Anda di halaman 1dari 20

Program Studi D-III Perpajakan

FHISIP

Akuntansi Perpajakan/ PAJA3344

Koreksi Fiskal
Definisi Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliasi fiskal dapat didefinisikan sebagai salah satu
cara untuk mencocokkan perbedaan yang terdapat dalam
laporan keuangan komersial yang disusun berdasarkan
sistem keuangan akuntansi dengan laporan keuangan yang
disusun berdasarkan atuan perpajakan. Dengan kata lain,
rekonsiliasi fiskal adalah proses membuat penyesuaian-
penyesuaian terhadap laporan keuagan komersial dengan
berdasarkan ketentuan-ketentuan perpajakan sehingga
diperoleh yang namanya laba fiskal
Definisi Rekonsiliasi Fiskal
Laporan Keuangan - Neraca
Komersial - Laporan Laba Rugi
- Laporan Perubahan Modal
- Laporan Arus Kas
- dll
Laba/Penghasilan
Neto

Perlakuan2 akuntasi yang berbeda dg Menentukan Besarnya


ketentuan perpajakan, seperti: Pajak Penghasilan
- Ketentuan Perpajakan : tidak semua
biaya dapat dijadikan pengurang
- Terdapat penghasilan yang bukan Objek Disesuaikan dg Aturan
Perpajakan (Fiskal)
Pajak,
dengan melakukan
- Dan lain-lain

Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliasi Fiskal Penghasilan
Kutipan Lap Keuangan PT. Selalukomplain
Penghasilan dari usaha 100 juta
Deviden dari anak perusahaan (>25%) 40 juta
Keuntungan penjualan kendaraan 60 juta
Restitusi PBB 10 juta
Restitusi PPh 30 juta

Uraian Akuntansi Koreksi Fiskal Fiskal


Phs usaha 100 - 100
Deviden dari subs. 40 (40) -
Keuntungan Penj Kend. 60 - 60
Restitusi PBB 10 - 10
Restitusi PPh 30 (30) -

Total 240 170


Hal-hal yang Perlu Direkonsiliasi
OBJEK PPh TIDAK BERSIFAT
FINAL

OBJEK PPh DIPOTONG


P E N G H A S I LA N FINAL

PENGHASILAN BUKAN
OBJEK PPh

DEDUCTIBLE EXPENSE :
BIAYA DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

NON DEDUCTIBLE EXPENSE :


TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
Skema Rekonsiliasi Fiskal
Dokumen Sumber Jurnal Buku Besar

Laba Rugi Rekonsiliasi Laba Rugi


Komersial Fiskal Fiskal

Koreksi Positif Koreksi Fiskal Koreksi Negatif

Beda Waktu PSAK 46 Beda waktu

Beda Tetap Beda Tetap


Skema Rekonsiliasi Fiskal
Koreksi Positif

Keperluan
Perpajakan

Koreksi Negatif

Koreksi Fiskal

Beda Waktu

Keperluan
Penerapan
PSAK 46

Beda Permanen
Beda
Fiskal BEDA TETAP
(PERMANENT DIFFERENCE)
BEDA
FISKAL BEDA SEMENTARA
(TEMPORARY DIFFERENCE)

Beda Tetap
Rekonsiliasi beda tetap disebabkan oleh adanya transaksi yang diakui oleh wajib pajak sebagai
penghasilan atau biaya yang sesuai dengan standar akutansi keuangan. Rekonsiliasi beda tetap
merupakan perbedaan antara laba kena pajak dan laba akuntansi sebelum pajak yang timbul akibat
transaksi yang menurut UU perpajakan tidak akan terhapus dengan sendirinya pada periode lain.

Beda Waktu
Rekonsiliasi fiskal beda waktu terjadi karena adanya perbedaan waktu dari sistem akuntansi dengan
sistem perpajakan. Jadi dalam hal ini transaksi menurut akuntasi komersial dan pajak sama, yang
membedakan adalah waktu alokasi biaya.
Beda
Fiskal
BEDA TETAP (Permanent Different)
Perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan kena pajak yang disebabkan
ketentuan perpajakan dan tidak akan menimbulkan permasalahan akuntansi serta
tidak memberikan pengaruh terhadap kewajiban perpajakan masa mendatang.
Contoh :
1. Penghasilan yang telah dipotong PPh final
2. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
3. Pengeluaran yang termasuk dalan non deductible expense (pasal 9 ayat 1 UU
PPh) dan tidak termasuk dalam deductible expense (pasal 6 ayat 1 UU PPh)
Beda
Fiskal
BEDA SEMENTARA (Temporary Different)
Perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan kena pajak yang
disebabkan oleh ketentuan perpajakan dan memberikan pengaruh di masa
mendatang dalam jangka waktu tertentu sehingga pengaruh terhadap laba
akuntansi dan penghasilan kena pajak akhirnya menjadi sama.
Contoh :
1. Penyisihan / Akrual dan Realisasi
2. Penyusutan
3. Amortisasi
4. Kompensasi rugi
5. Rugi – Laba selisih kurs
Beda
Fiskal
Perbedaan Temporer yang Boleh Dikurangkan
Contoh
a) Beban piutang tak tertagih
Secara komersial: metode pencadangan
Secara fiskal: PMK No. 105/PMK.03/2009 tanggal 10 Juni 2009
b) Beban pesangon
Secara komersial: metode pencadangan
Secara fiskal: pada saat pembayaran pesangon
c) Beban penyusutan:
Perbedaan timbul mungkin karena beda penggunaan metode penyusutan atau umur manfaat
ekonomis. Penyusutan fiskal harus mengacu ke PMK No. 96/PMK.03/2009 tanggal 15 Mei 2009.

d) Lainnya: pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto (non deductible expense) kecuali: yang sesuai dengan PMK No.
81/PMK.03/2009 tanggal 22 April 2009.
Beda
Perbedaan Temporer yang Boleh Dikurangk
No Uraian
Fiskal
Akuntansi Perpajakan
1. Penentuan masa Tergantung pada justifikasi manajemen Sudah diatur dalam Keputusan Menteri
manfaat Keuangan secara kaku
2. Besaran nilai Mengenal prinsip materialitas, bila tidak Tidak mengenal prinsip materialitas. Bila
perolehan material bisa dibebankan sekaligus memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu)
sebagai biaya tahun harus dibebankan melalui penyusutan
sesuai Keputusan Menteri Keuangan
3. Metode penyusutan Metode garis lurus Kelompok bangunan harus menggunakan
Metode saldo menurun metode garis lurus,
Metode satuan produksi Kelompok selain bangunan boleh memilih
Metode identifikasi khusus antara metode garis lurus atau saldo menurun

4. Aset yang boleh Semua aset tetap yang dimiliki badan Hanya aset yang dimiliki dan digunakan
disusutkan usaha, kecuali tanah. untuk memelihara (3M) penghasilan yang
merupakan obyek pajak tidak final
5. Penghitungan Jumlah bulan dapat dibulatkan ke atas Jumlah bulan selalu dibulatkan ke atas,
jumlah bulan sejak atau ke bawah. Misalnya pembelian di walaupun dibeli di atas tanggal 15 setiap
saat dimulainya atas tanggal 15 dibulatkan ke bawah dan bulannya.
penyusutan belum diakui penyusutannya
Beda
Jenis-Jenis Koreksi Fiskal
Fiskal
PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA
I. Peredaran Usaha
1.1 Potongan Penjualan Realisasi Realisasi No
Penyisihan - Temporer
1.2 Retur Penjualan Realisasi Realisasi No
Penyisihan - Temporer
1.3 Jasa Konstruksi oleh Pengusaha Kecil Pendapatan PPh Final Tetap
(2%, 3%, 4% atau
6%)
1.4 Penghasilan Perusahaan Pelayaran DN Pendapatan PPh Final Tetap
(1,2%*peredaran)
1.5 Penghasilan Perusahaan Pendapatan PPh Final Tetap
Pelayaran/Penerbangan LN (2,64%*peredaran)
1.6 Penghasilan BUT Perwakilan Pendapatan PPh Final Tetap
Dagang Asing (0,44*ekspor)
1.7 Penghasilan BUT Perwakilan Dagang Pendapatan PPh Final Tetap
(0,44*ekspor)
Beda
Jenis-Jenis Koreksi Fiskal
Fiskal
PERKIRAAN AKUNTANSI PAJAK BEDA
1.8 Penghasilan atas distributor Pendapatan PPh Final Tetap
produk Pertamina dan Premix (0,25% / 0,3%)
1.9 Penghasilan atas penyalur gula Pendapatan PPh Final Tetap
pasir dan tepung terigu Bulog
1.10 Penghasilan sebagai Distributor Pendapatan PPh Final Tetap
Kertas (0,10% * H Jual)
1.11 Penghasilan atas Distributor Pendapatan PPh Final Tetap
Industri Rokok DN (0,15%*H
Bandrol)
II. Harga Pokok Penjualan
2.1 Penilaian Persediaan Harga Perolehan Harga Perolehan No
COMWIL - Temporer
Prosentase Laba Bruto - Temporer
Harga Eceran - Temporer
2.2 Metode FIFO FIFO No
Rata-rata Rata-rata No
LIFO - Temporer
Beda
Jenis-Jenis Koreksi Fiskal
PERKIRAAN
Fiskal AKUNTANSI PAJAK BEDA
III. Penghasilan Di Luar Usaha
3.1 Deviden dari Penyertaan DN Pendapatan Bukan Obyek Tetap
(minimal 25% dan ada usaha lain) (Equity Method) Pajak
3.2 Bunga Deposito dan Tabungan Pendapatan PPh Final Tetap
(termasuk Jasa Giro dan SBI) (20%)
3.3 Keuntungan Penjualan Saham di Pendapatan PPh Final Tetap
Bursa Efek Indonesia (0,1% x H Jual
3.4 Keuntungan pengalihan tanah dan
bangunan:
- oleh orang pribadi dan yayasan Pendapatan PPh Final (5%) Tetap
- oleh badan (bukan usaha pokok) Pendapatan PPh 25 (5%) No
- oleh badan (usaha pokok) Pendapatan PPh 23 No
3.5 Penghasilan Sewa
- Badan Pendapatan PPh Final (10%) Tetap
- Orang Pribadi Pendapatan PPh Final (10%) Tetap
3.6 Penghasilan dari Hadiah atas Undian Pendapatan PPh Final (25%) Tetap
Beda
Jenis-Jenis Koreksi Fiskal
PERKIRAAN FiskalAKUNTANSI PAJAK BEDA
3.7 Bunga atau diskonto Obligasi yang Pendapatan PPh Final Tetap
diperdagangkan di Bursa Efek (15% * bunga)
IV. Beban Usaha
4.1 Biaya yang dipergunakan untuk Realisasi Realisasi No
mendapatkan, menagih dan Penyisihan - Temporer
memelihara penghasilan yang
merupakan Obyek Pajak
4.2 Biaya yang dipergunakan untuk Biaya Undeductible Tetap
mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang
bukan merupakan Obyek Pajak
4.3 PPh pasal 21 (karyawan) Tunjangan PPh 21 Deductible No
Ditanggung Perush Undeductible Tetap
4.4 Pemberian kenikmatan dalam - Umum -Undeductible Tetap
bentuk natura - Makan minum di tempat kerja -Deductible No
- Berkaitan dengan pekerjaan -Deductible No
- Daerah terpencil -Deductible No
Beda
Jenis-Jenis Koreksi Fiskal
PERKIRAAN
Fiskal AKUNTANSI PAJAK BEDA
4.5 Sumbangan Biaya Undeductible Tetap
4.6 Entertainment Daftar Nominatif Deductible No
Tdk Daftar Nominatif Undeductible Tetap
4.7 Penyusutan -Sesuai pajak Deductible No
- Beda Metode -Beda Metode Deductible Temporer
- Beda umur ekonomis -Beda umur eko. Deductible Temporer
4.8 Kendaraan dibawa pulang Biaya 50% Undeductible Tetap
50% Deductible
4.9 Sewa rumah karyawan Tidak diberi tunjangan Undeductible Tetap
Diberi tunjangan Deductible No
4.10 Biaya pengobatan Penggantian Deductible No
Tunj. Pengobatan Deductible No
Cuma-Cuma Undeductible Tetap
4.11 SGU dengan hak opsi
Penyusutan aktiva SGU Biaya Undeductible Temporer
Bunga SGU Biaya Undeductible Temporer
Jumlah Pembayaran Non Biaya Deductible Temporer
4.12 Biaya lain-lain Tidak dirinci Undeductible Tetap
Dirinci Deductible No
Penyesuaian Fiskal
POSITIF
PENYESUAIAN
FISKAL
NEGATIF

Jenis Koreksi Laporan VS Laporan Fiskal


Fiskal Komersial
Koreksi Positif Penghasilan < Penghasilan
Biaya > Biaya
Koreksi Penghasilan > Penghasilan
Negatif
Biaya < Biaya
Penyesuaian Fiskal
KOREKSI FISKAL POSITIF
Menyebabkan Bertambahnya jumlah pajak penghasilan terutang

Contoh:
1. Biaya yang dibebakan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau orang yang menjadi tanggungannya
2. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang
dibayarkan oleh WP
3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau
kenikmatan
4. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan
5. Harta yang dihibahkan, bantuan, atau sumbangan
6. Pajak penghasilan
7. Gaji yang dibayarkan kepada pemilik
8. Sanksi administrasi
9. Selisih penyusutan/amortisasi komersial di ats penyusutan/ amortisasi fiskal
10. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan
penghasilan yang tidak termasuk Objek Pajak
Penyesuaian Fiskal
KOREKSI FISKAL NEGATIF
Menyebabkan berkurangnya jumlah pajak penghasilan terutang

Contoh:
a. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan penghasilan yang tidak termasuk Objek Pajak tetapi termasuk
dalam peredaran usaha
b. Selisih penyusutan/amortisasi komersial dibawah penyusutan atau amortisasi fiskal

Anda mungkin juga menyukai