Anda di halaman 1dari 14

BUSINESS PLAN

RUMAH PEMOTONGAN AYAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Pengambilan Keputusan

Dosen Pengampu: Dr. H. Denny Aditya D.,SE., M,Ap

Disusun Oleh :
Rini Karenina
206100087

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA
CIANJUR

2023
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara di mana salah satu mata pencaharian
penduduknya adalah dengan membuka usaha atau melakukan bisnis, bisnis sendiri
merupakan kegiatan ekonomi di mana orang atau perusahaan berusaha untuk
menghasilkan keuntungan dengan menjual barang atau jasa kepada konsumen. Ini
melibatkan berbagai aspek seperti produksi, pemasaran, penjualan, dan manajemen untuk
mencapai tujuan keuangan. Melansir laman Databook. Id pada tahun 2021 persentase
jumlah penduduk Indonesia yang membuka usaha sendiri atau berbisnis sebanyak 19,
57% dan merupakan sumber pencaharian terbanyak kedua setelah pekerjaan buruh. Dari
persentase yang ada menunjukan bahwa pelaku usaha bisnis di Indonesia meskipun
cukup banyak akan tetapi masih kecil jika dibandingkan dengan yang memilih bekerja
menjadi buruh.
Salah satu yang menjadi faktor terbesar masih sedikitnya individu yang
melakukan bisnis adalah karena terhambat oleh beberapa tantangan, misalnya terjadinya
persaingan antara beberapa pelaku usaha, tidak adanya modal untuk membuka bisnis, dan
tidak mengetahui bisnis seperti apa yang harus digeluti. Selain itu lekatnya anggapan di
benak masyarakat jika membuka bisnis adalah sebuah pertaruhan karena jika tidak bisa
bersaing dan menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dan konsumen maka bisnis yang
digeluti akan terancam bubar. Untuk mengatasi hal tersebut tentunya perlu adanya
pertimbangan yang matang ketika pelaku usaha akan memulai suatu bisnis, selain
memiliki modal pertimbangan mengenai jenis bisnis yang akan digeluti dan mengetahui
kebutuhan apa yang senantiasa dibutuhkan konsumen memiliki peranan yang sangat
besar ketika seseorang hendak membuka bisnis.
Salah satu bidang bisnis yang paling marak digeluti oleh masyarakat Indonesia
adalah bisnis untuk memenuhi kebutuhan konsumen salah satunya adalah mengenai
makanan, kebutuhan masyarakat akan konsumsi makanan tentunya tidak akan lekang
oleh waktu karena makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap hari
oleh masyarakat. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi adalah daging dagingan
yang mengandung banyak protein, melansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia
jumlah perkapita rakyat Indonesia yang mengkonsumsi daging 4,52 gram setiap harinya
pada September 2021 yang mana hal tersebut menunjukan bahwa daging menjadi
makanan pokok di Indonesia. Oleh karenanya hal tersebut bisa menjadi peluang bisnis
salah satunya adalah mengenai industri perunggasan produk ayam pedaging, bagaimana
kebutuhan masyarakat Indonesia akan konsumsi mengenai makananan yang sarat protein
seperti daging ayam. Ditinjau dari potensi kenaikan konsumsi daging ayam di Indonesia
khususnya di daerah provinsi DKI Jakarta dan Jawa barat pada saat ini masih tinggi, Jawa
Barat menempati peringkat pertama dalam populasi ayam broiler di Indonesia belum lagi
kebutuhan akan ekspor ke beberapa negara tetangga yang semakin meningkat. Kebutuhan
akan ayam yang sudah siap untuk dikonsumsi baik di pasar tradisional dan modern kian
hari makin meningkat (Erlangga, 2019). Selain itu harga daging ayam yang relatif
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, mudah untuk diperoleh dimana-mana dan
tersedia secara kontinyu sehingga menjadikan industri pengunggasan yaitu daging ayam
merupakan suatu bisnis yang menjanjikan (Dorothy, Inggriati, & Wiwada, 2018). Potensi
meningkatnya kebutuhan konsumsi daging unggas yaitu ayam tersebut dimanfaatkan oleh
para pelaku usaha skala kecil atau rumah tangga untuk melakukan bisnis untuk
melakukan bisnis komoditi daging unggas sehingga bisnis tersebut berkembang dengan
pesat salah satunya dengan adalah bisnis Rumah Pemotongan Ayam (RPA).

B. Rumah Pemotongan Ayam


Kebutuhan akan konsumsi daging ayam tidak hanya bergantung pada sektor
peternakan ayam saja, selain itu industri Rumah Pemotongan Ayam (RPA) memiliki
peranan yang penting dalam menyediakan ayam yang siap untuk dimasak bagi
konsumen. Rumah Pemotongan Ayam (RPA) merupakan suatu bangunan yang
difungsikan untuk tempat memotong unggas bagi konsumsi masyarakat umum. RPA
didirikan untuk mendapatkan karkas unggas dalam bentuk daging unggas yang segar
maupun beku. Sejatinya untuk mendapatkan kualitas ayam yang baik perlu untuk
memperhatikan bagaimana proses pemotongan ayam di RPA itu sesuai dengan standar
akan tetapi pada kenyataannya banyak pelaku industri Rumah Pemotongan Ayam dalam
melayani kebutuhan konsumen akan ayam tidak dilakukan dengan baik, hal ini tercermin
dari bagaimana para pelaku usaha tersebut melakukan pemotongan ayam pada tempat-
tempat yang tidak layak, yang kondisinya secara umum tidak memenuhi persyaratan
sanitasi yang baik (Dorothy, Inggriati, & Wiwada, 2018). Lokasi RPA
sebagian besar di daerah padat pemukiman atau di pasar tradisional, sehingga banyak
daging ayam yang beredar di masyarakat kurang memenuhi persyaratan aman, sehat,
utuh, dan halal. Selain itu pemotongan ayam seringkali masih dilakukan dengan cara
manual, kemudian untuk mencabuti bulu ayam, produsen memasukkan ke dalam tong
berisi air yang dipanaskan dari proses tersebut menghasilkan ayam yang bermutu rendah
(Rony & Etwin, 2017). Masalah lain yang ditimbulkan dari sistem pemotongan tersebut
adalah pencemaran lingkungan yang berpotensi menyebabkan penyebaran penyakit
zoonosis yang dapat bersifat fatal bagi masyarakat.
Guna memenuhi kebutuhan konsumen akan daging ayam segar dan sehat tentu
perlu ada upaya pembaharuan dari cara-cara pemotongan ayam di dalam usaha rumah
pemotongan ayam itu sendiri. Salah satunya adalah dengan membuat bisnis RPA yang
sesuai dengan standar kesehatan yang ada, selain itu meskipun tingkat konsumsi akan
daging ayam oleh masyarakat itu tinggi akan tetapi hal tersebut diikuti oleh
perkembangan pengusahaan Rumah Potong Ayam (RPA) sebagai penyedia ayam siap
konsumsi yang layak dan sesuai standar, adapun RPA yang ada pada saat ini tidak
sebanding dengan pasokan ayam hidup dari peternak yang tersebar di berbagai daerah di
Jawa Barat dan Jawa Tengah (Erlangga, 2019). Di Lain hal, harga ayam hidup yang
fluktuatif merupakan peluang bagi RPA untuk menambah pasokan dengan memberikan
harga yang stabil bagi pemasok dengan kriteria tertentu. Ditinjau dari penjelasan yang
telah diuraikan dapat disimpulkan bisnis RPA merupakan industri yang menjanjikan.
Untuk menjalankan bisnis RPA tentunya perlu dilakukan perencanaan bisnis yang
matang, sehingga produk tersebut agar mencapai keunggulan bersaing di pasar selain itu
perencanaan bisnis juga bertujuan agar kegiatan bisnis yang akan dilaksanakan maupun
yang sedang berjalan tetap berada pada jalur yang benar sesuai dengan yang
direncanakan (Erlangga, 2019). Perencanaan bisnis Rumah Pemotongan Ayam bagi
perusahaan mempunyai manfaat sebagai panduan bisnis dan sebagai dokumentasi untuk
pembiayaan. Juga perencanaan bisnis yang baik akan menarik para calon investor untuk
mendanai bisnis yang akan dijalankan nantinya.
C. Pasar
Untuk mendistribusikan hasil ayam yang telah dipotong di rumah pemotongan
ayam salah satunya dilakukan di pasar, secara sederhana pasar dapat diartikan sebagai
tempat di mana bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi mengenai
barang atau jasa. Menurut Toni (2013) pasar adalah sebuah mekanisme yang dapat
mempertemukan pihak penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi atas barang dan
jasa; baik dalam bentuk produksi maupun penentuan harga, syarat terbentuknya pasar
sendiri adalah pertemuan antara pihak penjual dan pembeli baik dalam satu tempat
ataupun dalam tempat yang berbeda. Dalam perkembangannya sendiri pasar terbagi
menjadi dua jenis, yaitu :
1. Pasar tradisional
Pasar tradisional didefinisikan sebagai pasar yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, swasta, koperasi atau swadaya masyarakat setempat dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda, atau nama lain sejenisnya, yang dimiliki/dikelola
oleh pedagang kecil menengah, dengan skala usaha kecil dan modal kecil, dengan
proses jual beli melalui tawar menawar (Toni, 2013). Pasar tradisional sendiri
merupakan pusat sosial dan kegiatan ekonomi bagi masyarakat, pola hubungan
ekonomi yang terjadi di pasar tradisional menghasilkan terjalinnya interaksi sosial
yang akrab antara pedagang-pembeli, pedagang-pedagang, dan pedagang-pemasok
yang merupakan warisan sosial representasi kebutuhan bersosialisasi antar individu.
Fungsi pasar tradisional selanjutnya menjadi pusat pertemuan, pusat pertukaran
informasi, aktivitas kesenian rakyat, bahkan menjadi paket wisata yang ditawarkan.
Dalam penjelasan di atas dapat disimpulkan jika pasar tradisional merupakan aset
ekonomi daerah sekaligus perekat hubungan sosial dalam masyarakat.
2. Pasar modern
Sedangkan pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta
atau koperasi yang berbentuk Mall, Hypermarket, Supermarket, Department Store,
Shopping Centre, Mini Market, yang pengelolaannya dilaksanakan secara modern,
mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada pada
satu tangan, bermodal kuat dan dilengkapi label harga yang pasti (Toni, 2013).
Seiring dengan perkembangan teknologi pada pasar modern muncul jenis baru yaitu
online market atau pasar online yang proses transaksi jual beli antara pedagang dan
konsumen terjadi di dalam sebuah aplikasi mobile dengan metode daring. Penjual
atau pedagang memasukan katalog jualannya pada aplikasi tertentu dan menentukan
harganya kemudian pembeli akan membeli dari aplikasi yang sama, online market ini
semakin marak ditemukan pada masyarakat dan seringkali menjadi alternatif pilihan
bagi masyarakat karena lebih efisien dalam menghemat tenaga dan waktu karena
konsumen tidak harus datang ke suatu tempat dan hanya memanfaatkan aplikasi
online market di smartphone nya saja.
Dari pemaparan mengenai pasar di atas meskipun terdapat perbedaan yang
mencolok antara pasar tradisional dan pasar modern akan tetapi terdapat kesamaan yaitu
sejatinya pasar merupakan suatu tempat di mana penjual dan pembeli melakukan
transaksi akan produk tertentu. Dalam perencanaan bisnis RPA pasar tentunya menjadi
elemen yang sangat penting karena menjadi pusat untuk mendistribusikan ayam potong
yang telah diproduksi oleh RPA kepada konsumen.

D. Ayam Potong
Tujuan Pemotongan daging ayam adalah untuk memenuhi kebutuhan daging
ayam bagi masyarakat. Dalam penyediaan daging ayam tersebut pada umumnya
dilakukan melalui rumah potong ayam (RPA), baik yang terkoordinir maupun yang tidak
terkoordinir oleh pemerintah. Pengembangan Rumah Potong Ayam (RPA) yang
memenuhi standar akan berdampak pada pemenuhan ayam potong yang berkualitas dan
terbebas dari segala macam ancaman penyakit zoonosis, oleh karenanya penyediaan
daging ayam oleh RPA harus memenuhi persyaratan aman dan layak untuk dikonsumsi.
Salah satu produk dari bisnis rumah pemotongan ayam adalah ayam potong, ayam potong
sendiri merupakan salah satu protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Protein hewani yang cukup banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia
adalah daging ayam.Tinggi rendahnya permintaan terhadap daging ayam potong
dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakatnya. Hal ini disebabkan daging ayam
potong merupakan makanan yang mudah diperoleh dan mudah pula cara
pengolahannya. Adapun beberapa produk lain yang dihasilkan rumah pemotongan ayam,
yaitu :
1. Potongan ayam utuh
Bagian-bagian utama dari ayam yang dijual dalam bentuk utuh, seperti dada,
paha, sayap, dan kaki. Potongan ini bisa dijual dalam keadaan utuh atau dipecah
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil.
2. Produk internal organ
Beberapa pasar juga menjual organ dalam ayam, seperti hati, usus, atau jantung,
yang digunakan dalam masakan atau makanan olahan tertentu.
3. Sisa limbah ayam
Sisa ayam dan bagian-bagian yang tidak digunakan dalam produk utama sering
digunakan untuk membuat produk-produk lain seperti kaldu atau pakan hewan.
Produk-produk ini biasanya diolah dan dipersiapkan dengan berbagai metode
seperti pemotongan, penyimpanan, pengemasan, dan pengolahan untuk memenuhi
standar keamanan pangan dan kebutuhan pasar. Selain itu, variasi produk bisa
disesuaikan dengan permintaan konsumen dan tren pasar yang berbeda.

E. Susunan Kepengurusan
Sebuah rumah potong ayam biasanya memiliki struktur kepemimpinan dan
kepengurusan yang mendasar untuk menjalankan operasinya. Namun, struktur organisasi
ini bisa bervariasi tergantung pada skala bisnis, kebutuhan, dan preferensi pemiliknya.
Secara umum, berikut adalah susunan kepengurusan yang umum dalam bisnis rumah
potong ayam:
1. Pemilik atau pemimpin perusahaan
Biasanya merupakan individu atau kelompok yang memiliki atau mengelola
bisnis rumah potong ayam. Mereka mengatur strategi, pengambilan keputusan
besar, dan visi keseluruhan perusahaan.
2. Manajer Operasional atau Manajer Umum
Bertanggung jawab atas pengelolaan operasional sehari-hari rumah potong ayam,
termasuk produksi, persediaan, dan manajemen staf.
3. Manajer Sumber Daya Manusia (SDM)
Berfokus pada perekrutan, pelatihan, manajemen kinerja, dan masalah terkait
karyawan.
4. Manajer Keuangan
Bertanggung jawab atas aspek keuangan bisnis, termasuk pembayaran,
perencanaan anggaran, dan laporan keuangan.
5. Manajer Pemasaran
Mengelola strategi pemasaran, promosi produk, dan hubungan dengan pelanggan.
6. Manajer Kualitas atau Inspeksi
Memastikan produk memenuhi standar kualitas dan keamanan yang ditetapkan.
7. Pekerja Produksi
Melakukan tugas-tugas produksi seperti pemotongan, pemrosesan, dan
pembersihan ayam.
Struktur organisasi ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis dan dapat
melibatkan lebih banyak peran atau tingkatan manajemen tergantung pada ukuran dan
kompleksitas operasional rumah potong ayam. Penting untuk memastikan komunikasi
dan kerjasama yang baik di antara semua tingkatan manajemen dan staf untuk menjaga
kelancaran operasional dan kualitas produk.

F. Objective dan Goals


Objektivitas dan goal merupakan dua konsep terkait dalam perencanaan yang
sering digunakan secara bergantian meskipun memiliki perbedaan substansial. Dalam
konteks perencanaan bisnis atau manajemen, adapun pengertian objective dan goal ialah :
1. Objective (Objektif):
Merupakan tujuan umum atau tujuan jangka panjang yang ingin dicapai oleh
suatu perusahaan atau individu. Objektif memberikan arah keseluruhan dan tujuan
besar yang ingin dicapai. Contohnya, objektif perusahaan bisa menjadi "menjadi
pemimpin pasar dalam industri tertentu" atau "menjadi perusahaan yang
berkelanjutan secara lingkungan."
2. Goal (Tujuan):
Adalah langkah-langkah spesifik yang diambil untuk mencapai objektif. Tujuan
bersifat lebih terukur, spesifik, dan dapat dipecah menjadi tugas-tugas atau
pencapaian yang lebih kecil. Misalnya, untuk mencapai objektif menjadi
pemimpin pasar, tujuan dapat mencakup peningkatan pangsa pasar sebesar 15%
dalam dua tahun atau peluncuran produk baru untuk menjangkau segmen pasar
tertentu.
Jadi, objektif memberikan arah umum yang diinginkan sementara tujuan adalah
langkah-langkah konkret yang diambil untuk mencapai objektif tersebut. Terkadang,
dalam penggunaan sehari-hari, kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian atau
memang sangat berkaitan dalam mencapai kesuksesan dalam suatu bisnis atau proyek.
Dalam perencanaan bisnis rumah pemotongan ayam objective dan goal yang perlu
diperhatikan diantaranya :
1. Peningkatan Efisiensi Produksi:
Meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional dalam proses pemotongan,
pengolahan, dan distribusi ayam.
2. Kualitas Produk yang Unggul:
Memastikan kualitas produk ayam yang dipotong, baik dari segi kesegaran,
kebersihan, hingga pemenuhan standar keamanan pangan.
3. Ekspansi dan Pertumbuhan Bisnis:
Merencanakan untuk memperluas pasar atau menjangkau wilayah yang lebih luas
dengan menyediakan produk kepada lebih banyak konsumen atau pelanggan
potensial.
4. Pembaruan Teknologi dan Inovasi:
Mengadopsi teknologi baru atau inovasi dalam proses produksi untuk
meningkatkan efisiensi, kualitas, dan daya saing.
5. Kepatuhan Terhadap Regulasi:
Menjalankan operasi sesuai dengan standar regulasi pemerintah, termasuk standar
keamanan pangan, hukum tenaga kerja, dan regulasi lingkungan.
6. Keberlanjutan dan Pengelolaan Lingkungan:
Mengurangi dampak lingkungan dalam operasional bisnis dengan menerapkan
praktik ramah lingkungan atau teknologi yang berkelanjutan.
7. Pengelolaan Sumber Daya dan Biaya:
Meningkatkan pengelolaan sumber daya seperti bahan baku, energi, dan biaya
produksi untuk mengoptimalkan profitabilitas bisnis.
Tujuan ini membantu menetapkan landasan perencanaan strategis, operasional,
dan keuangan bagi rumah pemotongan ayam, memastikan kesinambungan bisnis serta
pertumbuhan yang berkelanjutan

G. Gambaran Keuangan
Gambaran keuangan merujuk pada rangkaian informasi yang menyajikan situasi
keuangan suatu perusahaan atau individu. Ini mencakup data dan informasi yang
menggambarkan kondisi keuangan suatu entitas pada titik waktu tertentu atau selama
periode tertentu. Gambaran keuangan biasanya mencakup beberapa elemen penting:
1. Laporan Laba Rugi (Income Statement):
Menunjukkan pendapatan, biaya, dan laba bersih selama periode waktu tertentu.
Ini memberikan gambaran tentang apakah perusahaan tersebut menghasilkan
keuntungan atau mengalami kerugian selama periode waktu tertentu.
2. Neraca (Balance Sheet):
Menunjukkan aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu titik waktu. Neraca
memberikan gambaran tentang apa yang dimiliki perusahaan (aset), apa yang
perusahaan hutangkan (kewajiban), dan nilai bersih perusahaan (ekuitas).
3. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement):
Menyajikan aliran masuk dan keluar uang selama periode tertentu. Ini
menggambarkan dari mana uang diperoleh dan kemana uang tersebut digunakan.
4. Catatan Laporan Keuangan:
Catatan yang mendetailkan informasi yang mendasari laporan keuangan, seperti
kebijakan akuntansi, catatan atas aset, hutang, modal, dan informasi penting
lainnya.
Gambaran keuangan memberikan pandangan menyeluruh tentang kesehatan
finansial suatu entitas dan menjadi landasan untuk pengambilan keputusan bagi
manajemen, investor, kreditor, dan pihak-pihak lain yang terlibat. Dalam bisnis Rumah
Pemotongan Ayam (RPA) beberapa aspek penting yang mempengaruhi kesehatan
finansial perusahaan, termasuk:
1. Pendapatan:
Merupakan jumlah uang yang diperoleh dari penjualan produk ayam potong.
Pendapatan ini berasal dari penjualan potongan ayam, produk olahan, atau bagian
ayam lainnya.
2. Biaya Produksi:
Meliputi biaya bahan baku seperti ayam, biaya operasional pabrik pemotongan,
biaya tenaga kerja, biaya energi, serta biaya-biaya lain yang terkait langsung
dengan proses pemotongan ayam.
3. Biaya Pemasaran:
Biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk ayam potong. Termasuk di
dalamnya biaya iklan, promosi, strategi pemasaran, dan distribusi produk ke
pasar.
4. Biaya Umum dan Administratif:
Biaya-biaya operasional lainnya seperti biaya kantor, gaji manajemen, biaya
sewa, asuransi, dan biaya administratif lainnya.
5. Laba Bersih:
Ini adalah selisih antara pendapatan total dan total biaya. Laba bersih adalah
ukuran keseluruhan keberhasilan finansial perusahaan.
6. Arus Kas:
Mencerminkan masuk dan keluarnya uang dari bisnis. Arus kas yang positif
adalah tanda baik untuk kesehatan keuangan perusahaan, sementara arus kas
negatif bisa menjadi peringatan akan masalah finansial.
Pemahaman yang baik tentang gambaran keuangan ini memungkinkan pemilik
bisnis untuk membuat keputusan yang cerdas dalam hal pengelolaan, perencanaan, dan
pengembangan bisnis mereka. Hal ini melibatkan perencanaan anggaran yang efektif,
pengelolaan biaya, serta peningkatan pendapatan untuk menjaga keseimbangan keuangan
yang sehat.

SWOT analysis (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk bisnis rumah pemotongan ayam
dalam 1 atau 5 tahun ke depan dapat membantu Anda merencanakan strategi lebih baik:

Strengths:
- Kualitas produk yang tinggi dan kebersihan dalam pemotongan ayam.
- Lokasi yang strategis untuk menjangkau pelanggan lokal.
- Kemitraan dengan peternak lokal untuk pasokan ayam berkualitas.
Weaknesses:
- Tergantung pada pasokan ayam dari pihak ketiga, bisa mengakibatkan ketidakstabilan pasokan.
- Keterbatasan dalam variasi produk atau inovasi dalam pemotongan ayam.
- Biaya operasional yang tinggi terkait dengan pemeliharaan kebersihan dan keamanan.

Opportunities:
- Menawarkan layanan pengiriman untuk menjangkau pelanggan lebih luas.
- Berinovasi dalam produk dan menyediakan pilihan ayam organik atau jenis pemotongan khusus.
- Mengembangkan kemitraan dengan restoran atau supermarket untuk meningkatkan distribusi.

Threats:
- Persaingan dari rumah pemotongan ayam lainnya di sekitar.
- Fluktuasi harga bahan baku seperti ayam dapat mempengaruhi marjin keuntungan.
- Perubahan regulasi terkait keamanan pangan yang dapat memerlukan investasi tambahan dalam
pemenuhan standar.

Dengan merinci SWOT analysis ini, Anda dapat mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan dan
peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis pemotongan ayam Anda dalam
jangka waktu 1 atau 5 tahun ke depan.
H. Lampiran

Gambaran RPA yang terstandarisasi (diambil dari berbagai sumber)

Produk ayam potong yang dihasilkan RPA


Daftar Pustaka
Berapa Konsumsi Protein dari Daging per Kapita di Indonesia, (November, 8, 2023),
https://dataindonesia.id/varia/detail/berapa-konsumsi-protein-dari-daging-per-kapita-di-indones
ia
Dorothy, Y. N. S., N. W. T. Inggriati, I. N. S. Wiwada. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan
dan Sikap dengan Penerapan Manajemen Pemotongan Ayam dalam Menghasilkan Mutu Daging
ASUH di Bali. Journal of Tropical Animal Science, 6(3), 846 – 856.
ERLANGGA, H. (2019). Business Plan pada CV Agrindo Boga Cita (Doctoral dissertation,
Universitas Pasundan).
Rony, H., & Etwin, F. (2017). Analisis model kehalalan proses potong ayam di rumah potong
ayam (RPA) di Samarinda. PROSIDING SNITT POLTEKBA, 2(1), 26-32.
Toni, A. (2013). Eksistensi Pasar Tradisional Dalam Menghadapi Pasar Modern Di Era
Modernisasi. El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama, 1(2).

Anda mungkin juga menyukai