Anda di halaman 1dari 28

OPTIMALISASI PEMBAYARAN

PAJAK UTUK MENGHEMAT


PAJAK
KELOMPOK L
1 SUTIONO 2018017193
2 VERONIKA JORDIYANTI DAYAT 2018017055
3 ANGELINA ELDA 2019017055
Pengamanan kontrak-kontrak Bisnis Dari Potensi Pemotongan Withholding Tax

Ada dua pilihan perlakuan perpajakan atas transaksi yaitu:


1. Jika mau withholding tax tersebut dibiayakan dalam Laporan Keuangan
Fiskal,maka nilai transaksi dalam kontrak yang akan dibayar tersebut di
gross-up.
2. Bila perusahaan membayarkan withholding tax.
Optimalisasi Pengkreditan PPh yang Telah Dibayar

PPh yang dapat dikreditkan,dapat berupa: Optimali


1. PPh Pasal 21 dilakukan
2. PPh Pasal 22
3. PPh Pasal 23 berikut in
4. PPh Pasal 24
5. PPh Fiskal Luar Negeri Karyawan  Penyel
6. PPh atas pengalihan tanah/bangunan bagi perusahaan tertata
yang tidak bergerak dibidang real estate
Pengajuan Permohonan Penurunan
Angsuran PPh Pasal 25

Keputusan Dirjen Pajak No. 537/PJ./2000,wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan
besarnya pajak penghasilan Pasal 25 secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib
pajak dengan disertai proyeksi laba dan alasan terjadinya penurunan laba,dengan memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Apabila sesudah tiga bulan atau lebih berjalannya tahun pajak,wajib pajak dapat menunjukan bahwa
pajak penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% dan pajak
penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya pajakpenghasilan pasal 25
b. Pengajuan permohonan pengurangan besarnya pajak penghasilan Pasal 25 harus disertai dengan
penghitungan besarnya pajak penghasilan yang akan terutang berdasarkan perkiraan penghasilan
yang akan diterima.
Pengajuan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 dan PPh Pasal
23
Pembebasan dari pemotongan dan atau 3. Surat keterangan bebas yang diberikan kepada:
pemungutan pajak penghasilan diberikan Dirjen
• Wajib pajak yang dalam tahun berjalan tidak
Pajak melalui Surat keterangan Bebas (PER Dirjen
akan terutang pajak karena mengalami kerugian
Pajak No.1/PJ./2011).
fiscal
Kriteria yang harus dipenuhi oleh wajib pajak
• Wajib pajak yang dalam tahun berjalan dapat
adalah:
membuktikan tidak akan terutang pajak
1. Wajib pajak dalam tahun berjalan dapat penghasilan karena berhak melakukan
membuktikan tidak akan terutang pajak kompensasi kerugian fiscal
penghasilan karena:
• Wajib pajak yang dapat membuktikan pajak
• Wajib pajak yang mengalami kerugian fiscal penghasilan yang telah dan akan dibayar lebih
berhak melakukan konpensasi kerugian fiscal besar dari pajak penghasilan yang akan terutang
• Pajak penghasilan yang telah dan akan dibayar • Wajib pajak yang atas penghasilannya hanya
lebih besar dari pajak penghasilan yang akan dikenakan pajak bersifat final
terutang
2. Wajib pajak yang penghasilannya hanya
Mengangsur Atau Menunda Pembayaran Pajak

Wajib pajak diberi hak untuk mengajukan permohonan mengangsur atau


menunda pembayaran pajak untuk setiap jenis ketetapan pajak,baik berupa
SKP maupun STP.
Pasal 19 ayat (1) KUP No.28 Tahun 2007 mengatur pengenaan sanksi
administrasi berupa bunga,dalam hal apa wajib pajak diperbolehkan
mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
Rekonsiliasi /Equalisasi SPT PPh Badan Dengan
SPT Lainnya Dan Laporan Keuangan (Fiskal)
1. 2. 3.
Rekonsiliasi/Equalisasi Rekonsiliasi/Equalisasi Rekonsiliasi/Equalisasi
SPT PPh Badan dengan SPT PPh Badan dengan SPT PPh Badan dengan
SPT PPN SPT PPh Pasal 21 SPT PPh Pasal 23
a. Omzet penjualan di SPT Badan Prosedur pengecekan yang Prosedur pengecekan yang
bias lebih besar dari omzet dilakukan oleh KPP terhadap jumlah dilakukan oleh KPP terhadap jumlah
penjualan di SPT PPN karena
biaya gaji dan tunjangan serta biaya biaya sewa,bunga,dividen,royalti
penjualan di SPT PPh Badan
lainnya yang dibayarkan kepada dan jasa lainnya yang hrus dipotong
menganut akrual basis
pihak perorang lainnya yang PPh Pasal 23 pada SPT Badan
b. Omzet penjualan di SPT PPh berkaitan dengan hubungan dengan jumlah Dasar Pengenaan
Badan lebih kecil daripada omzet
kerja,yang trcantum dalam SPT PPh Pajak SPT PPh Pasal 23
penjualan di SPT PPN,karena
penerimaan uang atas penjualan
Badan dengan jumlah DPP yang
sudah harus dibuat faktur tercantum dalam SPT PPh Pasal 21
pajaknya meskipun barangnya
belum diserahkan
Kebijakan Perpajakan Lainnya Untuk Penghematan PPh Atas
Transaksi Tertentu

1. Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap a. Perusahaan yang karena kondisi a. Ketentuan sanksi diatas tidak berlaku untuk
keuangannya tidak memungkinkan untuk pengalihan aktiva tetap perusahaan yang
Peraturan ketentuan yang diatur antara lain:
melunasi sekaligus pembayaran pajak bersifat force majeur,pengalihan aktiva tetap
a. Wajib pajak Badan dalam negeri dan BUT penghasilan yang bersifat final yang terutang perusahaan dalam rangka penggabungan dan
(tidak termasuk perusahaan yang memperoleh dalam rangka penilaian kembali aktiva tetap penarikan active tetap dari perusahaan dari
izin menyelenggarakan pembukuan dalam perusahaan untuk tujuan perpajakan penggunaan karena mengalami kerusakan
bahasa inggris dan mata uang dolar AS) dapat berat yang tidak dapat diperbaiki lagi
b. Sejak bulan Dilakukannya penilaian kembali
melakukan penilaian kembali aktiva tetap
aktiva tetap perusahaan b. Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan yang berada diIndonesia,dengan
dapat dikapitalisasi menjadi modal saham
syarat telah memenuhi semua kewajiban c. Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan
pajak sampai dengan masa pajak terakhir dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap c. Pemberian saham bonus yang dilakukan
perusahaan tanpa penyetoran yang berasal dari
b. Aktiva tetap yang dinilai kembali adalah:
kapitalisasi selisih lebih revaluasi aktiva tetap
seluruh aktiva tetap berwujud dan seluruh d. Untuk bagian tahun pajak,sampai dengan
yang dibagikan kepada pemegang saham.
aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah bulan sebelum bulan dilakukannya penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan
c. Penilaian kembali dilakukan oleh perusahaan
penilai yang diakui pemerintah e. Perhitungan penyusutan dihitubg secara
prorate sesuai banyaknya bulan dalam bagian
d. Dikenakan pajak penghasilan yang bersifat
tahun pajak tersebut
final sebesar 10%
f. Bagi wajib pajak Badan yang telah
mendapatkan persetujuan penilaian kembali
aktiva tetap,apabila menjual aktiva tetap yang
telah direvaluasi sebelum berakhirnya masa
2. Utang / Piutang Kepada Pemegang Saham
Semua pinjaman ybiang diberikan oleh pemegang saham kepada perusahaan akan
terutang bunga dengan tingkat suku bunga wajar,kecuali untuk pinjaman (tanpa suku
bunga) dari pemegang saham yang diterima wajib pajak berbentuk perseron terbatas
diperkenankan bila dipenuhi syarat berikut ini:
 Pinjaman tersebut berasal dari dana milik pemegang saham itu sendiri
 Modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah
disetor seluruhnya
 Pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi
 Perseroan terbatas penerima pinjaman sedang mengalami kesulitan keuangan untuk
kelangsunganusahanya
3. Bunga Pinjaman
Pada dasarnya bunga pinjaman dapat dibebankan sebagai biaya,sepanjang pinjaman
tersebut digunakan oleh wajib pajak untuk kegiatan operasional perusahaan.
a. Bila deposito lebih besar dari utang
b. Bunga pinjaman dalam bentuk masa konstruksi
c. Bunga pinjaman dari pihak ketiga yang dapat dibiayakan
d. Pemberian pinjaman kepada karyawan
e. Bunga pinjaman untuk membeli saham
f. Bunga pinjaman yang dibayar ke bank diluar negeri
4. Pencadangan / Penghapusan Piutang Tak Tertagih
Sesuai dengan ketentuan UU PPh 2008 Pasal 9 (1) huruf c,jenis jasa yang
diperkenankan menyisihkan cadangan diperluas.
Pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dengan pembentukan atau pemupukan dana
cadangan ,kecuali:
1) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit,sewa guna usaha dengan hak opsi,perusahaan pembiayaan
konsumen dan perusahaan pajak piutang
2) Cadangan untuk usaha asuransi,termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh BPJS
3) Cadangan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan
4) Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan
Piutang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto (peraturan Menkeu No. 105/PMK.03/2009 dan No.
37/PMK.03/2010),sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial
2. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak
3. Piutang yang nyat-nyata tidak dapat ditagih tersebut telah diserahkan
perkara penagihannya kepada pengadilan negeri atau instansi pemerintah
yang menangani piutang negara
5. Biaya Pra-Operasi (Pre Operating Cost/Biaya pendirian)
Biaya pra-operasi atau biaya pendirian yang dikeluarkan sebelum operasi
komersial yang mempunyai masa manfaat satu tahun yang dikeluarkan
sebelum operasi komersial,pembebanannya melalui amortisasi,sesuai dengan
masa manfaatnya.

6. Reimbursement
Pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian
pembayaran sebesar jumlah nyata-nyata yang telah dibayarkan oleh pihak
kedua kepada pihak ketiga.
7. Pembukuan Dalam Valuta Asing
Wajib pajak dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa asing dan satuan mata uang selain Rupiah yaitu bahasa inggris dan
satuan mata uang asing Dolar AS.
Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa inggris dan satuan
mata uang dolar AS oleh wajib pajak harus terlebih dahulu mendapat izin
tertulis dari menteri keuangan ,kecuali bagi wajib pajak dalam rangka Kontrak
Karya atau wajib pajak dalam rangka kontraktor kerjasama.
8. Transaksi Dalam Mata Uang Asing
Bagi wajib pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa inggris dan satuan mata uang Dolar AS,berlaku
ketentuan koversi kesatuan mata uang dolar AS yaitu pada awal tahun buku
dan dalam tahun berjalan.
Perlakuan Akuntansi Mengenai Selisih Kurs
1) Paragraf 7 PSAK No. 10 ditentukan bahwa transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dengan
menggunakan kurs (nilai tukar) pada saat terjadinya transaksi
2) Dalam paragraph 09 PSAK No. 10 yang berkaitan dengan pelaporan pada tanggal neraca
3) Dalam paragraph 13 PSAK No. 10 ditentukan bahwa selisih penjabaran pos asset dan kewajiban moneter
dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang
asing dikreditkan
4) Dalam paragraph 16 PSAK No. 16 tentang investasi neto dalam suatu entitas asing.

Perlakuan Pajak Penghasilan Terhadap Selisih Kurs


5) Secara umum peraturan perpajakan tentang selisih kurs diatur dalam peraturan pemerintah No.94 Tahun 2010

6) Peraturan Pelaksanaan perpajakan tentang selisih kurs diatus dalam surat edaran Dirjen Pajak No. SE-
03/P3.31/1997

7) Perlakuan pajak penghasilan atas laba/rugi selisih kurs atas perkiraan utang kepada kantor pusat bagi BUT
(SE.No. 11/PJ.42/2000 dan 08/PJ.42/2000)
REKONSILIASI FISKAL

• Lampiran SPT TAhunan PPh badan berupa kertas kerja yang berisi
penyesuaian laba/rugi sebelum pajak menurut komersial atau pembukuan
( yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi) dengan laha0 rugi yang
terdapat dalam laporan keuangan fiskal ( yang disusun berdasarkan prinsip
fiskal)
PENYESUAIAN FISKAL DAN KOREKSI
FISKAL
• Macam macam penyesuaian fiskal :
• Penyesuaian fiskal positif
• Penyesuaian fiskal negatif

• Macam macam koreksi fiskal


• Koreksi fiskal positif
• Koreksi fiskal negatif
KLASIFIKASI USAHA MIKRO,KECIL,DAN
MENENGAH
STRATEGI TAX PLANNING UMKM

• Seorang wajib pajak membuat pilihan berdasarkan fasilitas pengurangan tarif sebesar
50% dari tarif tungal 28 .
• Teknik yang digunakan dalam perencanaan pajak disebut spin off atau pemekaran
usaha .
• Pemekaran usaha adalah pemishan satu wajib pajak badan ayng modal nya terbagai
atas saham menjadi dua wajib pajak badan atau lebih dengan cara mendirikan badan
usahabaridan mengalihkan sebagian harta dan kewajiban kebada badan usaha baru
tersebut tanpa melakukan likuidasi badan yang lama .
ASPEK KEADILAN DALAM KEBIJAKAN
PERPAJAKAN UMKM
• Dalam mendesain sebuah kebijakan perpajakan, pembuat kebijakan Perpajakan harus
memperhatikan asas-asas perpajakan sehingga kebijakan tersebut tidak tumbang
karena ketimbangan tersebut bisa merugikan pihak-pihak tertentu yang terkait dengan
kebijakan tersebut. Formulasinya adalah asas keadilan ( Equity). Pemilihan kebijakan
yang sudah adil dalam formulasinya (secara normatif) namun belum tentu adil dalam
praktiknya. Karena pada umumnya mengukur keadilan sangat relatif tergantung dari
aspek/sudut pandang/ parameter mana kita menilainya. Adanya ketidakadilan itu
tampak dalam kebijakan pengurangan tarif PPh Bagi WP badan UMKM ini.
UKURAN KEADILAN PAJAK

• Prinsip pengenaan pajak berdasarkan pendekatan manfaat (benefit approac) adalah, bahwa dalam
suatu sistem perpajakan yang adil, setiap wajib pajak harus membayar sejalan dengan manfaat yang
dinikmati dari kegiatan tertentu pemerintah (Melalui barang dan jasa yang disediakan pemerintah,
misalnya PLN, PAM dan Telkom). Sedangkan prinsip kemampuan untuk membayar berdasarkan
daya pikul wajib pajak (Ability to pay Approach) adalah, bahwa wajib pajak membayar pajak sesuai
dengan kemampuan mereka masing-masing. Wajib pajak yang memiliki kemampuan membayar
yang sama dikenai beban pajak yang sama, dan wajib pajak yang kemampuannya berbeda dikenai
beban pajak yang berbeda pula. Kedua prinsip tersebut secara normatif dapat dijelaskan secara
lugas, namun tidak semudah itu dalam implementasinya di lapangan.
KETIDAKADILAN HORIZONTAL

• Syarat keadilan horizontal dalam suatu pemungutan pajak dapat dikatakan


terpenuhi bila :
• • Wajib pajak yang berada dalam “Kondisi” ( Penghasilan Kena Pajak) yang
sama diperlakukan sama.
• • Semua orang yang mempunyai tambahan ekonomi yang sama dengan
tanggungan yang sama tanpa membedakan jenis atau sumber penghasilan,
harus membayar pajak dalam jumlah yang sama.
KETIDAKADILAN VERTIKAL

• Syarat keadilan Vertikal dalam suatu pemungutan pajak dapat dikatakan terpenuhi bila:
• • Wajib pajak yang berada dalam “Kondisi” ( Penghasilan Kena Pajak) yang berbeda
diperlakukan secara berbeda pula.
• • Dalam “Kondisi” (Penghasilan Kena Pajak) yang tidak sama akan dihasilkan pajak
terutang yang tidak sama pula. Jumlah pajak yang dibayar semakin besar, sebanding
dengan semakin besarnya kemampuan badan UMKM membayar pajak.
• Dengan demikian, bila badan UMKM memiliki penghasilan kena pajak yang berbeda
dengan badan UMKM lainnya maka pajak yang terutang juga akan berbeda.
Sebagai salah satu parameter keadilan dalam perpajakan, yakni equal treatment for the equals, berarti
penghasilan kena pajak yang akan sama menghasilkan pajak terutang yang sama, namun dari hasil simulasi
terbukti bahwa fasilitas pengurangan tarif PPh bagi UMKM tidak sinkron dengan parameter tersebut.
Disisi lain pengurangan tarif bisa memotivasi wajib pajak badan untuk melakukan pemekaran usaha (spin
off) dengan tujuan, selain menurunkan beban pajak badan baik yang berasal dari penghematan PPh Badan
itu sendiri maupun dari PPh pasal 21 diharapkan dalam besaran agregat akan mendongkrak ekonomi sektor
UMKM karena munculnya unit-unit usaha baru dari hasil pemekaran tersebut, serta terciptanya efisien
biaya operasional yang akan membuahkan net profit after tax lebih besar, sehingga akan lebih
menggairahkan perekonomian nasional dan meningkatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)
serta penerimaan pajak nasional
PERATURAN PEMERINTAH NO 46 TAHUN
2013 TENTANG PPH PASAL 1%
• Pada pertengahan tahun 2013, Pemerintah mulai lagi memberikan insentif fiskal kepada
pengusaha-pengusaha UMKM dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun
2013 yang mulai berlaku sejak 1 juli 2013, ditetapkan sebagai berikut :
• 1. Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang pribadi
atau wajib pajak badan tidak termasuk badan usaha tetap, yang menerima penghasilan
dari usaha tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas
dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000 (4miliar) dalam 1 tahun pajak.
Dikenai pajak penghasilan yang bersifat final dengan tarif 1% dari peredaran bruto
• 2. Ketentuan tersebut tidak termasuk Wajib Pajak orang pribadi yaitu
melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya
• • Menggunakan sarana dan prasarana yang dapat dibongkar pasang baik yang
menetap maupun tidak menetap
• • Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang
tidak diperuntukan bagi tempat usaha atau berjualan.
• Upaya-upaya tax avodance yang dilakukan wajib pajak UMKM baik badan maupun
orang pribadi untuk memperkecil omzet melalui strategi pemekaran usaha (Spin off) demi
mencapai omzet usaha/peredaran bruto yang tidak melebihi Rp 4.800.000.000 dalam 1
Tahun pajak harus dalam koridor sebagai mana disyaratkan dalam PP 46/2013 tersebut.
• Dalam penerapan PP 46/2013 tersebut, peraturan menteri keuangan no 107/PMK
01/2013, tentang Cara Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Dari
Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu.

Anda mungkin juga menyukai