Disusun Oleh :
Rini Karenina
206100087
2023
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu negara di mana salah satu mata pencaharian
penduduknya adalah dengan membuka usaha atau melakukan bisnis, bisnis sendiri
merupakan kegiatan ekonomi di mana orang atau perusahaan berusaha untuk
menghasilkan keuntungan dengan menjual barang atau jasa kepada konsumen. Ini
melibatkan berbagai aspek seperti produksi, pemasaran, penjualan, dan manajemen untuk
mencapai tujuan keuangan. Melansir laman Databook. Id pada tahun 2021 persentase
jumlah penduduk Indonesia yang membuka usaha sendiri atau berbisnis sebanyak 19,
57% dan merupakan sumber pencaharian terbanyak kedua setelah pekerjaan buruh. Dari
persentase yang ada menunjukan bahwa pelaku usaha bisnis di Indonesia meskipun
cukup banyak akan tetapi masih kecil jika dibandingkan dengan yang memilih bekerja
menjadi buruh.
Salah satu yang menjadi faktor terbesar masih sedikitnya individu yang
melakukan bisnis adalah karena terhambat oleh beberapa tantangan, misalnya terjadinya
persaingan antara beberapa pelaku usaha, tidak adanya modal untuk membuka bisnis, dan
tidak mengetahui bisnis seperti apa yang harus digeluti. Selain itu lekatnya anggapan di
benak masyarakat jika membuka bisnis adalah sebuah pertaruhan karena jika tidak bisa
bersaing dan menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dan konsumen maka bisnis yang
digeluti akan terancam bubar. Untuk mengatasi hal tersebut tentunya perlu adanya
pertimbangan yang matang ketika pelaku usaha akan memulai suatu bisnis, selain
memiliki modal pertimbangan mengenai jenis bisnis yang akan digeluti dan mengetahui
kebutuhan apa yang senantiasa dibutuhkan konsumen memiliki peranan yang sangat
besar ketika seseorang hendak membuka bisnis.
Salah satu bidang bisnis yang paling marak digeluti oleh masyarakat Indonesia
adalah bisnis untuk memenuhi kebutuhan konsumen salah satunya adalah mengenai
makanan, kebutuhan masyarakat akan konsumsi makanan tentunya tidak akan lekang
oleh waktu karena makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap hari
oleh masyarakat. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi adalah daging dagingan
yang mengandung banyak protein, melansir dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia
jumlah perkapita rakyat Indonesia yang mengkonsumsi daging 4,52 gram setiap harinya
pada September 2021 yang mana hal tersebut menunjukan bahwa daging menjadi
makanan pokok di Indonesia. Oleh karenanya hal tersebut bisa menjadi peluang bisnis
salah satunya adalah mengenai industri perunggasan produk ayam pedaging, bagaimana
kebutuhan masyarakat Indonesia akan konsumsi mengenai makananan yang sarat protein
seperti daging ayam. Ditinjau dari potensi kenaikan konsumsi daging ayam di Indonesia
khususnya di daerah provinsi DKI Jakarta dan Jawa barat pada saat ini masih tinggi, Jawa
Barat menempati peringkat pertama dalam populasi ayam broiler di Indonesia belum lagi
kebutuhan akan ekspor ke beberapa negara tetangga yang semakin meningkat. Kebutuhan
akan ayam yang sudah siap untuk dikonsumsi baik di pasar tradisional dan modern kian
hari makin meningkat (Erlangga, 2019). Selain itu harga daging ayam yang relatif
terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, mudah untuk diperoleh dimana-mana dan
tersedia secara kontinyu sehingga menjadikan industri pengunggasan yaitu daging ayam
merupakan suatu bisnis yang menjanjikan (Dorothy, Inggriati, & Wiwada, 2018). Potensi
meningkatnya kebutuhan konsumsi daging unggas yaitu ayam tersebut dimanfaatkan oleh
para pelaku usaha skala kecil atau rumah tangga untuk melakukan bisnis untuk
melakukan bisnis komoditi daging unggas sehingga bisnis tersebut berkembang dengan
pesat salah satunya dengan adalah bisnis Rumah Pemotongan Ayam (RPA).
D. Ayam Potong
Tujuan Pemotongan daging ayam adalah untuk memenuhi kebutuhan daging
ayam bagi masyarakat. Dalam penyediaan daging ayam tersebut pada umumnya
dilakukan melalui rumah potong ayam (RPA), baik yang terkoordinir maupun yang tidak
terkoordinir oleh pemerintah. Pengembangan Rumah Potong Ayam (RPA) yang
memenuhi standar akan berdampak pada pemenuhan ayam potong yang berkualitas dan
terbebas dari segala macam ancaman penyakit zoonosis, oleh karenanya penyediaan
daging ayam oleh RPA harus memenuhi persyaratan aman dan layak untuk dikonsumsi.
Salah satu produk dari bisnis rumah pemotongan ayam adalah ayam potong, ayam potong
sendiri merupakan salah satu protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Protein hewani yang cukup banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia
adalah daging ayam.Tinggi rendahnya permintaan terhadap daging ayam potong
dipengaruhi oleh pola konsumsi masyarakatnya. Hal ini disebabkan daging ayam
potong merupakan makanan yang mudah diperoleh dan mudah pula cara
pengolahannya. Adapun beberapa produk lain yang dihasilkan rumah pemotongan ayam,
yaitu :
1. Potongan ayam utuh
Bagian-bagian utama dari ayam yang dijual dalam bentuk utuh, seperti dada,
paha, sayap, dan kaki. Potongan ini bisa dijual dalam keadaan utuh atau dipecah
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil.
2. Produk internal organ
Beberapa pasar juga menjual organ dalam ayam, seperti hati, usus, atau jantung,
yang digunakan dalam masakan atau makanan olahan tertentu.
3. Sisa limbah ayam
Sisa ayam dan bagian-bagian yang tidak digunakan dalam produk utama sering
digunakan untuk membuat produk-produk lain seperti kaldu atau pakan hewan.
Produk-produk ini biasanya diolah dan dipersiapkan dengan berbagai metode
seperti pemotongan, penyimpanan, pengemasan, dan pengolahan untuk memenuhi
standar keamanan pangan dan kebutuhan pasar. Selain itu, variasi produk bisa
disesuaikan dengan permintaan konsumen dan tren pasar yang berbeda.
E. Susunan Kepengurusan
Sebuah rumah potong ayam biasanya memiliki struktur kepemimpinan dan
kepengurusan yang mendasar untuk menjalankan operasinya. Namun, struktur organisasi
ini bisa bervariasi tergantung pada skala bisnis, kebutuhan, dan preferensi pemiliknya.
Secara umum, berikut adalah susunan kepengurusan yang umum dalam bisnis rumah
potong ayam:
1. Pemilik atau pemimpin perusahaan
Biasanya merupakan individu atau kelompok yang memiliki atau mengelola
bisnis rumah potong ayam. Mereka mengatur strategi, pengambilan keputusan
besar, dan visi keseluruhan perusahaan.
2. Manajer Operasional atau Manajer Umum
Bertanggung jawab atas pengelolaan operasional sehari-hari rumah potong ayam,
termasuk produksi, persediaan, dan manajemen staf.
3. Manajer Sumber Daya Manusia (SDM)
Berfokus pada perekrutan, pelatihan, manajemen kinerja, dan masalah terkait
karyawan.
4. Manajer Keuangan
Bertanggung jawab atas aspek keuangan bisnis, termasuk pembayaran,
perencanaan anggaran, dan laporan keuangan.
5. Manajer Pemasaran
Mengelola strategi pemasaran, promosi produk, dan hubungan dengan pelanggan.
6. Manajer Kualitas atau Inspeksi
Memastikan produk memenuhi standar kualitas dan keamanan yang ditetapkan.
7. Pekerja Produksi
Melakukan tugas-tugas produksi seperti pemotongan, pemrosesan, dan
pembersihan ayam.
Struktur organisasi ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis dan dapat
melibatkan lebih banyak peran atau tingkatan manajemen tergantung pada ukuran dan
kompleksitas operasional rumah potong ayam. Penting untuk memastikan komunikasi
dan kerjasama yang baik di antara semua tingkatan manajemen dan staf untuk menjaga
kelancaran operasional dan kualitas produk.
G. Gambaran Keuangan
Gambaran keuangan merujuk pada rangkaian informasi yang menyajikan situasi
keuangan suatu perusahaan atau individu. Ini mencakup data dan informasi yang
menggambarkan kondisi keuangan suatu entitas pada titik waktu tertentu atau selama
periode tertentu. Gambaran keuangan biasanya mencakup beberapa elemen penting:
1. Laporan Laba Rugi (Income Statement):
Menunjukkan pendapatan, biaya, dan laba bersih selama periode waktu tertentu.
Ini memberikan gambaran tentang apakah perusahaan tersebut menghasilkan
keuntungan atau mengalami kerugian selama periode waktu tertentu.
2. Neraca (Balance Sheet):
Menunjukkan aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu titik waktu. Neraca
memberikan gambaran tentang apa yang dimiliki perusahaan (aset), apa yang
perusahaan hutangkan (kewajiban), dan nilai bersih perusahaan (ekuitas).
3. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement):
Menyajikan aliran masuk dan keluar uang selama periode tertentu. Ini
menggambarkan dari mana uang diperoleh dan kemana uang tersebut digunakan.
4. Catatan Laporan Keuangan:
Catatan yang mendetailkan informasi yang mendasari laporan keuangan, seperti
kebijakan akuntansi, catatan atas aset, hutang, modal, dan informasi penting
lainnya.
Gambaran keuangan memberikan pandangan menyeluruh tentang kesehatan
finansial suatu entitas dan menjadi landasan untuk pengambilan keputusan bagi
manajemen, investor, kreditor, dan pihak-pihak lain yang terlibat. Dalam bisnis Rumah
Pemotongan Ayam (RPA) beberapa aspek penting yang mempengaruhi kesehatan
finansial perusahaan, termasuk:
1. Pendapatan:
Merupakan jumlah uang yang diperoleh dari penjualan produk ayam potong.
Pendapatan ini berasal dari penjualan potongan ayam, produk olahan, atau bagian
ayam lainnya.
2. Biaya Produksi:
Meliputi biaya bahan baku seperti ayam, biaya operasional pabrik pemotongan,
biaya tenaga kerja, biaya energi, serta biaya-biaya lain yang terkait langsung
dengan proses pemotongan ayam.
3. Biaya Pemasaran:
Biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk ayam potong. Termasuk di
dalamnya biaya iklan, promosi, strategi pemasaran, dan distribusi produk ke
pasar.
4. Biaya Umum dan Administratif:
Biaya-biaya operasional lainnya seperti biaya kantor, gaji manajemen, biaya
sewa, asuransi, dan biaya administratif lainnya.
5. Laba Bersih:
Ini adalah selisih antara pendapatan total dan total biaya. Laba bersih adalah
ukuran keseluruhan keberhasilan finansial perusahaan.
6. Arus Kas:
Mencerminkan masuk dan keluarnya uang dari bisnis. Arus kas yang positif
adalah tanda baik untuk kesehatan keuangan perusahaan, sementara arus kas
negatif bisa menjadi peringatan akan masalah finansial.
Pemahaman yang baik tentang gambaran keuangan ini memungkinkan pemilik
bisnis untuk membuat keputusan yang cerdas dalam hal pengelolaan, perencanaan, dan
pengembangan bisnis mereka. Hal ini melibatkan perencanaan anggaran yang efektif,
pengelolaan biaya, serta peningkatan pendapatan untuk menjaga keseimbangan keuangan
yang sehat.
SWOT analysis (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk bisnis rumah pemotongan ayam
dalam 1 atau 5 tahun ke depan dapat membantu Anda merencanakan strategi lebih baik:
Strengths:
- Kualitas produk yang tinggi dan kebersihan dalam pemotongan ayam.
- Lokasi yang strategis untuk menjangkau pelanggan lokal.
- Kemitraan dengan peternak lokal untuk pasokan ayam berkualitas.
Weaknesses:
- Tergantung pada pasokan ayam dari pihak ketiga, bisa mengakibatkan ketidakstabilan pasokan.
- Keterbatasan dalam variasi produk atau inovasi dalam pemotongan ayam.
- Biaya operasional yang tinggi terkait dengan pemeliharaan kebersihan dan keamanan.
Opportunities:
- Menawarkan layanan pengiriman untuk menjangkau pelanggan lebih luas.
- Berinovasi dalam produk dan menyediakan pilihan ayam organik atau jenis pemotongan khusus.
- Mengembangkan kemitraan dengan restoran atau supermarket untuk meningkatkan distribusi.
Threats:
- Persaingan dari rumah pemotongan ayam lainnya di sekitar.
- Fluktuasi harga bahan baku seperti ayam dapat mempengaruhi marjin keuntungan.
- Perubahan regulasi terkait keamanan pangan yang dapat memerlukan investasi tambahan dalam
pemenuhan standar.
Dengan merinci SWOT analysis ini, Anda dapat mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan dan
peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis pemotongan ayam Anda dalam
jangka waktu 1 atau 5 tahun ke depan.
H. Lampiran