tentang Pencantuman
Logo Tara dan Kode Daur Ulang pada Kemasan Pangan pada Plastik.
LATAR
BELAKANG
Dari hasil Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sampel makanan dan minuman tidak
memenuhi syarat karena penyalahgunaan bahan berbahaya, cemaran mikroba atau bahan tambahan
makanan dan minuman (BTP) melebihi batas maksimum yang diizinkan. Produk minuman yang tidak
sesuai aturan namun tetap diperjual-belikan tentu akan merugikan masyarakat. Maka perlu adanya
usaha preventif dan regulasi yang jelas agar dapat menekan resiko dan kerugian dari konsumen.
• Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen yang
membeli minuman kemasan tanpa adanya izin dari BPOM?
Permasalahan • Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen yang
membeli minuman kemasan tanpa label logo halal?

Untuk mengetahui dan memahami perlindungan hukum terhadap


konsumen yang membeli minuman kemasan tanpa adanya izin dari
BPOM serta mengetahui dan memahami perlindungan hukum Tujuan
terhadap konsumen yang membeli minuman kemasan tanpa label
logo halal.
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Yang Membeli Minuman Kemasan Tanpa
Izin BPOM

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai lembaga pemerintah nonkementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahaa di bidang pengawasan Obat dan Makanan yang
bertanggungjawab langsung kepada presiden dan melaksanakan tugasnya dengan berkordinasi
dengan kementrian Kesehatan. BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan
di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dengan adanya BPOM produk minuman akan lebih terjamin.

Namun tidak adanya label dari BPOM, bukan berarti suatu produk di produksi dengan prosedur
yang tidak benar karena dalam melakukan suatu produksi, produsen wajib menjamin mutu
barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar
mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.

Jika konsumen mendapatkan suatu produk yang kualitasnya kurang bagus, maka konsumen
dapat menggugat pelaku usaha tersebut ke pengadilan. Setiap konsumen yang dirugikan dapat
menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara
konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.
Penyelesaian sengketa konsumen juga dapat diselesaikan diluar pengadilan jika pihak yang
bersengketa bersedia melakukannya.
Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Yang Membeli Minuman Kemasan Tanpa
Label Halal

Label halal upaya untuk memberi informarmasi dan melindungi konsumen baik konsumen muslim
atau non-muslim. Untuk memperoleh labelisasi halal pada setiap produknya, maka setiap
produsen/pelaku usaha harus terlebih dahulu melakukan standardisasi dan sertifikasi sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 Tentang Standardisasi Nasional. Pelaku usaha wajib
mencantumkan label halal pada minuman yang diproduksi, jika tidak pelaku usaha tersebut akan
mendapatkan sanksi. Hal ini tercantum pada Undang-Undang No. 33 tahun 2014 tentang Jaminan
Produk Halal.

Pemerintah sebagai peran penting dalam penerapan penyelenggaran hukum perlindungan konsumen.
Upaya yang ditempuh oleh lembaga pemerintah dalam menanggulangi produk makanan yang tidak
berlabel halal adalah pengawasan yakni pengawasan berupa :
Jaminan produk halal, diterbitkannya Undang-undang yang mengatur tentang labelisasi halal,
melakukan sosialisasi, himbauan atau penarikan produk yang melanggar ketentuan labelisasi halal,
dengan dibentuknya badan penyelenggaraan jaminan produk halal, dibentuknya lembaga pemeriksa
halal, dibentuk auditor halal, kemudian terdapatnya logo label halal resmi, dan memberikan sanksi
pidana yang tegas bagi pelanggar ketentuan-ketentuan yang sudah diatur dalam Undang- Undang No.
8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang No. 33 tahun 2014 tentang
Jaminan Produk Halal.

UUPK juga mengatur larangan bagi pelaku usaha terdapat pada pasal 18 yang dapat diterapkan secara
umum. begitu pun dengan hak-hak konsumen terdapat dalam Pasal 5 UUPK.

Anda mungkin juga menyukai