Anda di halaman 1dari 6

REKONSILIASI FISKAL

A. RUANG LINGKUP REKONSILIASI FISKAL


1. Pengertian Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliasi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersil yang berbeda dengan ketentuan
fiskal guna menghasilkan neto atau laba yang sesuai dengan ketentuan pajak.
Penyebab terjadinya perbedaan antara laporan keuangan komersil dengan laporan keuangan fiskal, yaitu
terdapat perbedaan prinsip, prosedur dan metode akuntansi, pengakuan penghasilan, dan biaya, serta
perlakuan penghasilan dan biaya.

2. Penyebab adanya Perbedaan Laporan Keuangan Komersil dengan Fiskal

a. Perbedaan Prinsip Akuntansi


No Perbedaan Prinsip Akuntansi Komersil Fiskal
Biaya Penyusutan
1) Prinsip Pemadanan ( Matching ) diakui pada saat aset dapat dimulai sebelum aset
menghasilkan menghasilkan
Pengeluaran dalam bentuk natura
2) Prinsip Harga Perolehan (Cost)
Diakui tidak diakui
Penilaian persediaan akhir
didasarkan pada metode “harga tidak diakui
terendah antara harga pokok dan
3) Prinsip Konservatisme nilai realisasi bersih”
Penilaian piutang
dengan nilai taksiran realisasi tidak diakui
bersih

b. Perbedaan Prosedur dan Metode Akuntansi

Perbedaan Prosedur dan


No Komersil Fiskal
Metode Akuntansi
boleh memilih menggunakan hanya membolehkan
metode penghitungan, yaitu menggunakan dua metode,
1) Metode Penilaian Persediaan FIFO, LIFO dan Average, yaitu Average dan FIFO
pendekatan laba bruto, dan
pendekatan harga jual eceran
Metode Penyusutan
Bisa memilih menggunakan hanya menggunakan dua
metode untuk harta berwujud metode, yaitu metode garis
lurus dan saldo menurun untuk
harta tetap non bangunan,
Metode Penyusutan dan metode garis lurus untuk harta
2)
Amortisasi tetap bangunan
Umur ekonomi
bisa menaksir sendiri diatur berdasarkan keputusan
Menteri Keuangan
Nilai residu
diakui tidak diakui
Penghapusan piutang
menggunakan metode cadangan dilakukan pada saat piutang
nyata tidak dapat ditagih.
3) Metode Penghapusan Piutang Metode cadangan hanya
diperbolehkan untuk usaha
bank, sewa guna usaha,
asuransi, pertambangan
c. Perbedaan Pengakuan serta Perlakuan Penghasilan dan Biaya
Perbedaan Pengakuan dan
No Perlakuan Penghasilan dan Komersil Fiskal
Biaya
diakui, tapi bukan merupakan akan dikeluarkan dari total
1) Penghasilan tertentu objek pajak penghasilan PKP atau dikurangkan dari
laba menurut fiksal
Penghasilan tertentu pengenaan Diakui tidak diakui
2)
pajaknya bersifat final
Kerugian suatu usaha di luar negeri
mengurangi laba bersih tidak dikurangkan dari
penghasilan kena pajak
Penyebab perbedaan yang
3) Kerugian usaha dalam negeri tahun-tahun sebelumnya
berasal dari penghasilan
mengurangi laba bersih tidak dikurangkan dari
penghasilan kena pajak
Imbalan yang melebihi jumlah kewajaran
diakui sebagai biaya pengurang Tidak diakui sebagai
4) Pengeluaran tertentu
penghasilan bruto pengurang penghasilan bruto

3. Jenis Perbedaan Pengakuan antara Akuntansi Komersil dengan Fiskal

a. Perbedaan Tetap (Permanent Differences)


Perbedaan tetap terjadi karena transaksi pendapatan dan biaya diakui menurut akuntansi, sedangkan
fiskal tidak mengakui. Hal ini menyebabkan laba dan rugi menurut akuntansi berbeda dengan
menurut fiskal.
Contoh perbedaan tetap :
1) Penghasilan yang pajaknya bersifat final : bunga bank, deviden, sewa tanah dan bangunan, serta
penghasilan yang diatur dalam UU PPh Pasal 4 ayat (2)
2) Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak : deviden yang diterima PT, koperasi BUMN /
BUMD, bunga yang diterima perusahaan reksa dana, dan penghasilan lain yang diatur dalam UU
PPh Pasal 4 ayat (3)
3) Pengeluaran atau biaya yang tidak boleh sebagai pengurang penghasilan bruto : imbalan dalam
bentuk natura, sumbangan, pengeluaran untuk kepentingan pribadi pemilik, dana cadangan, pajak
penghasilan, serta pengurang lain yang diatur dalam UU PPh Pasal 9 ayat (1)
b. Perbedaan Waktu (Timing Differences)
Perbedaan waktu terjadi karena perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan biaya dalam
menghitung laba. Menurut akuntansi sudah diakui, sedangkan menurut fiskal belum diakui atau
sebaliknya. Tetapi perbedaan ini bersifat sementara, karena tertutup pada periode berikutnya. Contoh
: penilaian persediaan, amortisasi, penyusutan, pengakuan piutang tak tertagih

4. Jenis-jenis Koreksi Fiskal


a. Koreksi Fiskal Positif
Koreksi fiskal yang menyebabkan penambahan pada Penghasilan Kena Pajak (PKP) dan PPh
Terutang. Beberapa jenis koreksi fiskal positif :
1) Pembagian laba
2) Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
3) Pembentukan dana cadangan
4) Beberapa premi yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali yang dibayar oleh pemberi
kerja
5) Pemberian imbalan atas pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura
6) Jumlah yang dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa atau pemegang
saham
7) Bantuan, hibah, warisan
8) Pajak penghasilan
9) Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya
10) Gaji yang dibayarkan kepada anggota CV, Firma, yang modalnya tidak berbentuk saham
11) Sanksi administrasi di bidang perpajakan
12) Persediaan yang jumlahnya melebihi dari jumlah berdasarkan metode penghitungan yang sudah
ditenttukan dalam Undang-undang PPh
13) Penyusutan yang jumlahnya melebihi dari jumlah berdasarkan metode penghitungan yang sudah
ditenttukan dalam Undang-undang PPh
14) Biaya yang ditangguhkan pengeluarannya

b. Koreksi Fiskal Negatif


Koreksi fiskal yang menyebabkan pengurangan pada Penghasilan Kena Pajak (PKP) dan PPh
Terutang. Beberapa jenis koreksi fiskal negatif :
1) Penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final :
a) Bunga deposito dan tabungan, bunga obligasi dan surat utang negara, bunga simpanan
koperasi yang dibayarkan koperasi kepada anggota
b) Hadiah undian
c) Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya
d) Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah, bangunan, usaha real estate, jasa
konstruksi, serta penyewaan tanah dan bangunan
2) Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak :
a) Sumbangan atau bantuan
b) Harta hibah
c) Warisan
d) Harta termasuk di dalamnya setoran tunai yang telah diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal
e) Imbalan yang berhubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam bentuk natura
dari wajib pajak atau pemerintah
f) Pembayaran dari pihak asuransi kepada wajib pajak orang pribadi
g) Deviden atau bagian dari laba
h) Iuran yang diperoleh dana pensiun
i) Penghasilan yang berasal dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang
tertentu
j) Bagian yang diterima anggota komanditer yang modalnya tidak tediri dari saham, Firma, CV
k) Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura
l) Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan Menteri Keuangan
m) Sisa lebih yang diperoleh lembaga nir laba yang bergerak di bidang pendidikan atau
penelitian dan pengembangan
n) Bantuan yang diberikan oleh BPJS
o) Persediaan kurang jumlahnya berdasarkan metode penghitungan yang ditetapkan dalam
Undang-undang PPh
p) Penyusutan kurang jumlahnya berdasarkan metode penghitungan yang telah ditetapkan
dalam Undang-undang PPh

4. Teknik Rekonsiliasi Fiskal


Beberapa teknik rekonsiliasi fiskal :
a) Bila suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak menurut fiskal, maka rekonsiliasi
dilakukan dengan mengurangkan penghasilan tersebut, artinya mengurangi laba menurut
akuntansi
b) Bila suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi, tetapi diakui menurut fiskal, maka
rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan penghasilan tersebut pada penghasilan menurut
akuntansi, artinya menambah laba menurut akuntansi
c) Bila suatu biaya atau pengeluaran diakui menurut akuntansi, tetapi tidak diakui menurut fiskal,
maka rekonsiliasi dilakukan dengan cara mengurangkan jumlah biaya atau pengeluaran dari biaya
menurut akuntansi, artinya menambah laba menurut akuntansi
d) Bila suatu biaya atau pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi, tetapi diakui menurut fiskal,
maka rekonsiliasi dilakukan dengan cara mengurangkan jumlah biaya atau pengeluaran dari biaya
menurut akuntansi, artinya mengurang laba menurut akuntansi

B. MENGHITUNG REKONSILIASI FISKAL


1. Format Rekonsiliasi Fiskal
a) Format 1
Wajib Pajak XX
Rekonsiliasi Fiskal Tahun 20xx
Laba Menurut Laporan Keuangan Komersil Rp.
Koreksi Positif (Ditambah) :
Pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan Rp.
Pengeluaran berkaitan penghasilan bukan objek pajak Rp.
Pengeluaran berkaitan dengan penghasilan yang telah Rp.
dikenakan pajak bersifat final
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh Rp. (+)
Total Koreksi Positif Rp.

Koreksi Negatif (Dikurang) :


Penghasilan yang bukan objek pajak Rp.
Penghasilan yang telah dikenakan pajak bersifat final Rp.
Beda penghitungan antara PSAK dan PPh Rp. (+)
Total Koreksi Negatif Rp. (-)
Penghasilan Kena Pajak Menurut Fiskal Rp.
PPh Terutang Rp. (-)
Rp. (-)
Laba setelah PPh Rp.

b) Format 2
(Nama Wajib Pajak)
Rekonsiliasi Fiskal Tahun 20xx
Koreksi Fiskal
Keterangan Menurut Akuntansi Menurut Fiskal
Beda Tetap Beda Waktu
Pendapatan
-
-
Biaya-biaya
-
-
Laba Laba bersih sebelum Laba (Penghasilan
pajak Kena Pajak)

Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi fiskal positif bila terjadi :


1) Pengeluaran menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi atau suatu pengeluaran tidak
diakui menurut fiskal, tetapi diakui menurut akuntansi
2) Penghasilan menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi atau suatu penghasilan diakui
menurut fiskal, tetapi tidak diakui menurut akuntansi

Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi fiskal negatif bila terjadi :


1) Pengeluaran lebih besar menurut fiskal dari pada menurut akuntansi atau pengeluaran diakui menurut
fiskal, tetapi tidak diakui menurut akuntansi
2) Penghasilan telah dikenakan PPh bersifat final
3) Penghasilan lebih kecil menurut fiskal dari pada menurut akuntansi atau suatu penghasilan tidak
diakui menurut fiskal (bukan objek pajak), tetapi diakui menurut akuntansi

2. Perbedaan Laporan Keuangan Komersil dan Laporan Keuangan Fiskal


Keterangan LK Komersil LK Fiskal
1. Menghitung laba bersih Menghitung besarnya pajak terutang
2. Mengukur kinerja
3. Mengukur keadaan posisi
Tujuan
4. Mengukur keadaan kekayaan
Laporan untuk pihak ketiga dan Laporan untuk pihak fiskus
manajemen
Akibat dari Pengambilan keputusan oleh Sanksi administrasi berupa bunga,
manajemen dirasa kurang tepat denda, dan kenaikan
Opini buruk mengenai laporan Sanksi pidana berupa kurungan penjara
Penyimpangan keuangan yang berhubungan langsung
dengan investor, kreditor, dan pemilik
perusahaan
International Financial Reporting IFRS disesuaikan dengan Undang-
Dasar Penyusunan
Standart (IFRS) undang pajak yang berlaku
Dasar akrual
Mempertemukan beban dan Mempertemukan biaya untuk menagih,
pendapatan yang tepat mendapat dan memelihara penghasilan
dengan penghasilan yang merupakan
objek PPh
Konservatif, yaitu konsep hati-hati, Konservatif tidak digunakan
mungkin rugi yang dapat ditaksir sudah
Konsep
diakui sebagai kerugian dengan
membentuk cadangan pada akhir tahun
atau dengan membuat penyesuaian
Materialitas akan digunakan oleh Materialitas digunakan seorang auditor
auditor untuk menyatakan wajar atau untuk menyatakan wajar atau tidak
tidak wajar dalam penilaian LK wajar dalam penilaian LK Komersil
Komersil tidak digunakan

2. Perhitungan Rekonsiliasi Fiskal


Contoh :
PT BAHAGIA merupakan Wajib Pajak Badan yang bergerak dalam bisnis perdagangan furnitur.
Alamat Jl. Merdeka Bandung. PT BAHAGIA adalah importir yang sudah memiliki API. Data keuangan
pada tahun 2017, sebagai berikut :
Penjualan Rp. 3.500.000.000,00
Persediaan, 1 Januari 2017 Rp. 950.000.000,00
Pembelian (termasuk pembelian dari luar negeri Rp. 720.000,00) Rp. 3.100.000.000,00
Persediaan, 31 Desember 2017 Rp. 2.300.000.000,00
Beban Operasional
Gaji (ternasuk pemberian sembako kepada karyawan senilai
Rp. 6,000.000,00) Rp. 120.000.000,00
PPh 21 ditanggung perusahaan Rp. 18.000.000,00
Beban perjalanan dinas Rp. 50.000.000,00
Beban pemasaran Rp. 20.000.000,00
Sewa gedung kantor Rp. 24.000.000,00
Beban reparasi dan pemeliharaan Rp. 7.500.000,00
Beban jaminan tamu dengan daftar nominatif Rp. 12.000.000,00
Beban listrik dan telepon kantor (beban listrik dan telepon direksi Rp. 55.000.000,00
sebesar Rp. 4.000.000,00)
Beban jasa teknik Rp. 23.000.000,00
Cadangan penghapusan piutang Rp. 13.500.000,00
Penyusutan harta tetap Rp. 74.000.000,00
Sumbangan untuk karyawan menikah Rp. 3.200.000,00
Bantuan untuk Gerakan Orang Tua Asuh Rp. 10.000.000,00
Pajak kendaraan bermotor Rp. 4.500.000,00
Pendapatan lain-lain
Deviden dari PT Sejahtera (30 %) Rp. 37.000.000,00
Sewa gedung kepada PT Nusantara (setelah PPh) Rp. 64.800.000,00
Sewa bis (sebelum PPh) Rp. 50.000.000,00
Penghasilan dari penjualan tanah Rp. 28.000.000,00
Bunga deposito (sebelum PPh) Rp. 23.000.000,00
Bunga pinjaman dari PT Pelangi (sebelum PPh) Rp. 12.000.000,00
Laba neto usaha yang berasal dari luar negeri (sebelum dikenakan Rp. 250.000.000,00
pemotongan pajak penghasilan negara tersebut sebesar 20 %)
Beban lain-lain
Kerugian cabang Bandung Rp. 15.000.000,00
Rugi usaha di Negara A Rp. 26.000.000,00
Keterangan Tambahan :

Jenis Aset Tahun Beli Harga Beli (Rp.)


Bangunan permanen 15 Mei 2003 500.000.000,00
Kelompok 1 18 April 2006 75.000.000,00
Kelompok 2 7 Juni 2010 160.000.000,00

a. Penyusutan fiskal menggunakan metode saldo menurun


b. Persediaan akhir dinilai dengan metode LIFO, sedangkan bila dinilai dengan menggunakan metode
average sebesar Rp. 2.100.000.000,00
c. Membayar PPh Pasal 22 sebesar (2.5 % x Rp. 720.000.000,00) = Rp. 18.000.000,00
d. Membayar PPh Pasal 23 sebesar (1,5% x Rp. 50.000.000,00) = Rp. 750.000,00
e. Membayar PPh Pasal 25 selama 12 bulan untuk setiap masa pajak sebesar Rp. 9.000.000,00 selama
tahun 2017

Tugas :
1. Buatlah rekonsiliasi fiskal untuk PT BAHAGIA, sehingga diketahui Penghasilan Kena Pajak
2. Hitunglah PPh Pasal 29 untuk tahun 2017
3. Hitunglah PPh Pasal 25 untuk tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai