Anda di halaman 1dari 47

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP HARGA

MAKANAN YANG TIDAK TERTERA PADA MENU


YANG DIJUAL OLEH PELAKU USAHA
(STUDI AKAU POTONG LEMBU KOTA TANJUNGPINANG)

SKRIPSI

LIZA TASYA YARISMAN


190574201051

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL (Cover) ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 5
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ....................................................................................... 7
2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 7
2.2 Kerangka Teori ............................................................................................. 26
2.3 Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 32
2.4 Definisi Konsep ............................................................................................ 34
BAB 3 37METODE PENELITIAN ......................................................................... 37
3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................... 37
3.2 Objek dan Lokasi Penelitian......................................................................... 39
3.3 Fokus Penelitian ........................................................................................... 39
3.4 Sumber Data ................................................................................................. 39
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 40
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................... 41
3.7 Jadwal Penelitian .......................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 43

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah

satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk

memelihara posisi tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta

mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh energi untuk melakukan

aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan air,

mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di dalam mekanisme

pertahanan tubuh terhadap berbagai macam penyakit. Makanan merupakan

kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan dimanapun ia berada

serta memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh.1

Bisnis kuliner pada makanan yang ada pada saat ini semakin berkembang

dimulai dari restoran, kafe maupun tempat usaha di pinggir jalan. Bisnis kuliner

ini harus bersaing serta memiliki strategi dalam hal untuk meningkatkan jumlah

pengunjung atau konsumennya. Pertumbuhan bisnis kuliner saat ini banyak

dilihat di perkotaan dikarenakan gaya hidup masyarakat nya yang modern serta

keinginan diri untuk membeli yang siap saji. Persaingan bisnis kuliner yang ada

1
Suprayanto, “Higiene Sanitasi Rumah Makan Atau Penyedia Jasa Boga,” Universitas Islam
Indonesia 5, no. 3 (2020): hlm. 4.

1
2

membuat para pelaku usaha harus bisa memutar otak agar dapat mempertahankan

usaha mereka.2

Pada era saat ini bisnis kuliner yakni, rumah makan/tempat makan

merupakan usaha yang menyajikan hidangan kepada masyarakat dan

menyediakan tempat untuk menikmati hidangan tersebut serta menetapkan harga

tertentu untuk makanan dan pelayanannya. Pada zaman yang serba instan seperti

sekarang ini, rumah makan telah menjamur di kota-kota pada umumnya. Rumah

makan menjadi salah satu alternatif pilihan bagi kalangan mahasiswa, buruh

bangunan, hingga pegawai kantoran bagi mereka yang memiliki waktu istirahat

yang terbatas. Tetapi pada saat ini banyak terdapat rumah makan yang tidak

menyertakan informasi mengenai daftar harga pada makanan yang disediakan,

sedangkan hak atas informasi diakui sebagai salah satu hak asasi manusia yang

perlu mendapat jaminan perlindungan dan kepastian hukum.

Berbicara mengenai hak konsumen menurut ketentuan Pasal 4 huruf C

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

konsumen memiliki hak untuk memperoleh informasi yang benar, jelas dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.3 Dapat dilihat dari Undang-

Undang ini bahwasanya pada realitas di lapangan banyak konsumen yang tidak

2
Ni Komang Ratih Kumala, Ajeng Savitri Puspaningrum, and Setiawansyah Setiawansyah, “E-
Delivery Makanan Berbasis Mobile (Studi Kasus : Okonomix Kedaton Bandar Lampung),” Jurnal
Teknologi Dan Sistem Informasi 1, no. 2 (2020): hlm. 106.
3
Kiagus Tajudin Fajar and Rismawati, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Hak Atas
Informasi Harga Pada Menu Makanan Di Rumah Makan (Suatu Penelitian Di Kota Banda Aceh,”
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bidang Hukum Keperdataan 3, no. 4 (2019): hlm. 900.
3

diberikan haknya untuk memperoleh informasi dari suatu produk barang yang

tertera. Beberapa pelaku usaha rumah makan/tempat makan tidak menyediakan

harga pada menu makanan tersebut, sehingga hal ini memicu kebingungan

terhadap konsumen atas apa yang mau dipesan. Permasalahan ini yang kerap kali

terjadi kesalahpahaman antara konsumen mengenai harga yang dipatok oleh

pelaku usaha.

Perlindungan hukum bagi konsumen adalah suatu masalah yang besar,

dengan persaingan global yang terus berkembang. Perlindungan hukum sangat

dibutuhkan dalam persaingan dan banyaknya produk yang ditawarkan.

Perlindungan hukum bagi konsumen menjadi sangat penting, karena konsumen

di samping mempunyai hak-hak yang bersifat universal juga mempunyai hak-

hak yang bersifat sangat spesifik (baik situasi maupun kondisi). Maka dari

fenomena kecurangan yang dapat merugikan konsumen sering kali terjadi di

rumah makan/tempat makan yang tidak memberikan informasi harga pada menu

makanan maupun penetapan harga yang dijual.

Hal seperti inilah perlu ketelitian para konsumen karena menyebabkan

kerugian kepada pihak konsumen. Maka demikian apabila tidak adanya

informasi yang jelas dengan tidak adanya informasi harga pada menu tersebut

dan konsumen mengabaikannya maka hal ini akan menjadi kebiasaan untuk

pelaku usaha rumah makan/tempat makan untuk mendapatkan keuntungan yang

lebih banyak. Kurangnya pengetahuan serta kesadaran konsumen untuk bertanya


4

selalu dijadikan peluang bagi pelaku usaha yang tidak memiliki itikad baik dalam

menjalankan usahanya serta mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya.4

Meninjau fenomena yang terjadi di Akau Potong Lembu Kota

Tanjungpinang dimana terdapat beberapa pedagang yang menjual barang

dagangan nya akan tetapi pedagang tersebut tidak meletakkan harga pada menu

makanan yang dijual, sehingga hal tersebut mengakibatkan kerugian bagi

konsumen yang ingin membeli makanan tersebut. Dari fenomena- fenomena

yang telah terjadi menjadi hal yang menarik dan perlu dibahas lebih lanjut untuk

diteliti masalah tersebut agar nantinya tidak ada lagi para konsumen yang merasa

dirugikan serta menerima kecurangan yang dilakukan pelaku usaha dan terlebih

khusus untuk pelaku usaha agar memiliki kesadaran serta kejujuran terhadap

pentingnya informasi harga pada menu makanan yang dijual agar terciptanya

keseimbangan hukum yang terjadi pada proses jual beli yang dilakukan.

Berdasarkan latar belakang tersebut juga, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang menyangkut hukum keperdataan terkait ketiadaan harga pada

menu yang dilakukan di Pujasera Akau Potong Lembu dengan judu:

“PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP HARGA MAKANAN YANG

TIDAK TERTERA PADA MENU YANG DIJUAL OLEH PELAKU USAHA

(STUDI AKAU POTONG LEMBU KOTA TANJUNGPINANG)”.

4
Roby Dadhan, “Itikad Baik Pelaku Usaha Berdasarkan Undang- Perlindungan Konsumen,”
Gagasan Hukum 02, no. 8 (2020): hlm. 71.
5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka

peneliti akan mengakaji permasalahan yaitu, Bagaimana implementasi Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dalam melindungi

konsumen terhadap harga makanan yang tidak tertera pada menu yang dijual oleh

pelaku usaha di Akau Potong Lembu Kota Tanjungpinang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui implementasi Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen dalam melindungi konsumen terhadap harga

makanan yang tidak tertera pada menu yang dijual oleh pelaku usaha di Akau

Potong Lembu Kota Tanjungpinang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap

perkembangan ilmu hukum, terutama hukum Perdata. Selain itu, penulisan ini

diharapkan dapat dijadikan pedoman dan literatur baru bagi penulisan- penulisan

karya ilmiah berikutnya, terkait perlindungan konsumen terhadap harga makanan

yang tidak tertera pada menu makanan yang dijual oleh pelaku usaha.
6

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi

positif dalam praktik jual beli antara konsumen dan pelaku usaha. Khususnya,

penelitian ini menyoroti pentingnya informasi dalam perlindungan konsumen.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana informasi tentang harga

dan produk dapat memengaruhi keputusan konsumen, pelaku usaha dapat lebih

berupaya untuk menyediakan informasi yang jelas dan akurat kepada konsumen.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu

No. Penulis Judul Penelitian Persamaan Perbedaan


1 Dewi “Perlindungan Penelitian Perbedaan
Masitha, Konsumen Terkait penulis dan dalam
Theresia Harga Barang Yang penelitian pembahasan
Louize Tidak Sesuai Tertera terdahulu sama- penelitian ini
Pesulima, Pada Etalase dan sama membahas adalah peneliti
Agustina Struk Belanja”5 mengenai membahas
Balik perlindungan tentang
konsumen terkait perlindungan
harga barang terhadap hak
yang tidak tertera konsumen yang
dirugikan oleh
pelaku usaha
yang tidak
mencantumkan
harga pada
menu makanan
yang dijual. Hal
ini
menyebabkan
masalah bagi
pihak
konsumen,
sehingga hak-
hak konsumen

5
Febriani Fajar Wati, Roby Tan, and Mashita Ayuni, “Transformasi Digital Perusahaan
Internasional Starbucks Terhadap Peningkatan Daya Saing Perusahaan,” Serat Acitya 11, no. 2 (2022).

7
seringkali
diabaikan.
2 M. Syahrul “Perlindungan Hukum Persamaan Perbedaan
Bahri, I Konsumen Atas antara penelitian dalam
Nyoman Putu Informasi Harga Pada Penulis dan pembahasan
Budiartha, Ni Produk Minuman” 6
penelitian penelitian ini
Made terdahulu terletak pada
Puspasutari terletak pada penelitian yang
Ujianti fokus keduanya difokuskan pada
pada aspek harga produk
perlindungan makanan yang
konsumen, tidak tertera
khususnya dalam dalam menu
hal informasi yang dijual oleh
harga. Penelitian pedagang. Hal
Penulis menggali ini berdampak
masalah serupa pada kerugian
dalam konteks yang mungkin
harga makanan dialami oleh
yang tidak tertera konsumen yang
pada menu di berencana
Akau Potong membeli produk
Lembu Kota makanan
Tanjungpinang, tersebut.
sementara
penelitian
terdahulu
menyoroti
perlindungan
konsumen
terhadap
informasi harga
pada produk
minuman.

M Syahrul Bahri, I Nyoman Putu Budiartha, and Ni Made Puspasutari Ujianti, “Perlindungan
6

Hukum Konsumen Atas Informasi Harga Pada Produk Minuman,” Jurnal Interpretasi Hukum 2, no. 1
(2021).

8
Keduanya
memiliki tujuan
untuk
meningkatkan
pemahaman
tentang hak-hak
konsumen,
mengidentifikasi
masalah
ketidaksesuaian
informasi, serta
mendorong
perbaikan dalam
praktik bisnis
yang
mengutamakan
transparansi dan
kejujuran dalam
berbelanja.
3 Rahma “Pelaksanaan Persamaan Perbedaan
Nazifa Pengawasan Dinas antara penelitian dalam
Perdagangan penulis dan pembahasan
Terhadap Restoran penelitian penelitian ini
Yang Tidak terdahulu adalah terletak pada
Mencantumkan Label bahwa keduanya fokus
Harga Dikaitkan berfokus pada penelitiannya.
Dengan Undang- isu-isu yang Penelitian ini
Undang Nomor 8 berkaitan dengan mengulas
Tahun1999 Tentang perlindungan permasalahan
Perlindungan konsumen, yang dihadapi
Konsumen di Kota khususnya dalam oleh para
Padang”7 konteks pedagang
ketidaksesuaian makanan yang
informasi harga tidak

7
Rahma, N. (2021). “Pelaksanaan Pengawasan Dinas Perdagangan Terhadap Restoran Yang
Tidak Mencantumkan Label Harga Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen” (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

9
pada restoran. menampilkan
Penelitian harga pada
penulis dan menu mereka,
penelitian yang kemudian
terdahulu sama- menjadi
sama memeriksa permasalahan
pelaksanaan bagi konsumen
regulasi yang ingin
perlindungan berbelanja
konsumen, yang karena
dalam kasus ketidakjelasan
penelitian harga yang
terdahulu terkait ditawarkan.
dengan Undang- Lebih khusus
Undang Nomor 8 lagi, penelitian
Tahun 1999 ini difokuskan
Tentang pada para
Perlindungan pedagang yang
Konsumen di beroperasi di
Kota Padang. Akau Potong
Kedua penelitian Lembu, Kota
ini berusaha Tanjungpinang.
untuk
mengidentifikasi
masalah terkait
ketidaksesuaian
harga yang
dijanjikan
dengan
kenyataan yang
diterima oleh
konsumen.
Meskipun lokasi
dan objek
penelitian
berbeda,
keduanya

10
memiliki tujuan
yang sama, yaitu
meningkatkan
pemahaman
tentang
perlindungan
konsumen dan
mendorong
peningkatan
dalam
pelaksanaan
regulasi
perlindungan
konsumen dalam
rangka
melindungi hak-
hak konsumen.
4 Mariske “Tinjauan Yuridis Persamaan Perbedaan
Myeke Tampi Pelaku Usaha Di antara penelitian dalam
Bidang Kuliner Yang Penulis dan pembahasan
Tidak Memberikan penelitian penelitian ini
Informasi Harga terdahulu adalah terletak pada
Ditinjau Dari Asas bahwa keduanya fokus penelitian
Perlindungan mengeksplorasi ini yang
Hukum”8 isu-isu yang membahas
terkait dengan perlindungan
pelaku usaha di hak dan
bidang kuliner penyediaan
yang tidak informasi yang
memberikan jelas tentang
informasi harga harga pada
kepada produk
konsumen. Baik makanan yang
penelitian dijual oleh

8
Leonardo and Mariske Myeke Tampi, “Tinjauan Yuridis Pelaku Usaha Di Bidang Kuliner
Yang Tidak Memberikan Informasi Harga Ditinjau Dari Asas Perlindungan Hukum,” Jurnal Hukum
Adigama 4, no. 1 (2021).

11
Penulis maupun pedagang di
penelitian Akau Potong
terdahulu Lembu.
memiliki fokus
pada aspek
perlindungan
hukum terkait
masalah ini.
Sementara lokasi
penelitian
mungkin
berbeda, yaitu
Akau Potong
Lembu Kota
Tanjungpinang
untuk penelitian
Penulis,
keduanya
memiliki
kesamaan dalam
upaya
memahami dan
menganalisis
praktik bisnis
yang
memengaruhi
hak-hak
konsumen dalam
hal informasi
harga di industri
kuliner. Kedua
penelitian ini
bertujuan untuk
meningkatkan
pemahaman
tentang
pentingnya

12
perlindungan
hukum
konsumen dalam
situasi ini dan
mendorong
praktik bisnis
yang lebih sesuai
dengan asas
perlindungan
hukum.
5 Muhammad “Perlindungan Persamaan Perbedaan
Zunan Konsumen Terhadap antara penelitian dalam
Fanani, Produk Makanan penulis dan pembahasan
Bambang UKM yang Tidak penelitian penelitian ini
Panji Mencantumkan Isi terdahulu adalah peneliti
Gunawan, Komposisi Bahan terletak pada membahas para
Fajar Produk” 9 fokus yang sama pedagang yang
Rachmad dalam konteks tidak
Dwi Miarsa perlindungan mencantumkan
konsumen. harga pada
Kedua penelitian produk
ini menekankan makanan yang
pentingnya dijual.
melindungi hak-
hak konsumen
terkait dengan
informasi yang
diberikan oleh
pelaku usaha
terkait dengan
produk makanan.
Penelitian
penulis mengkaji
masalah

9
Muhammad Zunan Fanani, Bambang Panji Gunawan, dan Fajar Rachmad Dwi Miarsa,
“Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Umkm Yang Tidak Mencantumkan Isi Komposisi
Bahan Produk,” Jurnal Reformasi Hukum: Cogito Ergo Sum 3, no. 1 (2020): 1–6.

13
ketidaktersediaan
harga pada menu
makanan di
Akau Potong
Lembu Kota
Tanjungpinang,
sementara
penelitian
terdahulu
berfokus pada
kurangnya
informasi
mengenai
komposisi bahan
produk makanan
UKM. Meskipun
perbedaan dalam
aspek produk
yang diteliti,
keduanya
memiliki tujuan
yang sama, yaitu
meningkatkan
pemahaman dan
kesadaran
konsumen serta
mendorong
praktik bisnis
yang lebih
transparan dan
mendukung hak-
hak konsumen.
6 Amna “Jual Beli Produk Persamaan Perbedaan
Mariyah Tanpa Label Harga antara penelitian dalam
Ditinjau Menurut Penulis dan pembahasan
Perspektif Bai’ penelitian penelitian ini
Mu'athah dan UU No. Terdahulu adalah bahwa

14
8 Tahun 1999 Tentang terletak pada peneliti
Perlindungan fokus keduanya memfokuskan
Konsumen (Studi yang mengkaji ruang
Kasus pada Swalayan masalah lingkupnya pada
Gampong Kopelma ketidaksesuaian pedagang
Darussalam Kota harga atau UMKM yang
Banda Aceh)”10 informasi dalam tidak
transaksi jual menampilkan
beli. Meskipun harga pada
lokasi studi dan menu makanan
objek penelitian yang dijual,
berbeda, dengan lokasi
keduanya studi terutama
mencerminkan berada di Akau
perhatian Potong Lembu.
terhadap
perlindungan
konsumen dan
upaya untuk
mengidentifikasi
isu-isu yang
berkaitan dengan
ketidaksesuaian
antara apa yang
dijanjikan atau
ditampilkan oleh
pelaku usaha
dengan
kenyataan yang
dihadapi oleh
konsumen.
Dengan
demikian, kedua

10
Amna Mariyah, “Jual Beli Produk Tanpa Label Harga Ditinjau Menurut Perspektif Bai’
Mu’athah Dan UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Kasus Pada Swalayan
Gampong Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh)” (Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam-
Banda Aceh, 2019).

15
penelitian ini
memiliki tujuan
yang serupa,
yaitu
meningkatkan
pemahaman
tentang
perlindungan
konsumen dan
mendorong
perbaikan dalam
praktik bisnis
yang
menghormati
hak-hak
konsumen serta
mempromosikan
transparansi dan
integritas dalam
berbelanja.

Berdasarkan keenam penelitian terdahulu yang diatas telah disebutkan

terdapat beberapa kesamaan dengan apa yang ingin diteliti oleh peneliti sekarang.

Persamaan tersebut dapat dilihat dari perlindungan hak- hak terhadap konsumen

yang dirugikan atas kelalaian dari para pelaku usaha maupun karyawan yang

meletakkan harga barang tidak sesuai. Perbedaan antara penelitian saat ini dan

penelitian di atas adalah, peneliti akan mengkaji terkait perlindungan hukum

konsumen pada suatu produk yang tidak tertera label harga di dalam produk yang

akan dijual oleh pelaku usaha, yang mana menimbulkan tindakan kecurangan

16
17

yang dilakukan oleh pelaku usaha serta mengakibatkan kerugian bagi konsumen

yang ingin membelinya.

2.1.2 Tinjauan Umum Hukum Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah suatu aspek yang sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari. Ketika kita berbelanja atau menggunakan jasa, kita

sebagai konsumen berharap untuk mendapatkan nilai yang sebanding dengan

uang yang kita keluarkan. Perlindungan konsumen bukan hanya tentang

memastikan harga yang wajar atau kualitas yang baik, tetapi juga tentang

memberikan kepercayaan kepada konsumen bahwa mereka akan diperlakukan

dengan adil dan jujur oleh pelaku usaha. Dalam era modern yang penuh dengan

berbagai macam produk dan layanan, terkadang sulit bagi konsumen untuk

membuat keputusan yang tepat. Oleh karena itu, peran hukum dalam melindungi

konsumen sangatlah penting.

Hukum perlindungan konsumen memberikan kerangka kerja yang jelas

tentang hak dan kewajiban konsumen, serta tanggung jawab pelaku usaha. Hal

ini membantu menciptakan keseimbangan antara kepentingan konsumen dan

pelaku usaha. Namun, perlindungan konsumen tidak hanya menjadi tugas hukum

semata. Kesadaran konsumen tentang hak-hak mereka juga sangat penting.

Konsumen perlu memahami hak-hak mereka dan berani untuk melindungi diri

sendiri jika merasa dirugikan. Selain itu, pendidikan konsumen juga merupakan

kunci untuk membantu masyarakat memahami bagaimana cara berbelanja

dengan bijak dan membuat keputusan yang tepat. Dengan kata lain, perlindungan
18

konsumen adalah sebuah upaya bersama antara hukum, pelaku usaha, dan

konsumen sendiri. Ini adalah langkah penting menuju masyarakat yang lebih adil

dan berkeadilan, di mana semua pihak dapat berpartisipasi dalam transaksi

ekonomi dengan keyakinan bahwa hak-hak mereka akan dihormati dan

dilindungi.

Sesungguhnya, peran hukum dalam konteks ekonomi adalah untuk

menciptakan ekonomi dan pasar yang kompetitif. Hal ini juga terkait dengan

fakta bahwa tidak ada satupun pelaku pasar atau produsen yang dapat

mendominasi pasar ketika konsumen bebas memilih produk mana yang

menawarkan nilai terbaik, dan tidak ada pedagang dan produsen yang berkualitas

rendah, selama ada produsen dan konsumen mereka akan beralih ke produk lain

tersebut.

Menurut Hornby mengenai konsumen sebagaimana dikutip oleh Abdul

Atsar dalam bukunya berjudul Hukum Perlindungan Konsumen”, Konsumen

adalah seseorang yang membeli barang atau menggunakan jasa”. Sedangkan

hukum sendiri bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat,

jadi pada dasarnya melihat posisi konsumen yang sangat lemah,maka harus

dilindungi secara hukum.

Lanjutnya menurut Az. Nasution berkenaan dengan hukum konsumen.

Bahwa “hukum konsumen merupakan asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat


19

mengatur, dan juga melindungi kepentingan dari konsumen.11 Maka dapat

diartikan bahwa perlindungan hukum konsumen merupakan suatu kaidah-kaidah

atau asas- asas hukum yang mengatur hubungan serta masalah antara berbagai

pihak satu dengan yang lainnya yang berhubungan dengan barang atau jasa.

Menurut Business English Dictionary sebagaimana dikutip oleh

Rosmawati dalam bukunya berjudul “Pokok Pokok Hukum Perlindungan

Konsumen”, bahwa “perlindungan konsumen adalah protecting consumer

against unfair or illegal traders” (lindungi konsumen dari pedagang yang tidak

adil atau ilegal). 12

Selanjutnya menurut Black's Law Dictionary “a statute that safeguards

consumers in the use goods and services” (undang- undang yang melindungi

konsumen dalam menggunakan barang dan jasa). Perlindungan konsumen yakni

dipakai untuk menggambarkan dari perlindungan hukum yang diberikan kepada

konsumen atas usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang

mengakibatkan konsumen itu sendiri. Berkaitan perlindungan konsumen dalam

peraturan negara Indonesia diatur secara khusus Undang Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 1 ayat (1), berbunyi “segala upaya

yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen”.

11
Abdul Atsar, "Hukum Perlindungan Konsumen" (Yogyakarta: Deepublish, 2019), hlm. 5.
12
Rosmawati, "Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen", (Depok: Prenadamedia Group,
2018), hlm. 6.
20

Kemudian Pasal 2 “perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan,

keseimbangan, keamanan dan keselamatan, serta kepastian hukum”. Adapun

tujuan dari perlindungan hukum konsumen adalah suatu bentuk upaya untuk

menjamin keseimbangan antara konsumen dan pelaku usaha. Maksud dari

keseimbangan disini ialah sifat antara konsumen dan pelaku usaha yang saling

bergantungan, yang mana pelaku usaha membutuhkan peran konsumen untuk

mendapatkan keuntungan, sebaliknya konsumen membutuhkan pelaku usaha

untuk memenuhi kebutuhannya.13 Tujuan perlindungan hukum konsumen jika

merujuk pada ketentuan hukum Indonesia diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang

Republik Indonesia Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk


melindungi diri;
b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya
dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan
menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
informasi;
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha;
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan,
dan keselamatan konsumen.

Evelyn Larissa Florentia Wijaya, “Perlindungan Hukum Konsumen Atas Kesamaan Bunyi
13

Merek Terhadap Barang Yang Tidak Sejenis,” JCH (Jurnal Cendekia Hukum) 5, no. 2 (2020): hlm. 190.
21

Produsen dan konsumen terdapat hubungan yang bersifat massal yang

menciptakan hubungan secara individual atau personal, sebagai hubungan

hukum yang spesifik. Keadaan hubungan hukum yang spesifik ini sangat

bervariasi yang dipengaruhi dalam keadaan di antaranya, pertama kondisi, harga

dari suatu jenis komoditas tertentu, kedua penawaran dan syarat janji, ketiga,

fasilitas yang ada, sebelum dan purna jual, dan sebagainya, keempat, kebutuhan

para pihak pada rentang waktu tertentu.

Pada dasarnya situasi seperti ini sangat mempengaruhi dan menciptakan

kondisi perjanjian yang bervariasi. Pada praktiknya hubungan hukum kerap kali

melemahkan kedudukan konsumen, dikarenakan produsen atau distributor telah

menyiapkan perjanjian baku dimana syarat- syarat nya ditentukan oleh produsen

secara sepihak. Di Indonesia kendala dalam upaya perlindungan konsumen tidak

terbatas pada rendahnya kesadaran konsumen akan hak, namun juga adanya

tanggapan yang salah di kalangan produsen bahwa perlindungan terhadap

konsumen akan mengakibatkan kerugian pada produsen.14

Jika dilihat dari sisi sosiologis dapat diperhatikan bahwa, betapa pelaku

usaha tidak mau bertanggung jawab atas kerugian yang diterima oleh konsumen.

Bahkan tidak jarang produsen berusaha untuk melemahkan dan memojokan

konsumen untuk menutupi serta melepaskan tanggung jawabnya. Bentuk fakta-

fakta sosial yang muncul dikalangan masyarakat ialah kurangnya etika dan moral

14
Celina Tri Siwi Kristiyanti, "Hukum Perlindungan Konsumen", (Jakarta: Sinar Grafika,
2022), hlm. 12.
22

pelaku usaha, dan juga sering mengabaikan fakta fakta hukum yang terjadi

terhadap keluhan konsumen terhadap hak- hak konsumen.15

Sejatinya dalam hubungan jual beli antara konsumen dan pelaku usaha

memiliki hak hak serta kewajiban masing-masing. Menurut F. Kennedy

sebagaimana dikutip oleh Arifin Abdullah dalam jurnalnya berjudul “Kepastian

Hukum Terhadap Hak Konsumen di Era Digital Pada Transaksi Jual Beli Online”

adapun hak-hak konsumen yaitu, hak memperoleh keamanan (the right to safety),

hak memilih (the right choice), hak mendapatkan informasi (the right to be

informed), hak untuk didengar (the right to be heard).16 Hak konsumen dalam

perlindungan hukum Indonesia diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Republik

Indonesia Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berbunyi:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi


barang dan/atau jasa;
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.

15
Mierza Aulia Chairani Nugroho, Sigit Sapto, “Hukum Perlindungan Konsumen (Perspektif
Perlindungan Atas Iklan Yang Merugikan”. (Jawa Tengah: Penerbit Lakeisha (Anggota IKAPI
No.181/JTE/2019),2022 Hlm : 7-9
16
Arifin Abdullah and Almiftahul Ramadhan, “Kepastian Hukum Terhadap Hak Konsumen Di
Era Digital Pada Transaksi Jual Beli Online(Studi Kasus Pada Onlineshop Hadia Collection),” Jurnal
Al-Mudharabah 4, no. 1 (2022): hlm. 5.
23

Sedangkan kewajiban konsumen menurut Pasal 5 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

diantaranya:

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau

pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau

jasa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

Pentingnya perlindungan konsumen terhadap peroleh barang atau jasa

dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Terjaminya barang atau jasa yang diterima

aman dan tidak berbahaya serta, informasi yang benar-benar akurat, jika

konsumen merasa dirugikan atau dengan kata lain menyimpang dengan dari

informasi yang diperoleh, maka konsumen berhak menerima ganti rugi.17

2.1.3 Harga

Menurut Tjiptono sebagaimana dikutip oleh Nur Amalia dalam jurnalnya

berjudul “Pengaruh Citra Merek, Harga dan Kualitas Produk Terhadap

Keputusan Pembelian (Studi Kasus Pada Konsumen Mie Endess Di Bangkalan)”

Wahid Yaurwarin, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pembeli Makanan Berbuka


17

Puasa Yang Mengandung Bahan Pengawet Dan Bahan Pemanis Buatan (Kajian UU No. 8 Tahun
1999)”, PUBLIC POLICY (Jurnal Aplikasi Kebijakan Publik & Bisnis) 1, no. 1 (2020): hlm. 9.
24

harga merupakan hukum moneter sebagai alat tukar untuk memperoleh hak atau

barang ataupun jasa. Peran harga sangat berhubungan erat dalam proses jual beli

suatu produk atau jasa. Harga berfungsi agar seorang konsumen dapat

menentukan akan membeli suatu produk atau tidaknya.

Dalam menentukan suatu harga terdapat beberapa pertimbangankan

sebagaimana Machfodz dengan pendapatnya dalam jurnal yang sama bahwa

penetapan suatu harga dapat dipengaruhi faktor-faktor internal diantaranya,

tujuan dari perusahan dalam pemasaran produk, strategi yang diterapkan

perusahaan dalam pemasaran, biaya untuk memproduksi dan pemasarannya.

Sedangkan pada faktor eksternal diantaranya, model pasar yang akan dituju,

persaingan harga pada produk lain, serta lingkungan yang menjadi sasaran.18

2.1.4 Pelaku Usaha

Pelaku usaha berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 1999 Pasal 3 berbunyi “Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan

atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan

hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam

wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama

18
Nur Amalia, “Pengaruh Citra Merek, Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan
Pembelian (Studi Kasus Pada Konsumen Mie Endess Di Bangkalan),” Jurnal Studi Manajemen Dan
Bisnis 6, no. 2 (2019): hlm. 100.
25

melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang

ekonomi”.

Sedangkan menurut Kamus sebagaimana dikutip oleh Nona Farida dalam

skripsinya berjudul “Perlindungan Hukum terhadap Pelaku Usaha Dalam

Konsep Business To Business Melalui Transaksi Elektronik”, pelaku usaha

adalah penghasil barang atau jasa dalam hal ini pembuat, grosir, dan pengencer

profesional yang dimaknai orang atau badan yang turut serta menyediakan

barang atau jasa sampai ke tangan konsumen.19

Artinya pelaku usaha bukan dalam artian produsen saja namun setiap orang

yang ikut untuk mengedarkan barang atau jasa hingga didapatkan konsumen.

Melakukan proses jual beli seseorang atau badan pelaku usaha memiliki hak serta

kewajiban yang dilindungi dalam ketentuan hukum, sebagaimana tertuang dalam

Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen yang berbunyi:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan


mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik;
c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen;
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.

19
Nona Farida, “Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku Usaha Dalam Konsep Business To
Business Melalui Transaksi Elektronik” (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2021).
26

Kewajiban dari pelaku usaha menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 7 berbunyi:

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;


b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.
Adanya hak maupun kewajiban terhadap pelaku usaha bertujuan untuk

menyeimbangkan dalam melakukan proses jual beli agar disisi lain pelaku usaha

berhak perlindungan hukum yang seharusnya dalam rangka, kerja yang adil

transparan dalam penyelenggaraan ekonomi, sehingga menjadi prinsip mengatur

interaksi antara pelaku usaha dan konsumen.20

2.2 Kerangka Teori

Secara umum, teori merupakan sistem konsep abstrak yang mengindikasi

adanya hubungan antara konsep-konsep tersebut yang membantu memahami

20
Joseph Teguh Santoso, “Prinsip Etika Berbisnis” (Universitas Stekom, 2023), hlm. 108.
27

adanya sebuah fenomena. Teori adalah salah satu konsep dari dasar penelitian

sosial. Secara khusus, teori adalah seperangkat konsep, konstruk, definisi dan

proposisi yang menjelaskan terkait hubungan sistematis dari sebuah fenomena,

dengan cara merinci hubungan sebab akibat yang terjadi.

Kerangka teori merupakan konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi

dari buah pemikiran maupun kerangka serta acuan yang pada dasarnya memiliki

tujuan untuk mengadakan kesimpulan terhadap setiap dimensi. Setiap penelitian

selalu diikuti dengan pemikiran-pemikiran teori, karena hal tersebut

berhubungan dengan adanya hubungan timbal balik satu sama lain antara teori

dengan aktivitas pengumpulan, pengolahan, analisis dan konstruksi data.

Perlindungan konsumen adalah suatu upaya dalam mengangkat harkat dan

martabat konsumen dengan cara menghindarkan konsumen dari pelaku usaha

yang memiliki niat buruk. Perlindungan konsumen merupakan bagian dari

perlindungan hak asasi manusia (HAM). Perlindungan ini akan menciptakan rasa

aman bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhan hidup.21 Konsumen berasal

dari kata consumer, secara arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap

orang yang menggunakan barang. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

menjelaskan konsumen sebagai lawan produsen, yaitu pemakai barang-barang

hasil industri, bahan makanan, dan sebagainya.

21
Tiara Yasmin Wahyuningrum, “Perlindungan Hukum Konsumen Pakaian Bekas Yang
Diimpor Ke Indonesia,” Digital Repository Universitas Jember 1, no. 3 (2017): hlm. 54.
28

Menurut Black’s Law Dictionary sebagaimana dikutip oleh Zulham dalam

bukunya berjudul “Hukum Perlindungan Konsumen”, bahwa “a person who buys

goods or service for personal, family, or house-hold use, with no intention or

resale; a natural person who use products for rather than business purpose”

(konsumen adalah setiap orang atau individu yang harus dilindungi selama tidak

memiliki kapasitas dan bertindak sebagai produsen, pelaku usaha dan/atau

pebisnis).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

menyebutkan “konsumen adalah setiap orang yang memakai barang dan/atau

jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik kepentingan diri sendiri, keluarga,

orang lain maupun makhluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan”.

Dilihat dari beberapa pengertian konsumen yang dikemukakan diatas, maka

konsumen dapat dibedakan dalam tiga batasan yaitu:

a. Pertama, “konsumen komersial” (commercial consumer), merupakan orang


yang mendapatkan barang dan/atau jasa digunakan untuk memproduksi
barang dan/atau jasa lain untuk mendapat keuntungan.
b. “Konsumen Antara” (intermediate consumer), merupakan orang yang
mendapatkan barang dan/atau jasa digunakan untuk diperdagangkan ulang
guna mencari keuntungan.
c. “Konsumen Akhir” (ultimate consumer/end user) merupakan orang yang
mendapatkan serta menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan
memenuhi kebutuhan hidup pribadi, keluarga, orang lain, dan makhluk
hidup lainnya serta tidak diperdagangkan ulang untuk mencari keuntungan
kembali.22

22
Zulham, "Hukum Perlindungan Konsumen" (Jakarta: PT. Kencana, 2013), hlm. 17.
29

Nyatanya peran hukum dalam konteks ekonomi merupakan menciptakan

ekonomi serta pasar yang kompetitif. Sehubungan dengan hal tersebut, bahwa

tidak ada pelaku usaha maupun produsen tunggal yang mampu mendominasi

pasar, selama konsumen memiliki hak untuk memilih produk untuk menawarkan

nilai-nilai terbaik, baik harga maupun mutu. Dimana tidak ada pelaku usaha dan

produsen yang mampu menetapkan harga yang berlebih serta menawarkan

produk dengan harga yang rendah, selama masih ada produsen lain dan

konsumen akan pindah kepada produk lainnya tersebut.

Istilah dari Perlindungan Konsumen dikenakan untuk menggambarkan dari

perlindungan hukum diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk

memenuhi kebutuhan dari keadaan yang merugikan konsumen itu sendiri.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa, perlindungan

konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan kepada konsumen. Hal ini mempunyai jangkauan yang

luas, meliputi perlindungan konsumen terhadap barang dan jasa, yang awalnya

dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa serta akibat-akibat dari

pemakaian barang dan/atau jasa tersebut.

Perlindungan konsumen terdapat 2 cakupan yang dapat dibedakan melalui

dua aspek: pertama, kemungkinan barang yang diserahkan kepada konsumen

tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati. kedua, diberlakukannya syarat-

syarat yang tidak adil kepada konsumen. Tujuan yang hendak dicapai dalam

perlindungan konsumen ialah menciptakan rasa aman bagi konsumen dalam hal
30

memenuhi kebutuhan hidup. Jelas terlihat semua norma perlindungan konsumen

dalam Undang- Undang Perlindungan Konsumen terdapat sanksi pidana.

Ringkasnya, segala upaya yang dimaksudkan dalam perlindungan

konsumen tersebut tidak saja terhadap tindakan-tindakan preventif, namun juga

tindakan represif dalam semua bidang perlindungan yang diberikan kepada

konsumen. Dengan demikian terdapat perlindungan konsumen dilakukan

dengan:

a. Mewujudkan sistem perlindungan konsumen yang memuat unsur


keterbukaan akses informasi, dan menjamin kepastian hukum.
b. Menjaga kepentingan konsumen serta khususnya kepentingan seluruh
pelaku usaha.
c. Menambah mutu barang dan pelayanan jasa lainnya.
d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari hal-hal yang
menyebabkan penipuan serta menyesatkan.
e. Menghimpun penyelenggaraan, pengembangan serta pengaturan dari
perlindungan konsumen pada bidang-bidang perlindungan maupun bidang
lainnya.
Maka tujuan hukum adalah untuk mewujudkan keadilan, kemanfaatan

serta kepastian hukum. Dengan hal ini mewujudkan keadilan, Adam Smith

melahirkan ajaran mengenai keadilan (justice) yang menyatakan “the end of the

justice to secure from the injury”. Menurut G.W. Paton sebagaimana dikutip oleh

Zulham dalam bukunya berjudul “Hukum Perlindungan Konsumen”, bahwa

“hak yang diberikan oleh hukum ternyata tidak hanya mengandung unsur

perlindungan dan kepentingan tetapi juga unsur kehendak (the element of will).

Teori hukum tersebut mempunyai tujuan untuk menjelaskan dari nilai-

nilai hukum dan postulatnya serta dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam.
31

Pada hakikatnya hukum merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi dalam

manifestasinya dapat berwujud nyata. Yang mana ketentuan dari suatu hukum

dapat dinilai baik jika dilihat dari akibat-akibat yang dihasilkan melalui

penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang seluas-luasnya, dan

berkurangnya suatu penderitaan. Oleh sebab itu, hukum perlindungan konsumen

merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur serta

melindungi konsumen terkait hubungan dalam masalah penyediaan dan

penggunaan produk konsumen antara penyedia maupun penggunaannya, dalam

kehidupan bermasyarakat. Jelasnya, hukum perlindungan konsumen adalah

memuat dari keseluruhan peraturan perundang-undangan, baik itu dari undang-

undang maupun peraturan perundang-undangan lainnya dan putusan-putusan

hakim yang maknanya mengatur terkait kepentingan konsumen.

Perlindungan konsumen merupakan bagian integral dari praktik bisnis

yang baik. Dalam kegiatan usaha yang sehat terdapat keseimbangan

perlindungan hukum antara konsumen, pelaku usaha dan pemerintah, dan tidak

adanya perlindungan yang seimbang membuat konsumen berada pada posisi

rentan. Selain itu, pelaku usaha dapat menyalahgunakan posisi monopolinya

terlebih jika produk yang dihasilkannya merupakan jenis produk yang terbatas.

Hal ini tentu saja tidak baik bagi konsumen.

Kondisi konsumen telah banyak dirugikan, dan diperlukan lebih banyak

perlindungan untuk menjaga hak-hak konsumen. Namun di sisi lain, perlu juga

dilihat bahwa dalam melindungi konsumen, usaha pedagang tidak bisa benar-
32

benar dimatikan, karena keberadaan pedagang juga penting bagi perekonomian

nasional. Oleh karena itu, ketentuan untuk melindungi konsumen juga harus

diimbangi dengan ketentuan untuk melindungi operator, sehingga perlindungan

konsumen tidak membalikkan posisi konsumen dari lemah menjadi kuat, dan

sebaliknya, produsen/operator menjadi lebih lemah. Kerugian yang disebabkan

oleh klaim konsumen, pedagang juga dapat mengasuransikan diri terhadap

tanggung jawabnya kepada konsumen.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini kerangka pemikiran diawali dengan memaparkan

perlindungan konsumen terhadap harga yang tidak tertera didalam menu

makanan yang dijual oleh pelaku usaha, berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Kemudian dilanjutkan dengan

menganalisis berdasarkan teori-teori yang diambil serta sumber hukum lainnya.


33

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran

Kerugian Konsumen Terhadap Pelaku Usaha Yang


Tidak Mencantumkan Harga Pada Menu Makanan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999


tentang Perlindungan Konsumen

Perlindungan Konsumen Terhadap Harga Yang


Tidak Tercantum Pada Menu Makanan, Di Akau
Potong Lembu Kota Tanjung Pinang Provinsi
Kepulauan Riau

Teori Perlindungan
Konsumen

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


34

2.4 Definisi Konsep

Definisi Konsep merupakan lembaran dari beberapa skema pemikiran yang

disatukan menjadi satu satu keutuhan guna menjadi dasar dalam melakukan

penelitian atau kajian. Sehingga menjadi unsur yang paling penting untuk

mengarahkan mulai dari judul sampai dengan kesimpulan hasil keseluruhan dari

penelitian.23 Skema pemikiran tersebut biasanya berasal dari peraturan

perundang-undangan, karya tulis ilmiah, hukum, serta hal hal yang menjadi

pendukung pada suatu penelitian.

2.4.1 Perlindungan

Perlindungan merupakan pemberian kepada hak manusia yang dirugikan

orang lain dimana perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar

mereka bisa menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Menurut

pendapat Setiono bahwa perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang

tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan

ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya

sebagai manusia. Menurut Declaration Universal of Human Rights sebagaimana

dikutip oleh Arum Nur Fadillah Muis dalam jurnalnya berjudul “Perlindungan

Dan Penegakan Hak Asasi Manusia Terhadap Kasus Perbudakan Anak Buah

23
Patrisius Istiarto Djiwandono, "Meneliti Itu Tidak Sulit: Metode Penelitian Sosial Dan
Pendidikan Bahasa", (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hlm. 16.
35

Kapal Indonesia Di Kapal Asing”, bahwa “perlindungan hukum terhadap setiap

orang sama di depan hukum tanpa diskriminasi apapun”.24

2.4.2 Konsumen

Secara umum konsumen ialah salah satu pihak di dalam hubungan serta

transaksi ekonomi yang mana hak nya sering diabaikan (sebagian pelaku usaha).

Efeknya hak daripada konsumen tersebut perlu adanya perlindungan. Pada

bagian ini membahas aspek yang berkaitan dengan konsumen. Mulanya untuk

masuk kesana perlu adanya lagi definisi konsumen itu terlebih dulu. Maka dapat

disimpulkan bahwa konsumen adalah orang yang menggunakan atau

mengkonsumsi suatu produk yang dijual oleh pelaku usaha, yang mana

konsumen merupakan rantai terakhir dalam distribusi pasar setelah produsen dan

distributor.

2.4.3 Harga

Penetapan harga oleh pelaku usaha harus disesuaikan oleh lingkungan dan

perubahan yang terjadi dimana persaingan usaha semakin ketat seiringnya

perkembangan waktu. Namun suatu harga dapat juga menjadi suatu standar

kualitas. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh para pelaku usaha dalam

memberikan harga kepada konsumen, ialah dengan memberikan harga yang

24
Arum Nur Fadilah Muis, “Perlindungan Dan Penegakan Hak Asasi Manusia Terhadap
Kasus Perbudakan Anak Buah Kapal Indonesia Di Kapal Asing,” Jurnal Hukum Lex Generalis 3, no.
12 (2022): hlm. 4.
36

murah dibandingkan dengan para pesaing pelaku usaha lainnya, dengan demikian

memberikan ciri yang berbeda dengan pelaku usaha lainnya, disebabkan negara

Indonesia harga tersebut merupakan suatu permasalahan yang dianggap

sensitif.25

Harga dari suatu makanan yang dijual oleh pelaku usaha tentunya harus

sesuai dengan kualitas produk dan tidak merugikan konsumen. Dengan jumlah

harga yang tertera pada label produk (price tag) akan mempermudah konsumen

untuk mengetahui harga dari produk yang dijual tanpa perlu bertanya kepada

pihak penjual.26

2.4.4 Pelaku Usaha

Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama melalui perjanjian menyelenggarakan

kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.27

25
Dwi Putra Hendro ariantoro and Budhi Satrio, “Pengaruh Produk, Harga, Kualitas
Pelayanan, Lokasi, Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Kopisae,” Jurnal Ilmu Dan Riset
Manajemen 9, no. 6 (2020): hlm. 2.
26
Anak Ngurah Agung Kresna Putera Cahya Bagus, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Terhadap Kerugian Konsumen Akibat Perbedaan Harga Barang Pada Label Dan Harga Kasir,” Jurnal
Kertha Semaya 8, no. 2 (2020): hlm. 11.
27
Ni Komang Ayu Nira Relies Rianti, “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Konsumen
Dalam Hal Terjadinya Shortweighting Ditinjau Dari Undang-Undang Ri No 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen,” Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law Journal) 6, no. 4
(2017): hlm. 528.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah pendekatan

perundang-undangan (statute approach) dengan data kejadian dilapangan

pendekatan yang dilakukan dengan cara menganalisa aturan dan regulasi yang

berkaitan dengan isu hukum tersebut. Menurut Abdulkadir Muhammad

penelitian hukum normatif empiris merupakan penelitian yang menggunakan

studi kasus hukum normatif-empiris berupa produk perilaku hukum.28

Penelitian hukum normatif empiris merupakan pelaksanaan cek atau

implementasi ketentuan hukum aktif (peraturan perundang-undangan) dan

dokumen tertulis dalam tindakan nyatanya dalam masalah hukum tertentu

kejadian di masyarakat. Penelitian hukum normatif empiris adalah tentang

penelitian hukum menegakkan persyaratan hukum Normatif (kode, hukum, atau

kontrak) mengambil tindakan dalam masalah hukum tertentu dengan kejadian di

masyarakat.

Muhammad Helmi, “Efektivitas Pro-Bebaya Sebagai Program Unggulan Pemerintah Kota


28

Samarinda (Studi Kasus Di Kelurahan Gunung Panjang),” Jurnal Riset Inossa 4, no. 1 (2022): hlm. 6.

37
38

Adapun tindakan ini dilaksanakan merupakan fakta empiris serta

bermanfaat untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Implementasi dalam tindakan

diharapkan sempurna terjadi saat membuat persyaratan Hukum normatif jelas,

tegas dan lengkap. Mulanya penelitian hukum normatif empiris bermula dari

adanya ketentuan hukum tertulis (peraturan perundang-undangan) yang

diberlakukan pada peristiwa hukum in concreto didalam masyarakat. Dalam

penelitian hukum normatif empiris sering terdapat dalam gabungan yang

mempunyai 2 tahapan kajian, yaitu Tahap pertama, mengenai hukum normatif

(peraturan perundang-undangan), atau kontrak yang berlaku, dan Tahap kedua,

merupakan kajian hukum empiris berwujud penerapan (implementasi) pada

peristiwa hukum in concreto dengan guna untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan.29 Maka dari itu, penelitian hukum ini disebut penelitian hukum

normatif empiris, yang mana penelitian hukum ini membutuhkan data sekunder

dan data primer. Pelaksanaan atau implementasi hukum dapat berupa:

a. Perbuatan nyata (real action).

b. Dokumen hukum (legal document).

29
Muhaimin, "Metode Penelitian Hukum", (Mataram: Mataram University Press, 2020), hlm.
117.
39

3.2 Objek dan Lokasi Penelitian

Objek dari penelitian ini ialah perlindungan konsumen terhadap harga yang

tidak tertera pada menu makanan. Adapun penelitian ini, akan dilakukan tepatnya

di Akau Potong Lembu Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

3.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ialah, peneliti akan mengkaji berkaitan perlindungan

konsumen terhadap harga yang tidak tertera pada menu makanan, sebagaimana

yang terjadi di Akau Potong Lembu Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan

Riau.

3.4 Sumber Data

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan sumber data yaitu: data

primer, data sekunder dan tersier:

a. Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber

pertama atau tempat objek penelitian dilakukan.30 Data primer dalam penelitian

ini diperoleh dari Akau Potong Lembu Kota Tanjungpinang, beserta dengan

pedagang yang akan diwawancara.

30
Fairus and Hamdani Syah, “Internal Control Analysis Of The Payroll’s System And
Procedures In Supporting The Efficiency Of Labor Costs In PT. Pancaran Samudera Transport,
Jakarta,” Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, 2020, hlm. 46.
40

b. Data Sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data sekunder

ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu

dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku dan lain sebagainya.

c. Data Tersier merupakan bahan hukum yang merupakan pelengkap yang

sifatnya memberikan petunjuk atau penjelasan tambahan terhadap bahan

hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier yang terdapat dalam

penelitian misalnya kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik yang dilakukan ialah pengumpulan data akan

dilakukan dengan cara yaitu:

a. Teknik pengumpulan data primer, diperoleh secara langsung melalui

wawancara terhadap para informan serta pengisian kuisioner terhadap

pelaku usaha dan konsumen di Akau Potong Lembu Kota Tanjungpinang

Provinsi Kepulauan Riau sebagai informan. Dengan tujuan agar

terkumpulnya data yang akurat.31

b. Teknik pengumpulan data sekunder maupun tersier peneliti akan melakukan

studi kepustakaan dan mencari informasi di internet.

31
Muhammad Khafid, “Strategi Bersaing Dalam Meningkatkan Jumlah Pelanggan (Studi
Kasus Pada Perusahaan Otobus Al-Mubarok Malang,” Diss. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim, 2015, hlm. 37.
41

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah data dan bahan hukum dikumpulkan, kemudian dipilih yang

memiliki validitas yang baik, maka tahap selanjutnya adalah melakukan

pengolahan data, yaitu mengelola data sedemikian rupa, sehingga data dan bahan

hukum tersebut secara runtut, sistematis, sehingga akan memudahkan peneliti

melakukan analisis. Data yang telah terkumpul melalui kegiatan pengumpulan

data belum memberikan makna apapun bagi tujuan penelitian. Oleh karena itu,

tepat kiranya bahwa setelah pengumpulan data, peneliti kemudian melakukan

pengolahan data. Pengolahan data pada umumnya dilakukan melalui tahap-tahap

diantaranya; pemeriksaan data, penandaan data, klasifikasi dan

penyusunan/sistematisasi data.
42

3.7 Jadwal Penelitian


Tahun 2023

NO Kegiatan Bulan April Mei Juni Juli Agustus September


2023 2023 2023 2023 2023 2023
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan
a. Studi Literatur
b. Observasi
c. Mengurus Perizinan
(Pra) Penelitian
d. Penulisan Proposal
Usulan Penelitian
e. Pengajuan Judul
Usulan Penelitian
f. Pengesahan Judul
Usulan Penelitian
g. Bimbingan
2. Tahap Penelitian

a. Observasi
b. wawancara
c. Pengolahan Data
d. Analisa Data
e. Penyusunan
Laporan

3. Tahap Pengujian
a. Seminar Usulan
Penelitian

b. Revisi usulan
Penelitian

c. Sidang Skripsi
d. Revisi Skripsi
43

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Atsar, Abdul. Hukum Perlindungan Konsumen. Yogyakarta: Deepublish, 2019.
Djiwandono, Patrisius Istiarto. Meneliti Itu Tidak Sulit: Metode Penelitian Sosial Dan
Pendidikan Bahasa. Yogyakarta: Deepublish, 2015.
Kristiyanti, Celina Tri Siwi. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar Grafika,
2022.
Muhaimin. Metode Penelitian Hukum. Mataram: Mataram University Press, 2020.
Rosmawati. Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen. Depok: Prenadamedia
Group, 2018.
Santoso, Joseph Teguh. “Prinsip Etika Berbisnis.” Universitas Stekom, 2023.
Zulham. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT. Kencana, 2013.

B. Jurnal
Abdullah, Arifin, and Almiftahul Ramadhan. “Kepastian Hukum Terhadap Hak
Konsumen Di Era Digital Pada Transaksi Jual Beli Online(Studi Kasus Pada
Onlineshop Hadia Collection).” Jurnal Al-Mudharabah 4, no. 1 (2022): 1–14.
Amalia, Nur. “Pengaruh Citra Merek, Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan
Pembelian (Studi Kasus Pada Konsumen Mie Endess Di Bangkalan).” Jurnal
Studi Manajemen Dan Bisnis 6, no. 2 (2019): 96–104.
Bagus, Anak Ngurah Agung Kresna Putera Cahya. “Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Terhadap Kerugian Konsumen Akibat Perbedaan Harga Barang Pada Label Dan
Harga Kasir.” Jurnal Kertha Semaya 8, no. 2 (2020): 1–17.
Dadhan, Roby. “Itikad Baik Pelaku Usaha Berdasarkan Undang- Perlindungan
Konsumen.” Gagasan Hukum 02, no. 8 (2020).
Dwi Putra Hendro ariantoro, and Budhi Satrio. “Pengaruh Produk, Harga, Kualitas
Pelayanan, Lokasi, Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Kopisae.”
Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen 9, no. 6 (2020): 1–23.
Fairus, and Hamdani Syah. “Internal Control Analysis Of The Payroll’s System And
Procedures In Supporting The Efficiency Of Labor Costs In PT. Pancaran
Samudera Transport, Jakarta.” Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, 2020.
44

Fajar, Kiagus Tajudin, and Rismawati. “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap Hak
Atas Informasi Harga Pada Menu Makanan Di Rumah Makan (Suatu Penelitian
Di Kota Banda Aceh.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bidang Hukum Keperdataan 3,
no. 4 (2019).
Helmi, Muhammad. “Efektivitas Pro-Bebaya Sebagai Program Unggulan Pemerintah
Kota Samarinda (Studi Kasus Di Kelurahan Gunung Panjang).” Jurnal Riset
Inossa 4, no. 1 (2022).
Khafid, Muhammad. “Strategi Bersaing Dalam Meningkatkan Jumlah Pelanggan
(Studi Kasus Pada Perusahaan Otobus Al-Mubarok Malang.” Diss. Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2015.
Kumala, Ni Komang Ratih, Ajeng Savitri Puspaningrum, and Setiawansyah
Setiawansyah. “E-Delivery Makanan Berbasis Mobile (Studi Kasus : Okonomix
Kedaton Bandar Lampung).” Jurnal Teknologi Dan Sistem Informasi 1, no. 2
(2020): 105–10. https://doi.org/10.33365/jtsi.v1i2.607.
Leonardo, and Mariske Myeke Tampi. “Tinjauan Yuridis Pelaku Usaha Di Bidang
Kuliner Yang Tidak Memberikan Informasi Harga Ditinjau Dari Asas
Perlindungan Hukum.” Jurnal Hukum Adigama 4, no. 1 (2021).
M Syahrul Bahri, I Nyoman Putu Budiartha, and Ni Made Puspasutari Ujianti.
“Perlindungan Hukum Konsumen Atas Informasi Harga Pada Produk Minuman.”
Jurnal Interpretasi Hukum 2, no. 1 (2021): 137–41.
https://doi.org/10.22225/juinhum.2.1.3071.137-141.
Mariyah, Amna. “Jual Beli Produk Tanpa Label Harga Ditinjau Menurut Perspektif
Bai’ Mu’athah Dan UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Studi Kasus Pada Swalayan Gampong Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh).”
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam-Banda Aceh, 2019.
Muis, Arum Nur Fadilah. “Perlindungan Dan Penegakan Hak Asasi Manusia Terhadap
Kasus Perbudakan Anak Buah Kapal Indonesia Di Kapal Asing.” Jurnal Hukum
Lex Generalis 3, no. 12 (2022): 988–99. https://doi.org/10.56370/jhlg.v3i12.346.
Nira Relies Rianti, Ni Komang Ayu. “Tanggung Jawab Pelaku Usaha Terhadap
Konsumen Dalam Hal Terjadinya Shortweighting Ditinjau Dari Undang-Undang
Ri No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.” Jurnal Magister Hukum
Udayana (Udayana Master Law Journal) 6, no. 4 (2017): 521.
https://doi.org/10.24843/jmhu.2017.v06.i04.p10.
Suprayanto. “Higiene Sanitasi Rumah Makan Atau Penyedia Jasa Boga.” Universitas
Islam Indonesia 5, no. 3 (2020): 248–53.
Wahyuningrum, Tiara Yasmin. “Perlindungan Hukum Konsumen Pakaian Bekas Yang
Diimpor Ke Indonesia.” Digital Repository Universitas Jember 1, no. 3 (2017):
45

1–104.
Wati, Febriani Fajar, Roby Tan, and Mashita Ayuni. “Transformasi Digital Perusahaan
Internasional Starbucks Terhadap Peningkatan Daya Saing Perusahaan.” Serat
Acitya 11, no. 2 (2022).
https://jurnal2.untagsmg.ac.id/index.php/sa/article/view/759%0Ahttps://jurnal2.
untagsmg.ac.id/index.php/sa/article/download/759/709.
Wijaya, Evelyn Larissa Florentia. “Perlindungan Hukum Konsumen Atas Kesamaan
Bunyi Merek Terhadap Barang Yang Tidak Sejenis.” JCH (Jurnal Cendekia
Hukum) 5, no. 2 (2020): 185. https://doi.org/10.33760/jch.v5i2.187.
Yaurwarin, Wahid. “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Pembeli Makanan
Berbuka Puasa Yang Mengandung Bahan Pengawet Dan Bahan Pemanis Buatan
(Kajian UU No. 8 Tahun 1999).” PUBLIC POLICY (Jurnal Aplikasi Kebijakan
Publik & Bisnis) 1, no. 1 (2020): 35–46.
https://doi.org/10.51135/publicpolicy.v1.i1.p35-46.
Zunan Fanani, Muhammad, Bambang Panji Gunawan, and Fajar Rachmad Dwi
Miarsa. “Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Makanan Umkm Yang Tidak
Mencantumkan Isi Komposisi Bahan Produk.” Jurnal Reformasi Hukum: Cogito
Ergo Sum 3, no. 1 (2020): 1–6.

Anda mungkin juga menyukai