Anda di halaman 1dari 8

BAB I

LATAR BELAKANG

Usaha penggemukan sapi potong merupakan usaha yang potensial dalam rangka
pemenuhan swasembada daging sapi nasional dan diharapkan dapat mengurangi
ketergantungan terhadap impor sapi dan daging sapi. Usaha ini dilakukan oleh peternak skala
besar maupun skala rumah tangga namun usaha sapi potong memerlukan biaya investasi yang
cukup besar (Atmakusuma et al., 2011).

Sapi potong merupakan ternak yang dibudidayakan dengan tujuan utama untuk
menghasilkan daging. Budidaya ternak sapi potong udah dikenal secara luas oleh
masyarakat. Jangka waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan harga daging yang relatif
tinggi memotivasi para pembudidaya untuk terus tetap bersemangat dalam mengembangkan
budidaya ternak sapi potong. Bangsa ternak sapi potong yang dibudidayakan juga beraneka
ragam, mulai dari peranakan ongole (PO), Simmental, Brahman, Limousine, dan pada
beberapa daerah juga ada yang penggemukkan sapi perah jantan bangsa Fries Holland
(Sudono et al, 2003)

Budidaya ternak sapi potong yang umumnya terdiri dari budidaya pembibitan dan
budidaya penggemukan. Waktu penggemukan relatif singkat yaitu membutuhkan waktu
sekitar 6 bulan untuk jenis sapi potong seperti Limousine. Kemampuan ternak dalam
memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan merupakan nilai unggul ternak sapi potong
yang membuat semakin banyak peternak semakin tertarik untuk terus mengembangkan dan
membudidayakan ternak sapi potong di daerah masing-masing (Sugeng, 1998).

Penggemukan sapi potong merupakan salah satu bisnis yang menitik beratkan
usahanya pada proses penggemukan sapi. Peternak membeli sapi (bakalan) yang kurus tetapi
sehat dan menggemukkan hingga umur tertentu. Masa penggemukan dalam kandang
penggemukan yang paling ekonomis adalah 6 bulan, apabila lebih dari 6 bulan maka
pertambahan keuntungan yang diperoleh cenderung stagnan. Agar pertambahan berat badan
selama 6 bulan cukup tinggi perlu di perhatikan manajemen penggemukan sapi potong secara
menyeluruh, mulai dari sistem perkandangan, perawatan, penanggulangan dan pencegahan
penyakit, manajemen pakan dan sanitasi lingkungan peternakan (Sarwono dan Arianto,
2006).
1.1 Proyek Yang Diusulkan

Untuk menjawab permasalahan dan kesempatan Program dari Pemerintah ini maka , Proyek
yang tepat untuk kondisi pertenakan di Lingkungan Jarum, Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan
Sidoharjo Kabupaten Wonogiri adalah Penggemukan Sapi potong limousin

1.1.1. Sifat/Jenis Proyek Yang Diusulkan

Sapi sejak zaman dulu mulai diternakkan orang. Ternak sapi yang ada saat ini merupakan
hasil seleksi selama berpuluh-puluh tahun. Ternak sapi merupakan salah satu ternak
ruminansia yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia terutama di daerah pedesaan
dan umumnya berupa sapi lokal.

Sapi limosin atau Limousin adalah sapi yang pertama kali dikembangkan di negara
Prancis.Sapi ini memiliki ciri yaitu mempunyai ukuran tubuh yang besar dan panjang, dengan
bulu yang berwarna coklat tua, warna sekeliling mata dan bagian lutut ke bawah berwarna
sedikit terang. Pada sapi limosin jantan memiliki tanduk yang tumbuh ke luar yang sedikit
melengkung. Sapi limousin sendiri adalah jenis sapi pedaging yang mempunyai nilai jual
tinggi. Oleh sebab itu sekarang banyak orang yang sudah mulai mengembangbiakkan sapi
jenis limousin ini

1.1.2. Rencana Pelaksanaan

Pelaksanaan dari Proyek ini akan dilakukan selama 4 tahun dengan didasarkan pada umur
ekonomis yang paling lama yaitu umur ekonomis kandang.

1.1.3. Rencana Jumlah Dana Yang di Investasikan

Jumlah dana yang akan diinvestasikan secara global adalah sebagai berikut.

No Kapasitas Kandang Estimasi Kebutuhan Dana

1 20 Ekor 200,000,000

1.1.4. Pemrakarsa
Proyek ini diprakarsai oleh Hendro dan Rekan

1.2 Gambaran Umum Kondisi Perusahaan saat ini

1.2.1 Perkembangan Usaha

Terkait dengan perkebangan penggemukan dilakukan secara berkesinambungan dengan


memanfaatakan mekasime peternakan yang ada. Hal disebabkan terkait dengan kondisi
wilayah Lingkungan Jarum Kelurahan Sidoharjo secara umum memiliki yang mendukung
dalam pengelolaan peternakan, sehingga penggemukan sapi potong merupakan usaha yang
memberikan hasil yang signifikan terkait dengan keberhasilannya.

1.2.2 Posisi Perusahaan dalam persaingan

Dengan adanya dorongan dan dukungan dari pemerintah tentang mulai digalakkannya
peternakan ini tak lepas dari beberapa penggagas untuk mengambil inisiatif penggemukan
ternak misalnya, sapi dan domba. Dalam hal ini persaingan penggemukan sapi sangatlah
minim karena masih awamnya peternak untuk penggemukan sapi. Selain membutuhkan
keahlian tentunya Modal Keuangan yang sangat diperlukan.

1.2.3 Kemampuan Finansial

Untuk menjalankan usaha penggemukan sapi ini pemrakarsa menjalin kemitraan dengan
pihak perbankan untuk mendukung modal yang digunakan.
BAB II

ANALISIS ASPEK YANG DIKAJI

2.1 Analisis Aspek Hukum, Sosial Ekonomi dan Budaya

Suatu usaha dikatakan layak secara aspek hukum jika usaha tersebut legal. Legal atau
ilegalnya suatu perusahaan ditentukan oleh ada tidaknya surat izin untuk mendirikan usaha.
Tujuan analisis aspek hukum yang dilakukan pada bisnis penggemukan sapi potong adalah
untuk menilai apakah bisnis yang dijalankan memenuhi ketentuan hukum dan berbagai
perizinan yang diperlukan dalam rangka pendirian dan operasional perusahaan. Kriteria yang
dilihat dalam analisis kelayakan aspek hukum adalah kelengkapan dokumen serta perizinan.
Bisnis penggemukan sapi potong dinyatakan layak berdasarkan aspek hukum jika bisnis
tersebut telah memenuhi kriteria yang ada pada aspek hukum serta mampu menjawab tujuan
dari dilakukannya analisis aspek hukum (Kasmir dan Jakfar, 2010; Suliyanto, 2010).

Tujuan analisis aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang dilakukan pada bisnis
penggemukan sapi potong adalah untuk menilai apakah bisnis yang dijalankan dapat
memberikan manfaat baik dilihat dari sisi sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Bisnis
penggemukan sapi potong dinyatakan layak berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan
lingkungan jika bisnis tersebut mampu memberikan manfaat secara sosial, ekonomi, dan
lingkungan baik bagi masyarakat sekitar lokasi bisnis maupun pemerintah (Kasmir dan
Jakfar, 2010).

2.2 Aspek Pasar

Pendapat ahli mengatakan bahwa pasar merupakan suatu kelompok orang yang
diorganisasikan untuk melakukan tawar-menawar, sehingga dengan demikian terbentuk
harga. Salah seorang ahli pemasaran, Stanton, mengemukakan pengertian yang lain tentang
pasar, yakni merupakan kumpulan orang-orang yang memunyai keinginan untuk puas, uang
untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor utama yang
menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta
tingkah laku dalam pembeliannya (Umar, 2001). Dalam aspek pasar akan membahas
mengenai peluang pasar, penentuan harga dan strategi pemasaran.
Peluang pasar merupakan hal yang tidak bisa lepas dari pembicaraan mengenai studi
kelayakan usaha/bisnis. Sudah selayaknya suatu peluang yang ada di pasar dipenuhi oleh
pemilik usaha/bisnis tersebut. Namun, jika kita membicarakan peluang pasar ada pula
beberapa hal yang tidak dapat dipisahkan dari peluang itu sendiri. Diantara hal tersebut
adalah peramalan permintaan dan penawaran masa yang akan datang.

Harga yang tepat adalah harga yang terjangkau dan paling efisien bagi konsumen.
Menetapkan harga yang tepat harus mempertimbangkan berbagai faktor, tidak hanya intuisi
atau perasaan, tetapi juga harus berdasarkan informasi, fakta, dan analisis di lapangan
(Suryana, 2006). Pemasaran adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan usaha yang
bertujuan untuk merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan
mendistribusikan barang atau jasa yang akan memuaskan konsumen. Kebijakan pemasaran
yang baik mengacu pada strategi Marketing Mix (4P) yaitu, product, place, price, dan
promotion.

2.3 Aspek Teknis dan Teknologi

Aspek teknis merupakan aspek yang menilai suatu usaha dikatakan layak dilihat dari
teknis operasional secara rutin dan teknologi yang akan digunakan sehingga dalam saat
operasional tidak terjadi kesalahan fatal yang akan membuat biaya produksi semakin tinggi
dan faktor-faktor lainnya yang akan membuat kerugian bagi perusahaan di masa yang akan
datang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis aspek ini adalah perangcangan
produk, perencanaan kapasitas produksi, perencanaan proses dan fasilitas produksi, dan
perencanaan lokasi bisnis (Umar, 2001).

Perancangan produk bertujuan untuk menghasilkan suatu prototype produk yang


memiliki kemampuan industrialisasi dan komersialisasi. Kebutuhan yang digambarkan dalam
profil kebutuhan akan diterjemahkan dalam bentuk produk yang memiliki spesifikas tertentu.
Dalam menentukan dan merancang produk, tidak semua profil kebutuhan dapat terpenuhi
karena adanya kendala organisasi yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan produk
(Siregar ,1991 Kapasitas merupakan kemampuan produksi dari fasilitas, yang biasanya
dinyatakan ke dalam volume output persatuan waktu. Perencanaan kapasitas berhubungan
dengan jumlah tenaga kerja, mesin, dan peralatan fisik yang diperlukan.

Perencanaan proses dan fasilitas merupakan perencanaan yang menjelaskan proses-


proses dan fasilitas produksi yang dibutuhkan untuk memproses bahan baku menjadi produk
yang kita inginkan (Siregar, 1991). Dalam suatu studi kelayakan bisnis, pilihan letak tempat
usaha hendaknya dapat dikaji dari beberapa faktor. Hasil kajian, kelak akan dianalisis lagi
untuk mencapai keputusan akhir di mana bisnis akan didirikan. Faktor-faktor utama yang
perlu diperhatikan dalam memilih lokasi usaha, yaitu letak konsumen, letak bahan baku
utama, sumber tenaga kerja, sumber daya alam, fasilitas transportasi, fasilitas untuk usaha,
lingkungan masyarakat, dan peraturan pemerintah (Siregar, 1991).

Klasifikasi Sapi Limousin

Sapi limousin merupakan keturunan Bos taurus yang berkembang di Prancis.


Karakteristik dari sapi limousin adalah pertambahan badan yang cepat perharinya sekitar 1,1
kg, tinggi mencapai 1,5 m, bulu tebal yang menutupi seluruh tubuh warnanya mulai dari
kuning sampai merah keemasan, tanduknya berwarna cerah, bobot lahir tergolong kecil
sampai medium (sapi betina dewasa mencapai 575 kg dan pejantan dewasa mencapai berat
1100 kg), fertilitasnya cukup tinggi, mudah melahirkan, mampu menyusui, dan mengasuh
anak dengan baik serta pertumbuhannya capat (Blakely dan Bade, 1994).

Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed), didasarkan atas sekumpulan


persamaan karakteristik yang sama. Karakteristik yang dimiliki tersebut akan diturunkan ke
generasi berikutnya. Menurut Blakely dan Bade (1992) bangsa sapi limosin mempunyai
klasifikasi taksonomi sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Sub class : Theria

Infra Class : Eutheria

Ordo : Artiodactyla

Sub Ordo : Ruminantia

Infra Ordo : Pecora

Family : Bovidae

Genus : Bos (cattle)

Spesies : Bos Taurus (Sapi Eropa)


Sapi limousin dapat berproduksi secara optimal pada daerah yang beriklim subtropis
dengan temperature suhu antara 4 - 15oC dan mendapat hijauan serta konsentrat (Meyn,
1991). Menurut Thomas (1991) sapi limousin memiliki berat lahir rata-rata 39,95 kg dengan
berat sapih pada umur 205 hari mencapai 198 kg.

Penggemukan Sapi

Penggemukan sapi pada dasarnya adalah mendayagunakan potensi genetik ternak untuk
mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang efisien dengan memanfaatkan input pakan serta
sarana produksi lainnya, sehingga menghasilkan nilai tambah usaha yang ekonomis.
Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi sistem penggemukan pada ternak sapi
adalah teknik pemberian pakan/ ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi
yang akan digemukkan, serta lama penggemukan. Usaha penggemukan sapi perlu akan
upaya untuk meningkatkan bobot sapi sebelum dijual. Banyak dijumpai para peternak
tradisional mencari sapi yang telah pubertas, tetapi tubuhnya masih kurus. Tubuh yang
kurus tersebut bisa jadi karena pemberian pakan yang kurang tepat.

Deskripsi Kegiatan Usaha

Penggemukan sapi merupakan usaha sub sektor peternakan yang bergerak di bidang
penggembukan sapi. Penggemukan dilakukan dengan perlakukan khusus seperti pemberian
pakan khusus, memperhatikan kondisi kandang dan kesehatan sapi. Apabila hal tersebut
dilakukan dengan baik badan sapi menjadi lebih segar dan memiliki nafsu makan yang
tinggi.

Terkait pakan yang digunakan menggunakan prinsip feedlot, yaitu pemberian


pakan sapi terdiri dari hijauan dan konsentrat yang berkualitas di dalam kandang. Pakan
yang diberikan berupa rumput yang diperoleh dari daerah sekitar lokasi. Rumput yang
tersedia sangat melimpah sehingga sapi tidak pernah mengalami kekurangan pakan bahkan
terkadang cenderung berlebih. Terkadang meski sisa rumput masih ada, pegawai tetap
mengganti dengan rumput yang baru yang lebih segar. Ketersediaan pakan yang melimpah
ini merupakan kekuatan yang cukup signfikan yang dimiliki oleh usaha ternak domba
Agrifarm saat ini. Pakan tambahan belum diberikan saat ini, pakan yang diberikan hanya
berupa rumput saja.

Aspek Manajemen
Hasil analisis aspek manajemen menunjukkan bahwa bisnis penggemukan sapi
potong di Kecamatan Sidoharjo layak untuk dijalankan karena telah memenuhi kriteria
kelayakan bisnis yang ada yaitu kegiatan manajerial pada masa pembangunan bisnis dan pada
masa operasional bisnis yang dijalankan dengan baik. Bisnis penggemukan sapi potong pada
Kecamatan Sidoharjo telah dibangun sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Sumberdaya manusia yang baik juga dimiliki oleh Kecamatan Sidoharjo
sehingga mampu menghasilkan kegiatan manajerial yang baik, baik dalam masa
pembangunan bisnis maupun pada masa operasional bisnis. Struktur organisasi yang ada
mencerminkan kegiatan manajerial yang baik yaitu struktur organisasi dibagi-bagi
berdasarkan dengan sub bidang masingmasing, mulai dari bidang pemasaran

Daftar pustaka

Atmakusuma, J., T. Sarianti, dan A. Ristianingrum. 2011. Analisis kelayakan usaha


pembibitan dan penggemukan sapi potong dalam rangka swasembada daging
nasional.Hlm 141-157. Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen
Agribisnis, Bogor 7 dan 14 Desember 2011. Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor,Bogor
Blakely, J. dan D. H. Bade. 1992. Pengantar Ilmu Peternakan. Penerjemah: B.
Hardjosubroto, W. 1994 Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapangan. Jakarta:
Gramedia.

Kasmir dan Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua. Kencana. Jakarta
Suryana., 2006, Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.

Siregar, Ali Basyah., 1991, Analisis Kelayakan Pabrik, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Umar, Husein., 2001, Studi Kelayakan Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai