Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN


(STUDI KASUS DJION PUYUH MAKASSAR DI KELURAHAN
MACANDA KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA
PROVINSI SULAWESI SELATAN )

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Mata


Kuliah Studi Kelayakan Usaha Peternakan Pada Jurusan
Ilmu Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar

Oleh:

ARSIL
60700115077

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya alam.

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki peluang besar untuk mempercepat laju

pembangunan dan pertumbuhan ekonominya melalui sektor pertanian. Sektor

peternakan merupakan bagian dari pertanian memiliki peranan yang penting.

Pembangunan peternakan merupakan bagiandari pembangunan nasional

yang bertujuan untuk menyediakan pangan hewani berupa daging, susu serta telur

yang bernilai gizi tinggi, meningkatkan pendapatan peternak serta menambah

devisa dan memperluas kesempatan kerja. Pada masa yang akan dating

diharapkan pembangunan peternakan dapat memberikan konstribusi yang nyata

dalam pembangunan perekonomian bangsa.

Burung puyuh merupakan salah satu komodi unggas yang semakin

popular di Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang

berminat memelihara burung puyuh dan meningkatnya juumlah masyarakat yang

mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan burung puyuh baik berupa telur

maupun daging. Keunggulan burung puyuh lainnya adalah cara pemeliharaannya

yang tidak sulit, cepat berproduksi dan memiliki daya tahan tubuh yang tinggi

terhadap penyakit. Selain diambil telurnya, daging puyuh juga merupakan

makanan yang lezat dan bernilai gizi tinggi. Telur puyuh mengandung 13,6%

protein 8,2% lemak yang tidak kalah dengan nilai gizi telur ayam ras yang
mengandung 12,8% protein dan konvensional diantaranya limbah (Nugroho dan

Mayun, 1990).

Dengan demikian hal tersebut yang melatar belakangi sehingga

dilakukan praktek lapangan tersebut agar para mahasiswa/mahasiswi dapat

mengetahui analisis usaha apa saja yang digunakan dalam menjalankan suatu

usaha khususnya dibidang peternakan sehingga dapat dikatakan layak.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana

mengetahui studi kelayakan usaha peternakan burung puyuh yang meliputi aspek

sosial dan ekonomi, aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan dan

lingkungan?

C. Tujuan Praktek Lapang

Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah untuk mengetahui

studi kelayakan usaha peternakan burung puyuh yang meliputi aspek sosial dan

ekonomi, aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan dan

lingkungan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Studi KelayakanUsaha

Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara

mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha yang akan dijalankan, untuk

menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis dijalankan (Kasmir, 2012). Studi

kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya

menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat

dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang

maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran

produk baru (Umar, 2005).

Usaha adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan

yang sesuai dengan tujuan dan target yang ingin dicapai dalam berbagai bidang,

baik dari segi jumlah maupun waktunya. Umar (2007) menjelaskan bahwa analisis

kelayakan usaha adalah suatu kajian yang cukup mendalam dan komprehensif

untuk mengetahui apakah usaha yang akan dilakukan itu layak atau tidak layak.

Analisis kelayakan usaha terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sumber daya

manusia, aspek legal dan lingkungan dan aspek finansial. Penjelasan mengenai

kelima aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Aspek pasar, pengertian pasar secara sederhana adalah tempat bertemunya

para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian lain yang lebih

luas adalah himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk.
Dari pengertian ini mengandung arti bahwa pasar merupakan kumpulan atas

himpunan para pembeli, baik pembeli nyata maupun pembeli potensial atas suatu

produk atau jasa tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2006). Dalam aspek pasar ini

dijelaskan juga mengenai permintaan dan penawaran, proyeksi permintaan dan

penawaran, penentu peluang pasar, penentu harga jual, target penjualan, serta

penentuan strategi pemasaran.

2. Aspek teknis, aspek teknis merupakan aspek yang menilai tentang suatu

usaha dikatakan layak dilihat dari teknis operasional secara rutin dan teknologi

yang akan digunakan sehingga pada saat operasioanl tidak terjadi kesalahan fatal

yang akan membuat biaya produksi semakin tinggi. Dan faktor-faktor lainnya

yang akan membuat kerugian bagi perusahaan dimasa yang akan datang. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam menganalisis aspek ini adalah pemilihan dan

perancangan produk, perencanaan kapasitas produk, perencanaan proses, fasilitas

produksi dan perencanaan lokasi bisnis (Umar, 2007).

3. Aspek sumber daya manusia, aspek manajemen sumber daya manusia

merupakan aspek yang cukup penting untuk dianalisis dalam kelayakan suatu

usaha. Walaupun suatu usaha dinyatakan layak untuk dilakukan, namun apabila

tidak didukung oleh manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin

usaha tersebut akan mengalami kegagalan. Baik menyangkut SDM maupun

menyangkut rencana keseluruhan dari perusahaan haruslah disusun sesuai dengan

tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi

tahapan dalam proses manajemen. Dalam aspek sumber daya manusia terdapat

perancangan struktur organisasi dan perencanaan tenaga kerja.


4. Aspek legal dan lingkungan, seperti yang diketahui bahwa banyak usaha

yang telah berjalan pada akhirnya berhenti karena adanya masalah. Masalah-

masalah yang timbul kadang-kadang sangat vital, sehingga usaha yang semula

dinyatakan layak untuk semua aspek, ternyata menjadi kebalikannya. Hal ini

disebabkan karena kurang teliti dalam penilaian dalam aspek hukum dan

lingkungan sebelum usaha tersebut dilakukan. Tujuan dari aspek hukum adalah

untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan dan keaslian dari dokumen-dokumen

yang dimiliki. Sedangkan dari tujuan aspek lingkungan adalah untuk mengetahui

dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan, baik dampak negatif maupun

dampak positif.

5. Aspek finansial, menurut Umar (2007) tujuan menganalisis aspek finansial

dari analisis kelayakan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui

perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara

pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan

usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam jangka waktu yang telah

ditentukan dan menilai apakah usaha akan dapat dikembangkan.

B. Lingkungan Makro

1. Iklim

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang

untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Iklim merupakan peluang statistik

berbagai keadaan atmosfer antara lain suhu, curah hujan, kelembaban udara,

angin, radiasi sinar matahari yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang

panjang dengan penyelidikan dalam waktu yang lama minimal 30 tahun dan
meliputi wilayah yang luas. Indonesia sebagai negara kepulauan di wilayah tropis

merupakan negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Organisasi

Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dalam Sidang Tahunannya yang ke-77 tahun 2009

menyatakan sebagai akibat dari globalisasi dan perubahan iklim, dunia

menghadapi munculnya penyakit-penyakit hewan yang baru muncul dan yang

muncul kembali (Ahab, 2012).

Kesehatan hewan dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim melalui empat

cara yaitu penyakit-penyakit dan stres yang berkaitan dengan cuaca panas,

kejadian-kejadian cuaca yang ekstrim, adaptasi sistem produksi ternak terhadap

lingkungan baru, dan penyakit hewan yang muncul baru dan yang muncul

kembali. Dinamika penularan dan penyebaran geografis sebagian besar penyakit-

penyakit yang ditularkan melalui insekta dan rodensia sangat sensitif terhadap

iklim. Kebanyakan penyakit yang ditularkan melalui vektor mencakup spesies

arthropoda seperti nyamuk, lalat, caplak atau kutu (Forman et al., 2008).

Menurut Ahab (2012), yang menyatakan bahwa unsur-unsur yang

mempengaruhi iklim sebagai berikut:

a. Suhu

Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara yang sifatnya

menyebar dan berbeda-beda pada daerah tertentu. Perubahan suhu udara pada

suatu wilayah dengan wilayah lainnya tergantung pada ketinggian tempat dan

letak astronomisnya (lintang). Perubahan suhu disebabkan perbedaan

ketinggian jauh lebih cepat daripada perubahan suhu disebabkan perbedaan


letak lintang. Biasanya, perubahan suhu terjadi antara 0,60 C tiap kenaikan 100

m. Semakin rendah suhu udara kemampuan menahan uap air pun menurun.

b. Curah hujan

Hujan yakni peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat

yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi. Curah hujan adalah

jumlah hujan yang jatuh disuatu daerah dalam waktu tertentu. Titik air yang

besar akan menjadi lebih berat sehingga kemudian jatuh ke permukaan bumi

sebagai hujan. Untuk mengetahui besarnya curah hujan digunakan alat yang

disebut penakar hujan (Rain gauge).

c. Kelembaban udara

Kelembaban udara merupakan kandungan uap air dalam udara. Uap air

yang ada dalam udara berasal dari hasil penguapan air di permukaan bumi, air

tanah, atau air yang berasal dari penguapan tumbuh-tumbuhan. Makin tinggi

suhu udara makin banyak uap air yang dikandungnya. Daerah tropis Indonesia

memiliki kandungan uap air yang tinggi.

d. Angin

Angin merupakan massa udara yang bergerak dari suatu tempat ke tempat

lain. Tiupan angin terjadi jika di suatu daerah terdapat perbedaan tekanan

udara, yaitu tekanan udara maksimum dan minumum. Angin bergerak dari

daerah bertekanan udara maksimum ke minimum. Semakin besar perbedaan

tekanan udara, semakin kencang aliran angin.


e. Penyinaran matahari

Matahari merupakan pengatur iklim di bumi yang sangat penting dan dan

menjadi sumber energi utama di bumi. Energi matahari dipancarkan ke segala

arah dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Bumi menerima energi

matahari dalam bentuk pancaran radiasi sinar matahari.

2. Teknologi

Teknologi merupakan suatu metode ilmiah yang digunakan untuk

mencapai tujuan praktis dan merupakan salah satu ilmu pengetahuan terapan

aspek teknis atau teknologi merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses

pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut

selesai dibangun (KBBI, 2015)

3. Pemasaran

Pemasaran adalah Suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan

penting yang memungkinkan indidvidu dan perusahaan mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk

mengembangkan hubungan pertukaran (Harper, 2004).

Menurut Basu (2002), yang menyatakan bahwa ada empat komponen

bauran pemasaran barang yang meliputi: produk, harga, saluran distribusi,

promosi dimana penggunaan kombinasi dari keempat variabel tersebut bergantung

pada pimpinan perusahaan ataupun seorang manajer, bagaimana mereka dapat

menggunakan bauran pemasaran tersebut yang meliputi:


a. Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk

memenuhi kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan meliputi barang fisik,

jasa, orang, tempat, organisasi dan gagasan.

b. Harga

Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen

untuk mendapatkan suatu produk. Harga merupakan satu-satunya unsur

bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi

perusahaan

c. Saluran distribusi

Tempat merupakan saluran distribusi yaitu serangkaian organisasi yang

saling tergantung yang saling terlihat dalam proses untuk menjadikan produk

atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Lokasi berarti berhubungan

dengan di mana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi.

d. Promosi

Promosi adalah merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi

konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan

oleh perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu

membeli produk tersebut.


C. Lingkungan Mikro

1. Manajemen

Aspek manajemen dianalisis untuk dapat melihat apakah pembangunan

dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan

sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar, 2005).

Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan

struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila

dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari yang merencanakan,

melaksanakannya, hingga mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan.

Demikian dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan

tujuan proyek, serta kebutuhan tenaga kerja harus terinci dengan baik.

2. Feeding

Menurut Listiyowati dan Roospitasari (2005), faktor terpenting dalam

keberhasilan beternak puyuh adalah faktor pakan (nutrisi), disamping faktor

manajemen dan bibit. Faktor pakan meliputi cara pemberian dan kebutuhan gizi

menurut tingkatan umurnya. Selama ini, para peternak masih banyak memberikan

ransum ayam ras untuk puyuh yang diternaknya. Padahal, cara ini dinilai kurang

ekonomis. Sebab, kebutuhan gizi burung puyuh lebih tinggi daripada ayam ras

sehingga tidak jarang puyuh ternaknya menderita gejala defisiensi dan stress.

Otomatis pertumbuhan dan produksi telurnya akan menurun, bahkan sifat

kanibalismenya akan muncul. Pakan puyuh harus mengandung zat protein,

karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam jumlah yang cukup.
Kekurangan salah satu komponen pakan tersebut mengakibatkan gangguan

kesehatan dan menurunkan produktivitas.

3. Breeding

Salah satu faktor yang berpengaruh pada produksi telur adalah breeding

atau pembibitan. Banyak peternak puyuh yang mengadakan pembibitan sendiri.

Sehingga peternakan puyuh tidak terkendali dan cenderung mengadakan

perkawinan yang sekerabat (Inbreeding). Para peternak melakukan perkawinan

secara terus menerus pada satu jenis puyuh, sehingga semakin lama produksi

peternakannya semakin menurun. Puyuh Coturnix yang berkembang ada berbagai

jenis diantaranya puyuh jenis warna hitam dan warna coklat. Untuk menghindari

perkawinan yang sekerabat maka dilakukan persilangan antara puyuh coklat

dengan puyuh hitam. Dengan tujuan memperbaiki performa produksi

keturunannya (Wuryadi, 2013).

D. Analisis Finansial

1. Biaya produksi

Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi. Menurut Himawati (2006), menyatakan bahwa biaya produksi

dibedakan menjadi 2 yaitu:


a. Biaya tetap (biaya investasi)

Biaya tetap merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh produksi yang

dihasilkan. Misalnya gaji, sewa tempat, bunga hutang bank, pajak, penyusutan

peralatan (depresiasi).

TFC = FC x n

b. Biaya variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

produksi yang di hasilkan. Misalnya bahan mentah, komisi penjualan, upah

lembur, transport, dan pakan ternak.

TVC = VC x n

2. Penerimaan dan penjualan

Penerimaan adalah jumlah dari seluruh penjualan produk yang diperoleh.

Penjualan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga produk per unit.

Keuntungan suatu usaha dapat diketahui dengan mengetahui besarnya penerimaan

yang diperoleh.

E. Kelayakan Usaha

1. Return Cost Ratio (R/C ratio)

R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya

yang dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk. Kriteria

R/C yaitu apabila R/C > 1 berarti usaha tersebut menguntungkan. Semakin besar

nilai R/C semakin besar tingkat keuntungan yang diperoleh usaha tersebut

(Soepranianondo dkk., 2013).

2. Benefit Cost Ratio (B/C ratio)


B/C adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh

dengan total biaya yang dikeluarkan. Kriteria B/C yaitu apabila B/C > 1 berarti

usaha tersebut layak, apabila B/C < 1 berarti usaha tersebut tidak layak dan

apabila B/C = 1 berarti usaha tersebut impas (BEP) (Soepranianondo dkk.,2013).

3. Break Event Point (BEP)

Break Even Point dapat diartikan suatu keadaan di mana dalam operasi

perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. BEP

tidak hanya untuk mengetahui keadaan perusahaan, tetapi BEP mampu

memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta

hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat

penjualan yang bersangkutan (Munawir, 2002).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini yaitu pada hari minggu

tanggal 27 Mei 2018 pukul 08:00 samapai 11:45 dan bertempat di Djio Puyuh

Makassar, BTN.Bumi Somba Opu Blok 1 no. 2. Didesa Mawang, Kecamatan

Somba Opu, Kabupaten Gowa.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pertanyaan dari 2

kuisoner.

C. Metode Praktek Lapang

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih dan

berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah

untuk mendapatkan informasi yang tepat dari narasumber yang terpercaya.


2. Observasi

Observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan

maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena

berdasarkan pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan

gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan infromasi-

informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.

3. FGD (Focus Group Discussion)

FGD (Focus Group Dicussion) adalah diskusi kelompok yang terarah atau

suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu masalah tertentu yang sangat

spesifik.

4. Kuinsioner

(KUINSIONER I)

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan :

5. Pekerjaan :

a. Pokok :

b. Sampingan :

6. Komoditi Usaha Ternak :

7. Jumlah Kepemilikan Ternak :

Jantan : Ekor
Betina : Ekor

Bibit (Anakan) : Ekor

8. Lama Beternak/Usaha : Tahun

9. Jumah Tenaga Kerja : Orang

10. Luas Ares Usaha : Kapling

11. Asal Ternak atau Bahan Baku :

B. Penerimaan

1. Penjualan Produk

Jenis produk :

Harga produk :

Jantan (ekor/tahun) :

Betina (ekor/tahun) :

Bibit (Anakan) (ekor/tahun) :

2. Hasil Ikutan

Feses :

Jumlah feses : Kg/periode

Jumlah urine : Kg/periode

Harga jual : Kg

C. Biaya Investasi

Investasi bangunan : Rp.

Investasi peralatan : Rp.

Investasi kendaraan operasional : Rp.

Pembelian tanah : Rp.


Perizinan usaha : Rp.

D. Biaya

1. Biaya Tetap

a. Biaya penyusutan bangunan

1. Biaya pembuatan bangunan : Rp.

2. Lama pemakaian : Tahun

b. Biaya penyusutan peralatan

1. Jenis peralatan yang digunakan :

2. Biaya pembelian peralatan :

3. Lama pemakaian : Tahun

c. Biaya penyusutan kendaraan

1. Biaya pembelian kendaraan :

2. Lama pemakaian :

d. Luas lahan usaha

1. Luas lahan kandang :

2. Pajak lahan usaha : Rp.

2. Biaya Variabel

Biaya bibit

1. Jumlah bibit :

2. Harga bibit : /ekor

3. Biaya pakan

Konsumsi pakan : Kg/ekor/hari

Harga pakan : /kg


4. Biaya Vaksin

Jenis vaksin (Merek) :

Harga vaksin : Rp.

Frekuensi vaksin : Kali/bulan

5. Biaya obat-obatan

Jenis obat (Merek) :

Harga obat : Rp.

Jantan

1. Biaya pakan

Konsumsi pakan : Kg/ekor/hari

Harga pakan : /Kg

2. Biaya Vaksin

Jenis vaksin (Merek) :

Harga vaksin : Rp.

Frekuensi vaksin : Kali/bulan

3. Biaya obat-obatan

Jenis obat (Merek) :

Harga obat : Rp.

Tingkat kematian

a. Bibit : Ekor/tahun

b. Jantan : Ekor/tahun

c. Betina : Ekor/tahun

Tenaga kerja
a. Jumlah pekerja :

b. Gaji : Rp.

Listrik

Jumlah pembayaran :Rp. /Bulan

Air

Jumlah pemakaian :Rp. /Bulan

(KUINSIONER II)

1.Ceritakan sejarah singkat berdirinya usaha ini?

2.Bagaimana penyerapan tenaga kerja dalam usaha ini?

3. Bagaimana hasil usaha terhadap peningkatan PAD ataupun pajak?

4. Bagaimana persaingan anda terhadap peternak lain?

5. Bagaimana tanggapan tetangga anda tentang bau atau gangguan lain yang

ditimbulkan usaha anda?

6. Bagaimana peluang pasar yang dimiliki usaha anda?

7. Bagaimana kendala atau hambatan usaha anda?

8. Bagaimana permintaan konsumen dan permintaan pasar terhadap ternak atau

produk anda?

9. Bagaimana persediaan produk anda dalam menghadapi permintaan? (per

periode)

10. Kemukakan penananan limbah dalam usaha ini?

11. Bagaimana penyusunan RKL/RPL/ (AMDAL) dalam usaha ini?

12. Penerimaan usaha puyuh digunakan untuk apa?


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Hasil pengamatan kunsioner 1

Hasil dari pelaksanaan praktikum ini berdasarkan kunsioner 1 adalah

sebagi berikut:

a) Identitas Responden

Tabel 1. Identitas responden peternakan Djion Puyuh Makassar


No Uraian Keterangan
1. Nama Wijiono
2. Umur 49
3. Jenis kelamin Laki-laki
4. Pendidikan S1 industri marketing tekstil di swiss
5. Pekerjaan
 Pokok Peternak puyuh
 Sampingan Petani
6. Komoditi usaha ternak Telur puyuh konsumsi, bibit, puyuh afkir,
telur tetas, dan feses puyuh
7. Jumlah komoditi ternak
 Jantan ± 1.500 ekor
 Betina ± 7000-8000 ekor
 Bibit (anakan) ±1.500 ekor
8. Lama beternak/ usaha ±3 tahun
9. Jumlah tenaga kera 3 orang
10. Luas area usaha 16×15 meter
11. Asal ternak Bandung
Sumber: Data Primer, 2018.

b) Penerimaan

Tabel 1. Rincian penerimaan peternakan Djion Puyuh Makassar


No Uraian Periode pertama (Rp) periode ke dua (Rp)
1 telur konsumsi 34.406.670 51.532.860
2 telur tetas 433.732.500 650.182.500
3 DOQ 433.732.500 650,182.500
4 puyuh afkir 4.960.000 5.580.000
5 Feses 9.000 12.000
Total Penerimaan 906.840.670 1.357.429.860
Sumber: Data Primer, 2018.

c) Biaya Investasi

Tabel3. Rincian Biaya Investasipeternakan Djion Puyuh Makassar


No Uraian Nilai (Rp)
1 Bangunan 20.000.000
2 Peralatan 6.400.000
4 kendaraan oprasional 20.000.000
5 Tanah 200.000.000
6 perizinan usaha 100.000
Total Biaya Investasi 246.500.000
Sumber:Data Primer, 2018.

d) Biaya

Biaya yang dapat di tanyakan pada responden terdiri dari dua jenis biaya,

yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Tabel 4. Rincian biaya tetap peternakan Djion Puyuh Makassar


No Uraian jumlah Pemakaian harga satuan (Rp) Nilai (Rp)
1 Bangunan 1 20 20.000.000 20.000.000
2 Sapu 3 1 15.000 45.000
3 Kursi 3 5 50.000 150.000
4 Ember 3 5 25.000 75.000
5 drum air 6 10 1.000.000 6.000.000
7 tempat pakan 50 5 68.000 3.400.000
8 tempat minum 50 5 68.000 3.400.000
9 Mixer 1 5 2.250.000 2.250.000
10 Timbangan 1 5 500.000 500.000
11 pompa air 1 10 1.000.000 1.000.000
12 Kendaraan 1 10 20.000.000 20.000.000
13 pajak lahan 5,12 1 15.000 76.800
Total biaya Tetap 53.496.800
Sumber:Data Primer, 2018.

Tabel 5. Rincian biaya penyusutan biaya tetap peternakan Djion Puyuh Makassar
No Uraian Nilai beli (Rp) pemakaian penyusutan (Rp)
1 Bangunan 20.000.000 20 tahun 1.000.000
2 Sapu 45.000 1 tahun 4.500
3 Kursi 150.000 5 tahun 3.000
4 Ember 75.000 5 tahun 1.000
5 drum air 6.000.000 10 tahun 600.000
7 tempat pakan 3.400.000 5 tahun 680.000
8 tempat minum 3.400.000 5 tahun 680.000
9 Mixer 2.250.000 5 tahun 450.000
10 Timbangan 500.000 5 tahun 100.000
11 pompa air 1.000.000 10 tahun 100.000
12 Kendaraan 20.000.000 10 tahun 2.000.000
13 pajak lahan 76.800 1 tahun 76.800
Total Biaya penyusutan (Rp) 5.695.300
Sumber:Data Primer, 2018.

Tabel 6. Rincian biaya variable peternakan Djion Puyuh Makassar


No uraian Periode Pertama Periode Ke Dua
1 Bibit DOQ 3.000.000 4.500.000
2 pakan bibit (0-17 Hari) 642.600 963.900
3 vaksin Bibit 351.500 527.250
4 bolam lampu 250.000 375.000
5 pakan puyuh (18hari-20 bulan) 72.831.052,8 109.246.579,2
6 vaksin puyuh 194.000 291.000
7 Pekerja 126.000.000 126.000.000
8 listrik dan air 60.000.000 60.000.000
Total Biaya Variabel 263.269.152,8 297.403.729,2
Sumber:Data Primer, 2018.

B. Pembahasan

1. Gambaran umum peternakan Djion puyuh Makassar

Usaha peternakan Djion puyuh Makassarawalnya berdiri di kota Makassar

tepatnya di JL. Tanassalapang pada awal desember 2014, dan diberi nama Djion

Puyuh Makassar, lalu pindah ke Macanda Pada tanggal 4 Februari 2015, jumlah

populasi awal usaha ini sebanyak 1000 ekor.Penyerapan tenaga kerja pada usaha

ini adalah dengan memilih pekerja yang memilki kemauan yang tinggi untuk

bekerja.Usaha ini belum kena pajak dikarnakan, usaha peternakan ini masih usaha

berskala UMKM.Untuk persaingan yang harus dihadapi usaha peternakan ini

adalah masih sulitnya para peternak puyuh wilayah Sulawesi sulit untuk diajak

menyamakan harga telur, ditambah lagi telur puyuh dari pulau jawa masih sering
masuk kewilayah Makassar.Tanggapan tetangga terhadap usaha ini belum ada,

karna kapasitas usaha ini masih berskala kecil.Adapun peluang pasar yang

dimiliki produk usaha puyuh ini cukup bagus karena yang membeli produk ini

adalah cetring, tukang bakso dan lain-lain.Kendala dan hambatan yang dialami

usaha peternakan puyuh ini adalah pemasaran telur pada bulan-bulan tertentu

sulit, dan biasanya puyuh terserang penyakit.Untuk permintaan konsumen dan

pasar, selama ini masih lancar yaitu berkisaran 20 rak/ hari.Untuk persediaan

produk dalam menghadapi permintaan mengalami naik turun atau

fluktuatif.Adapun untuk penanganan limbah dalam usaha ini adalah feses yang di

jual.Untuk penerimaan usaha ternak puyuh ini digunakan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga, investasi dan juga untuk penambahan modal ataupun

simpanan.

2. Identitas Responden

Pemilik usaha peternakan Djion puyuh Makassarbernama lengkap

Widjiono, yang akrab juga dipanggil djion, berumur 49 tahun, jenis kelamin laki-

laki, pendidikan terakhir adalah S1 Industrial Tekstil Marketing di Swiss. Adapun

pekerjaan pokok adalah sebagai peternak dan untuk pekerjaan sampingan adalah

sebagai petani. Komoditi usaha ternaknya terdiri dari telur konsumsi, telur tetas,

bibit, feses, dan puyuh afkir. Untuk jumlah kepemilikan puyuh jantan berkisar ±

1.500 ekor, untuk betina ± 7000 ekor dan untuk bibitnya 1.500 ekor. Usaha ini

telah berlangsung ± 3 tahun, adapun untuk tenaga kerja pada usaha peternakan ini

ada 3 orang. Untuk luas area usaha peternakan puyuh ini 240 m2 dan untuk bibit

awalnya usaha peternakan puyuh ini berasal dari Bandung, Jawa Barat.
3. Penerimaan usaha peternakan Djion Puyuh Makassar

Usaha peternakan Djion Puyuh Makassarmenjual produknya dengan harga

telur kosumsi adalah Rp. 22.000/ rak untuk harga pasar, sedangkan untuk

masyarakat sekirar Rp. 25.000/ rak. Untuk telur tetas peternak menjual seharga

Rp. 1.500 ekor. Untuk harga dari DOQ peternak menjual Rp. 3.000/ ekor. Untuk

harga puyuh afkir sendiri, peternak menjual seharga Rp. 5.000/ ekor, Sedangkan

untukfeses burung puyuh, peternak menjualnya Rp. 3.000/ karung, untuk karung

tempat feses peternak menjelaskan karungnya terserah dari pelanggan yang

hendak membeli feses. untuk jumlah puyuh pejantan sebanyak 2.000 ekor/tahun,

untuk betina sebanyak 7.000 ekor/ tahun, sedangkan untuk bibitnya ± 384.000

ekor/ tahun. Sedangkan jumlah feses yang dapat di hasilkan oleh peternakan

puyuh yaitu 200 kg/ hari, atau 108.000 kg/ periode.

Penerimaan usaha peternakan Djion Puyuh Makassar, diperoleh dari

penjualan telur konsumsi, telur tetas, DOQ, feses, dan puyuh afkir, usaha ini telah

berjalan selama dua periode, periode pertama Rp. 906.840.670, dan pada periode

kedua Rp. 1.357.429.860. sehingga selama dua periode, penerimaan usaha ini

adalah Rp. 2.264.270.530.

4. Biaya investasi

Usaha peternakan Djion Puyuh Makassarmemiliki investasi awal

bangunan sebesar ± Rp. 20.000.000, investasi peralatan ± Rp. 6.400.000, investasi

kendaraan oprasionalnya sendiri Rp. 20.000.000, investasi awal pembelian tanah

Rp. 200.000.000, dan berdasarkan penjelasan peternak tentang perizinan usaha


peternakannyaa ini telah sampai pada tingkat dinas peternakan, dan untuk

biayanya Rp. 100.000 per bulan.

5. Biaya

Biaya pada usaha peternakan Djion Puyuh Makassar terdiri dari dua jenis

biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

a) Biaya tetap

Biaya tetap pada usaha peternakan Djion Puyuh Makassaryaitu biaya

pembuatan bangunan sebesar ± 20.000.000 dan lama pemakaiannya 20 tahun.

Berdasarkan penjelasan peternak biaya penyusutan peralatan seperti sapu 3 buah

seharga Rp. 10.000, 3 buah kursi Rp. 50.000, 3 buah ember pakan Rp. 25.000, 50

buah tempat minum Rp. 68.000, 50 buah tempat pakan Rp. 68.000, dan lama

pemakaian peralatan ini ± 10 tahun dan baiaya pembelian kendaraan Rp.

20.000.000 dengan lama pemakaian 10 tahun. Untuk luas lahan usaha yang

dimiliki 512 m2 dan untuk pajak lahan usaha 1 are adalah Rp. 15.000.

b) Biaya variabel

Biaya variabel usaha peternakan Djion Puyuh Makassaryaitu biaya bibit

seharga Rp. 3000/ ekor dengan jumlah bibit 1.500 ekor, biaya pakan Rp. 5.400/

kg dengan konsumsi pakan ternak puyuh sebanyak 6-17 gr/ ekor/ hari, jenis

vaksin yang diberikan pada bibit puyuh yaitu, pada puyuh umur 0-3 hari diberikan

vaksin NDLS hargaRp. 21.500/ 1000 dosis, ketika puyuh berumur 17 hari,

dilakukan vaksin NDAI harga Rp. 330.000/ botol, konsumsi pakan untuk puyuh

dewasa adalah 22 gr/ ekor/ hari dengan harga Rp. 5.400/ kg, puyuh berumur 27-30

hari diberikan vaksin Gumboro harga Rp. 65.000/ 1000 dosis. Sedangkan untuk
frekuensi pemberian dan pengulangan vaksin dilakukan secara berkala 2-3 bulan

sekali menggunakan vaksin NDLS dan konsumsi pakan untuk puyuh dewasa

adalah 22 gr/ ekor/ hari. Dengan harga Rp. 5.400/ kg. Tingkat kematian untuk

bibit puyuh umur 0-7 hari sekitar 25% per 1000 ekor , sedangkan untuk puyuh

dewasa tingkat kematiannya umur 2-3 bulan 5% per 1000 ekor, sedangkan untuk

puyuh umur 3 bulan ke atas 20% per 1000 ekor. Untuk tenaga kerja yang dimiliki

peternkan Djion puyuh Makassarterdapat 3 orang dengan gaji Rp. 2.100.000/

orang/ bulan. Untuk biaya air dan listrik Rp. 3.000.000/ Bulan.

6. Total Biaya

Total biaya diperoleh dari semua biaya yang dikeluarkan oleh peternakan

Djion Puyuh Makassar, yaitu biaya tetap (Rp. 53.496.800) di tambah penyusutan

biaya tetap (Rp. 5.695.300). Hasil dari total biaya adalah (Rp. 59.192.300).

7. Keuntungan

a. Total penerimaan : Rp. 2.264.270.530

b. Total biaya : Rp. 59.192.300

c. Total keuntungan : Rp. 2.264.270.530 + Rp. 59.192.300

: Rp. 2.205.078.230

1. R/C ratio (Revenue/ Cost)

Revenue cost adalah besaran nilai yang menunjukkan perbandingan

antarapenerimaan usaha dengan total biaya.

𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
R/C ratio=
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎

2.207.640.000
= = 3,6
605.967.000
Hal ini sesuai dengan pendapat Hernanto (1989) yang menyatakan bahwa

analisis imbangan penerimaan dan biaya ini bertujuan untuk mengetahui hasil

yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha, apabila nilai R/C >1: usaha

menguntungkan, R/C = 1 : usaha tidak menguntungkan dan tidak rugi, dan R/C <1

: usaha rugi, sehingga usaha ini dapat dikatakan layak karna R/C > 1, yaitu 22,93.

2. Benefit/Cost (B/C) Ratio

Nilai B/C diperoleh dari penerimaan di bagi pengeluaran, keuntungan

usaha peternakan Djion Puyuh Makassar (Rp. 2.205.078.230), di bagi total biaya

usaha peternakan Djion Puyuh Makassar (Rp. 59.192.300).

𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
(B/C) Ratio =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎

2.205.078.230
= = 37, 25
59.192.300

Artinya setiap biaya produksiyang dikeluarkan sebesar Rp. 100,-,

makaakandiperoleh keuntungan sebesar Rp. 37 menunjukkan bahwa usaha

peternakan Djion Puyuh Makassar dapat dikatakan layak (untung) untuk

dijalankan. Hal ini dapat dilihatdari perbandingan total penerimaandengan total

biaya produksi yang lebihbesar dari nol.


3. BEP

Tabel 7. Hasil BEP Dari peternakan Djion Puyuh Makassar


Keterangan Jumlah

Biaya produksi total 560.672.882

Penerimaan 2.264.270.530

Untuk menghitung nilai BEP adalah biaya produksi total bagi penerimaan

biaya produksi total


BEP =
𝑝𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa

usaha Peternakan Djion Puyuh Makassar dapat dikatakan layak untuk dijalankan

hal ini meliputi beberapa aspek diantaranya aspek sosial dan ekonomi mencakup

penjualan produk seperti daging puyuh afkir dan telur konsumsi dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat akan protein hewani dengan harga relatif terjangkau juga

pemanfaatan Feses ternak puyuh sebagai pupuk dan juga dapat dimanfaatkan

sebagai pakan lele, aspek tekhnis meliputi lokasi, tata letak, peralatan usaha dan

aspek produksi yang telah memenuhi kriteria usaha berkala UMKM, aspek pasar

dan pemasaran cukup bagus karena produk yang dihasilkan langsung dibeli oleh

para pengusaha cetring, tukang bakso dan masyarakat sekitar, aspek keuangan

pada usaha peternakan ini yaitu digunakan sebagai investasi, penembahan modal

usaha dan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan aspek lingkungan yang

ditimbulkan pada usaha cukup sedikit dikarenakan dikarenakan usaha ini masi

tergolong UMKM dan Feses yang dihasilkan tidak pernah menumpuk sehingga

pencemaran lingkungan dapat dimanimalisir.

B. Saran

Saran dalam praktek lapangan ini adalah untuk praktek lapangan studi

kelayakan selanjutnya sebaiknya melakukan praktek lapang di beberapa tempat,

agar mahasiswa dapat melakukan perbandingan antara perusahan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Ahab, S. 2012. Iklim dan Unsur-unsur Iklim. Jakarta: Penebar Swadaya.

Forman et al., 2008. Pengaruh Lingkungan Pada Kondisi Fisik Ternak. Jakarta:
Erlangga.

Harper W. 2004. Manajemen Pemasaran Usaha.Semarang: Universitas


Diponegoro.

Himawati, D. 2006. Analisis Resiko Finansial Usaha Peternakan Ayam Pedaging


pada Peternakan Plasma Kemitraan KUD “Sari Bumi” di Kecamatan
Bululawang Kabupaten Malang. Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya Malang.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2015. Teknologi. Jakarta: Erlangga.

Listiyowati. E. & Roospitasari. K., 2007. Tata Laksana Budidaya Puyuh Secara
Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya.

Soepranianondo, K., R. Sidik, D.S. Nazar, S. Hidanah, Pratisto dan S.H. Warsito.
2013. Buku Ajar Kewirausahaan.Surabaya: Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair.

Umar, H. (2005). Studi Kelayakan Bisnis. Edisi-3. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama
Umar, Husein. (2007). Studi Kelayakan Bisnis, Edisi 3 Revisi. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.

Wuryadi, S. 2013. Beternak Puyuh. Jakarta: Penerbit Agro Media

Anda mungkin juga menyukai